Makalah
24819301
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari reaksi kimia dan perubahan energi yang
terlibat. Dalam mempelajari termokimia, diperlukan definisi “sistem” dan “lingkungan”.
Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi fokus perhatian kita. Lingkungan adalah segala
sesuatu selain sistem.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Entalpi
Entalpi berarti kandungan energi pada suatu benda. Entalpi dilambangkan dengan huruf H
(terkadang dengan h). Kita dapat mengetahui perubahan entalpi pada suatu reaksi dengan:
ΔH = Hproduk - Hreaktan
Dimana semuanya terdapat dalam satuan J atau kal.
Jika dihubungkan entalpi dengan hukum termodinamika yang pertama, maka entalpi secara
global tidak pernah berubah. Energi hanya bergerak, namun tidak bertambah atau berkurang.
Entalpi, H, yaitu fungsi keadaan yang merupakan jumlah dari energi dalam (E) dan hasil kali
dari tekanan (P) dan volum (V) sistem. Pada tekanan konstan, perubahan entalpi, ΔH, yang
terjadi dalam suatu reaksi disebut juga sebagai entalpi reaksi (ΔHrx) memiliki nilai yang sama
dengan kalor reaksi (q).
3
Entalpi reaksi (ΔHrx) juga merupakan fungsi keadaan, yang nilainya bergantung pada H akhir dan
Hawal. Dalam suatu reaksi kimia, “akhir” dan “awal” bisa dinyatakan sebagai “produk” dan
“reaktan”. Jadi, Hproduk dapat lebih dari ataupun kurang dari Hreaktan sehingga tanda nilai
ΔHrx bergantung pada apakah kalor diserap atau dilepas oleh sistem reaksi. Reaksi disebut
eksoterm bilamana melepas kalor sehingga entalpi sistem menurun dan ΔH rx< 0. Reaksi disebut
endoterm bilamana menyerap kalor sehingga entalpi sistem meningkat dan ΔH rx> 0.
Gambar 1. Diagram termokimia: entalpi untuk reaksi eksoterm (A) dan endoterm (B)
Kesetimbangan Reaksi dibagi menjadi dua jenis, sesuai dengan arah perpindahan energi.
Mereka adalah : (a) reaksi eksoterm dan (b) reaksi endoterm. Kita akan membahas yang
pertama dahulu.
a) Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm, adalah kejadian dimana panas mengalir dari sistem ke lingkungan.
Maka, ΔH < O dan suhu produk akan lebih kecil dari reaktan. Ciri lain, suhu sekitarnya
akan lebih tinggi dari suhu awal.
Contoh
C(s)+O2 -> CO2 (g) ΔH=-393.4 kJ mol-1
4
Diagram reaksi eksoterm berupa:
b) Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah kejadian dimana panas diserap oleh sistem dari lingkungan.
Maka, ΔH > 0 dan suhu sekitarnya turun.
Contoh:
Semua persamaan termokimia akan dituliskan dengan kondisi standar (STP) sebagai acuannya,
yaitu 1 atm (101.3 kPa) dan 25oC (298 K). Ini digunakan karena unsur pada kondisi ini berada
dalam tingkat paling stabil.
5
Persamaan termokimia akan menyatakan jumlah mol reaktan dan produk, serta menyatakan
jumlah energi yang terlibat. SI untuk ΔH adalah kJ mol-1. 'mol-1' tidak menyatakan jumlah
penyusun senyawa, namun jumlah per mol dalam persamaan tersebut, biasanya dengan acuan
mol produk adalah 1. Contoh
CO(g) + 1/2 O2(g) -> CO2(g) ΔH= -283 kJ mol-1
2CO(g) + O2(g) -> 2CO2(g) ΔH= -566 kJ mol-1
Bernama lain kalor pembentukan standar yang merupakan perubahan entalpi ketika 1 mol
senyawa terbentuk dari unsur-unsurnya pada kondisi standar.
Merupakan perubahan entalpi jika 1 mol suatu zat terbakar sempurna pada kondisi
standar.
Dikenal dengan atomisasi unsur yang merupakan perubahan entalpi jika 1 mol
berbentuk gas terbentuk dari unsur dalam bentuk fisik pada kondisi standar. Reaksi
pengatoman akan memiliki ⧋H positif (endoterm). Hal ini dikarenakan reaksi
memerlukan energi untuk memisahkan atom-atom.
6
4) Perubahan Entalpi Pengatoman Senyawa Standar (ΔHat)
Merupakan perubahan entalpi jika 1 mol senyawa diubah menjadi atom-atom dalam
bentuk gas dalam keadaan standar.
Perubahan entalpi apabila 1 mol senyawa diubah menjadi larutannya pada keadaan
standar.
Merupakan perubahan entalpi pada peleburan 1 mol zat padat menjadi zat cair pada
titik leburnya dan tekanan standar. Misalnya peleburan es.
Perubahan entalpi pada penguapan 1 mol zat cair menjadi gas pada titik didihnya dan
tekanan standar. Misal penguapan air dan persamaan termokimianya sebagai berikut:
2.6 Kalorimeter
Kalorimetri adalah cara penentuan kalor reaksi dengan kalorimeter. Kalorimeter merupakan
sistem terisolasi (tidak ada perpindahan materi dan energi dengan lingkungan). Jika dianggap
keseluruhan kalorimeter adalah sistem, maka qsistem = 0. Dengan mengukur perubahan
temperatur (ΔT), dapat dihitung jumlah kalor (q) yang terlibat dalam reaksi di dalam
kalorimeter sebagaimana rumus:
7
.
[V konstan]
8
b) Kalorimeter Sederhana (Kalorimetri Tekanan Konstan)
[V konstan]
Dalam penerapan hukum Hess, kadangkala persamaan termokimia yang tersedia perlu
dimanipulasi terlebih dahulu. Berikut aturan dalam memanipulasi persamaan termokimia:
1) Ketika persamaan reaksi dibalik (reaktan menjadi produk, produk menjadi reaktan),
tanda nilai ΔH juga harus dibalik (dari positif menjadi negatif, dan sebaliknya).
2) Substansi yang dihilangkan dari kedua sisi persamaan reaksi harus dalam fase yang
sama.
9
3) Jika semua koefisien dari suatu persamaan reaksi dikali atau dibagi dengan faktor
yang sama, maka nilai ΔH reaksitersebut juga harus dikali atau dibagi dengan faktor
tersebut.
Energi ikatan (entalpi ikatan), D, adalah energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan pada 1
mol molekul dalam fase gas. Entalpi reaksi dapat diestimasi dari total energi ikatan dari ikatan
yang putus dikurangi total energi ikatan dari ikatan yang terbentuk.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sistem adalah reaksi atau tempat yang dijadikan titik pusat perhatian. Lingkungan adalah
semua hal yang menunjang sistem,
2. Entalpi, H, yaitu fungsi keadaan yang merupakan jumlah dari energi dalam (E) dan hasil
kali dari tekanan (P) dan volum (V) system.
3. Pendekatan energi ikatan dan entalpi reaksi :Energi ikatan (entalpi ikatan), D, adalah energi
yang dibutuhkan untuk memutus ikatan pada 1 mol molekul dalam fase gas. Entalpi reaksi
dapat diestimasi dari total energi ikatan dari ikatan yang putus dikurangi total energi ikatan
dari ikatan yang terbentuk.
11
Daftar Pustaka
Achmad, Hiskia. 2001. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan. Bandung : PT Citra
Aditya Bakti
Chang, Raymond. 2007. Kimia Dasar Jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Erlangga
Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia
2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 274.
12