Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA KIMIA

PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU

Oleh :
Meidiana Pratiwi (H1031201040)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2021
I. PENDAHULUAN
a) Tujuan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah untuk menununjukkan bahwa
reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua dan
menentukan tetapan laju reaksi dengan cara titrasi.
b) Prinsip Percobaan
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

II. PROSEDUR PERCOBAAN


Secara umum, Bab ini berisi Alat dan Bahan yang digunakan, serta Cara Kerja
yang dilakukan dalam percobaan. Prosedur percobaan atau cara kerja dibuat dalam
bentuk tulisan (kalimat di dalam paragraph), kecuali diinstruksikan atau disepakati
format lain sewaktu penjelasan praktikum, misalnya dalam bentuk diagram alir.
a) Alat dan Bahan
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxx.

b) Cara Kerja
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxx

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Laju reaksi merupakan suatu proses perubahan dari peraksi menjadi hasil
reaksi, atau dapat di definisikan sebagai perubahan konsentrasi suatu reaktan atau
produk per satuam waktu. Laju reaksi dapat dinyatakn dengan bertambahnya
konsentrasi produk serta berkurangnya konsentrasi reaktan (1). Laju reaksi
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti tekanan, temperature, konsentrasi reaktan,
luas permukaan serta katalisator (2).
Orde reaksi merupakan angka yang mepresentasikan sensitifitas dari laju reaksi
terhadap perubahan konsentrasi reaktan atau pangkat dari konsentrasi yang
menghasilkan garis yang linear ditandai dengan bilangan yang bernilai positif, nol
maupun pecahan. Orde reaksi terdiri dari orde reaksi satu, dua, tiga dan empat (2).
Konstanta laju reaksi didefinisikan sebagai suatu tetapan rasio dari laju reaksi
dengan hasil kali konsentrasi yang mempengaruhi laju reaksi. Laku reaksi yang
berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi maka dinamakn
denggan reaksi orde dua (3).

Tabel 1. Data Pengamatan Standarisasi Larutan NaOH


No. V NaOH  (mL) V C2H2O4 yang digunakan (mL)
1 7,8 10
2 7,6 10
3 8 10

Tabel 2. Data Pengamatan Volume Titrasi Laju

Waktu V NaOH (mL) V NaOH + Etil


No. V (HCl)
(menit) t1 t2 Asetat (mL)

1. 0 2,3 2,3 10 10

2. 15 2,2 2,3 10 10

3. 30 2,3 2,2 10 10

4. 45 2,5 2,6 10 10

5. 60 2,3 2,4 10 10

Percobaan diawali dengan pembuatan larutan asam oksalat dihidrat 0,01 M


yang dilakukan dengan menimbang padatan asam oksalat dihidrat sebanyak 0,126
gram yang kemudian dilarutkan menggunakan akuades sebanyak 100 mL
menggunakan labu ukur hingga tanda batas. Asam oksalat merupakan suatu senyaa
berwujud padatan Kristal berwarna putih bersifat toksik dengan titik leleh sebesar
101°C. Asam oksalat pada laboratorium dimanfaatkan sebagai reagen anallitik,
pembersih logam, zat pemutih serta produksi senyawa organic. Asam oksalat mudah
larut dengan air maka dari itu dilarutkan menggunakan akuades kaarena susai
dengan prinsip like dissolve like yang menyatakan senyawa polar akan larut dalam
pelarut polar begitu pula sebaliknya. Asam oksalat bersifat polar dan akuades juga
bersifat polar (4) (5).
Prosedur selanjutnya yaitu membuat larutan asam klorida 0,02 M dengan cara
memipet asam klorida pekat sebanyak 0,4 mL yang kemudian dilarutkan
menggunakan akuades sebanyak 250 mL menggunakan labu ukur hingga tanda
batas. Asam klorida merupakan suatu senyawa yang berwujud cair bersifat asam
kuat atau beracun serta berbau tajam. Asam klorida memiliki titik leleh 114,8°C dan
titik didih -84,9°C. Asam klorida dapat dibuat dengan mereaksikan NaCl dengan
H2SO4 pekat. Asam klorida bersifat polar sehingga larut dalam air yang juga bersifat
polar. Hal tersebut sesuai dengan prinsip like dissolve like yang menyatakan bahwa
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar (4) (5).
Prosedur selanjutnya yaitu membuat larutan etil asetat 0,02 M dengan cara
melarutkan etil asetat oekat sebanyak 0,5 ml dengan akuades sebanyak 250 ml
menggunakan labu ukur hingga tanda batas. Etil asetat merupakan senyawa
berwujud cairan tidak berawarna dan tidak bersifat racun. Etil asetat dimanfaatkan
sebagai reagen, pelarut serta obat. Etil asetat memiliki titik didih sebesar 77 0C, dan
bersifat larut dengan akuades karena bersifat polar. Hal tersebut sesuai dengan
prinsip like dissolve like yang menyatakan bahwa senyawa polar akan larut dalam
pelarut polar begitu pula sebaliknya (6) (5).
Prosedur selanjutnya yaitu membuat larutan NaOH 0,02M dengan cara
melarutkan padatan NaOH sebanyak 0,2 gram yang kemudian dilarutkan ke dalam
akuades sebanyak 250 ml menggunakan labu ukur hingga tanda batas. NaOH
merupakan senyawa berwujud padatan berwarna putih, bersifat higroskopis serta
bersifat korosif. NaOH mudah larut di dalam air yang akan membentuk basa kuat
sehingga bersifat sangat korosif terhadap jaringan organic. NaOH dimanfaatkan
dalam pembuatan rayon, kertas, sabun, dan lain-lain. Penggunaan akuade untuk
melarutkan NaOH diakrenakan sesuai dengan prinsip like dissolve like yang
menyatakan bahwa senyawa polar akan larut dalam pelarut polar begitu pula
sebaliknya (4) (5).
Prosedur dilanjutkan dengan melakukan standarisasi larutan NaOH
menggunakan asam oksalat, standarisasi pada percobaan ini merupakan suatu proses
untuk menetukan konsentrasi dari larutan NaOH secarapa pasti menggunakan asam
oksalat sebagai zat standar (7). Larutan standard merupakan larutan yang digunakan
sebagai pembanding karena konsentrasinya telah diketahui untuk menentukan
konsentrasi larutan yang belum diketahui kosentrasinya melalui titrasi pada analisis
kimia. Terdapat dua jenis larutan standard yaitu larutan standard primer dan
sekunder. Larutan standard primer merupakan larutan dengan kemurnian tinggi
yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti, pada percobaan ini yang berperan
sebagai larutan standard primer yaitu asam oksalat . Larutan standard sekunder
merupakan larutan yang belum diketahui secara pasti konsentrasinya, yang berperan
sebagai larutan standard sekunder pada percobaan ini yaitu larutan NaOH (8)
Tujuan digunakannya larutan asam oksalat sebagai larutan standard primer
yaitu karena asam oksalat memilki tingkat kemurnian yang tinggi sedangkan larutan
NaOH digunakan sebagai larutan standard sekunder dikarenakan NaOH memiliki
tingkat kemurnia yang rendah yang dipengaruhi oleh sifatnya yang higroskopis (8)
(9). Titrasi dilakukan dengan menambahkan indicator fenolftalein. Indicator
merupakan suatu senyawa kompleks yang mampu beraksi dengan asam maupun
basa yang ditandai dengan perubahan warna yang sesuai dengan konsentrasi ion
hydrogen melalui proses titrasi. Indicator fenolftalein merupakan indicator yang
biasanya digunakan pada titrasi asam basa kuat (10).
Indikator fenolftalein merupakan indicator titrasi asam basa dengan rentang ph
8,0-9,6. Indicator fenolftalein berperan sebagai pembanding pada titrasi asam basa
karena berssifat basa (11). Titrasi standarisasi NaOH dengan asam oksalat dilakukan
sebanyak tiga kali atau triplo, hal tersebut bertujuan untuk membandingkan apabila
terjadi kesalahan pada salah satu sampel ataupun kesalahan analisis. Perubahan
yang terjadi yaitu larutan berubah dari tidak berwarna menjadi berwarna merah
muda (12) (13). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil standarisai
dengan volume rata-rata NaOH sebanyak 7,8 ml dan konsentrassi NaOH sebesar
0,0256 M. Reaksi yang terjadi pada saat proses standarisasi sebagai berikut (14):
Gambar 1. Reaksi Indikator pp + NaOH

Gambar 2. Hasil Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat

Prosedur dilanjutkan dengan memipet larutan NaOH sebanyak 50 ml dan


larutan etil asetat sebanyak 100 mL yang kemudian di tempatkan di dalam
Erlenmeyer dan dipanaskan diatas hotplate, temperature dijaga pada 40°C.
Pemanasan dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi dikarenakan kenaikan
temperature akan menyediakan energi yang cukup untuk molekul reaktan
bertumbukan secara lebih sering sehingga reaksi akan berjalan lebih cepat (15).
Percobaan ini menggunakan temperature 40°C, hal tersebut dikarenakan berkaitan
dengan titik didih dari senyawa yang digunakan , temperature yang digunakan harus
lebih rendah daripada titik didih senyawa yang digunakan agar tidak terjadi
penguapan pada larutan yang dipanaskan (4) (6). Laju reaksi dan temperature
berbanding lurus dan meningkat secara eksponensial seiring meningkatnya
temperature. Hal ttersebut dijelaskan dalam persamaan Arrhenius sebagai berikut
(2) :
−Ea
K= Ae ……(1)
RT
Dimana K adalah konstanta laju reaksi, A adalah factor frekuensi jumlah
tumbukan efektif antara partikel-partikel reaktan dalam waktu tertentu dan Ea
adalah energy aktivasi yang merupakan energy minimal yang perlukan untuk
terjadinya suatu reaksi, T merupakan temperature serta R merupakan konstanta gas.
Persamaan diatas menjelaskan bahwa temperature berbanding lurus dengan laju
reaksi dimana kenaikan temperature akan meningkatkan konstanta laju reaksi (k).
hal tersebut dikarenakan temperature berada pada bentuk eksponensial di
persamaan. Selain itu, meningkatnya temperature juga akan meningkatkan energy
kinetic partikel dan menyebabkan akan lebih banyak partikel yang mempunyai
energy yang melampaui energy aktivasi (Ea) sehingga meningkatkan laju reaksi (2).
Prosedur dilanjutkan dengan mencampurkan larutan etil asetat dengan NaOH
apabila temperature telah mencapai 40°C dengan cara menuangkan larutan etil
asetat ke dalam larutan NaOH. Reaksi yang terjadi pada saat kedua larutan tersebut
dicampurkan yaitu reaksi saponifikasi, reaksi tersebut merupakan reaksi antara asam
lemak dengan basa kuat. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dengan
mereaksikan larutan NaOH dengan etil asetat menghasilkan garam natrium asetat
dan etanol (16). Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + C2H5OH(aq)

Prosedur selanjutnya yaitu mengambil campuran larutan etil asetat + NaOH


pada menit ke 0,15,30,45,60 sebanyak masing-masing 10 ml dan ditempatkan pada
Erlenmeyer yang berisi HCL 10 ml untuk dilakukan titrasi, pada setiap menitnya
larutan ditambahkan indicator pp. Penggunaan HCl pada percobaan ini bertujuan
untuk menetralkan larutan basa sehingga mencapai titik ekivalen yang ditandai
dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi berwarna merah muda. Larutan
HCl juga berperan sebagai larutan standard primer untuk menentukan NaOH yang
bereaksi dalam larutan., selain itu HCl merupakan asam kuat alkali yang dapat
bereaksi dengan NaOH sehingga menghasilkan gas hydrogen (16). Reaksi yang
terjadi sebagai berikut :

CH3COOC2H5(aq) + NaOH(aq) + HCl(aq) → CH3COONa(aq) + C2H5Cl(aq) + H2O(aq)


Variasi waktu dilakukan dengan tujuan untuk melihat perbandingan kinetika
reaksi dalam menetukan orde reaksi kimianya dan melihat NaOH yang bereaksi pada
proses saponifikasi (2)(16). Titrasi dilakukan secara duplo dengan tujuan agar
diperoleh hasil yang lebih akurat dan mengurangi error pada percobaan yang
dilakukan (16). Hasil yang volume rata-rata NaOH diperoleh pada menit ke-0
sebanyak 2,3 ml.

Gambar 3. Hasil Titrasi Menit Ke-0

Hasil yang volume rata-rata NaOH diperoleh pada menit ke-15 sebanyak 2,25 ml.

Gambar 4. Hasil Titrasi Menit Ke-15

Hasil yang volume rata-rata NaOH diperoleh pada menit ke-30 sebanyak 2,25 ml.
Gambar 5. Hasil Titrasi Menit Ke-30

Hasil yang volume rata-rata NaOH diperoleh pada menit ke-45 sebanyak 2,55 ml.

Gambar 6. Hasil Titrasi Menit Ke-45

Hasil yang volume rata-rata NaOH diperoleh pada menit ke-60 sebanyak 2,35 ml.

Gambar 7. Hasil Titrasi Menit Ke-60


Berdasarkan percobaan yang dilakukan, reaksi antara NaOH dengan
CH3COOC2H5 menunjukkan reaksi orde satu, sedangkan penambahan NaOH atas
konsentrasi,suhu dan waktu menunjukkan reaksi orde kedua terhadap NaOH dan
CH3COOC2H5 sebagai reaksi ekuimolar (17). Berikut turunan rumus untuk reaksi
orde kedua :

Hubungan antara konsentrasi terhadap waktu dapat dilihat dari grafik sebagai
berikut :

Gambar 8. Grafik ln[(a-x)/(b-x) Vs t

Berdasarkan grafik diatas, diketahui nilai R square yang diperoleh sebesar


0,2563. Apabila nilai R square kecil, maka pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat semakin lemah atau tidak linear, begitu pula sebaliknya apabila nilai
R square semakin besar atau mendekati satu, menunjukkan bahwa pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat semakin besar atau bersifat linear.
Berdasrkan percobaan yang dilakukan nilai R square tidak mendekati satu yang
menunjukkan hasil tidak linear (18). Hal tersebut dapat terjadi karena kesalahan
dalam percobaan yang disebut dengan gross error. Kesalahan dapat disebabkan oleh
alat yang digunakan mau dari peneliti yang melakukan percobaan (19).

IV. PENUTUP
a) Simpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terjadi reaksi
saponifikasi pada campuran larutan etil asetat dan NaOH, akan tetapi reaksi yang
terjadi tidak maksimal dikarenakan kesalahan yang terjadi pada percobaan yang
dilakukan ditandai dengan nilai R square yang diperoleh sebesar 0,2563 yang tidak
mendekati satu atau bersifat tidak linear.
b) Saran
Berdasarkan pada percobaan yang dilakukan, disarankan untuk melakukan
triplo pada saat titrasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat dan R square yang
mendekati satu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Atudi Kinetika Pengaruh Suhu Terhadap Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Nipis dengan
Pelarut Etanol. Yuda, Reza Critian, Irdiansyah and Prihatiningtyas, Indah. 2017, Jurnal Chemurgy, p.
23.
2. Atkins, P, Paula, J.D and Keeler, J. Atkins Physical Chemistry. New York : Oxford University Press
Inc, 2018.
3. Bird, S. Laju Reaksi dan Tetapan Laju. Jakarta : Erlangga, 1991.
4. Mulyono. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara, 2005.
5. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb) dengan Pelarut
Etanol dan N-Heksana. Arsa, Abdullah Kunta and Achmad, Zubaidi. 2020, Jurnal Teknologi
Technoscientia, p. 87.
6. Hill, M. Dictionary of Chemistry. United State of America : McGraw-Hill Companies, 2003.
7. Penetapan Kadar Protein pada Nanas Segar dan Keripik Nanas dengan Metode Spektrofotometri
UV-VIS dan Kjehdahl. Nasution, A.Y, et al., et al. 2, 2020, Journal of Pharmacy and Science, Vol. 3, pp.
6-11.
8. Daintith, J. Oxford Dictionary of Chemistry. New York : Market House Book, 2008.
9. Penetapan Kpasitas Penetralan Asam Tablet Antasida (Aluminium Hidroksida dan Magnesium
Hidroksida) dengan Titrasi Balik. Putra, A.A and AriyanthiniK.S. 1, 2021, Jurnal Farmasi Dunia, Vol. 6,
pp. 56-64.
10. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia trifolia (L.) Domin ) Sebagai Indikator Alami pada Titrasi
Asam Basa Kuat. Apriani, Fitri, Idiawati, Nora and Destiarti, Lia. 4, 2016, JKK, Vol. 5, pp. 74-78.
11. Indikator Titrasi Asam-Basa dari EKstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L). Nuryanti, S, et
al., et al. 3, 2010, Agritech, Vol. 30, pp. 178-183.
12. Karakterisasi Beberapa Ion Logam Terhadap Aktivitas Enzim Tripsin. Sulistyowati, E, Salirawati, D
and Amanatie. 2, 2016, Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, pp. 107-120.
13. pH Indicators: A Valuable Gift for Analytical Chemistry. Sajin, K.A, Anoobkumar, K.I and Rasa,
O.K. 5, 2020, Saudi Journal of Medical and Pharmaceutical Sciences, Vol. 6, pp. 393-400.
14. Determination of Surface Acidity on the Natural and Synthetic Montmorillonite Clays by Titration
Method. Sekewael, S.J. 2, 2021, Indonesian Journal of Chemical Research, Vol. 9, pp. 94-98.
15. Pengaruh Temperatur Terhadap Isomerisasi Senyawa 3-Carene Menjadi 4 Carene dengan Katalis
Natrium O-Klorotoluen. Nurul, Anisa, Julianto, Tatang Shabur and Rubiyanto, Dwiarso. 1, 2014,
Indonesian Journal of Chemical Research, Vol. 2.
16. Syamsidar. Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar : Alauddin University Press, 2013.
17. Kinetic Study of Hydrolisis of Ethyl Acetate Using Caustic Soda. Ghobashy, M, et al., et al. 4, 2018,
International Journal of Engineering and Technology, Vol. 7, pp. 1995-1999.
18. Sistem Informasi Penjualan Barang dengan Metode Regresi Linear Berganda dalam Prediksi
Pendapatan Perusahaan. Aryani, Yanti and Gustian, Dudih. 2, 2020, Jurnal Informasi dan Teknologi
Informasi, Vol. 2, pp. 39-51.
19. Simultaneous Data Reconciliation and Gross Error Detection for Dynamic Systems Using Particle
Filter and Measurement Test. Zhang, Z and Chen, J. 2014, Journal Computers and Chemical
Engineering, Vol. 69, pp. 66-74.

LAMPIRAN
a) Cara pengolahan Data Pengamatan, jika ada cara perhitungan yang digunakan
juga dimasukkan di bagian ini.
b) Literatur yang dikutip
c) Jawaban Pertanyaan dan Tugas yang belum termasuk dalam pembahasan
d) Hal-hal lain sesuai dengan kesepakatan dalam penjelasn praktikum

Anda mungkin juga menyukai