ORIUM KIMIA FAK. TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR SEMESTER GAN
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
Judul Percobaan
Mengetahui,
Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut memegang peranan penting dalam berbagai proses yang berlangsung disekitar kita.
Cairan tubuh manusia merupakan larutan dari beraneka ragam senyawa kimia semua zat-zat
makanan. Sebelum disebarkan oleh darah keseluruh bagian tubuh menjadi zat yang mudah
larut. Tumbuh-tumbuhan yang mengambil makanan dan mineral dari dalam tubuh dalam
berbentuk larutan, air larut tidak lain merupakan larutan dari berbagai mineral yang berasal
dari kulit bumi. kemudian pada laboratorium sains pendidikan, kedokteran maupun inaustri
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut, untuk larut
dalam suatu pelarut Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut
dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Dalam kondisi
tertentu, kesetimbangan kelarutan daat terlampaui hingga menghasilkan apa yang disebut
sebagai larutan supersaturasi, yang bersifat metastabil. Metastabilitas kristal dapat pula
mengarah pada perbedaan yang terlihat dalam jumlah zat kimia yang terlarut bergantung pada
bentuk atau ukuran partikel kristalin. Suatu larutan supersaturasi secara umum mengkristal
ketika 'bibit' kristal muncul dan kesetimbangan secara cepat terjadi. Fenilsalisilat adalah salah
satu zat yang teramati ketika meleleh secara sempurna dan kemudian didinginkan di bawah
titik fusinya.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan percobaan yang berjudul “Hasil kali kelautan
“pada praktkum ini diharapkan mampu membuat larutan garam karbonat yang dibuat
sebelumnya, dan yang terakhir praktikan diharapkan dapat menentukan hasil kali kelarutan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelarutan (Solubility)
Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat
larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan (khususnya untuk zat yang sukar larut)
dinyatakan dalam satuan mol.L–1. Jadi, kelarutan (s) sama dengan molaritas (M). Tetapan
Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut,
terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.
Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan reaksi di atas
hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali
kelarutan (Ksp)
Penjelasan yang ideal saat diminta menjelaskan pengertian tetapan hasil kali kelarutan yaitu
hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh garam/basa yang sukar larut dipangkatkan
Konsentrasi larutan senyawa ion diturunkan maka Qsp semakin kecil sehingga pengendapan
larutan tidak terjadi. Miskonsepsi tersebut muncul karena siswa tidak menghubungkan Qsp
dan Ksp untuk memprediksi terbentuk tidaknya endapan. Konsep yang seharusnya adalah
ketika konsentrasi larutan senyawa ion diturunkan maka nilai Qsp juga akan turun, akan tetapi
ini bukan kriteria terbentuk tidaknya endapan. Kriteria terbentuk tidaknya endapan harus
menghubungkan antara Qsp dengan Ksp yaitu jika Qsp < Ksp maka keadaan larutan belum
jenuh dan endapan tidak terbentuk, jika Qsp = Ksp maka keadaan larutan jenuh dan belum
terlihat adanya endapan, dan jika Qsp > Ksp maka terbentuk endapan dalam larutan jenuhnya.
Munculnya anggapan bahwa larutan jenuh terbentuk apabila dua larutan senyawa ion dengan
konsentrasi sama dicampurkan karena Qsp = Ksp terjadi karena siswa meyakini bahwa
konsentrasi yang sama akan selalu menghasilkan nilai Qsp = Ksp. Konsep yang seharusnya
adalah tidak akan selalu terbentuk larutan jenuh ketika dua larutan senyawa ion dengan
konsentrasi yang sama dicampurkan, karena bergantung pada Qsp dan Ksp-nya. Jika Qsp <
Ksp maka larutan belum jenuh dan endapan tidak terbentuk, jika Qsp = Ksp maka larutan
jenuh dan belum terlihat adanya endapan, dan jika Qsp > Ksp maka terbentuk endapan dalam
larutan jenuhnya. Munculnya konsepsi bahwa endapan terbentuk bila Qsp ≥ Ksp dan endapan
tidak terbentuk bila Qsp ≤ Ksp karena siswa menggunakan tanda sama dengan (=). Tanda =
hanya berlaku khusus untuk larutan jenuh, sedangkan tanda < berlaku untuk menunjukkan
larutan belum jenuh dan tidak terbentuk endapan, dan tanda > untuk menunjukkan
Konsentrasi kesetimbangan ion-ion dalam larutan dapat dikaitkan dengan kelarutan garam
yaitu bersesuaian dengan stoikiometri reaksi. Jika kelarutan garam dinyatakan dengan s, maka
secara umum hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk garam
Hasil kali kelarutan ialah hasil kali konsentrasi ion-ion dari larutan jenuh garam yang sukar
larut dalam air, setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut
persamaan ionisasinya. Garam-garam yang sukar larut seperti BaSO4, AgCl, dan HgF2, jika
dimasukkan dalam air murni lalu diaduk, akan terlarut juga walaupun hanya sedikit sekali.
Karena garam- garam ini adalah elektrolit, maka garam yang terlarut akan terionisasi,
sehingga dalam larutan akan terbentuk suatu kesetimbangan ion (Ari, 2009 : 224).
Hasil kali kelarutan menggambarkan perkalian konsentrasi ion-ion elektrolit yang suka larut
dalam larutan jenuhnya pada suhu tertentu, di pangkatkan dengan koefisien masing-masing.
Pada suhu tetap, suatu larutan jenuh elektrolit lemah AB mengandung AB padat maka kepekatan
AB
Padat AB A+ + B -
Larut
Peristiwa fi sika
(Serbaneka) Peristiwa Kimia
(Serba sama)
[A+][B−]
K= [AB] tetap (pada suhu yang tetap)
Dalam larutan yang jenuh, AB adalah tetap dan maksimal sehingga K [AB] juga tetap.
K [AB] yang tetap ini diberi nama hasil kali kelarutan (solubility product) yang diberi
lambang Ksp, dan harganya tergantung pada suhu kelarutan, jenis elektrolit, dan jenis pelarut.
K = [A+] [B-]
Larutan jenuh (saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah
maksimum. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan
partikel yang tidak melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih
sedikit dibandingkan dengan kemampuan pelarut disebut larutan tidak jenuh sedangkan
larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak dari kemampuan
pelarutnya disebut larutan lewat jenuh (super saturated solution) (Damin, 2006 : 489-495).
C. Hubunga Kelarutan
Suatu kelarutan dalam zat dapat larut dalam pelarut tertentu adalah kelarutan. Kelarutan
Merupakan jumlah zat yang terlarut dan dapat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu sampai membentuk larutan jenuh. Kelarutan suatu zat dapat juga ditentukan dengan
menimbang zat, yang akan ditentukan kelarutannya kemudian dilarutkan, misalahnya dalam
10 mL pelarut. Jumlah zat yang akan ditimbang harus diperhatikan dapat membentuk larutan
lewat jenuh yang ditandai masih terdapat zat yang tidak larut di dasar wadah setelah
dilarutkan, pengocokan dan didiamkan setelah terjadi kesetimbangan antara zat pekat yang
D. Faktor-Faktor Kelarutan
a. Temperatur
Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadang kalah pada endapan yang baik
terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyalingan terhadap larutan panas
b. Sifat pelarut
garam-garam organic lebih larut dalam air. Berkurangnya si larutan dalam air pelarut
c. Efek ion
Mengurangi konsentrasi ion penyusun endapat sebagai pada endapan garam karbont
d. Efek ion-ion
diberi dengan endapan. Hal ini disebut garam netral atau efek aktifitasi
e. Pengarh PH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada PH larutan missal oksalat ion H+
f. Pengaruh Hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perbuhan (H+)
g. Pengaruh Kompleks
Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi dikonsentrasi zat lain yang
METODOLOGI
A. Alat
2. Buret 1 buah
3. Corong 1 buah
4. Erlemeyer 2 buah
B. Bahan
6. Tissue Secukupnya
C. Cara Kerja
Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya mengambil larutan MgCO3 jenuh
sebanyak 25 mL dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan 5
mL HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya, menambahkan larutan NaOH
0,001 M sebanyak 10 mL, tetesi indikator penolphtalein (PP) sebanyak 3 kali. Kemudian
mentitrasi larutan dengan larutan baku HCl 0,001 M hingga terjadi perubahan warna
indikator. Langkah selanjurnya yaitu, mencatat volume penitar yang dibutuhkan. Kemudian,
mengulangi cara kerja a sampai e sebanyak 2 kali lagi, sehingga diperoleh 3 data (triplo).
Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya mengambil larutan CaCO3 jenuh
sebanyak 10 mL dengan pipet gondok, masukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan 5
mL HCl 0,001 M dengan menggunakan pipet tetes. Selanjutnya, menambahkan larutan NaOH
0,001 M sebanyak 10 mL, tetesi indikator penolphtalein (PP) sebanyak 3 kali. Kemudian
mentitrasi larutan dengan larutan baku HCl 0,001 M hingga terjadi perubahan warna
indikator. Langkah selanjurnya yaitu, mencatat volume penitar yang dibutuhkan. Kemudian,
mengulangi cara kerja a sampai e sebanyak 2 kali lagi, sehingga diperoleh 3 data (triplo).
A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 data hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
MgCO3 30 25 2,75
CaCO3 10 9 9,5
2. Reaksi
3. Analisis Data
1. Larutan MgCO3
c. Ksp MgCO3?
Volume rata-rata penitar pada analisis MgCO3 adalah 27,5 mL, maka
= 27,5 × 0,001 M
= 10 × 10-3 mol
Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = 27,5 × 10-3 mol - 10 × 10-3 mol
= 5 × 10-3 mol
Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = (17,5 × 10-3 - 10 x 10-3) mol
= 5 × 10-3 mol
= 5 × 10-3 mol
Mol HCl yang bereaksi dengan MgCO3 = (7,5 × 10-6 - 5 × 10-3) mol
= 12,5 × 10-3
= 12,5 × 10-3 / 2
= 6,25 × 10-3
Jadi, mol MgCO3 yang bereaksi adalah 6,25 × 10-3
S = Mol MgCO3 / 25 mL
= 6,25 × 10-3 / 25
= 2,5 × 10-4
= 6,25 × 10-8 M2
2. Larutan CaCO3
HCL = 0,001 M
c. Ksp CaCO3?
Volume rata-rata penitar pada analisis CaCO3 adalah 9,5 mL, maka
= 9,5 × 0,001 M
= 10 × 10-3 mol
Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = 9,5 × 10-3 mol - 10 × 10-3 mol
= 5 × 10-3 mol
= 10 × 10-3 mol
Mol NaOH yang bereaksi dengan HCl sisa = (9,5 × 10-3 - 10 x 10-3) mol
= 5 × 10-3) mol
= 5 × 10-3 mol
= 4,5 × 10-3
= 4,5 × 10-3 / 2
= 2,25 × 10-3
S = Mol CaCO3 / 25 mL
= 2,25 × 10-3 / 25
= 9 × 10-4
= 9 × 10-4 M × 9 × 10-4 M
= 18 × 10-8 M2
B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk membuat larutan jenuh garam karbon lalu menentukan
kelarutan serta hasil kali kelarutannya. Bahan utama pada percobaan ini adalah larutan
MgCO3, CaCO3, dan larutan ditambahkan larutan HCl dan NaOH dan indikator PP sebagai
penyempurna yang dicari pada percobaan kali ini kelarutan garam karbonat, dan hasil kali
kelarutan garam karbonat, dan dihasil kali kelarutan garam karbonat sebelumnya itu yang
harus dilakukan adalah larutan jenuh yang harus dibuat agar kelarutan dan hasil kali dapat
ditentukan.
1. Larutan MgCO3
Larutan MgCO3 adalah bahan utama percobaan ini. Warna dari larutan ini adalah bening.
Larutan MgCO3 termasuk golongan alkali tanah, dan senyawa ini termasuk dalam golongan
senyawa ionik yang sukar larut. Dalam percobaan ini larutan telah dihilangkan endapannya
dan menjadi bening. Adapun fungsi dari alat-alat yang digunakan seperti pipet gondok yang
digunakan untuk mengambil larutan, erlenmeyer sebagai wadah larutan, corong yang
digunakan agar mudah untuk kita memasukkan larutan, pipet tetes digunakan memindahkan
larutan, buret digunakan untuk mentitrasi larutan serta untuk mengukur volume larutan, gelas
kimia berfungsi sebagai tempat untuk mengukur volume larutan, termometer berfungsi untuk
mengukur suhu dari larutan. Dalam percobaan ini penoftalein atau PP sebagai larutan
indikator yang dapat mengakibatkan larutan yang ditambah HCl dan NaOH ini menjadi merah
muda (pink) yang menunjukkan pada larutan masih ada HCl sisa.
Oleh karena itu, pada titrasi-titrasi tersebut dapat diketahui banyaknya volume MgCO3 yang
dibutuhkan sebanyak 6,2 mL, 6,4 mL, dan 6,0 mL akan terjadi triplo dan rata-rata yang
mendapatkan sebanyak 6,2 mL. Setelah melakukan percobaan semua alat yang digunakan
Larutan CaCO3 adalah bahan utama percobaan ini. Warna dari larutan ini adalah bening.
Larutan CaCO3 termasuk golongan alkali tanah, dan senyawa ini termasuk dalam golongan
senyawa ionik yang sukar larut. Dalam percobaan ini larutan telah dihilangkan endapannya
dan menjadi bening. Adapun fungsi dari alat-alat yang digunakan seperti pipet gondok yang
digunakan untuk mengambil larutan, erlenmeyer sebagai wadah larutan, corong yang
digunakan agar mudah untuk kita memasukkan larutan, pipet tetes digunakan memindahkan
larutan, buret digunakan untuk mentitrasi larutan serta untuk mengukur volume larutan, gelas
kimia berfungsi sebagai tempat untuk mengukur volume larutan, termometer berfungsi untuk
mengukur suhu dari larutan. Dalam percobaan ini penoftalein atau PP sebagai larutan
indikator yang dapat mengakibatkan larutan yang ditambah HCl dan NaOH ini menjadi merah
muda (pink) yang menunjukkan pada larutan masih ada HCl sisa.
Oleh karena itu, pada titrasi-titrasi tersebut dapat diketahui banyaknya volume CaCO3 yang
dibutuhkan sebanyak 7,9 mL, 8,0 mL, dan 8,1 mL akan terjadi triplo dan rata-rata yang
mendapatkan sebanyak 8,0 mL. Setelah melakukan percobaan semua alat yang digunakan
PENUTU
A. Kesimpulan
1. Cara membuat larutan jenuh garam karbonat yang dengan menggunakan proses titrasi
larutan. Dimana titrasi adalah menentukan konsentrasi zat terlarut dalam larutan misalnya
HCl
2. Cara menentukan garam karbonat dengan cara menambahkan garam yang mengandung
ion senyawa. Pengaruh ion senyawa dapat dimanfaatkan untuk menghindarkan kesadahan
air
3. Hasil kali kelarutan adalah hasil kali dari konsentrasi ion dalam larutan jenuh garam.
Terbentuk dari semua ion dan masing-masing ion diberi pangkat dengan koefisien
B. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya, dalam menggunakan pipet gondok dilakukan dengan hati-hati agar larutan
2. Sebaiknya, saat melakukan titrasi pengamatan perubahan warna titrasi dan pembaca
4. Sebaiknya, pada saat pemberian PP pada larutan harus diperhatikan timi tetes dan harus
Harnanto, Ari. 2009. Kimia. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Ismawati, Riva. 2017. Strategi React Dalam Pembelajaran Kimia SMA. Indonesia Journal Of
Paulus, Dasiun. dkk. 2015. Efektivitas Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kelarutan Dan Ksp
Rahmi, Chusnur. dkk. 2020. Model Mental Miskonsepsi Pada Konsep Kesetimbangan