Anda di halaman 1dari 20

Ekstraksi Pelarut : Distribusi Asam Etanoat diantara Dietil

Eter dan Air


Di susun untuk memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Praktikum Pemisahan Kimia Yang
Diampuh Oleh Dosen :
Dr. Irma Kartika Kusuma Ningrum, S.Si., M.Si
Hanumi Oktiyani Rusdi, S.Pd, M.Si

Disusun oleh Kelompok 2 Offering G :


 
Alif Alfarisyi Syah (180332616508)
Amalia Bella Saputri (180332616518)
Diah Ayu S.(180332616531)*
1.Mahasiswa mampu menentukan koefisien distribusi dari asam
etanoat diantara dietil eter dan air.
Tujuan 2.Mahasiswa mampu membandingkan koefisien distribusi dari
asam etanoat yang mempunyai konsentrasi berbeda. 
 Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses
pemindahan satu atau lebih solute dari satu fasa ke fasa lain dan
didasarkan pada prinsip kelarutan, jika kedua fasa tersebut adalah
zat cair (pelarut) yang tidak saling bercampur maka disebut
ekstraksi cair – cair
 Jika suatu larutan yang mengandung solute yang terlarut dalam
pelarut pertama dikocok dengan pelarut kedua yang tidak
bercampur dengan pelarut pertama, tetapi solute dapat larut
Dasar teori dalam kedua pelarut, maka akan ditemukan bahwa solute
terdistribusi diantara dua pelarut dalam perbandingan konsentrasi
yang karakteristik.
 Konstanta Kesetimbangan atau koefisien partisi (K)
K = Cu/Cl
 Dimana : KD= koefisien distribusi; Cu = konsentrasi spesi pada fasa
1 atau organik; Cl = konsentrasi spesi pada fasa 2 atau air
Alat : Bahan :
 Corong pisah 100 mL  Larutan NaOH 0,1 m
 Pipet volume 10 mL  Aquades
 Erlenmeyer 250 mL  Larutan dietil eter
 Buret  Larutan asam etanoat 0,5 M
Alat dan  Gelas kImia 100 mL  Larutan asam etanoat 0,125 M

Bahan  Gelas ukur 50 mL  Indikator PP


 Statif  Vaseline
 Klem
 Bola hisap
 Aluminimum foil
Larutan asam etanoat 0,5 mol/L dan 0,125 mol/L

Dimasukkan 25 mL larutan asam etanoat 0,5 mol/L


kedalam corong pisah 100 mL

Ditambahkan 25 mL dietil eter kedalam corong pisah

Prosedur Dikocok corong pisah minimal 20 menit

Dibuka kran corong pisah sesekali saat pengocokan

Didiamkan sebentar hingga terbentuk 2 lapisan

Dikeluarkan lapisan bawah (fasa air) ke dalam Erlenmeyer


Diambil 10 mL dari tiap fasa dengan pipet dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer
Ditambahkan 4 tetes indikator PP kedalam setiap larutan

Ditritasi kedua larutan dengan 0,1 mol/L larutan NaOH hingga warna
merah muda permanen
Ditutup Erlenmeyer dengan aluminium foil saat titrasi fasa organic
Diulangi titrasi dengan 10 mL alikuot yang tersisa dari masing –
masing larutan

Dicatat volume NaOH

Hasil
NO. Yang Diamati Data Hasil Pengamatan
1. Asam etanoat 0,5 mol/L dan dietil eter  

  a. Volume fasa air 10 mL


  Volume NaOH :  
  Titrasi 1 34,6 mL
  Titrasi 2 34,3 mL
  a. Volume fasa organik 10 mL
  Volume NaOH :  

Data  
 
Titrasi 1
Titrasi 2
16,3 mL
16,3 mL

Pengamatan  
2.
 
Asam etanoat 0,125 mol/L dan dietil eter
 
 
  a. Volume fasa air 10 mL
  Volume NaOH :  
  Titrasi 1 7,4 mL
  Titrasi 2 7,4 mL
  a. Volume fasa organik 10 mL
  Volume NaOH :  
  Titrasi 1 4,8 mL
  Titrasi 2 4,2 mL
 CH3COOH 0,5 mol/L
Volume CH3COOH = 10 mL
Fasa Air :
M NaOH = 0,1 M
V NaOH =

Analisis data M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)


M(CH3COOH) =
dan Fasa Organik
perhitungan M NaOH = 0,1 M
V NaOH =
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) =
 Koefisien Distribusi
KD =
 CH3COOH 0,125 mol/L
Volume CH3COOH = 10 mL
Fasa Air :
M NaOH = 0,1 M
V NaOH =

Analisis data M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)


M(CH3COOH) =
dan Fasa Organik
perhitungan M NaOH = 0,1 M
V NaOH =
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) =
 Koefisien Distribusi
KD =
 Langkah yang digunakan untuk mengekstrak senyawa ini adalah,
yang pertama memasukkan 25 mL larutan asam etanoat 0,5 mol/L
kedalam corong pisah 100 mL. Pengambilan larutan menggunakan
gelas ukur 50 mL agar pengukuran lebih teliti. Kemudian
ditambahkan 25 mL dietil eter sebagai pelarut kedua kedalam
corong pisah. Pelarut kedua digunakan dietil eter karen sifatnya
yang volatile dan tidak bereaksi dengan asam etanoat.
Pengambilan 25 mL dietil eter juga menggunakan gelas ukur 50 mL
Pembahasan agar ketelitian pengukurannya sama dengan ketelitian asam
etanoat yang sebelumnya telah dimasukkan dahulu kedalam
corong pisah. Setelah ditambahkan pelarut kedua, lalu dikocok
corong pisah minimal 20 menit, hal ini dilakukan agar distribusi
asam etanoat ke fasa organik dan fasa air merata. Persamaan
reaksi saat terjadi distribusi asam etanoat ke fasa air dan fasa
organic adalah,
CH3COOH(aq) ↔ CH3COOH(dietil eter)
 Saat pengocokan, sesekali dibuka kran corong pisah untuk
mengurangi tekanan didalam corong pisah. Tekanan di dalam
corong pisah akan meningkat karena gas yang dihasilkan dietil
eter yang bersifat volatil. Jika tekanan di dalam corong pisah
terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan corong pisah meledak.
Saat membuka kran corong pisah, posisi corong sedikit
menghadap keatas agar campuran didalamnya tidak tumpah.
Setelah pengocokan selesai, didiamkan sebentar hingga
terbentuk dua lapisan. Dua lapisan ini adalah asam etanoat dalam
fasa air dan asam etanoat dalam fasa organi. Pendiaman
dilakukan untuk menyempurnakan pemisahan antara dua fasa
tersebut. Fasa yang memiliki massa jenis lebih besar akan berada
di bawah, sedangkan yang memiliki massa jenis lebih kecil akan
berada di atas
 Setelah pemisahan selesai, maka dikeluarkan lapisan bawah atau fasa air
untuk dipindahkan kedalam erlenmeyer. Setelah itu, diambil 10 mL dari
tiap fasa menggunakan pipet untuk dimasukkan kedalam erlenmeyer
berbeda. Kemudian ditambahkan 4 tetes indikator fenolptalein kedalam
setiap erlenmeyer yang berisi 10 mL masing – masing fasa. Indikator ini
fungsinya adalah untuk menentukan titik ekuivalen saat titrasi. Setelah
diberi indikator, maka kedua larutan ini tadi dititrasi dengan 0,1 mol/L
NaOH hingga warna merah muda permanen. Metode titrasi yang
digunakan disini adalah metode titrasi penetralan dengan reaksi
netralisasi Reaksi yang terjadi adalah :
CH3COOH(aq/kloroform) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq/kloroform) + H2O(l)
 Saat melakukan titrasi fasa organik, Erlenmeyer ditutup dengan
aluminium foil. Hal ini dilakukan agar dietil eter tidak menguap saat titrasi
dilakukan. Titrasi ini diulangi 2 kali atau dilakukan secara duplo agar hasil
yang didapat lebih akurat.
 Berdasarkan teori, dari persamaan
KD = Cu/Cl
 Dimana Cu adalah konsentrasi fasa organik, dan Cl adalah konsentrasi
fasa air, yang dari persamaan itu didapat koefisien distribusi berbanding
lurus dengan konsentrasi fasa organik dan berbanding terbalik dengan
konsentrasi fasa airnya. Hasil perhitungan dan analisis data
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam etanoat maka
semakin besar konsentrasi zat terekstrak pada fasa air yang didapat,
yang berarti nilai koefisien distribusi semakin kecil. Namun, hasil
perhitungan juga menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi zat
yang terekstrak pada fasa organik, nilai KD malah semakin kecil, dimana
hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Selain itu, jika konsentrasi
asam etanoat semakin besar maka zat yang bereaksi juga semakin
banyak yang menyebabkan koefisien distribusi semakin besar pula.
Dalam hitungan percobaan, larutan asam etanoat yang memiliki
konsentrasi lebih besar memiliki nilai KD yang lebih kecil. Kesalahan ini
mungkin dikarenakan pengocokan yang kurang tepat sehingga
distribusi asam etanoat kurang merata.
 nilai koefisien distribusi lebih kecil dari 1, maka senyawa
cenderung terdistribusi dalam fasa air daripada fasa organiknya.
Hal ini karena -OH pada asam etanoat terdisosiasi dalam air.
Selain itu, pada asam etanoat juga juga terdapat gugus polar -
COOH yang menyebabkan asam etanoat dapat larut dalam air
yang juga pelarut polar, namun gugus non polar pada asam
etanoat yaitu -CH3 menyebabkan asam etanoat dapat berinteraksi
dengan pelarut organik dietil eter. Karena gugus polar pada asam
etanoat lebih besar dari gugus nonpolarnya, maka asam etanoat
lebih larut pada pelarut polar yaitu air.
 Koef. Distribusi dari asam etanoat diantara dietil eter dan air
adalah :
Larutan asam etanoat 0,5 mol/L = 0,4731
Larutan asam etanoat 0,125 mol/L = 0,608
Kesimpulan  Semakin besar konsentrasi asam etanoat maka semakin besar
koefisien distribusinya yang berarti data percobaan yang didapat
tidak sesuai dengan teori yang ada karena pada data percobaan
konsentrasi asam etanoat berbanding terbalik dengan nilai KD
yang didapat.
 1. Hitunglah nilai KD dari 2 percobaan diatas!
Tugas  2. Apakah konsentrasi asam etanoat yang berbeda akan
memberikan nilai KD dan berbeda?Jelaskan!
 CH3COOH 0,5 mol/L
Volume CH3COOH = 10 mL
Fasa Air :
M NaOH = 0,1 M
V NaOH =
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) =
Tugas 1. Fasa Organik
M NaOH = 0,1 M
V NaOH =
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) =
 Koefisien Distribusi
KD =
 CH3COOH 0,125 mol/L
Volume CH3COOH = 10 mL
Fasa Air :
M NaOH = 0,1 M
V NaOH =
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) =
Fasa Organik
M NaOH = 0,1 M
V NaOH =
M(CH3COOH) x V(CH3COOH) = M(NaOH) x V(NaOH)
M(CH3COOH) =
 Koefisien Distribusi
KD =
 Konsentrasi asam etanoat yang berbeda akan memberikan nilai
KD yang berbeda pula, dengan hubungan konsentrasi asam
etanoat sebanding dengan nilai KD. Hal ini karena jika konsentrasi
asam etanoat semakin besar maka zat yang bereaksi dengan
pelarut juga semakin banyak, sehingga koefisien distribusi juga
semakin besar. Selain itu saat konsentrasi asam etanoat semakin
besar, maka volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi fasa
organik juga semakin banyak, yang menyebabkan konsentrasi
Tugas 2. fasa organiknya juga semakin besar. Dimana hubungan
konsentrasi fasa organik dan fasa air dengan koefisien distribusi
dapat dijelaskan dengan persamaan
 KD = Cu/Cl
 Jadi, nilai KD berbanding lurus dengan konsentrasi pada fasa
organik dan berbanding terbalik dengan konsentrasi pada fasa air.

Anda mungkin juga menyukai