Anda di halaman 1dari 18

HASIL KALI KELARUTAN

Laporan Praktikum Kimia Dasar

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Lulus Matakuliah Kimia


Dasar Pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Praktikan : A.Raodatul Jannah


NIM 20600121025
Prodi : Pendidikan Fisika
Gol./Klp : C6
Tgl Praktek : 27 November 2021
Asisten : Herdianti Nursyamsi

ORIUM KIMIA FAK. TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR SEMESTER GAN
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Percobaan

HASIL KALI KELARUTAN

disusun dan diajukan oleh:

Nama : A.Raodatul Jannah


NIM : 20600121025
Prodi : Pendidikan Fisika
Kelas / Klp : C/6

telah diperiksa dan disetujui

serta dinyatakan memenuhi syarat/ACC.

Mengetahui,
Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,

Dr.H. Muhammad Qaddafi, S.Si., M.Si Herdianti Nursyamsi


NIP. 19760802 20050 1 1004 NIM. 20600120003
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut memegang peranan penting dalam berbagai proses yang berlangsung disekitar kita.

Cairan tubuh manusia merupakan larutan dari beraneka ragam senyawa kimia semua zat-zat

makanan. Sebelum disebarkan oleh darah keseluruh bagian tubuh menjadi zat yang mudah

larut. Tumbuh-tumbuhan yang mengambil makanan dan mineral dari dalam tubuh dalam

berbentuk larutan, air larut tidak lain merupakan larutan dari berbagai mineral yang berasal

dari kulit bumi. kemudian pada laboratorium sains pendidikan, kedokteran maupun inaustri

sebagian besar zat yaitu dalam bentuk larutan.

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut, untuk larut

dalam suatu pelarut Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut

dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Dalam kondisi

tertentu, kesetimbangan kelarutan daat terlampaui hingga menghasilkan apa yang disebut

sebagai larutan supersaturasi, yang bersifat metastabil. Metastabilitas kristal dapat pula

mengarah pada perbedaan yang terlihat dalam jumlah zat kimia yang terlarut bergantung pada

bentuk atau ukuran partikel kristalin. Suatu larutan supersaturasi secara umum mengkristal

ketika 'bibit' kristal muncul dan kesetimbangan secara cepat terjadi. Fenilsalisilat adalah salah

satu zat yang teramati ketika meleleh secara sempurna dan kemudian didinginkan di bawah

titik fusinya.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan yang berjudul “Hasil kali kelautan

“pada praktkum ini diharapkan mampu membuat larutan garam karbonat yang dibuat

sebelumnya, dan yang terakhir praktikan diharapkan dapat menentukan hasil kali kelarutan.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1. Bagaimana membuat larutan jenuh suatu garam kerbonat?

2. Bagaimana cara menentukan kelarutan garam karbonat?

3. Bagaimana cara menentukan hasil kali kelarutan garam karbonat?

C. Tujuan

Tujuan pada percobaan ini adalah:

1. Mahasiswa diharapkan mampu membuat larutan jenuh suatu garam karbonat

2. Mahasiswa diharapkan mampu menentukan kelarutan garam karbonat

3. Mahasiswa diharapkan mampu menentukan hasil kali kelarutan garam karbonat

D. Waktu Dan Tempat

Waktu dan tempat diadakannya percobaan ini

adalah: Hari / Tanggal: Sabtu / 27 November 2021

Pukul : 10.30 s.d 12.00 WITA.

Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Tarbiyah dan keguruan

UIN Alauddin Makassar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelarutan (Solubility)

Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat

larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut)

dinyatakan dalam satuan mol.L–1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M). Tetapan

Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut,

terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.

Mx Ay (s) x My+(aq) + y Ax–(aq)

Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas

hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali

kelarutan (Ksp)

Ksp = [My+] x [Ax–]

(Budi, 2009 : 207).

Penjelasan yang ideal saat diminta menjelaskan pengertian tetapan hasil kali kelarutan yaitu

hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh garam/basa yang sukar larut dipangkatkan

dengan koefisien masing-masing (Dasiun, 2015 : 754).

Konsentrasi larutan senyawa ion diturunkan maka Qsp semakin kecil sehingga pengendapan

larutan tidak terjadi. Miskonsepsi tersebut muncul karena siswa tidak menghubungkan Qsp

dan Ksp untuk memprediksi terbentuk tidaknya endapan. Konsep yang seharusnya adalah

ketika konsentrasi larutan senyawa ion diturunkan maka nilai Qsp juga akan turun, akan tetapi

ini bukan kriteria terbentuk tidaknya endapan. Kriteria terbentuk tidaknya endapan harus

menghubungkan antara Qsp dengan Ksp yaitu jika Qsp < Ksp maka keadaan larutan belum

jenuh dan endapan tidak terbentuk, jika Qsp = Ksp maka keadaan larutan jenuh dan belum

terlihat adanya endapan, dan jika Qsp > Ksp maka terbentuk endapan dalam larutan jenuhnya.
Munculnya anggapan bahwa larutan jenuh terbentuk apabila dua larutan senyawa ion dengan

konsentrasi sama dicampurkan karena Qsp = Ksp terjadi karena siswa meyakini bahwa

konsentrasi yang sama akan selalu menghasilkan nilai Qsp = Ksp. Konsep yang seharusnya

adalah tidak akan selalu terbentuk larutan jenuh ketika dua larutan senyawa ion dengan

konsentrasi yang sama dicampurkan, karena bergantung pada Qsp dan Ksp-nya. Jika Qsp <

Ksp maka larutan belum jenuh dan endapan tidak terbentuk, jika Qsp = Ksp maka larutan

jenuh dan belum terlihat adanya endapan, dan jika Qsp > Ksp maka terbentuk endapan dalam

larutan jenuhnya. Munculnya konsepsi bahwa endapan terbentuk bila Qsp ≥ Ksp dan endapan

tidak terbentuk bila Qsp ≤ Ksp karena siswa menggunakan tanda sama dengan (=). Tanda =

hanya berlaku khusus untuk larutan jenuh, sedangkan tanda < berlaku untuk menunjukkan

larutan belum jenuh dan tidak terbentuk endapan, dan tanda > untuk menunjukkan

terbentuknya endapan dalam larutan jenuhnya (Chusnur, 2020 : 68).

Konsentrasi kesetimbangan ion-ion dalam larutan dapat dikaitkan dengan kelarutan garam

yaitu bersesuaian dengan stoikiometri reaksi. Jika kelarutan garam dinyatakan dengan s, maka

secara umum hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk garam

AxBy (Riva, 2017 : 5).

B. Hasil Kali Kelarutan

Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar

larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut

persamaan ionisasinya. Garam-garam yang sukar larut seperti BaSO4, AgCl, dan HgF2, jika

dimasukkan dalam air murni lalu diaduk, akan terlarut juga walaupun hanya sedikit sekali.

Karena garam- garam ini adalah elektrolit, maka garam yang terlarut akan terionisasi,

sehingga dalam larutan akan terbentuk suatu kesetimbangan ion (Ari, 2009 : 224).

Hasil kali kelarutan menggambarkan perkalian konsentrasi ion-ion elektrolit yang suka larut

dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu, di pangkatkan dengan koefisien masing-masing.
Pada suhu tetap, suatu larutan jenuh elektrolit lemah AB mengandung AB padat maka kepekatan

molekul-molekul AB yang tidak mengion adalah tetap.

AB

Padat AB A+ + B -
Larut
Peristiwa fi sika
(Serbaneka) Peristiwa Kimia
(Serba sama)

Untuk keseimbanga serba sama, yaitu keseimbangan AB dan ion-ionnya berlaku:

[A+][B−]
K= [AB] tetap (pada suhu yang tetap)

Dalam larutan yang jenuh, AB adalah tetap dan maksimal sehingga K [AB] juga tetap.

K [AB] = [A+] [B-] tetap

K [AB] yang tetap ini diberi nama hasil kali kelarutan (solubility product) yang diberi

lambang Ksp, dan harganya tergantung pada suhu kelarutan, jenis elektrolit, dan jenis pelarut.

K = [A+] [B-]

Larutan jenuh (saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah

maksimum. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan

partikel yang tidak melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih

sedikit dibandingkan dengan kemampuan pelarut disebut larutan tidak jenuh sedangkan

larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak dari kemampuan

pelarutnya disebut larutan lewat jenuh (super saturated solution) (Damin, 2006 : 489-495).

C. Hubunga Kelarutan

Suatu kelarutan dalam zat dapat larut dalam pelarut tertentu adalah kelarutan. Kelarutan

Merupakan jumlah zat yang terlarut dan dapat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu

tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat juga ditentukan dengan

menimbang zat, yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalahnya dalam

10 mL pelarut. Jumlah zat yang akan ditimbang harus diperhatikan dapat membentuk larutan
lewat jenuh yang ditandai masih terdapat zat yang tidak larut di dasar wadah setelah

dilarutkan, pengocokan dan didiamkan setelah terjadi kesetimbangan antara zat pekat yang

tidak larut lalu disaring dan ditimbang (Yazid, 2005 : 42).

D. Faktor-Faktor Kelarutan

Menurut Khopkas (1998 : 20-21) faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah:

a. Temperatur

Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadang kalah pada endapan yang baik

terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyalingan terhadap larutan panas

karena hal ini mempengaruhi faktor temperature

b. Sifat pelarut

garam-garam organic lebih larut dalam air. Berkurangnya si larutan dalam air pelarut

organic dapat digunakan sebagai dasar pemisahan zat

c. Efek ion

Mengurangi konsentrasi ion penyusun endapat sebagai pada endapan garam karbont

d. Efek ion-ion

Beberapa endapan bertambah kelarutannya ke dalam larutan terhadap garam-garam yang

diberi dengan endapan. Hal ini disebut garam netral atau efek aktifitasi

e. Pengarh PH

Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada PH larutan missal oksalat ion H+

bergabung dengan ion C2O4

f. Pengaruh Hidrolisis

Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perbuhan (H+)

g. Pengaruh Kompleks

Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi dikonsentrasi zat lain yang

membentuk kompleks dengan kation garam tersebut


BAB III

METODOLOGI

A. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Botol semprot 1 buah

2. Buret 1 buah

3. Corong 1 buah

4. Erlemeyer 2 buah

5. Pipet gondok 5 mL 1 buah

6. Pipet gondok 10 mL 1 buah

7. Pipet gondok 25 mL 1 buah

8. Statif + klem 1 unit

9. Sikat tabung 1 buah

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Indikator penolphtalin Secukupnya

2. Larutan Hcl 0,001 M Secukupnya

3. Larutan jenuh MgCo3 Secukupnya

4. Larutan jenuh CaCo3 Secukupnya

5. Larutan NaOH 0,001 M Secukupnya

6. Tissue Secukupnya
C. Cara Kerja

Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap percobaan pada larutan MgCO3

Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya mengambil larutan MgCO3 jenuh

sebanyak 25 mL dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan 5

mL HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya, menambahkan larutan NaOH

0,001 M sebanyak 10 mL, tetesi indikator penolphtalein (PP) sebanyak 3 kali. Kemudian

mentitrasi larutan dengan larutan baku HCl 0,001 M hingga terjadi perubahan warna

indikator. Langkah selanjurnya yaitu, mencatat volume penitar yang dibutuhkan. Kemudian,

mengulangi cara kerja a sampai e sebanyak 2 kali lagi, sehingga diperoleh 3 data (triplo).

Selanjutnya, menghitung volume penitar rata-rata (untuk dimasukkan dalam hitungan).

2. Tahap percobaan pada larutan CaCO3

Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya mengambil larutan CaCO3 jenuh

sebanyak 10 mL dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan 5

mL HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya, menambahkan larutan NaOH

0,001 M sebanyak 10 mL, tetesi indikator penolphtalein (PP) sebanyak 3 kali. Kemudian

mentitrasi larutan dengan larutan baku HCl 0,001 M hingga terjadi perubahan warna

indikator. Langkah selanjurnya yaitu, mencatat volume penitar yang dibutuhkan. Kemudian,

mengulangi cara kerja a sampai e sebanyak 2 kali lagi, sehingga diperoleh 3 data (triplo).

Selanjutnya, menghitung volume penitar rata-rata (untuk dimasukkan dalam hitungan).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Tabel hasil pengamatan

Tabel 4.1 data hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

Larutan jenuh V1 (mL) V2 (mL) V rata-rata (mL)

MgCO3 30 25 2,75

CaCO3 10 9 9,5

2. Reaksi

Reaksi titrasi larutan jenuh MgCO3

MgCO3 + 2HCl(berlebih) MgCl2 + H2O + CO2

HCl(sisa) + NaOH(berlebih) NaCl + H2O

NaOH(sisa) + HCl(penitar) NaCl +

H2O Reaksi titrasi larutan jenuh CaCO3

MgCO3 + 2HCl(berlebih) CaCl2 + H2O + CO2

HCl(sisa) + NaOH(berlebih) NaCl + H2O

NaOH(sisa) + HCl(penitar) NaCl + H2O

3. Analisis Data

Analisis data pada percobaan ini sebagai berikut :

1. Larutan MgCO3

a. Menghitung mol MgCO3 yang bereaksi

Dik : [NaOH] = 0,001M

Vrata-rata = 27,5 mol

Dit : a. Mol MgCO3 yang bereaksi?


b. kelarutan MgCO3 yang bereaksi?

c. Ksp MgCO3?

Volume rata-rata penitar pada analisis MgCO3 adalah 27,5 mL, maka

Mol NaOH sisa = Vrata-rata × [ NaOh]

= 27,5 × 0,001 M

= 27,5 × 10-3 mol

Volume NaOH yang ditambahkan = 10 mL

Mol NaOH yang ditambahkan = 10 × 0,001 M

= 10 × 10-3 mol

Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = 27,5 × 10-3 mol - 10 × 10-3 mol

= 17,5 × 10-3 mol

Volume HCL yang ditambahkan = 5 mL

Mol HCL yang ditambahkan = 5 × 0,001 mol

= 5 × 10-3 mol

Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = (17,5 × 10-3 - 10 x 10-3) mol

= 17,5 × 10-3) mol

Volume HCl yang ditambahkan = 5 mL

Mol HCl yang ditambahkan = 5 mL x 0,001 M

= 5 × 10-3 mol

= 5 × 10-3 mol

Mol HCl yang bereaksi dengan MgCO3 = (7,5 × 10-6 - 5 × 10-3) mol

= 12,5 × 10-3

Mol MgCO3 = ½ × (12,5 × 10-3

= 12,5 × 10-3 / 2

= 6,25 × 10-3
Jadi, mol MgCO3 yang bereaksi adalah 6,25 × 10-3

b. Menghitung hasil kelarutan (s) MgCO3 yang bereaksi

S = Mol MgCO3 / 25 mL

= 6,25 × 10-3 / 25

= 2,5 × 10-4

c. Menghitung hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3

ksp = [Mg+2] × [CO32-]

= 2,5 × 10-4 M × 2,5 × 10-4 M

= 6,25 × 10-8 M2

2. Larutan CaCO3

a. Menghitung mol CaCO3 yang bereaksi

Dik : [NaOH] = 0,001M

HCL = 0,001 M

Vrata-rata = 27,5 mol

Dit : a. Mol CaCO3 yang bereaksi?

b. kelarutan CaCO3 yang bereaksi?

c. Ksp CaCO3?

Volume rata-rata penitar pada analisis CaCO3 adalah 9,5 mL, maka

Mol NaOH sisa = Vrata-rata × [ NaOh]

= 9,5 × 0,001 M

= 9,5 × 10-3 mol

Volume NaOH yang ditambahkan = 10 mL

Mol NaOH yang ditambahkan = 10 × 0,001 M

= 10 × 10-3 mol
Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = 9,5 × 10-3 mol - 10 × 10-3 mol

= 5 × 10-3 mol

Volume HCL yang ditambahkan = 10 mL

Mol HCL yang ditambahkan = 10 × 0,001 mol

= 10 × 10-3 mol

Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = (9,5 × 10-3 - 10 x 10-3) mol

= 5 × 10-3) mol

Volume HCl yang ditambahkan = 5 mL

Mol HCl yang ditambahkan = 5 mL x 0,001 M

= 5 × 10-3 mol

Mol HCl yang bereaksi dengan CaCO3 = (5 × 10-6 - 5 × 10-3) mol

= 4,5 × 10-3

Mol CaCO3 = ½ × (4,5 × 10-3 )

= 4,5 × 10-3 / 2

= 2,25 × 10-3

Jadi, mol CaCO3 yang bereaksi adalah 2,25 × 10-3

b. Menghitung hasil kelarutan (s) CaCO3 yang bereaksi

S = Mol CaCO3 / 25 mL

= 2,25 × 10-3 / 25

= 9 × 10-4

c. Menghitung hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3

ksp = [Ca+2] × [CO32-]

= 9 × 10-4 M × 9 × 10-4 M

= 18 × 10-8 M2
B. Pembahasan

Percobaan kali ini bertujuan untuk membuat larutan jenuh garam karbon lalu menentukan

kelarutan serta hasil kali kelarutannya. Bahan utama pada percobaan ini adalah larutan

MgCO3, CaCO3, dan larutan ditambahkan larutan HCl dan NaOH dan indikator PP sebagai

penyempurna yang dicari pada percobaan kali ini kelarutan garam karbonat, dan hasil kali

kelarutan garam karbonat, dan dihasil kali kelarutan garam karbonat sebelumnya itu yang

harus dilakukan adalah larutan jenuh yang harus dibuat agar kelarutan dan hasil kali dapat

ditentukan.

1. Larutan MgCO3

Larutan MgCO3 adalah bahan utama percobaan ini. Warna dari larutan ini adalah bening.

Larutan MgCO3 termasuk golongan alkali tanah, dan senyawa ini termasuk dalam golongan

senyawa ionik yang sukar larut. Dalam percobaan ini larutan telah dihilangkan endapannya

dan menjadi bening. Adapun fungsi dari alat-alat yang digunakan seperti pipet gondok yang

digunakan untuk mengambil larutan, erlenmeyer sebagai wadah larutan, corong yang

digunakan agar mudah untuk kita memasukkan larutan, pipet tetes digunakan memindahkan

larutan, buret digunakan untuk mentitrasi larutan serta untuk mengukur volume larutan, gelas

kimia berfungsi sebagai tempat untuk mengukur volume larutan, termometer berfungsi untuk

mengukur suhu dari larutan. Dalam percobaan ini penoftalein atau PP sebagai larutan

indikator yang dapat mengakibatkan larutan yang ditambah HCl dan NaOH ini menjadi merah

muda (pink) yang menunjukkan pada larutan masih ada HCl sisa.

Oleh karena itu, pada titrasi-titrasi tersebut dapat diketahui banyaknya volume MgCO3 yang

dibutuhkan sebanyak 6,2 mL, 6,4 mL, dan 6,0 mL akan terjadi triplo dan rata-rata yang

mendapatkan sebanyak 6,2 mL. Setelah melakukan percobaan semua alat yang digunakan

dicuci agar steril dan digunakan lagi untuk percobaan selanjutnya.


2. Larutan CaCO3

Larutan CaCO3 adalah bahan utama percobaan ini. Warna dari larutan ini adalah bening.

Larutan CaCO3 termasuk golongan alkali tanah, dan senyawa ini termasuk dalam golongan

senyawa ionik yang sukar larut. Dalam percobaan ini larutan telah dihilangkan endapannya

dan menjadi bening. Adapun fungsi dari alat-alat yang digunakan seperti pipet gondok yang

digunakan untuk mengambil larutan, erlenmeyer sebagai wadah larutan, corong yang

digunakan agar mudah untuk kita memasukkan larutan, pipet tetes digunakan memindahkan

larutan, buret digunakan untuk mentitrasi larutan serta untuk mengukur volume larutan, gelas

kimia berfungsi sebagai tempat untuk mengukur volume larutan, termometer berfungsi untuk

mengukur suhu dari larutan. Dalam percobaan ini penoftalein atau PP sebagai larutan

indikator yang dapat mengakibatkan larutan yang ditambah HCl dan NaOH ini menjadi merah

muda (pink) yang menunjukkan pada larutan masih ada HCl sisa.

Oleh karena itu, pada titrasi-titrasi tersebut dapat diketahui banyaknya volume CaCO3 yang

dibutuhkan sebanyak 7,9 mL, 8,0 mL, dan 8,1 mL akan terjadi triplo dan rata-rata yang

mendapatkan sebanyak 8,0 mL. Setelah melakukan percobaan semua alat yang digunakan

dicuci agar steril dan digunakan lagi untuk percobaan selanjutnya


BAB V

PENUTU

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapata diambil pada percobaan ini adalah:

1. Cara membuat larutan jenuh garam karbonat yang dengan menggunakan proses titrasi

larutan. Dimana titrasi adalah menentukan konsentrasi zat terlarut dalam larutan misalnya

HCl

2. Cara menentukan garam karbonat dengan cara menambahkan garam yang mengandung

ion senyawa. Pengaruh ion senyawa dapat dimanfaatkan untuk menghindarkan kesadahan

air

3. Hasil kali kelarutan adalah hasil kali dari konsentrasi ion dalam larutan jenuh garam.

Terbentuk dari semua ion dan masing-masing ion diberi pangkat dengan koefisien

masing-masing. KPS yang didapat dari hasil praktikumnya

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya, dalam menggunakan pipet gondok dilakukan dengan hati-hati agar larutan

yang dipipet tidak masuk kedalam mulut

2. Sebaiknya, saat melakukan titrasi pengamatan perubahan warna titrasi dan pembaca

maniskus lebih teliti agar mendapatkan hasil yang mendekati akurat

4. Sebaiknya, pada saat pemberian PP pada larutan harus diperhatikan timi tetes dan harus

sama dengan larutan berikutnya


DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, Ari. 2009. Kimia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Ismawati, Riva. 2017. Strategi React Dalam Pembelajaran Kimia SMA. Indonesia Journal Of

Science And Education. Vol. 1. No. 1. h:5

Khopkas, S.M. 1998. Konsep Dasar Kimia Ahalitil. Jakarta : UI Press

Paulus, Dasiun. dkk. 2015. Efektivitas Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kelarutan Dan Ksp

Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran

Kimia. Vol. 4. No. 2. h:754

Rahmi, Chusnur. dkk. 2020. Model Mental Miskonsepsi Pada Konsep Kesetimbangan

Kelarutan. Lantania Journal. Vol. 8. No. 1. h:68

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Utami, Budi. dkk. 2009. Kimia 2. Jakarta : CV. HaKa MJ

Yazid, Estian. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai