TUJUAN
Menentukan PbCl2 dalam air pada beberapa suhu yang berbeda.
Menghitung tetapan kesetimbangan K sebagai fungsi suhu pada suatu kesetimbangan.
II. PENDAHULUAN
Pengaruh suhu pada pergeseran kesetimbangan berkaitaan dengan reaksi endoterm dan
eksoterm. Menurut asas Le Chatelier , ketika suhu sistem dinaikkan, maka reaksi sistem adalah
dengan menurunkan suhu. Akibatnya, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang
menyerap kalor (endoterm). Sebaliknya, jika suhu sistem diturunkan, kesetimbangan akan
bergeser ke pihak reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm).
Contoh:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = -92,2 kJ
Karena H negatif, maka reaksi ke kanan adalah reaksi eksoterm. (Masih ingatkan ya
konsep termokimia, hehe). Sebaliknya, reaksi ke kiri adalah reaksi endoterm.
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = -92,2 kJ ==> eksoterm
2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) H = +92,2 kJ ==> endoterm
Ketika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang
menyerap kalor (endoterm) atau ke kiri. Demikian juga sebaliknya, ketika suhu diturunkan,
maka kestimbangan akan bergeser ke kanan. (Harjani, 2013)
Dengan demikian terjadi perlawanan terhadap pengurangan temperatur itu, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah :
o Reaksi eksoterm : kenaikan temperatur akan menambah reaktan
o Reaksi endoterm : kenaikan temperatur akan menambah produk
Untuk meramalkan efek temperatur pada kesetimbangan yang lebih tepat adalah
dengan mentabulasikan G0 (T) sedemikian rupa sehingga interpolasi yang tepat dapat dibuat
di antara nilai-nilai yang tercantum. (Atkins, 1994)
PbCl2 Pb2+ (aq) + 2 Cl-(aq) K = [Pb2+] [Cl-]
Menurut termodinamika berlaku:
G = R T ln K
Dan dari ini dapat diturunkan:
H 0 1 S 0
log K =
19,15 T 19,15
Kelarutan PbCl2 akan ditentukan dengan mengambil volume tertentu dari larutan PbCl2
yang jenuh dan melekatkannya melalui suatu penukar kation dalam bentuk asam. Kemudian
jumlah asam yang dibebaskan oleh Pb2+ akan diukur secara volumetric.
rezin digolongkan atas 4 jenis, yaitu:
Rezin penukar ion kation bersifat asam kuat mengandung gugus HSO3- (asam
monosulfat)
Rezin penukar kation bersifat asam lemah mengandung gugus COOH
Rezin penukar kation bersifat basa kuat mengandung gugus amina tersier atau
kuartener
Rezin penukar kation bersifat basa lemah mengandung gugus OH- sehingga gugus
labil
Amberlite IR-120 yang dipakai dalam percobaan ini termasuk penukar kation bersifat asam
kuat.
IV. HASIL
Standarisasi NaOH
Titrasi I II III
Vol. Awal buret / ml 0 23,4 25,3
Vol. Akhir buret /
22,5 46 48,1
ml
Vol. Penambahan
22,5 22,6 22,8
/ml
Rata-rata 22,55 ml
Vol. Rata-rata = 22,55 ml
Mol asam oksalat = 0,1 = 7,93 . 10-4 mol
126
Mol NaOH = 2 mol Asam Oksalat
= 2 7,93 . 10-4 mol
= 1,58 . 10-3
M = n
V
1,58 .10 -3 mol
=
20,37.10 -3 L
= 0,07757 M
V. JAWAB PERTANYAAN
1) G = R T ln K
H - T . S = R T ln K
S
ln K = RT
S
log K = (2,303) R T
S
log K = - (2,303) R T (2,303) R
1 S
log K = - (2,303 8,314) T (2,303 8,314)
H 0 1 S 0
log k =- 19,15 T 19,15
2)
a. Perhitungan untuk setiap suhu
1. Nilai rata-rata volume NaOH 0,07757 M yang digunakan dan nilai ralat
0,322
MPbCl =
10
= 0,0322 M
2. Suhu Ruang
. MNaOH.VNaOH = MPbCl. VPbCl
0,3955
MPbCl =
10
= 0,03955 M
3. Suhu 40C
. MNaOH. VNaOH = MPbCl. VPbCl
0,5565
MPbCl =
10
= 0,05565 M
4. suhu 60C
. MNaOH. VNaOH = MPbCl. VPbCl
0,7105
MPbCl =
10
= 0,07105 M
Nilai ralat untuk nilai ini:
0,0322 0,07105
(0,07105)- = 0,0194
2
3. Nilai log K dan nilai ralat
1. Suhu Freezer
M . V 0,07 9,2
[OH-]= = =0,0644M
10 mL 10
= 0,0322 (0,0644)2
= 1,335 . 10-4
log K = - 3,874
2. Suhu Ruang
M . V 0,07 11,3
[OH]= = =0,0791
10 mL 10
= 0,03955 (0,0791)2
= 2,474 . 10-4
log K = - 3,606
3. Suhu 40C
M . V 0,07 15,9
[OH]= = =0,1113 M
10 mL 10
= 0,05565 (0,1113)2
= 6,893 . 10-4
log K = - 3,161
4. Suhu 60C
M . V 0,07 20,3
[OH]= = =0,1421 M
10 mL 10
= 0,07105 (0,1421)2
= 1,434 . 10-3
log K = - 2,843
(- 3,874 (- 2,843))
Ralat: -2,843 - =0,5155
2
b. Fluktuasi nilai untuk T dan dalam 1/T tidak dapat ditentukan sehingga suhu
dianggap sama yang dapat kita lihat dari suhu yang dicatat setiap 15 menit
menunjukkan nilai yang berubah-ubah namun tidak terlalu jauh. Sedangkan nilai
ralatnya diambil dari ralat termometer dengan ketelitian 0,1C.
1. Untuk T:
1. Suhu 6C = 279,15 K
Ralat = (279,15 0,1) K
0.00
-0.50 3.03 3.20 3.36 3.58
-1.00
1,1316(LOG K)
-1.50
-2.00
-2.50 LOG K
-2.84
-3.00
-3.16
-3.50 -3.60
-4.00 -3.87
-4.50
(1 0,1) . 10-3 (1/T)
H 0 max
Smin = (log K max+ ) 19,15
19,15 T
101460,1818
Smin = (-2,843 + ) 19,15 = 253,805 J/K
19,15 (329,15)
mol
403,528 253,805
Srata-rata = = 328,66J/K mol
2
II. Nilai Ralat
- Ralat nilai H = (132,873 101,46) = 31,413 kJ/mol
Hrata-rata = (117,166 31,413) kJ/mol
- Ralat nilai S = (403,528 253,805) = 149,723 J/K mol
Srata-rata = (328,66 149,723) J/K mol
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, dilakukan beberapa tahap untuk mengetahui konsenrasi PbCl2
dan pengaruh suhu terhadap kesetimbangan kalorimetri tak langsung. Penukar ion yang
digunakan pada percobaan ini adalah amberlite IR-120. Sebelum digunakan amberlite
didekantasi menggunakan akuades terlebih dahulu sehingga amberlite yang terkandung
bersifat netral. Proses dilakukan sampai akuades dalam amberlite tidak bereaksi asam
saat ditetesi indikator MO yaitu berwarna kuning.
Setelah itu kolom dipreparasi sebelum dimasukkan amberlite. Kolom diatur laju
tetesan dengan memasukkan kapas ke dalam kolom sampai tetesan tidak lebih dari 1
tetes / detik. Saat memasukkan amberlite dijaga agar bahan tersebut tetap basah agar
tidak terjadi keretakan pada kolom saat nanti digunakan.
Standarisasi NaOH dilakukan untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang nantinya
akan digunakan untuk menitrasi H+ yang dihasilkan dalam kolom penukar ion. Setelah
melalui proses perhitungan, konsentrasi NaOH yang akan dipakai untuk menitrasi hasil
kolom penukar ion sebesar 0,07757 M.
Kemudian PbCl2 jenuh dimasukkan dalam kolom penukar ion. Pada proses ini ion
Pb akan diikat oleh amberlite menggantikan H+, sehingga hasil dalam kolom ini adalah
2+
H+. Kemudian hasil dari kolom penukar ion ini dititrasi menggunakan NaOH yang telah
distandarisasi. Setelah dititrasi, volume NaOH yang ditambahkan dapat dimasukkan ke
perhitungan dan akan didapat konsentrasi H+. Konsentrasi H+ akan sebanding atau sama
besar dengan ion Pb2+ yang diikat oleh amberlite.
Jika dilihat dalam tabel, semakin tinggi suhu maka volume NaOH yang ditambahkan
dalam titrasi juga semakin banyak. Semakin besar suhu maka kelarutan PbCl2 semakin
banyak dan ion Pb2+ juga meningkat. Sehingga saat dimasukkan dalam kolom penukar
ion, jumlah ion Pb2+ yang diikat menjadi meningkat dan H+ yang dihasilkan juga ikut
meningkat. Maka dari itu saat dititrasi, volume yang ditambahkan untuk menetralkan H+
juga ikut bertambah.
Suhu berpengaruh terhadap tetapan kesetimbangan K. Semakin tinggi suhu maka
tetapan kesetimbangan K akan semakin kecil dengan kata lain suhu berbanding terbalik
dengan nilai tetapan kesetimbangan K. Sehingga dalam percobaan ini dapat dihitung nilai
suatu tetapan kesetimbangan K sebagai fungsi suhu untuk kesetimbangan. Nilai H
dapat ditentukan dengan melihat kemiringan grafik log K sebagai fungsi 1/T . Nilai dari
Hdan S 0.
VII.KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Kelarutan PbCl2 dalam air pada suhu freezer sebesar 0,00536 M, pada suhu
ruang sebesar 0,0065 M, pada suhu 40C sebesar 0,0097 M, dan pada suhu
60C sebesar 0,0118 M .
2) Tetapan kesetimbangan K pada suhu freezer sebesar 6,1366 107 pada
suhu ruang sebesar 1,0985 106 , pada suhu 40C sebesar 3,165 106 ,
dan pada suhu 60C sebesar 6,572 106.
VIII.DAFTAR PUSTAKA
Atkins, 1994, Kimia Fisika jilid 1, Jakarta : Penerbit Erlangga
Barrow, Gordon. M. 1988. Physical Chermistry. New York. Mc. Grow Hill. Inc.
Harjani, T., dkk.(2013). KIMIA: Untuk SMA/MA Kelas XI. Masmedia: Sidoarjo
IX. LAMPIRAN
- Tugas Awal
- Laporan sementara
LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA DAN
KESETIMBANGAN
Pengaruh Suhu terhadap Kesetimbangan; Kalorimetri tak Langsung
Disusun Oleh:
Fransiskus Tri Wahyu Hananto (652016021)
PROGDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA