Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Perhitungan Ralat

OLEH
Fransiskus Tri Wahyu Hananto(652016021)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2017
I. TUJUAN
Menentukan perhitungan ralat dari hasil pengukuran balok alumunium
Menentukan kesesuaian dalam membuat grafik.
Menentukan ketidakpastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil pengukuran secara
benar.
Menentukan jenis-jenis ralat yang terjadi pada saat pengukuran benda tersebut.

II. PENDAHULUAN
Maksud suatu pengukuran di dalam ilmu fisika ialah pada umumnya untuk menambah
pengetahuan kita tentang besarnya suatu besaran fisika. Karena berbagai sebab tidak mungkin
kita mengetahui besaran itu secara eksak, diantaranya :
1. Pada banyak pembacaan, kita harus melakukan suatu pengiraan, yaitu jikalau
penunjukan alat pengukur tidak tepat pada suatu garis skala. Hal itu menyebabkan
ketidakpastian yang disebut ralat pembacaan.
2. Mengukur berarti mempengaruhi yang diukur. Misalnya seringkali ada yang harus
disesuaikan sebelum pengamatan, dan penyesuaian itu tidak mungkin kita lakukan
dengan sempurna. Maka kita mengatakan ada ralat penyesuian.
3. Tidak semua sebab yang mempunyai pengaruh terhadap hasil pengukuran selalu dapat
kita perhitungkan. Karena itu hasil pengukuran dengan dua cara yang berbeda dapat
menghasilkan hasil yang berbeda. Hal ini disbut ralat sistematis.

III. BAHAN DAN METODA


Bahan :
- Tali
- Balok besi
- Jangka sorong
- Buret
- Statif
- Erlenmeyer
- Klem
- Corong
- Gelas beaker
- Neraca pegas
- Neraca beban atas
- Neraca mettler
- Mikrometer sekrup
- Air
- Penggaris
Metoda
1. Diukur panjang, lebar, tinggi dari balok dengan penggaris.
2. Diulangi pengukuran 3 kali dan dihitung nilai rata-rata serta diperiksa ralat
dalam semua pengukuran dari balok.
3. Dihitung volume dari balok dan ralat dalam nilai volume dengan metode 6.1
dan 6.2.3 dan dibandingkan.
4. Diulangi 3 langkah sebelumnya menggunakan jangka sorong.
5. Dibandingkan anga penting dan besarnya ralat pada kedua cara pengukuran
balok.
6. Diperiksa cara penggunaan dan pembacaan volume dari suatu buret bervolume
50 mL.
7. Diperkirakan ralat pembacaan dan ralat penyesuaian.
8. Diukur volume air dari buret.
9. Diukur massa dari balok menggunakan neraca pegas.
10. Dihitung ralat, ralat mutlak, ralat nisbi, dan kerapatan balok dari massa yang
diperoleh.
11. Diukur massa dari balok menggunakan neraca beban atas.
12. Dihitung ralat, ralat mutlak, ralat nisbi, dan kerapatan balok dari massa yang
diperoleh.
13. Diukur massa dari balok menggunakan neraca mettler.
14. Dihitung ralat massa untuk neraca mettler.
15. Diukur panjang, lebar, tinggi dari balok dengan mikrometer sekrup.
16. Dihitung luas dan ralat luas untuk mikrometer sekrup.

IV. HASIL
1. Pengukuran p, l, t balok alumunium dengan penggaris Ketelitian:0,05 cm
I II III
p (cm) 2 2 2
l (cm) 1,95 2 1,95
t (cm) 1,8 1,95 1,95

2. Pengukuran p, l, t balok alumunium dengan jangka sorong Ketelitian:0,05mm


I II III
p (cm) 1,79 1,79 1,79
l (cm) 1,79 1,79 1,79
t (cm) 1,77 1,775 1,78

3. Pengukuran volume air dari buret Ketelitian:0,05mL

I II III
Atas (mL) 15,9 15,9 15,9
Tengah (mL) 16,1 16,1 16,1
Bawah (mL) 16,3 16,4 16,4

4. Pengukuran massa balok alumunium dengan neraca pegas Ketelitian: 0,1 N


I II III
F (N) 0,06 0,08 0,08

5. Pengukuran massa balok alumunium dengan neraca beban atas Ketelitian: 0,2 g
I II III
Massa (g) 21,6 21,6 21,6

6. Pengukuran massa balok alumunium dengan neraca mettler Ketelitian: 0,001 g


I II III
Massa (g) 21,3940 21,3936 21,3940

7. Pengukuran p, l, t balok alumunium dengan mikrometer sekrup Ketelitian:0,01mm


I II III
p (mm) 19,5415 19,540 19,5405
l (mm) 19,5405 19,5405 19,5400
t (mm) 19,5220 19,5240 19,5240

V. JAWAB PERTANYAAN
1. A. Pengukuran p, l, t balok alumunium dengan penggaris Ketelitian:0,05 cm
I II III
p (cm) 2 2 2
l (cm) 1,95 2 1,95
t (cm) 1,8 1,95 1,95
2 2 2
p= = 2 = 0,05
3
= (20,00 0,50)103
1,95 2 1,95
l= = 1,97 = 0,05
3
= (19,70 0,50)103
1,8 1,95 1,95
t= = 1,9 = 0,05
3
= (19,00 0,50)103
B. (i) Ralat mutlak
=
= 20,00 19,70 19,00 109
= 7,486 106 3
=
= [(20.19,7.0,5 + 20.19.0,5 + 19.19,7.0,5) 109 ]3
= [(197 + 190 + 187,15) 109 ]3
= [574,15 109 ]3
= 0,57 106 3
Jadi ralat mutlak dapat ditulis :
= (7,49 0,57)106 3
(ii)Ralat nisbi
= 7,486 106 3
0,5 103
= = = 0,025
20 103
0,5 103
= = = 0,025381
19,7 103
0,5 103
= = = 0,026316
19 103
= [1 ( + + )100%]
= 20 19,7 19 109 [1 ( 0,076697)100%
= 7,486 106 [1 7,6697%] = 7,49 (1 57,42%)106 3
= (7,486 0,574154)106 (7,49 0,57)106 3
(iii) Setelah dihitung volume balok dari ralat mutlak dan ralat nisbi, hasilnya hampir
sama jika pada ralat nisbi nilainya dibulatkan. Tetapi jika dibandingkan kedua
metode tersebut jelas lebih mudah ralat mutlak untuk digunakan dalam
perhitungan dan mudah dipahami daripada ralat nisbi. Akan tetapi ralat nisbi
lebih teliti daripada ralat mutlak, karena hasil dari ralat nisbi lebih dari dua
angka bilangan desimalnya (sebelum pembulatan).

2.A. Pengukuran p, l, t balok alumunium dengan jangka sorong Ketelitian:0,05mm


I II III
p (cm) 1,79 1,79 1,79
l (cm) 1,79 1,79 1,79
t (cm) 1,77 1,775 1,78
1,79 1,79 1,79
p= = 1,79 = 0,005
3
= (17,900 0,050)103
1,79 1,79 1,79
l= = 1,79 = 0,005
3
= (17,900 0,050)103
1,77 1,775 1,78
t= = 1,775 = 0,005
3
= (17,750 0,050)103
Ralat mutlak
=
= 17,9 17,9 17,75 109 3
= 5,687278 106 5,687 106 3
=
= [(17,9.17,9.0,05 + 17,9.17,75.0,05 + 17,75.17,9.0,05) 109 ]
= [(16,0205 + 15,88625 + 16,0205) 109 ]3
= [47,92725 109 ] 3
= 0,048 106 3
Jadi ralat mutlak dapat ditulis :
= (5,687 0,048)106 3
Ralat nisbi
= 5,687 106 3
0,05 103
= = = 0,002793
17,9 103
0,05 103
= = = 0,002793
17,9 103
0,05 103
= = = 0,002817
17,75 103
= [1 ( + + )100%]
= 17,9 17,9 17,75 109 [1 ( 0,008403)100%
= 5,687 106 [1 0,8403%]
= (5,687 0,047788)106 (5,687 0,048)106 3
B.Setelah dihitung volume balok dari ralat mutlak dan ralat nisbi, hasilnya hampir sama
jika pada ralat nisbi nilainya dibulatkan, selain itu angka penting yang digunakan pada
kedua ralat tersebut sudah sesuai dengan ketelitian jangka sorong. Tetapi jika
dibandingkan kedua metode tersebut jelas lebih mudah ralat mutlak untuk digunakan
dalam perhitungan dan mudah dipahami daripada ralat nisbi. Akan tetapi ralat nisbi
lebih teliti daripada ralat mutlak, karena hasil dari ralat nisbi lebih dari dua angka
bilangan desimalnya (sebelum pembulatan).

3.(i)Ralat pembacaan
15,9+15,9+15,9
Atasrata-rata= = 15,9
3
Atas= (159,00 0,50)103
16,1+16,1+16,1
Tengahrata-rata= = 16,1
3
Tengah= (161,00 0,50)103
16,3+16,4+16,4
Bawahrata-rata= = 16,36667
3
Bawah= (163,67 0,50)103
Volume dilihat dari atas= [(159,00 0,50)103 0,05
Volume dilihat dari bawah= [(163,67 0,50)103 + 0,05

1
Ralat pengiraan= 2 (16,41715,95)
1
Ralat pengiraan= 2 (0,467)
Ralat pengiraan= 0,2335

(ii)Ralat Penyesuaian= (161,00 2,34)103

4. Ketelitian volume total dari buret bervolume 50 ml adalah sampai 0,25%.


a. (i) Ralat Sistematis = [(0,25% x Vawal) + (0,25% x Vakhir)]ml
= [(0,25% x 2,41) + (0,25% x 14,88)]ml
= 0,043225 ml 0,04 ml
(ii) Ralat Kebetulan: 1. [(14,88 + 0,04) (2,41 0,04)]ml
= (14,92 2,37)ml
= 12,55 ml
2. [14,88 0,04) (2,41 + 0,04)]ml
= (14,84 2,45)ml
= 12,39ml
Jadi Ralat Kebetulannya adalah sebagai berikut :
1/2 (12,55-12,39)ml = 0,08 ml
b. (i). Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi ralat sistematis adalah dengan
kalibrasi.
(ii).Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi ralat kebetulan adalah dengan
mengukur volume dari buret seteliti mungkin.
5. Dalam sebuah laporan ditemukan hasil pengukuran dan hasil perhitungan :

Pengukuran Hasil Pengukuran Pembetulan

Suhu laboratorium 26,30 0,2 (26,3 0,2)


Arus listrik (3 0,2) A (3,0 0,2) A
Perbedaan potensial 100 5 103 V (100 5) .103 V
Kalor yang dilepaskan 3346 128 J (3,346 0,128) kJ
Kalor jenis (0,88 0,038) JK-1g-1 (0,880 0,038) JK-1g-1
0,9 (1 0,04) JK-1g-1 (0,900 0,036) JK-1g-1

6.a. Pengukuran massa balok alumunium dengan neraca pegas Ketelitian: 0,1 N
I II III
F (N) 0,06 0,08 0,08
0,06+0,08+0,08
Frata-rata= = 0,0733
3

=
0,0733 = 9,8
= 0,007483
b. Perhitungan ralat dalam massa yang diukur :
= 0,1
=

=

0,1
=
9,8
= 0,010204
= 10,2 103
Notasi ralat dalam massa = ( ) = (0,007 10,2 103 )
c.Kerapatan dari balok menggunakan hasil dari latihan 1
7,483
= = = 0,999599 3 1 3
7,486 3

d.Ralat Mutlak

= +

10,2 0,57
= +
1 7,483 7,486
= (1,36308 + 0,07614) 1
= 1,43922 3 1,44 3
Notasi ralat mutlak = ( ) = (1,00 1,44) 3
Ralat nisbi
10,2
= = = 1,36308
7,483
0,57
= = = 0,07614
7,486

= [1 ( + )100%]

7,483
= [1 (1,36308 + 0,07614)100%] 3
7,486
= 0,99959[1 (1,43922)100%] 3
= 0,99959[1 143,922%] 3
= [0,99959 1,438629] 3 (1,00 1,44) 3

e.Dari perhitungan ralat kerapatan, yang paling berpengaruh terhadap ralat tersebut adalah
volume. Karena dalam volume perhitungannya meliputi tiga komponen yang harus diukur,
yaitu panjang, lebar dan tinggi. Sedangkan pada massa hanya meliputi satu komponen
yang harus ditentukan yaitu besarnya F, selain itu besarnya kerapatan adalah m/v itu dapat
membuktikan kalau volume memiliki pengaruh yang paling besar.

f.Mengulangi perhitungan c, d, e dengan hasil dari latihan 2


Kerapatan dari balok menggunakan hasil dari latihan 2
7,483
= = = 1,31580 3 1,316 3
5,687 3
Ralat Mutlak

= +

10,2 0,048
= +
1,316 7,483 5,687
= (1,36308 + 0,00844) 1,316
= 1,80492 3 1,805 3
Notasi ralat mutlak = ( ) = (1,316 1,805) 3
Ralat nisbi
10,2
= = = 1,36308
7,483
0,048
= = = 0,00844
5,687

= [1 ( + )100%]

7,483
= [1 (1,36308 + 0,00844)100%] 3
5,687
= 1,31580[1 (1,37152)100%] 3
= 1,31580[1 137,152%] 3
= [1,31580 1,80464] 3 (1,316 1,805) 3

Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap
ralat tersebut adalah massa. Karena dalam perhitungan ini kemungkinan alat ukur
penggaris dan massa berbeda. Ketelitiannya pun berbeda dan jika dilihat dalam
ketelitiannya jangka sorong lebih teliti dalam penggaris, tetapi bisa saja hasilnya berbeda
karena beberapa faktor seperti kesalahan dalam menetukan ketelitian setiap alat ukur.
g.Pengukuran volume lebih dulu diperbaiki, karena dalam perhitungan volume lebih
dominan dalam mempengaruhi hasil dari nilai kerapatan.
7.a. Pengukuran massa balok alumunium dengan neraca beban atas Ketelitian: 0,2 g
I II III
Massa (g) 21,6 21,6 21,6
Massa balok alumunium =21,6 g
b.Ralat= (21,6 0,2)
c.Perhitungan dengan data latihan 1

21,6
= = = 2,88538 3 2,89 3
7,486 3

d.Ralat Mutlak

= +

10,2 0,57
= +
2,89 21,6 7,486
= (0,472 + 0,07614) 2,89
= 1,58412 3 1,58 3
Notasi ralat mutlak = ( ) = (2,89 1,58) 3
Ralat nisbi
10,2
= = = 0,472
21,6
0,57
= = = 0,07614
7,486

= [1 ( + )100%]

21,6
= [1 (0,472 + 0,07614)100%] 3
7,486
= 2,88538[1 (0,54814)100%] 3
= 2,88538[1 54,814%] 3
= [2,88538 1,58159] 3 (2,89 1,58) 3

e.Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap
ralat tersebut adalah volume. Karena dalam volume perhitungannya meliputi tiga
komponen yang harus diukur, yaitu panjang, lebar dan tinggi. Sedangkan pada massa
hanya meliputi satu komponen yang harus ditentukan yaitu besarnya F, selain itu besarnya
kerapatan adalah itu dapat membuktikan kalau volume menyumbangkan yang paling
besar.
f.Mengulangi perhitungan c, d, e dengan hasil dari latihan 2
Kerapatan dari balok menggunakan hasil dari latihan 2
21,6
= = = 3,79813 3 3,798 3
5,687 3
Ralat Mutlak

= +

10,2 0,048
= +
3,798 21,6 5,687
= (0,472 + 0,00844) 3,798
= 1,82471 3 1,825 3
Notasi ralat mutlak = ( ) = (3,798 1,825) 3
Ralat nisbi
10,2
= = = 0,472
21,6
0,048
= = = 0,00844
5,687

= [1 ( + )100%]

21,6
= [1 (0,472 + 0,00844)100%] 3
5,687
= 3,79813[1 (0,48044)100%] 3
= 3,79813[1 48,044%] 3
= [1,31580 1,80464] 3 (1,316 1,805) 3
g.Dari perhitungan ralat dalam kerapatan yang paling banyak menyumbangkan terhadap
ralat tersebut adalah massa. Karena dalam perhitungan ini kemungkinan alat ukur
penggaris dan massa berbeda. Ketelitiannya pun berbeda dan jika dilihat dalam
ketelitiannya jangka sorong lebih teliti dalam penggaris, tetapi bisa saja hasilnya berbeda
karena beberapa faktor seperti kesalahan dalam menetukan ketelitian setiap alat ukur.
8. Pada arus listrik (I) = (2,7 0,2) A, hambatan (R) = (57 1) W, waktu (t) = 4 menit 5
detik = (240 5) detik dan 1 joule = 0,24 kalori dapat dihitung sebagai berikut :
a. Kalor yang dilepas:
W = I2 R t = (2,7)2 57 240 = 99.727,2 J
q = W 0,24 kalori = 99.727,2 0,24 kalori
= 23.934,528 kal = 23,93 kkal

2 2 2
= | | + | | + | |

= I2R.T + 2IR.TI + I2 RT
= [(2,7)2 1 240] + [2 2,7 57 240 0,2] + [(2,7)2 57 5]
= 1749,6 + 14774,4 + 2077,65 = 18601,65 J
q = 18601,65 0,24 kal = 4464,396 kal = 4,46 kkal
Jadi notasi pada Kalor yang dilepas = |23,93 4,46|kkal
b. Syarat praktis yang hrus dipenuhi untuk pendekatan ini adalah sebagai berikut

0,2
= = 0,074
2,7

1
= = 0,017
57

5
= = 0,021
240
Syarat tersebut sudah terpenuhi karena nilainya > 1/10.
c. Pengukuran yang harus diperbaiki terlebih dahulu agar ralat menjadi lebih kecil adalah
pengukuran arus, karena dalam rumus, nilai arus dikuadratkan, sehingga nilainya
menjadi dua kali lebih besar. Jika nilai yang didapat dari pengukuran nilainya kecil,
maka hasil ralat akan bernilai kecil juga, namun sebaliknya jika arus yang dimiliki
nilainya juga besar, maka ralat akan semakin besar pula.
d. Jika ralat dalam pengukuran yang menyumbangkan paling banyak terhadap besarnya
ralat total menjadi 10x lebih kecil, maka yang harus diperkecil menjadi 10x lebih kecil
adalah ralat pada arus, karena arus yang menyumbangkan paling besar sehingga besar
dari ralat total sebagai berikut :
2 2 2
= | | + | | + | |

= I2R.T + 2IR.TI + I2 RT
= [(2,7)2 1 240] + [2 2,7 57 240 0,2/10] + [(2,7)2 57 5]
=1749,6 + 1477,44 + 2077,65 = 50.304,69
q = 50.304,69 0,24 = 1273,1256 kal = 1,27 kkal
Jadi notasi pada kalor yang dilepas = (23,93 1,27) kkal.

9.a.
7,483
= = = 0,999599 3 1 3
7,486 3
( ) ( )
= | | + | |

1
= + 2

1 7,483
= 10,2 103 + 0,57
7,486 7,4862
7,483
= 1,36254 103 + 0,57
56,04019
7,483
= 1,36254 103 + 0,57
56,04019
= 1,36254 103 + 0,07611
= 1,36261 103 3 1,36 103 3
Notasi ralat kerapatan= (1,00 1,36 103 ) 3
b. Terjadi perbedaan hasil nilai ralat kerapatan dengan besarnya ralat yang dihitung pada
latihan no 6. Namun, dari cara perhitungan pada no.6 yaitu pada ralat mutlak khususnya
mudah dan sederhana rumusnya dan pada ralat nisbi dibandingkan dengan metode
diferensial sama telitinya, karena angka desimalnya sampai empat angka yang
merupakan lebih baik ketelitiannya.
c. no.6 lebih mudah perhitungannya apalagi pada ralat mutlak, rumus yang digunakan
mudah dipahami dan sederhana sehingga mudah digunakan sehingga perhitungannya
lebih mudah dan peluang ketepatannya akan lebih besar.

10.a.tabel 0-1 kurang sesuai dengan metode angka tidak berdimensi sehingga tidak perlu
diperbaiki lagi.

(F 1)/N (l 0,05.10-3)/m

5 0.25
10 0.40

15 0.60

20 0.75

25 1.10

30 1.45
b.(i)Data yang diberikan dalam tabel sudah sesuai dengan tabel kecuali pada nilai F/N = 5,
l/m tidak tepat = 0.25
(ii) Metode angka tidak berdimensi sudah sesuai.
(iii) Grafik sudah sesuai dengan kaidah-kaidah (1)-(4), yaitu:
(1) Sudah memenuhi kaidah angka tidak berdimensi.
(2) Sudah memenuhi kaidah-kaidah menggambar grafik, tetapi belum sesuai dengan
hukum Hooke, karena pada hukum hooke grafik perpanjangan sebagai fungsi
beban harus garis lurus.
(3) Sudah memenuhi kaidah menyisipkan dan menambahkan, namun tidak dapat
ditambahkan hanya garis lurus begitu saja karena tidak hukum Hooke tidak
berlaku.
(4) Sudah memenuhi kaidah meluruskan (melinierkan) grafik.

11. fisis sendiri memiliki arti bahwa hubungan antara K dan T dapat dinyatakan sebagai
fungsi linier dari ln K terhadap 1/T dan grafiknya berupa garis lurus, sehingga definisi
tersebut dapat diterapkan pada titik (4,06 ; -2,10) yang berarti bahwa 4,06/1000K saat ln
K bernilai (-2,10) dan dari titik tersebut dapat ditentukan besar kemiringan garis. Dari
nilai kemiringan garis tersebut dapat dihitung nilai , yang mempunyai arti fisis. Sehingga
dapat dihitung nilai K dan T :
Ln K = -2,10
K = Ln-1 2,10 = 0,1225
1000
1000 = 4,06 = = 245,4
4,06
12. Kemiringan rata-rata dengan data bagian ln K antara 1,6 dan -2,0 sebagai berikut :
Sehingga catatan tersebut sudah masuk akal, karena memang benar semakin panjang garis
lurus yang digunakan untuk menentukan kemiringan, makin kecil ralat pembacaannya.
13. a Karena pada 8.5.1 digunakan untuk menentukan kemiringan rata-rata dan mempunyai
arti fisis yang berarti. Selain itu untuk membuat grafik menggunakan satu garis lurus
yang panjang supaya ralat pembacaannya semakin kecil dan nilai yang berada di luar
garis tidak diperhitungkan atau diabaikan. Sedangka pada 8.5.2 digunakan untuk
menentukan ralat dalam kemiringan dan yang membuat berbeda adalah untuk membuat
grafik pada 8.5.2 ini digunakan dua garis yang berbeda yaitu garis yang paling curam
dan yang paling landai.

Dengan keterangan sebagai berikut :


DHo = entalpi reaksi
p = tetapan untuk jangkauan suhu terbatas.
c.Pada tekanan tetap dan tidak ada kerja tambahan maka dapat dirumuskan suatu
persamaa sebagai berikut :

14. a. Tabel untuk menggambar grafik:

(m0,3)/gr (p0,2)/cm (Dl0,2)/cm

0 31.5 0

5 31.9 0.4

10 33.1 1.6

15 33.7 2.2

20 35.9 4.4

25 36.8 5.3

30 37.5 6.0

Dl =Pn-P1 misalnya: Dl = P2-P1 = 31.9-31.5 = 0.4


b. Grafik

c. Menurut teori berlaku suatu persamaan Dl = km dengan k tetapan pegas, persamaan


tersebut didapat dari grafik:
(i) Nilai dan satuan dari k

(ii)Ralat dari nilai k berdasarkan nilai kemiringan maksimal dan minimal yang
mungkin berdasarkan letak titik ukur dan ralat dalam letak titik ukur ini:

Ralat k: (0,180 0,037) cm/gr


d. Ralat sistematis, dari grafik saat m = 0 danDl 0:
y = ax + b
Dl = k.m + b
untuk m = 0, Dl = 0,2 (dari grafik)
Dl = k.m + b
-0,2 = k.0 + b
b = -0,2 , sehingga persamaan lain supaya ralat sistematis tidak ada: Dl = k.m 0,
e. Arti fisis dari suku-suku yang diturunkan adalah Dl = k.m, dengan pengertian :
Dl : rata-rata perubahan panjang setiap perubahan massa tertentu
k : konstanta pegas yang digunakan
m : massa yang diukur
f. Jika sebuah jeruk dipasang pada pegas ini, dengan panjang pegas = 37.3 cm dan
Dl = 37.3 31.5 = 5,8 cm, maka didapat hasil sebagai berikut :
(i) Dl = 5.8 cm maka m = 27.5 gr atau m = (27,5 0,2) gr
(ii) massa jeruk menurut rumus:

g. Dari kedua cara penentuan massa jeruk maka yang lebih mudah digunakan adalah
dengan melihat pada grafik, tetapi cara ini tidak cukup teliti, sehingga lebih baik juga
diimbangi dengan menggunakan rumus, supaya hasil yang didapat akan lebih teliti
dan tepat.

15. Pengukuran p, l, t balok alumunium dengan mikrometer sekrup Ketelitian:0,01mm


I II III
p (mm) 19,5415 19,540 19,5405
l (mm) 19,5405 19,5405 19,5400
t (mm) 19,5220 19,5240 19,5240
Ketelitian= 0,01

1,95405 + 1,95405 + 1,95400


= = 1,95403
3
1,95220 + 1,95240 + 1,95240
= = 1,95230
3
=
= 1,95403 1,95230
= 3,814852
= 3,815 2 = 3,815 104 2
= +
= (1,95403 103 ) + (1,95230 103 )
= 3,90633 103 2
= 3,90633 103 2
= 3,906 107 2

Ralat luas= ( ) = (3,815 3,906)104 2

16. Pengukuran massa balok alumunium dengan neraca mettler Ketelitian: 0,001 g
I II III
Massa (g) 21,3940 21,3936 21,3940
21,3940+21,3936+21,3940
Massa= = 21,39386
3

Ralat massa= (21,394 0,001)

VI. PEMBAHASAN
Dari data percobaan yang telah dilakuakan dan hasil perhitungan diatas, nilai ralat
dapat ditentukan dari hasil pengukuran dan angka penting sesuai pada jumlah desimal
pada setiap pengukuran, itu menunjukkan ketelitian dari masing-masing alat ukur yang
digunakan. Maka dari itu perlu dituliskan ralat dan penulisan ralat yang benar pada setiap
pengukuran.
Pada penggunaan alat ukur penggaris dan jangka sorong, dalam pengukuran lebih
teliti menggunakan jangka sorong, karena pada jangka sorong angka-angka pada alat
tersebut ditunjukkan dengan jelas, sehingga apabila pengukuran tersebut tidak pada
bilangan bulat maka dapat diketahui dengan jelas bilangan desimalnya, selain itu terlihat
juga dari ketelitian jangka sorong.
Pada pembacaan buret, dilakukan dari atas tengah dan bawah. Hal ini dilakukan
karena dalam menentukan pembacaan volume yang tepat selalu mengandung
ketidakpastian sehingga untuk mendapatkan hasil yang tepat dilakukan pembacaan dari
atas, tengah dan bawah. Maka dari itu dari pembacaan buret tersebut didapat data-data
yang digunakan untuk menentukan ralat penyesuaian.
Selain itu kita juga melakukan pengukuran volume dan kerapatan dari balok
alumunium dengan melihat panjang, lebar dan tinggi dari balok tersebut. Untuk
mendapatkan nilai dari volume dan kerapatan balok kita menggunakan alat ukur yaitu
neraca pegas, neraca beban atas. Perhitungan tersebut dilakukan dengan ralat mutlak, ralat
nisbi dan ralat kerapatan.Dalam perhitungan tersebut yang paling mudah digunakan untuk
perhitungan adalah ralat mutlak karena rumus yang digunakan lebih sederhana dan mudah
dipahami sehingga hasil yang didapat kemungkinan lebih tepat sehingga kesalahan dalam
perhitungan dapat dihindari.
Untuk membuat grafik, kita harus memperhatikan kaidah-kaidah seperti berikut:
(1) Memenuhi kaidah angka tidak berdimensi.
(2) Memenuhi dan sesuai pada hukum Hooke
(3) Sesuai dengan apa yang harus disisipkan dan ditambkahkan
(4) Memenuhi kaidah meluruskan (melinierkan) grafik.
Apabila sudah sesuai dengan kaidah-kaidah tersebut setidaknya grafik yang kita buat
sudah benar dan tepat. Selain itu, untuk mempermudah membuat grafik, terlebih dulu
membuat tabel, kemudian menentukan skala yang tepat sehingga saat dibaca, grafik akan
lebih mudah dipahami. Dari grafik tersebut kita dapat menetukan nilai dari kemiringan
rata-rata yang dicari dengan teori yang berlaku dan nilai yang tercuram dan terlandai.
Untuk pengukuran dengan menggunakan micrometer skrup dan neraca mettler, data
yang didapat sudah sesuai dengan ketelitian yang pada alat ukur tersebut sehingga hanya
perlu menuliskan notasi ralat pada pengukuran tersebut.

VII.KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa ralat yang digunakan, tetapi ralat yang digunakan lebih
dominan pada ralat mutlak dan ralat nisbi.
2. Jadi notasi ralat pada setiap alat pengukuran :

Penggaris
Ralat Mutlak : = (7,49 0,57)106
Ralat Nisbi :
= 7,486 106 [1 7,6697%] = 7,49 (1 57,42%)106 3

Jangka Sorong

Ralat Mutlak :

= (5,687 0,047788)106 (5,687 0,048)106


Ralat Nisbi :

= (5,687 0,048)106 3
Buret
Ralat Penyesuaian= (161,00 2,34)103

Neraca Pegas
Ralat dalam massa= ( ) = (0,007 10,2 103 )
Ralat mutlak = ( ) = (1,00 1,44) 3

Ralat nisbi = [0,99959 1,438629] 3 (1,00 1,44) 3

Neraca Beban Atas


Ralat mutlak = ( ) = (2,89 1,58) 3
Ralat nisbi = [2,88538 1,58159] 3 (2,89 1,58) 3

Mikrometer sekrup
Ralat luas= ( ) = (3,815 3,906)104 2

Neraca Mettler
Ralat massa= (21,394 0,001)

3. Dalam pembuatan grafik masih tidak sesuai hokum Hooke

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Smith Henk, 2000, Petunjuk Praktikum Kimia Fisika 1, Suliyono, UKSW

IX. LAMPIRAN

- Tugas Awal
- Laporan sementara

Anda mungkin juga menyukai