Anda di halaman 1dari 11

Praktikum Kimia Analitik Modul 01

Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makanan

Oleh :
Kelompok 3
Charles

(1400810049)

Claresta

Frederica
(1400810030)
Claudia Natalica (1400810067)
Daniesa Putri Widodo (1400810079)
Willianto (14008100)

BIOTECHNOLOGY AND NEUROSCIENCE STUDY PROGRAM


LIFE SCIENCE FACULTY
SURYA UNIVERSITY
SERPONG
2015

Pendahuluan
Asam Asetat adalah komponen utama yang terdapat dalam cuka. Cuka
merupakan hasil reaksi oksidasi etanol yaitu:
CH3CH2OH(aq) + [O] -> CH3CO2H(aq)
Pada praktikum ini teknik yang dipakai adalah titrasi untuk menentukan
konsentrasi asam asetat dalam cuka komersil. Dipilihnya penggunaan cuka
komersil karena cuka merupakan bahan pangan yang sering digunakan
untuk kebutuhan memasak hal tersebut membuat cuka komersil sering
dipakai dan dikonsumsi. Selain penggunaan cuka yang sering, praktikum ini
ingin melihat apakah kadar asam asetat pada cuka komersil benar atau
salah. Pada praktikum ini menggunakan proses titrasi larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya sebagai titer, dan konsentrasi yang akan dicari
sebagai analit (NaOH).
Natrium hidroksida adalah senyawa yang tergolong dalam basa kuat yang
sangat mudah larut dalam air. Biasanya disebut sebagai soda kaustik karena
sifatnya yang panas dan licin jika terkena kulit. NaOH merupakan senyawa
ionic yang memiliki titil lebur 3180C dan titik didih 13900C. NaOH sangat
mudah larut dalam air dan kelarutannya bersifat eksotermis (melepaskan
kalor dari sistem ke lingkungan). NaOH sering digunakan dalam percobaan
praktikum asam basa. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa basa NaOH
sangat mudah larut. Selain itu, NaOH juga banyak digunakan sebagai
standar sekunder pada eksperimen titrasi asam basa. Akan tetapi,
penyimpanan larutan NaOH yang telah distandarisasi harus dalam ruang
tertutup karena sifat NaOH yang bersifat higroskopis membuat larutannya
juga mudah untuk menyerap gas CO2 dalam atmosfer. Hal ini akan
mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH sendiri (Overton, 2003)
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam basa sintetik yang
memiliki rentang pH antara 8,00 10,0. Pada larutan asam dan netral,
fenolftalein tidak berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan
basa, warnanya akan berubah menjadi merah. (Irayanti, 2013)
Teori titrasi asam basa digunakan untuk mencari titik ekivalen dari larutan
basa lemah. Bahan yang dipakai dalam percobaan ini adalah larutan NaOH
sebagai titran, larutan KC8H15O4 dalam proses standarisasi NaOH 0.1 M,
serta larutan asam cuka. Penentuan titik ekivalen didapatkan dengan
meneteskan 2 tetes fenolftalein sehingga larutan dapat berubah warna
menjadi merah muda saat pH sudah menjadi basa.
Penentuan kadar asam asetat dalam praktikum ini juga menggunakan
analisa volumetri. Analisa volumetri adalah pengukuran volume suatu

larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara


kuantitatif.

Tujuan Praktikum:

Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi

Memahami metode teknik titrasi dengan baik

Menentukan kadar asam asetat yang terdapat di dalam cuka komersil

Mengetahui titik ekuivalen pada campuran NaOH di KC8H15O4 dan


asam cuka

Alat dan Bahan


1. Alat:
Gelas kimia 100 ml ( 3 buah )
Pipet ukur 25 ml ( 2 buah )
Labu ukur 250 ml ( 3 buah )
Erlenmeyer 250 ml ( 2 buah )
Batang pengaduk ( 1 buah )
Corong kaca ( 1 buah )
Pipet tetes ( 1 buah )
Statif ( 1 buah )
Klem ( 2 buah )
Boss head ( 2 buah )
Buret 50 ml ( 1 buah )

Neraca analitik

2. Bahan :
Larutan NaOH 1 M

Kalium Hidrogen Ftalat


(KC8H15O4)
Indikator Fenolftalein

Aquades

Sampel cuka

Prosedur
Pada praktikum yang dilakukan, terjadi beberapa perubahan prosedur kerja
bila dibandingkan dengan prosedur kerja yang tertulis pada modul :
1. Pengenceran 10x larutan NaOH 1 M dan pembuatan larutan KC8H15O4
tidak dilakukan karena telah disediakan oleh asisten laboratorium.
2. Memindahkan Larutan KC8H15O4 yang telah disediakan ke dalam labu
Erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes indikator warna fenolftalein.
3. Larutan NaOH 0.1 M yang telah tersedia digunakan untuk mentitrasi
larutan KC8H15O4

4. Pengenceran cuka 20x tidak dilakukan karena sampel cuka telah


disediakan oleh asisten laboratorium.
5. Memindahkan 10 mL larutan cuka tersebut ke labu Erlenmeyer 250 mL
dan tetesi dengan 2 tetes indikator warna fenolftalein. Lakukan titrasi
pada 10 mL larutan cuka tersebut menggunakan Larutan NaOH
standar
Data Hasil Praktikum
A. Standardisasi NaOH 0.1 M dengan Larutan Standar KC 8H15O4
- Volume NaOH pertama : 24.3 mL
- Volume NaOH kedua : 24.7 mL
- Volume NaOH ketiga : 24.2 mL
Titrasi
Titrasi Kasar (Trial)
Titrasi ke 1
Titrasi ke 2

Volume KC8H5O4
10 mL
10 mL
10 mL

Volume NaOH
24.3 mL
24.7 mL
24.2 mL

Rata-rata volume NaOH (menggunakan Titrasi Kasar dan Titrasi ke -2 yang


nilai datanya mendekati) :
(24.3 + 24.2) / 2 = 24.25 mL
B. Titrasi cuka dengan Larutan NaOH Standar
- Volume NaOH pertama : 24.7 ml
- Volume NaOH kedua : 23.2 ml
- Volume NaOH ketiga : 23 ml
Titrasi
Titrasi Kasar (Trial)
Titrasi ke 1
Titrasi ke 2

Volume asam cuka


10 mL
10 mL
10 mL

Volume NaOH
24.7 mL
23.2 mL
23 mL

Rata-rata volume NaOH (menggunakan Titrasi ke - 1 dan Titrasi ke -2 yang


nilai datanya mendekati) :
(23.2 + 23) / 2 = 23.1 mL
PEMBAHASAN
Cuka merupakan larutan asam yang dibuat dari reaksi oksidasi etanol :
CH3CH2OH.Cuka sendiri mudah ditemukan dimana saja dan sudah sejak
lama digunakan sebagai bahan masakan .Komponen kimia utama cuka
adalah asam asetat atau disebut juga asam etanoat (CH3COOH).Kadar asam

asetat antara 48 % (v/w). Untuk pembuatan acar biasanya mencapai 12%


(v/v).
Pada praktikum kali ini akan melakukan tentang Penentuan Kadar
Asam Asetat Dalam Cuka Makan.Praktikum kali ini melakukan dua
percobaan, yaitu Standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan KC8H1504 dan
Titrasi cuka dengan larutan NaOH 0,1 M.Dan indikator yang dipakai kali inin
adalah indikator fenoftalein.Ini merupakan indikator yang bai sekali karena
untuk sistem titrasi asam asetat dengan NaOH, titik ekuivaen yang terjadi
akan berada pada pH yang sedikit basa (bukan pada pH=7).
Sebelum melakukan percobaan siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, periksa apakah ada yg rusak atau tidak. Setelah itu pasang buret
pada alat statif dengan hati-hati. Setelah itu coba buret dengan air apakah
sudah berfungsi dengan baik atau tidak. NaOH perlu distandarisasi karena
sifatnya yg mudah bereaksi dengan oksigen dan kecendeungan tidak stabil.
Jika ingin memulai prektikum, buret yang sudah dicoba dengan air harus di
bilas dengan NaOH agar ketika melakukan praktikum tidak meggangu
konsentrasi dari NaOH. Percobaan ini termasuk percobaan yang mudah dan
biasa dilakukan tapi diperlukan kesabaran dan ketilitian dalam mentitrasi
perubahan warna.
A.Standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan KC8H15O4.
Untuk menyiapkan larutan NaOH 0,1 M dan larutan KC8H15O4
tidak dilakukan karena sudah disiapkan di lab. Jika buret sudah
dibersihkan dan diuji coba dengan akuades, tuang NaOH pada buret
sampai di angka 0, dan siapkan larutan KC8H15O4 10 mL ke dalam
tabung erlenmeyer 250 mL dan tambahkan 2 tetes indikator
fenoftalein, lalu aduk hingga larut dengan baik. Kemudian titrasi secara
perlahan dengan NaOH yang ada dalam buret, usahakan tidak ada
NaOH yang menempel pada dinding tabung erlemeyer, karena 1 tetes
berpengaruh dalam percobaan ini. Setelah secara perlahaan
perubahan warna mulai kelihatan lakukan lebih pelan lagi dan adukaduk selama 20 detik untuk memastikan warna telah berubah atau
tidak. Lakukan sampai perubahan warna yang terjadi tidak terlalu
pekat. Lakukan percobaan ini secara berulang sebanyak 3x, hal ini
dilakukan untuk memastikan volume yg diperlukan titran untuk
mentitrasi KC8H15O4 yang sebenarnya.
Dari percobaan pertama ini kami dapatkan hasil data sebagai
berikut:
1. Volume NaOH pada titrasi kasar
: 24,3 mL
2. Volume NaOH pada titrasi kedua
: 24,7 mL
3. Volume NaOH pada titrasi ketiga
: 24,2 mL

1. Molaritas NaOH pada titrasi kasar


n NaOH = n 8154
11 = 22
24,3 x 1 = 10 x 0,01869
1 = 0,0769

2. Molaritas NaOH pada titrasi kedua


n NaOH = n 8154
11 = 22
24,2 x 1 = 10 x 0,01869
1 = 0,0772
B.Titrasi Cuka Dengan Larutan NaOH 0,1 M.
Dalam langkah pertama yaitu mengencerkan cuka tidak
dilakukan karena sudah disiapkan di lab. Tapi jika belum disiapkan
dapat dilakukan langkah berikut: pipet 10 mL cuka ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian tambahkan akuades hingga tanda batas pada labu
ukur dan tandai dengan larutan CH3COOH (langkah ini dilakukan untuk
mengencerkan cuka 20x). Setelah mengencerkan cuka, masukkan
NaOH 0,1 M ke dalam tabung hingga menunjukkan angka 0. Lalu pipet
CH3COOH dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2 tetes indikator
fenoftalein, kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Lakukan
percobaan ini dengan hati- hati seperti percobaan pertama, jika sudah
mulai bereaksi lakukan dengan pelan dan aduk selama 20 detik.
Lakukan percobaan ini sebanyak 3x untuk mengetahui volume titran
(NaOH 0,1 M) yang digunakan untuk mentitrasi CH3COOH yang
sebenarnya.
Dari percobaan kedua ini juga didapat hasil data sebagai berikut:
1. Volume NaOH pada percobaan pertama : 24,7 mL
2. Volume NaOH pada percobaan kedua : 23,2 mL
3. Volume NaOH pada percobaan ketiga : 23 mL
Disini kita melihat perbedaan volume pada percobaan pertama, kedua
dan ketiga. Percobaan pertama bisa kita anggap sebagai titrasi kasar
(untuk memperkirakan volume titran), pada percobaan kedua dan
ketiga bisa kita anggap sebagai titrasi teliti (untuk menentukan volume

titran yang sesungguhnya) dapat dikatakan titrasi teliti karena tidak


terjadi perubahan volume yang terlalu signifikan.

1. Molaritas asam cuka pada percobaan pertama


n NaOH = nCH3COOH
V1M1 = V2M2
24.7 mL x 0,1 M = 10 mL x M2
M2 = 0,24 M

2. Molaritas asam cuka pada percobaan kedua


n NaOH = nCH3COOH
V1M1 = V2M2
23.2 mL x 0,1 M = 10 mL x M2
M2 = 0.23 M

3. Molaritas asam cuka pada percobaan ketiga


n NaOH = nCH3COOH
V1M1 = V2M2
23 mL x 0,1 M = 10 ml x M2
M2 = 0.23 M
Nilai rata-rata pada molaritas asam cuka adalah
M= 0.24 + 0.23 +0.23 = 0.23 M
3
Untuk mengetahui seberapa besar konsetrasi CH3COOH dalam cuka komersil
maka dibutuhkan perhitungan larutan cuka yang telah diencerkan dan
perhitungan larutan cuka pekat. Sehingga didapatkan persamaa sebagai
berikut.
1. n CH3COOHpekat = n CH3COOHencer
11 = 22
0.23 M x 100 mL = 2 x 5 mL
2 = 4.6 M
%(v/v) =


%
asam cuka 10

%(v/v) = 4.6 M x 60.05 g/mol %

1.049 g/mL x 10
%(v/v) = 26.33 %
Kesimpulan
Perhitungan konsentrasi cuka menggunakan metode titrasi dengan
larutan NaOH 0.1 M. Cuka yang diuji mempunyai konsentrasi sebesar 26.33
%, dimana persentase ini cukup jauh dengan persentase cuka yang tertera
dalam botol cuka makanan yaitu sebesar 25%. Sehingga konsentrasi cuka
dalam makanan tidak sesuai dengan konsetrasi pada perhitungan diatas. Hal
tersebut dapat disebabakan oleh berbagai faktor seperti.
1. Pengamatan perubahan warna yang tidak sesuai dengan titik ekivalen
sehingga melebihi nilai titik ekivalen
2. Penggunaan larutan KC8H15O4 dan NaOH tidak tepat 10 mL
3. Kesalahan volume NaOH dalam buret
4. Proses titrasi yang dilakukan terlalu cepat atau terlalu lambat
5. Keran titrasi yang kurang diberi vaseline sehingga terjadi penetesan
dari luar keran (bocor)
Daftar Pustaka
Overton, G.-r. C. a. T., 2003. Descryptive Inorganic Chemistry. 3rd. New York:
Freeman and Company.
Iriyanti,N.,

2012.[Online]

Available

at:

http://bisakimia.com/2013/11/09/indikator-asam-basa/
[Diakses 13 April 2015].
R.A.Day, J. &. (2001). QUANTITATIVE ANALYSIS sixth Edition. Penerbit
Erlangga
TimDosenKimiaAnalitik.(2014).
Modul 1: Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan (Titrasi Asam
Basa). Serpong

Lampiran

Gambar 1.1 Hasil standardisasi NaOH

Gambar

1.2

Hasil

dengan NaOH standar


Tugas Akhir Praktikum
1. Mol NaOH =

4
204,22 /

Mol NaOH= 0,019 mol


MNaOH = = 0,019 = 0,19
V
0,1
0,19 x 10 ml = 18,7 ml x
= 0,1016 (konsentrasi tepat NaOH)

2. Mol CH3COOH = mol NaOH


=MxV
= 0,1016 x 4 = 0,4064
M CH3COOH

= 0,406410 = 0,04064

0,04064 x 100 ml = 5 ml x
= 0, 8 ( konsentrasi CH3COOH sebelum diencerkan)

titrasi

cuka

%(v/v) =


asam cuka 10 %

%(v/v) = 0,8M 60,05 gram/mol


1,049 / 10 %
%(v/v) = 48,04
10,49 %
%(v/v) = 4,579 %
3. Sumber galat yang mungkin terjadi dalam percobaan adalah galat
operatif dan galat proporsional. Galat operatif adalah galat yang
berkaitan dengan keterbatasan kemampuan manusia sebagai pelaku
percobaan. Dalam praktikum ini, galat operatif ini bisa terjadi saat
pelaku percobaan menimbang dengan cara yang salah atau kurang
tepat dan kurang akurat dalam melihat perubahan warna saat titik
akhir titrasi. Galat proporsional adalah galat yang terjadi jika suatu
substan yang tidak diinginkan berada dalam sampel dan dapat
mengganggu proses yang akan terjadi. Galat proporsional dalam
praktikum ini adalah galat karbonat. Galat karbonat terjai karena titrasi
menggunakan NaOH, dimana NaOH mudah menyerap 2 sehingga
terjadi pengotor seperti natrium karbonat. Galat karbonat terjadi
karena dua ion digunakan untuk membentuk 32 . Galat pasti
atau galat sistematis adalah galat yang berasal dari penyebab yang
pasti sepeti instrumen yang tidak dikalibrasi secara benar, pengotor
dalam tabung reaksi, reaksi samping dalam titrasi, dan pemanasan
sampel dalam suhu yang terlalu tinggi. Galat pasti tidak memiliki arah
terhadap nilai sebenarnya dan biasanya terjadi berulang kali.
(R.A.Day,2001). Natrium karbonat dapat menciptakan endapan dan
mengurangi jumlah NaOH. Akibatnya konsentrasi NaOH dapat berubah
dan akan memengaruhi konsentrasi asam cuka yang diteliti. Sebagai
akibat dari galat tersebut konsentrasi pada cuka komersil praktikum
memiliki nilai lebih besar 1.33%

Anda mungkin juga menyukai