Anda di halaman 1dari 79

Skip to content

CATATAN PASKAHRANI
Apa saja yang bisa saya bagikan disini semoga dapat bermanfaat bagi kalian semua
^_^

 HOME
 TULISAN
 KISAHKU
 CERITA
 CERPEN ANAK
 KULIAH

Laporan Praktikum Perhitungan Ralat


Paskahrani August 1, 2015August 1, 2015 Laporan Praktikum KIMFIS 1

Sharing is caring!

 Facebook
 Twitter
 Google+
 Pinterest

Nama/NIM : Ribka Retno Paskahrani/652014019


Kelompok : A/V
Tanggal Praktikum : 21 Mei 2015

Judul : Perhitungan Ralat

Tujuan

o Menentukan kesesuaian dalam membuat grafik.


o Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil pengukuran secara benar.
o Menentukan jenis-jenis ralat yang terjadi pada saat pengukuran benda tersebut.
o Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.

Pendahuluan
Didalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar. Aktivitas mengukur
menjadi sesuatu yang penting untuk dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang
dipelajari. Mengukur juga dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu
fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Apabila dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar
pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukung.
Dengan pengukuran ini akan diperoleh data-data numerik yang menunjukkan karakteristik dari
permasalahan tersebut. Tetapi karena berbagai sebab tidak mungkin kita dapat mengetahui hasil dari
pengukuran tersebut secara eksak, karena hasil pengukuran selalu mengandung ketidakpastian maka hasil
dilaporkan sebagai suatu bilangan lengkap dengan batas toleransi.
Dilihat dari sisi tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik dari permasalahan tersebut diantaranya
adalah pada saat melakukan pengukuran, pembacaan hasil ukuran sering dilakukan dengan pengiraan,
yaitu jika saat mengukur alat pengukur tersebut tidak tepat pada suatu garis skala. Hal itu menyebabkan
ketidakpastian yang disebut ralat pembacaan. Kemudian sebelum pengamatan harus disesuikan terlebih
dahulu dan penyesuain tersebut tidak mungkin kita lakukan dengan sempurana, ini disebut dengan ralat
penyesuaian. Selain itu apabila hasil pengukuran saru besaran dengan dua cara yang berbeda dapat berbeda
juga dan ini disebut ralat sistematis. Dengan salah satu argumen diatas, dapat kita ketahui bahwa betapa
penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam ilmu fisika untuk memperoleh hasil atau data dari
suatu pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.
Bahan dan Metode
Bahan

o Balok alumunium
o Penggaris
o Jangka sorong
o Buret 50 ml.
o Neraca pegas
o Neraca beban atas
o Neraca Mettler
o Micrometer skrup
o Tali

Metode

1. Diukur panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga
kali dan dicatat hasilnya.
2. Diukur panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan sebanyak
tiga kali dan dicatat hasilnya.
3. Diukur volume air buret dari atas, tengah dan bawah. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan
dicatat hasilnya.
4. Diukur massa balok menggunakan neraca pegas. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan dicatat
hasilnya.
5. Diukur massa balok menggunakan neraca beban atas. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan
dicatat hasilnya.
6. Diukur massa balok menggunakan neraca mettler. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan
dicatat hasilnya.
Diukur panjang, lebar dan tinggi balok menggunakan micrometer skrup. Pengukuran dilakukan sebanyak
tiga kali dan dicatat hasilnya.
Hasil Percobaan

1. Pengukuran p, l dan t balok dengan penggaris Ketelitian = 0,1 cm

I II III

P (cm) 2,0 2,0 2,0

L (cm) 1,9 1,9 1,9

T (cm) 2,0 2,0 2,0

2. Pengukuran p, l dan t balok dengan jangka sorong Ketelitian = 0,0005 cm

I II III

P (cm) 2,0000 2,0000 2,0000

L (cm) 1,9900 1,9900 1,9900

T (cm) 2,0000 2,0000 2,0000

3. Pengukuran volume air buret Ketelitian = 0,1 ml

I II III

Atas (ml) 25,9 25,9 25,9

Tengah (ml) 26,1 26,1 26,1

Bawah (ml) 26,2 26,2 26,2

4. Pengukuran massa balok dengan neraca pegas Ketelitian = 0,01 cm

I II III

F (N) 0,15 0,14 0,14


5. Pengukuran massa balok dengan neraca beban atas Ketelitian = 0,2 gr

I II III

Massa (gr) 21,6 21,6 21,6

6. Pengukuran massa balok dengan neraca mettler Ketelitian = 0,0001 gr

I II III

Massa (gr) 21,3906 21,3912 21,3913

7. Pengukuran p, l dan t balok dengan micrometer skrup Ketelitian = 0,001 cm

I II III

P (cm) 1,960 1,990 1,920

L (cm) 1,980 1,990 1,990

T (cm) 1,990 1,990 1,990

Jawab Pertanyaan
1. a. Pengukuran p, l dan t dari balok alumunium menggunakan penggaris
ketelitian = 0,1 cm

I II III Rata-rata

P (cm) 2,0 2,0 2,0 2,0

L (cm) 1,9 1,9 1,9 1,9

T (cm) 2,0 2,0 2,0 1,9


(iii) Setelah dihitung volume balok dari ralat mutlak dan ralat nisbi, hasilnya hampir sama jika pada ralat
nisbi nilainya dibulatkan. Tetapi jika dibandingkan kedua metode tersebut jelas lebih mudah ralat mutlak
untuk digunakan dalam perhitungan dan mudah dipahami daripada ralat nisbi. Akan tetapi ralat nisbi lebih
teliti daripada ralat mutlak, karena hasil dari ralat nisbi lebih dari dua angka bilangan desimalnya (sebelum
pembulatan).
2. a. Pengukuran p, l dan t balok alumunium dengan jangka sorong (ketelitian = 0,0005 cm)

I II III Rata-rata

P (cm) 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000

L (cm) 1,9900 1,9900 1,9900 1,9900

T (cm) 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000


Setelah dihitung volume balok dari ralat mutlak dan ralat nisbi, hasilnya hampir sama jika pada ralat nisbi
nilainya dibulatkan, selain itu angka penting yang digunakan pada kedua ralat tersebut sudah sesuai dengan
ketelitian jangka sorong. Tetapi jika dibandingkan kedua metode tersebut jelas lebih mudah ralat mutlak
untuk digunakan dalam perhitungan dan mudah dipahami daripada ralat nisbi. Akan tetapi ralat nisbi lebih
teliti daripada ralat mutlak, karena hasil dari ralat nisbi lebih dari dua angka bilangan desimalnya (sebelum
pembulatan).
3. (i) Ralat Pembacaan
Atas = ( 25,9±0,1)ml
Tengah = ( 26,1±0,1)ml
Bawah = ( 26,2±0,1)ml
Volume dilihat dari atas = ( 25,9±0,1)ml-0,1
Volume dilihat dari bawah = ( 26,2±0,1)ml+0,1
Ralat Pengiraan = 1/2 (26,3-25,8)ml
= 1/2 (0,5)ml
= 0,25 ml
(ii) Ralat Paralaks ( penyesuaian) = (26,1±0,25)ml
4. Ketelitian volume total dari buret bervolume 50 ml adalah sampai 0,25%.
a. (i) Ralat Sistematis = [(0,25% x Vawal) + (0,25% x Vakhir)]ml
= [(0,25% x 2,41) + (0,25% x 14,88)]ml
= 0,043225 ml ≈ 0,04 ml
(ii) Ralat Kebetulan: 1. [(14,88 + 0,04) – (2,41 – 0,04)]ml
= (14,92 – 2,37)ml
= 12,55 ml
2. [14,88 – 0,04) – (2,41 + 0,04)]ml
= (14,84 – 2,45)ml
= 12,39ml
Jadi Ralat Kebetulannya adalah sebagai berikut :
1/2 (12,55-12,39)ml = 0,08 ml
b. (i). Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi ralat sistematis adalah dengan kalibrasi.
(ii). Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi ralat kebetulan adalah dengan mengukur volume
dari buret seteliti mungkin.
5. Dalam sebuah laporan ditemukan hasil pengukuran dan hasil perhitungan :

Pengukuran Hasil Pengukuran Pembetulan

Suhu laboratorium 26,30 ± 0,2 (26,3 ± 0,2)


Arus listrik (3 ± 0,2) A (3,0 ± 0,2) A
Perbedaan potensial 100 ± 5 ×103 V (100 ± 5) .103 V
Kalor yang dilepaskan 3346 ± 128 J (3,346 ± 0,128) kJ
Kalor jenis (0,88 ± 0,038) JK-1g-1 (0,880 ± 0,038) JK-1g-1
0,9 (1 ± 0,04) JK-1g-1 (0,900 ± 0,036) JK-1g-1

6. Pengukuran massa balok dengan neraca pegas (ketelitian = 0,01 N)

I II III Rata-rata

F (N) 0,15 0,14 0,14 0,143


e. Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap ralat tersebut
adalah volume. Karena dalam volume perhitungannya meliputi tiga komponen yang harus diukur, yaitu
panjang, lebar dan tinggi. Sedangkan pada massa hanya meliputi satu komponen yang harus ditentukan
yaitu besarnya F, selain itu besarnya kerapatan adalah m/v itu dapat membuktikan kalau volume
menyumbangkan yang paling besar.
f. Perhitungan pada c, d dan e diulangi dengan menggunakan hasil Latihan 2 (Jangka Sorong).
(iiii) Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap ralat tersebut
adalah massa. Karena dalam perhitungan ini kemungkinan alat ukur penggaris dan massa berbeda.
Ketelitiannya pun berbeda dan jika dilihat dalam ketelitiannya jangka sorong lebih teliti dalam penggaris,
tetapi bisa saja hasilnya berbeda karena beberapa faktor seperti kesalahan dalam menetukan ketelitian
setiap alat ukur.
g. Pengukuran volume lebih dulu diperbaiki, karena dalam perhitungan volume lebih dominan dalam
mempengaruhi hasil dari nilai kerapatan.
7. Pengukuran massa balok dengan neraca beban atas (ketelitian = 0,2 gr)

I II III Rata-rata

Massa (gr) 21,6 21,6 21,6 21,6

a. Massa balok alumunium = 21,6 gram


b. Ralat = (21,6±0,2) gr
c. Kerapatan menggunakan hasil dari Latihan 1 (penggaris).
e. Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap ralat tersebut
adalah volume. Karena dalam volume perhitungannya meliputi tiga komponen yang harus diukur, yaitu
panjang, lebar dan tinggi. Sedangkan pada massa hanya meliputi satu komponen yang harus ditentukan
yaitu besarnya F, selain itu besarnya kerapatan adalah itu dapat membuktikan kalau volume
menyumbangkan yang paling besar.
f. Perhitungan pada c, d dan e diulangi dengan menggunakan hasil Latihan 2 (Jangka Sorong).
(i) Menentukan kerapatan balok

(iiii) Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap ralat tersebut
adalah massa. Karena dalam perhitungan ini kemungkinan alat ukur penggaris dan massa berbeda.
Ketelitiannya pun berbeda dan jika dilihat dalam ketelitiannya jangka sorong lebih teliti dalam penggaris,
tetapi bisa saja hasilnya berbeda karena beberapa faktor seperti kesalahan dalam menetukan ketelitian
setiap alat ukur.
g. Pengukuran volume lebih dulu diperbaiki, karena dalam perhitungan volume lebih dominan dalam
mempengaruhi hasil dari nilai kerapatan.
8. Pada arus listrik (I) = (2,7 ± 0,2) A, hambatan (R) = (57 ± 1) W, waktu (t) = 4 menit ± 5 detik = (240 ±
5) detik dan 1 joule = 0,24 kalori dapat dihitung sebagai berikut :
a. Kalor yang dilepas:
W = I2 R t = (2,7)2 57 240 = 99.727,2 J
q = W 0,24 kalori = 99.727,2 0,24 kalori
= 23.934,528 kal = 23,93 kkal

= I2R.T + 2IR.TI + I2 RT
= [(2,7)2 1 240] + [2 2,7 57 240 0,2] + [(2,7)2 57 5]
= 1749,6 + 14774,4 + 2077,65 = 18601,65 J
Δq = 18601,65 0,24 kal = 4464,396 kal = 4,46 kkal
Jadi notasi pada Kalor yang dilepas = |23,93 ± 4,46|kkal
b. Syarat praktis yang hrus dipenuhi untuk pendekatan ini adalah sebagai berikut

Syarat tersebut sudah terpenuhi karena nilainya > 1/10.


c. Pengukuran yang harus diperbaiki terlebih dahulu agar ralat menjadi lebih kecil adalah pengukuran arus,
karena dalam rumus, nilai arus akan dikuadratkan, sehingga nilainya menjadi dua kali lebih besar. Jika
nilai yang didapat dari pengukuran nilainya kecil, maka hasil ralat akan bernilai kecil juga, namun
sebaliknya jika arus yang dimiliki nilainya juga besar, maka ralat akan semakin besar pula.
d. Jika ralat dalam pengukuran yang menyumbangkan paling banyak terhadap besarnya ralat total menjadi
10x lebih kecil, maka yang harus diperkecil menjadi 10x lebih kecil adalah ralat pada arus, karena arus
yang menyumbangkanpaling besar sehingga besar dari ralat total sebagai berikut :

= I2R.T + 2IR.TI + I2 RT
= [(2,7)2 1 240] + [2 2,7 57 240 0,2/10] + [(2,7)2 57 5]
=1749,6 + 1477,44 + 2077,65 = 50.304,69
Δq = 50.304,69 0,24 = 1273,1256 kal = 1,27 kkal
Jadi notasi pada kalor yang dilepas = (23,93 ± 1,27) kkal.
9. a. Kerapatan balok alumunium pada latihan 6 dengan metode diferensial total:

Jadi notasi Ralat kerapatan = (1,91 ± 0,44) kg/cm3


b. Jika dibandingkan dengan ralat kerapatan no.6 nilainya sebenarnya sama, hanya saja dengan
perhitungan pada no.6 yaitu pada ralat mutlak khususnya mudah dan sederhana rumusnya dan pada ralat
nisbi dibandingkan dengan metode diferensial sama telitinya, karena angka desimalnya sampai empat
angka yang merupakan lebih baik ketelitiannya.
Jika dibandingkan dengan no.6 lebih mudah perhitungannya apalagi pada ralat mutlak, rumus yang
digunakan mudah dipahami dan sederhana sehingga mudah digunakan sehingga perhitungannya lebih
mudah dan hasil yang diberikan tepat.
10. a. Dilihat dari tabel 0-1 kurang sesuai dengan metode angka tidak berdimensi sehingga tidak perlu
diperbaiki lagi.
Perbaikan untuk tabel pada hal 11:

(F ± 1)/N (l ± 0,05.10-3)/m

5 0.25

10 0.40

15 0.60

20 0.75

25 1.10

30 1.45

Yang harus diperbaiki hanya pada penulisan besaran/satuan.


b. (i) Data yang diberikan dalam tabel sudah sesuai dengan tabel kecuali pada nilai F/N = 5, namun l/m
tidak tepat = 0.25
(ii) Metode “angka tidak berdimensi” sudah sesuai.
(iii) Grafik sudah sesuai dengan kaidah-kaidah (1)-(4), yaitu:
(1) Sudah memenuhi kaidah “angka tidak berdimensi”.
(2) Sudah memenuhi kaidah-kaidah menggambar grafik, tetapi belum sesuai dengan hukum Hooke,
karena pada hukum hooke grafik perpanjangan sebagai fungsi beban harus garis lurus.
(3) Sudah memenuhi kaidah menyisipkan dan menambahkan, namun tidak dapat ditambahkan
hanya garis lurus begitu saja karena tidak hukum Hooke tidak berlaku.
(4) Sudah memenuhi kaidah meluruskan (melinierkan) grafik.
11. Arti fisis sendiri memiliki arti bahwa hubungan antara K dan T dapat dinyatakan sebagai fungsi linier
dari ln K terhadap 1/T dan grafiknya berupa garis lurus, sehingga definisi tersebut dapat diterapkan pada
titik (4,06 ; -2,10) yang berarti bahwa 4,06/1000K saat ln K bernilai (-2,10) dan dari titik tersebut dapat
ditentukan besar kemiringan garis. Dari nilai kemiringan garis tersebut dapat dihitung nilai , yang
mempunyai arti fisis. Sehingga dapat dihitung nilai K dan T :
Ln K = -2,10
K = Ln-1 –2,10 = 0,1225

12. Kemiringan rata-rata dengan data bagian ln K antara 1,6 dan -2,0 sebagai berikut :

Sehingga catatan tersebut sudah masuk akal, karena memang benar semakin panjang garis lurus yang
digunakan untuk menentukan kemiringan, makin kecil ralat pembacaannya.
13. a Karena pada 8.5.1 digunakan untuk menentukan kemiringan rata-rata dan mempunyai arti fisis yang
berarti. Selain itu untuk membuat grafik menggunakan satu garis lurus yang panjang supaya ralat
pembacaannya semakin kecil dan nilai yang berada di luar garis tidak diperhitungkan atau diabaikan.
Sedangka pada 8.5.2 digunakan untuk menentukan ralat dalam kemiringan dan yang membuat berbeda
adalah untuk membuat grafik pada 8.5.2 ini digunakan dua garis yang berbeda yaitu garis yang paling
curam dan yang paling landai.

Dengan keterangan sebagai berikut :


DHo = entalpi reaksi
p = tetapan untuk jangkauan suhu terbatas.
c. Pada tekanan tetap dan tidak ada kerja tambahan maka dapat dirumuskan suatu persamaa sebagai berikut
:

14. a. Tabel untuk menggambar grafik:

(m±0,3)/gr (p±0,2)/cm (Dl±0,2)/cm


0 31.5 0

5 31.9 0.4

10 33.1 1.6

15 33.7 2.2

20 35.9 4.4

25 36.8 5.3

30 37.5 6.0

Dl =Pn-P1 misalnya: Dl = P2-P1 = 31.9-31.5 = 0.4


b. Grafik

c. Menurut teori berlaku suatu persamaan Dl = km dengan k tetapan pegas, persamaan tersebut didapat dari
grafik:
(i) Nilai dan satuan dari k

(ii) Ralat dari nilai k berdasarkan nilai kemiringan maksimal dan minimal yang mungkin berdasarkan letak
titik ukur dan ralat dalam letak titik ukur ini:
Ralat k: (0,180 ± 0,037) cm/gr
d. Ralat sistematis, dari grafik saat m = 0 danDl ¹ 0:
y = ax + b
Dl = k.m + b
untuk m = 0, Dl = – 0,2 (dari grafik)
Dl = k.m + b
-0,2 = k.0 + b
b = -0,2 , sehingga persamaan lain supaya ralat sistematis tidak ada: Dl = k.m –0,
e. Arti fisis dari suku-suku yang diturunkan adalah Dl = k.m, dengan pengertian :
Dl : rata-rata perubahan panjang setiap perubahan massa tertentu
k : konstanta pegas yang digunakan
m : massa yang diukur
f. Jika sebuah jeruk dipasang pada pegas ini, dengan panjang pegas = 37.3 cm dan
Dl = 37.3 – 31.5 = 5,8 cm, maka didapat hasil sebagai berikut :
(i) Dl = 5.8 cm maka m = 27.5 gr atau m = (27,5 ± 0,2) gr
(ii) massa jeruk menurut rumus:

g. Dari kedua cara penentuan massa jeruk maka yang lebih mudah digunakan dengan melihat pada grafik,
tetapi cara ini tidak cukup teliti, sehingga lebih baik juga diimbangi dengan menggunakan rumus, supaya
hasil yang didapat akan lebih teliti dan tepat.
15. Pengukuran p, l dan t balok dengan micrometer skrup (ketelitian = 0,001 cm)

I II III Rata-rata

P (cm) 1,960 1,990 1,920 1,957

L (cm) 1,980 1,990 1,990 1,987

T (cm) 1,990 1,990 1,990 1,990

L =lxt
= (1,987 x 1,990) cm2
16. Pengukuran massa balok dengan neraca mettler (ketelitian = 0,0001 gr)

I II III Rata-rata

Massa (gr) 21,3906 21,3912 21,3913 21,3910

Pembahasan
Dari data percobaan yang telah dilakuakan dan hasil perhitungan diatas, nilai ralat dapat ditentukan dari
hasil pengukuran dan angka penting sesuai pada jumlah desimal pada setiap pengukuran, itu menunjukkan
ketelitian dari masing-masing alat ukur yang digunakan. Maka dari itu perlu dituliskan ralat dan penulisan
ralat yang benar pada setiap pengukuran.
Pada penggunaan alat ukur penggaris dan jangka sorong, dalam pengukuran lebih teliti menggunakan
jangka sorong, karena pada jangka sorong angka-angka pada alat tersebut ditunjukkan dengan jelas,
sehingga apabila pengukuran tersebut tidak pada bilangan bulat maka dapat diketahui dengan jelas
bilangan desimalnya, selain itu terlihat juga dari ketelitian jangka sorong. Ketelitian jangka sorong lebih
tinggi dari penggaris. Sehingga penulisan ralat pada Penggaris dan Jangka sorong dituliskan sebagai
berikut :

Pada pembacaan buret, dilakukan dari atas tengah dan bawah. Hal ini dilakukan karena dalam menentukan
pembacaan volume yang tepat selalu mengandung ketidakpastian sehingga untuk mendapatkan hasil yang
tepat dilakukan pembacaan dari atas, tengah dan bawah. Maka dari itu dari pembacaan buret tersebut
didapat data-data yang digunakan untuk menentukan ralat penyesuaian. Nilai ralat penyesuaia yang didapat
dari perhitungan diatas adalah Ralat Paralaks ( penyesuaian) = (26,1±0,25)ml
Selain itu kita juga melakukan pengukuran volume dan kerapatan dari balok alumunium dengan melihat
panjang, lebar dan tinggi dari balok tersebut. Untuk mendapatkan nilai dari volume dan kerapatan balok
kita menggunakan alat ukur yaitu neraca pegas, neraca beban atas. Perhitungan tersebut dilakukan dengan
ralat mutlak, ralat nisbi dan ralat kerapatan.Dalam perhitungan tersebut yang paling mudah digunakan
untuk perhitungan adalah ralat mutlak karena rumus yang digunakan lebih sederhana dan mudah dipahami
sehingga hasil yang didapat kemungkinan lebih tepat sehingga kesalahan dalam perhitungan dapat
dihindari.
Untuk membuat grafik, kita harus memperhatikan kaidah-kaidah seperti berikut:
(1) Memenuhi kaidah “angka tidak berdimensi”.
(2) Memenuhi dan sesuai pada hukum Hooke
(3) Sesuai dengan apa yang harus disisipkan dan ditambkahkan
(4) Memenuhi kaidah meluruskan (melinierkan) grafik.
Apabila sudah sesuai dengan kaidah-kaidah tersebut setidaknya grafik yang kita buat sudah benar dan
tepat. Selain itu, untuk mempermudah membuat grafik, terlebih dulu membuat tabel, kemudian
menentukan skala yang tepat sehingga saat dibaca, grafik akan lebih mudah dipahami. Dari grafik tersebut
kita dapat menetukan nilai dari kemiringan rata-rata yang dicari dengan teori yang berlaku dan nilai yang
tercuram dan terlandai.
Untuk pengukuran dengan menggunakan micrometer skrup dan neraca mettler, data yang didapat sudah
sesuai dengan ketelitian yang pada alat ukur tersebut sehingga hanya perlu menuliskan notasi ralat pada
pengukuran tersebut. Notasi ralat yang dtuliskan sebagai berikut :

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar mahasiswa atau praktikan sudah mampu menggunakan alat ukur yang digunakan.
2. Terdapat beberapa ralat yang digunakan, tetapi ralat yang digunakan lebih dominan pada ralat mutlak
dan ralat nisbi.
3. Dalam pengukuran terdapat ketidakpastian sehingga perlu dituliskan dalam notasi ralat yang sebagai
berikut :
4. Dalam membuat grafik, sebagian besar sudah sesuai pada kaidah-kaidah yang ada, hanya saja ada
beberapa yang belum sesuai, yaitu belum sesuia dengan hukum Hooke.

Daftar Pustaka

o Smith Henk, 2000, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 1, Suliyono, UKSW


o http://shofaifa.blogspot.com/2013/02/laporan-fisika-dasar-pengukuran.html?m=1
Lewati ke konten utama

MAJU

 RUMAH

 ANALYTICS

 SESI

 UNGG AH

 1

MODUL I PENGUKURAN LINIER 1.1 Tujuan Praktikum


DIUNGGAH OLEH

Imam Budiyanto

 VIEWS

 INFO

lebih

UNDUH

spesifik, tetapi
tidak mungkin
menghasilkan
pengukuran yang
tepat.
1.2.1.2 Akurasi
Keakurasian
pengukuran harus
dicek dengan cara
membandingkan
terhadapnilai
standar yang
ditetapkan. Keaku
rasian alat ukur
juga harus
diperhatikan
secara periodik
dengan metode
kalibrasi dua titik.
1.2.1.3 Satuan
Pengukuran
Dalam kehidupan
sehari-hari
mungkin anda
menemui satuan-
satuan
berikut:membeli
air dalam galon,
minyak dalam
liter, dan diameter
pipa dalam
inchi.Satuan-
satuan di atas
merupakan
beberapa contoh
satuan dalam
systemInggris
(British). Selain
satuan-satuan di
atas masih ada
beberapa satuan
lagidalam sistem
Inggris, antara
lain ons, feet,
yard, slug, dan
pound. Setelah
abadke-17,
sekelompok
ilmuwan
menggunakan
sistem ukuran
yang mula-
muladikenal
dengan nama
sistem Metrik.
Pada tahun 1960,
sistem
Metrikdipergunak
an dan diresmikan
sebagai Sistem
Internasional
(SI)m,
karenasatuan-
satuan dalam
system ini
dihubungkan
dengan bilangan
pokok 10sehingga
lebih
memudahkan
penggunaannya.G
ambar 1.1. Tabel
Besaran Pokok
Beserta
Satuannya(Sumbe
r:
http://3.bp.blogsp
ot.com/-
6zqXSydv7UE/U
xUI1qK0HpI/AA
AAAAAAAFU/t-
8ibeDXFms/s160
0/besaran_pokok.
png)
Gambar 1.2.
Tabel besaran
turunan berserta
dimensi dan
satuannya(Sumbe
r:
http://2.bp.blogsp
ot.com/-
oyOwbetBPoc/U
Bo1kHbd5cI/AA
AAAAAADjg/To
BYbN--
ljQ/s400/tabel+be
saran+turunan.gif
)SI juga tetap
mengakui satuan

satuan diluar
satuan dasar
karena satuan-
satuan itu masih
dipergunakan
secara luas. SI
merupakan sistem
yang
mudahdipakai
karena sistem itu
menyediakan
sejumlah awalan
yang
menyajikankuanti
ta yang lebih
besar atau lebih
kecil dari
kuantitas baku.
Besaran
yanglebih besar
merupakan
kelipatan dari
sepuluh, dan
besaran yang
lebih
kecilmerupakan
pecahan desimal.
Tabel 3, di bawah
ini menunjukkan
awalan-awalan
dalam system
Metrik yang
dipergunakan
untuk menyatakan
nilai-nilaiyang
lebih besar atau
lebih kecil dari
satuan dasar.
(Munadi,S.Dkk.1
988)
1.2.1.4 Alat ukur
Macam-Macam
Alat Ukur dan
Kegunaannya

Guna
menentukan nilai
dari luas, entah itu
ukuran pokok
atau turunan
besar. Pengukuran
dengan perasaan
atau perasaan itu
tidak
jelassah. Untuk
menentukan nilai
dari

nilai-nilai dengan
presisi diperlukan
untuk mengukur
yang sesuai
dengan
jenis besarannya.
(Munadi, S.1981)
1.2.2 Mikrometer
Bagian-Bagian
Mikrometer.Gam
bar 1.3. Bagian
-
bagian
mikrometer(Sumb
er:http://smkypfat
ahillahclg.blogspo
t.com/2011/06/fu
ngsi-dan-
bagianmikromete
er.html)Bagian-
bagian
mikrometer:1.
Landasan2.
Rahang ukur3.
Poros Geser4.
Klem5. Tabung
ukur6. Tabung
Putar (Timble)7.
Skala Nonius8.
Skala ukuran9.
Ratset10. Rangka
atau Bingkai
1.2.2.1 Bentuk Mi
krometer
Mikrometer
dilengkapi dengan
bentuk yang
bermacam-
macam,disesuaika
n dengan
fungsinya. mikro
meter luar
memiliki
bentukrangka
menyerupai huruf
C
DENGAN rahang
ukur ya ng
DAPAT
di GeserATAU di
SETEL Dan
dilengkapi
DENGAN skala
Anda ukuran,
skala Anda
Nonius
tabung putar, Dan
ratset seperti
terlihat PADA
gambar Diatas.
1.2.2.2 Fungsi Mi
krometer
Mikrometer
adalah alat
pengukuran
presisi dengan
ketelitian yang
akuratdan
akurat. Benda
kerja adalahhasil
dari pekerjaan
pemesinan,
misalnya
produkdari
pekerjaa mesin
bubut, mesin
frais, mesin
gerindra dan
semacamnya.Kete
litian dari
mikrometer dapat
mencapai angka
0,10 mm sd
0,001mm. Mikro
meter terbuat dari
bahan yang cocok
dengan
pengerjaanyang
sangat teliti dan
standar.
1.2.3 Mikrometer
dalam tiga
kaki (Holtest,
Triobor)
Mikrometer
dalam tiga kaki
untuk mengukur
diameter dalam
cermat,karena
kedudukan
mikrometer selalu
tetap ditengah
lingkaran.Keteliti
annya mencapai
0,005
mm. (Rochim,
Taufiq.2004) Ga
mbar 1.4.
Micrometer Tiga
Kaki
Triobor(Sumber
: http://www.msi-
viking.com/assets
/images/78xtz-
1.jpg)
1.2.4 Jangka Soro
ng
Ketelitian
pengukuran
sangat diperlukan
dalam mendesain
sebuah
alat.Kekurangtelit
ian sering kali
membuat alat
tersebut tidak
berfungsioptimal
atau bahkan tidak
berfungsi sama
sekali. Contoh
sekrup yangakan
dipakai memiliki
diameter tidak
sama dengan
pasangannya,wala
upun selisih 0,01
mm maka
keduanya tidak
dapat dirangkai
dengan baik.
Kalau
komponen sekrup
ini dipasang pada
mobil, tentunya
mobiltidak akan
berfungsi dengan
normal, bahkan
bisa menimbulkan
kecelakaan.
Jangka sorong
dan mikrometer
sekrup adalah alat
yangdapat
digunakan untuk
mengukur
panjang sebuah
benda
denganketelitian
yang sangat
bagus. Jangka
sorong memiliki
batas
ketelitian0,05
mm, artinya
ketepatan
pengukuran alat
ini bisa sampai
0,05 mmterdekat.
Jangka Sorong
memiliki
duamacam skala :

Skala Utama
(dalam satuan cm)
Skala Nonius
(dalam satuan
mm)Gambar 1.6.
Cara membaca
Skala Jangka
Sorong(Sumber
: http://masahyat3
2.blogspot.com/2
012/10/membaca-
alat-ukur-
jangkasorong-
dan_4461.html) G
ambar 2.3 Cara
membaca Skala
Jangka
Sorong(Sumber
: http://masahyat3
2.blogspot.com/2
012/10/membaca-
alat-ukur-
jangkasorong-
dan_4461.html)
BLOG#GOBLOG
TELUSURI

Contoh Laporan
Praktikum Pengukuran
(FISIKA)
November 18, 2015

Assalamu'alaikum . . .

pada postingan kali ini saya memposting salah satu contoh laporan praktikum fisika yang berjudul pengukuran,

sebenernya laporan ini udah lama saya buat, kira kira setahun yang lalu lah, tapi waktu itu saya belum punya blog,

jadi belum bisa berbagi sama agan agan sekalian, tapi sekarang mumpung udah punya blog, saya akan berbagi

ilmu dengan agan agan sekalian,

baiklah berikut contoh laporan praktikum Fisika yang saya maksud :

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/tgl : Selasa / 2 September 2014

Judul : Pengukuran

Tujuan : : Mengukur besaran dengan menggunakan berbagai

jenis alat ukur panjang.

A. Landasan Teori
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran

yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Sesuatu

yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran,

sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan.

B. Alat dan Bahan

1. Jangka Sorong 7. Balok (batang) Kayu

2. Kelereng

3. Kawat Tembaga

4. Kertas

5. Mikrometer sekrup

6. Penggaris/mistar

C. Langkah Kerja
1. Identifikasikanlah peralatan yang diperlukan dalam percobaan berikut

ini.

NO GAMBAR KETERANGAN

1. Nama Alat Jangka Sorong

Ketelitian 0,1 mm ,

Kegunaan : Untuk mengukur diameter luar dan


dalam suatu benda

2. Nama alat Mikrometer Sekrup

Ketelitian 0,01 mm ,

Kegunaan : Untuk mengukur ketebaln suatu benda


yang tipis.

3. Nama Alat Mistar / penggaris

Ketelitian 1 mm

Kegunaan : Untuk Mengukur Panjang suatu benda


dengan ukuran panjang tertentu.

2. Mengukur panjang balok (batang) kayu dengan mistar Centimeter dan

Melimeter lakukan pengukuran dengan posisi mata masing masing

berbeda.

3. Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong dan

mikrometer sekrup,lakukan pengukuran oleh 4 orang yang berbeda,

carilah rata rata hasil pengukuran yang telah dilakukan.


4. Mengukur Tebal kertas dengan menggunakan Jangka Sorong dan

Mikrometer sekrup,lakukan pengukuran oleh 4 orang berbeda. Carilah

rata rata hasil keempat pengukuran yang telah dilakukan.

5. Mengukur diameter Kawat tembaga dengan menggunakan Jangka

sorong dan Mikrometer Sekrup, lakukan pengukuran oleh 4 orang

berbeda. Carilah rata rata hasil keempat pengukuran yang telah

dilakukan.

D. Data Hasil percobaan

1. Hasil pengukuran Panjang Balok Kayu

Pengukuran Dari Dengan Mistar sentimeter Dengan mistar Milimeter


Arah

1 (Kanan) 10,6 cm 106 mm

2 (tengah) 10,6 cm 106 mm

3 (kiri) 10,5 cm 105 mm

4 (Kanan) 10,6 cm 106 mm

5 (tengah) 10,6 cm 106 mm


6 (kiri) 10,5 cm 105 mm

Rata - rata 10,57 cm 105,7 mm

2. Hasil pengukuran Diameter kelereng

Pengukuran ke- Dengan Jangka sorong Dengan Mikrometer sekrup

1 17.2 mm 17,24 mm

2 17.2 mm 17,27 mm

3 17.2 mm 17,18 mm

4 17.2 mm 17,33 mm

Rata-rata 17.2 mm 17,255 mm

3. Hasil Pengukuran tebal kertas

Pengukuran ke- Dengan Jangka sorong Dengan Mikrometer sekrup

1 0,3 mm 0,26 mm
2 0,3 mm 0,26 mm

3 0,3 mm 0,26 mm

4 0,3 mm 0,26 mm

Rata-rata 0,3 mm 0,26 mm

4. Hasil pengukuran Diameter kawat tembaga

Pengukuran ke- Dengan Jangka sorong Dengan Mikrometer sekrup

1 0,9 mm 0,7 mm

2 0,9 mm 0,7 mm

3 0,9 mm 0,7 mm

4 0,9 mm 0,7 mm

Rata-rata 0,9 mm 0,7 mm

E. Analisis data

1. Dari hasil pengukuran panjang kayu,alat ukur manakah yang lebih teliti

pengukurannya ? Berikan alasannya . . . .


Jawab : Mistar millimeter, karena ketelitiannya lebih kecil dibandingkan

mistar sentimeter, yaitu 1mm sehingga kemungkinan terjadinya

kesalahan itu lebih kecil.

2. Pada saat mungukur panjang balok kayu posisi mata mana yang paling

teliti melakukan pengukuran ? Jelaskan alasannya. . . .

Jawab : Posisi Mata no 2 / Tegak lurus dengan benda yang diukur

karena dengan posisi demikian akan mempermudah melihat titik

pengukuran, dan memperkecil terjadinya kesalahan.

3. Dari hasil pengukuran diameter kelereng, alat ukur manakah yang lebih

teliti pengukurannya? Berikan alasannya…

Jawab : Jangka sorong, karena jangka sorong Memang digunakan untuk

Mengukur diameter suau benda.


4. Dari hasil pengukuran tebal kertas, alat ukur manakah yang lebih teliti

pengukurannya? Berikan Alasannya . . . .

Jawab : Mikrometer sekrup, Karna ketebalan kertas sangat tipis jadi

dengan menggunakan micrometer sekrup akan lebih mudah dalam

pengukurannya sebab micrometer sekrup memiliki batas ketelitian 0,01

mm dibandingkan jangka sorong yang memiliki batas ketelitian 0,1 mm.

5. Andaikan anda diminta untuk mengukur diameter rambut, sementara

alat ukur yang tersedia adalah mistar, jangka sorong dan micrometer

sekrup. Alat ukur manakah yang akan anda gunakan ? Mengaka demikian

Jawab : micrometer sekrup, karena micrometer sekrup memiliki batas

ketelitian yang sangat kecil yaitu 0,01 mm dibandingkan dengan Mistar

dengan ketelitian 1mm dan Jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm.

Dengan demikian menggunakan micrometer sekrup akan memperkecil

kemungkinan terjadinya kesalahan.


F. Kesimpulan

1. Melakukan pengukuran secara berulang atau lebih dari satu kali

bertujuan untuk Memastikan Bahwa pengukuran yang telah kita lakukan

benar benar Akurat,dan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan.

2. Melakukan pengukuran harus menggunakan alat ukur yang tepat supaya

hasil pengukurannya lebih Tepat/Akurat karena dengan menggunakan

alat ukur yang tepat akan memperkecil kesalahan pengukuran.

3. Ketelitian pengukuran bias terlihat dari skala alat ukur yang digunakan.

Semakan kecil satuan yang digunakan maka ketelitiannya semakin Tepat

atau akurat .

oke, demikian lah contoh laporan praktikum ini, mohon maaf apabila

terdapat kesalahan, maklum baru belajar Blogger, . . . :D


BERBAGI

Label

Pendidikan

LABEL: PENDIDIKAN

BERBAGI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Mudah membuat Mind


Mapping
November 19, 2015

Otak kita tidak didesain untuk menghafal catatan linear alias runtut ke

bawah. Cmencatat dengan metode mindmapping akan membuat otak

kanan dan kiri bekerjasama.

Mindmapping adalah sebuah cara baru untuk mencatat ide maupun

gagasan pikiran. Metode ini dipopulerkan oleh Tony Buzan, seorang

penulis dan bintang televisi terkenal dari Inggris.Sistem ini jauh lebih

efektif dari sistem mencatat linear yang selama ini kita lakukan sejak

masih di bangku sekolah dasar. Mencatat materi runtut ke bawah

menggunakan urutan nomor dan angka ternyata tidak sesuai dengan cara

bekerja otak kita. Mencatat secara linear berarti menggunakan cara kerja

otak kiri, sedangkan mencatat dengan sistem mindmapping adalah cara

bekerja otak kanan yang melibatkan kreativitas, imajinasi, visualisasi dan


berhubungan langsung dengan otak bawah sadar sehingga mudah untuk
diingat.

Karena cara kerjanya yang sesuai dengan cara kerja otak manusia,

mencatat dengan mindmapping membuat Anda mengingat materi lebih

l…
BERBAGI

POSTING KOMENTAR

BACA SELENGKAPNYA

Ciri-Ciri Virus Shortcut


November 17, 2015

Assalamu'alaikum wr wb

Bismillah. . . Pada postingan saya yang pertama kaliini adalah tentang ciri

ciri virus shortcut, dikarenakan di PC saya terinfeksi virus shortcut maka

timbul rasa ingin tahu saya terhadap ciri ciri virus ini dan juga cara

menghapusnya dari Pc saya, tetapi pada postingan ini saya hanya

memposting ciri ciri nya saja.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri virus Shorcut itu sendiri :

Setelah menginfeksi komputer anda, dia akan membuat file induk dengan

nama database.mdb yang berada di folder MyDocuments.Virus ini akan

membuat file autorun.inf pada setiap drive dan folder anda. dan biasanya

menginfeksi komputer dari sebuah flashdisk.Virus ini akan membuat file

thumb.db (note: untuk thumbs.db pada drive atau folder anda

merupakan file cache dari komputer anda yang asli. Jika thumb.db
merupakan database dari virus. hati-hati dengan perbedaan nama yang
akan mengelabuhi anda.)Untuk menjebak korban, virus ini akan membuat

file microsoft.ink dan extensi.ink disetiap f…


BERBAGITop of Form

Laporan Praktikum Alat Ukur Dasar


Judul Percobaan : ALAT UKUR DASAR
Tanggal Percobaan : 22 Oktober 2016
Tujuan Percobaan : Mempelajari cara menggunakan jangka sorong dan
mikrometersekrup
Tinjauan Pustaka
Daryanto (1997:14) menyatakan, "Untuk mengukur barang yang panjang dan tidak
membutuhkan ketelitian yang tinggi digunakan meteran dan mistar baja. Sedangkan untuk
menghasilkan pengukuran yang teliti dipergunakan mistar ingsut dan mikrometer".
Hikam (2005:15) menyatakan, "Suatu pengukuran yang akurat dan presisi sangat
bergantung pada metode pengukuran dan alatukur. Hasil pengamatan yang baik akan
berarti/bermanfaat jika pengolahan dikerjakan secara tepat, oleh karena itu harus ada
pengetahuan yang lengkap tentang presisi, pengukuran, cara analisis,teori ralat, dan
statistik".
Alonso (1992: 12) menyatakan, "Pengukuran adalah suatu teknik mendekatkan suatu
bilangan pada suatu sifat fisik dengan membandingkan suatu besaran standar yang telah
diterima sebagai suatu satuan. Kebanyakan pengukuran yang dilakukan dilaboratorium
disederhanakan sedemikian rupa"`
Data Pengamatan
a. Hasil Pengamatan
No. Percobaan Lebar Dasar Diameter Lubang Kedalaman Diameter Batang
Statif (D) Lubang
1 3.13 cm 0.99 cm 3.155 cm 0.995 cm
2 3.71 cm 1.005 cm 3.14 cm 0.845 cm
3 3.71 cm 1.095 cm 3.165 cm 0.87 cm
4 3.125 cm 1.015 cm 3.185 cm 0.86 cm
5 3.12 cm 1.01 cm 3.145 cm 0.89 cm
Rata - Rata 3.359 cm 1.023 cm 3.158 cm 0.892 cm

b. Perhitungan L atau D (Kesalahan/penyimpangan pengukuran) Dengan rumus L= –


L atau
No. Percobaan Lebar Dasar Diameter Lubang Kedalaman Diameter Batang
Statif (D) Lubang
1 0.229 cm 0.033 cm 0.003 cm -0.103 cm
2 -0.351 cm 0.018 cm 0.018 cm 0.047 cm
3 -0.351 cm -0.072 cm -0.007 cm 0.022cm
4 0.234 cm 0.008 cm -0.027 cm 0.032 cm
5 0.239 cm 0.013 cm 0.013 cm 0.002 cm
Rata - Rata 0 0 0 0
Pengolahan Data
 Hasil Pengamatan Tabel I
1. Percobaan 1
Dik: SU= 3.1 cm
Sn = 3 cm
NST= 0.01 cm
Dit: Hp1...?
jwb: Hp1 = SU + Sn.NST
=(3.1 + 3(0.01)) cm
= 3.13 cm
2. Percobaan 2
Dik: SU = 3.7 cm
Sn = 1 cm
NST= 0.01 cm
Dit: Hp2...?
jwb: Hp2= SU=Sn.NST
= 3.7 + 1(0.01)
= 3.71 cm
3. Dan seterusnya..
 Hasil Pengukuran Diameter Lubang
1. Percobaan 1
Dik: Su = 0.9cm
Sn = 9 cm
NST= 0.01 cm
Dit: Hp1...?
jwb: Hp1= SU +Sn.NST
= 0.9 + 9 (0.01)
= 0.99 cm
2. Dan seterusnya...
 Hasil Pengukuran Kedalaman Lubang
1. Percobaan 1
Dik: SU = 3.1 cm
Sn = 5.5 cm
NST = 0.01 cm
Dit: Hp1...?
jwb: Hp1 = SU +Sn.NST
= 3.1 + 5.5 (0.01)
= 3.155 cm
2. Dan seterusnya
 Hasil Pengukuran Diameter Batang
1. Percobaan 1
Dik: SU = 0.9 cm
Sn = 9.5 cm
NST = 0.01 cm
Dit: Hp1...?
jwb: Hp1 = SU +Sn. NST
= 0.9 + 9.5 (0.01)
= 0.995 cm
2. Dan seturusnya..

B. Hasil Pengamatan Tabel II


 Hasil Perhitungan Lebar Dasar Statif
1. Percobaan 1
Dik: Lrt = 3.359 cm
L = 3.13 cm
Dit:🔺L...?
jwb: 🔺L1 = Lrt - L
= 3.359 - 3.13
= 0.229 cm
2. Dan seterusnya
 Hasil Perhitungan Diameter Lubang
1. Percobaan 1
Dik:Drt = 1.023 cm
D = 0.99 cm
jwb: 🔺D1 = Drt - D
= 1.023 - 0.99
= 0.033 cm
dan seterusnya....

ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil percobaan praktikum I, mengenai pengukuran jangka sorong
dapat mengukur besaran lebar dasar statif, diameter lubang statif, kedalaman lubang dasar
statif, dan diameter lubang statif. Dalam jangka sorong cara untuk menentukan nilai suatu
garis skala nonius adalah dengan membandingkan jumlah garis garis skala nonius dengan
nilai satu skala utama.

KESIMPULAN

1. Jangka sorong lebih tepat jika digunakan untuk mengukur tebal dan
mikrometer sekrup lebih tepat untuk mengukur diameter benda.
2. Pada jangka sorong skala yang digunakan ada 2, yaitu skala nonius, dan
skala utama.
3. Mikrometer sekrup memiiki tingkat ketelitian 0.01 mm dan jangka sorong yaitu
0.05 mm.
4. Dalam melakukan pengukuran dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam
menentukan skala alat dasar fisika.
5. Apabila hasil dari perhitungan 🔺L atau 🔺D adalah 0, maka hasil dari
percobaaan tersebut benar.

Anda mungkin juga menyukai