PEMBUATAN LARUTAN
85
Judul Percobaan
PEMBUATAN LARUTAN
Mengetahui,
Ka. Laboratorium Kimia, Asisten,
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari yang namanya larutan, karena
larutan memegang peranan penting dalam kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup
Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting untuk memahami
sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup
pada umumnya. Reaksi kimia di alam dan di laboratorium kebanyakan berlangsung tidak
dalam bentuk senyawa murni, melainkan dalam bentuk larutan. Untuk pembuatan larutan
pada umumnya digunakan pelarut air. Larutan merupakan campuran homogen yang
komposisinya sama, ukuran partikelnya sama, dan tidak bisa dibedakan secara langsung
antara zat pelarut dengan zat terlarut yang merupakan suatu komponen, komponen yang
terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solven sedangkan komponen dalam
jumlah sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi adalah kuantitas suatu zat tertentu
di dalam larutan dan juga salah satu faktor penting untuk menentukan cepat atau lambatnya
reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan bahwa banyaknya zat terlarut yang
terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung sebagian besar solute
relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi. Sebaliknya jika
mengandung sedikit solute maka konsentrasinya rendah atau encer. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk mengetahui cara pembuatan larutan lebih lanjut maka dilakukan
percobaan “Pembuatan Larutan” agar praktikan tidak hanya mengetahui teori tapi juga untuk
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tempat : Online
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang komposisinya dapat berbeda, misalnya
sejumlah garam dalam sejumlah air yang diketahui, dapat berbeda dari satu larutan ke larutan
yang lain. Dalam larutan ada dua komponen yaitu solven dan solute. Solven disebut juga
sebagai pelarut, dimana secara fisika tidak berubah jika larutan terbentuk. Biasanya air
digunakan sebagai solven, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak,
kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi jika menggunakan air biasanya tidak
disebutkan. Semua komponen lainnya yang larut dalam larut dalam pelarut disebut solute (zat
yang terlarut). Larutan garam dalam air misalnya, air yang cair adalah pelarut (solven) dan
garam yang dapat larut dalam air disebut solute (zat yang terlarut). Jika ingin mengubah
menjadi jumlah relative solute dan solven dalam suatu larutan, maka digunakan istilah
konsentrasi. Suatu larutan yang mengandung sejumlah besar solute dalam suatu solven yang
diketahui jumlahnya disebut larutan solute yang pekat. Suatu larutan yang pekat adalah solute
yang relative konsentrasinya tinggi, dan larutan encer adalah yang konsentrasinya kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis,
efek ion berlainan pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain. (Pujiansyah, 2014: 1-2).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu sebagai contoh campuran minyak dan air yang
tidak saling tercampur dengan alasan bahwa minyak bersifat non polar dan air bersifat polar,
hal ini yang menyebabkan jenis pelarut dan zat terlarut sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi kelarutan. Faktor selanjutnya yaitu suhu alasannya ialah sebagai contoh
ilustrasi garam dalam air, partikel garam akan menyerap kalor, sehingga gaya tarik menarik
antar partikel garam menjadi lemah dan mudah terlepas oleh molekul air itulah mengapa suhu
menjadi faktor yang mempengaruhi kelarutan. Selanjutnya faktor tekanan, kelarutan akan
5
meningkat jika temperatur meningkat dan akan berkurang jika temperatur berkurang.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti. Berdasarkan
kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui
dari massa volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi. (Padmaningrum, 2006: 1).
Konsentrasi larutan merupakan suatu label larutan, agar larutan tersebut bisa memberikan
gambaran atau informasi tentang perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarutnya.
(M), molalitas (m), normalitas (N), fraksi mol (X). (Rusman, 2018: 5).
1) Molaritas
Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu solute dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang
2) Molalitas
Molalitas merupakan suatu konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol senyawa
6
m( zat larut )
Kemolalan( m)=
M m × kg pelarut
Umumnya konsentrasi larutan menyatakan perbandingan sejumlah tertentu zat terlarut dalam
suatu larutan. Apabila zat terlarut berupa padatan maka langkah pekerjaan yang dilakukan
sebagai berikut; (a)menimbang secara akurat zat terlarut dengan neraca, (b)memasukkan zat
terlarut ke dalam labu takar yang bersih dan kering (jika perlu dengan bantuan corong),
aquades ditambahkan sampai mendekati tanda batas, pipet tetes digunakan untuk membantu
memasukkan aquades secara perlahan sampai volume larutan tepat pada tanda batas,
(f)setelah ditutup rapat larutan dikocok sampai benar-benar homogen. (Hernani, 2014 : 18).
Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan. Hasil dari pengenceran
adalah konsentrasi akhir lebih kecil dari pada konsetrasi awal. (Buku Tim Kompas Ilmu,
V 1 . M 1=V 2 . M 2
V 1=volume mula−mula
V 2=volume akhir
M 1=konsentrasi mula−mula
M 2=konsentrasi awal
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat
yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam
asam sulfat pekat panas akan dilepaskan besar. (Ervan Togatorop, 2014: 5).
7
BAB III
METODOLOGI
8
A. Alat
4) Corong 1 buah
B. Bahan
1) Aquades secukupnya
2) CuSO4 1M
3) Label secukupnya
C. Cara Kerja
9
Langkah awal yang harus disiapkan adalah alat dan bahannya yaitu, gelas kimia, timbangan
digital, pipet tetes, sendok, batang pengaduk, botol semprot, botol larutan, labu ukur, corong
dan serbuk NaCl. Langkah kedua ialah meletakkan gelas kimia di atas timbangan digital lalu
masukkan serbuk NaCl sebanyak 0,6 gram, kemudian campurkan cairan aquades kurang lebih
20 mL dan aduk pelan-pelan menggunakan batang pengaduk (posisi batang pengaduk lurus)
agar larutan tidak tumpah dan agar gelas kimia tidak pecah sambil ditambah aquades 50 mL.
Setelah larut langkah selanjutnya adalah mengambil labu ukur lalu buka penutup labu ukur
dan letakkan corong di atasnya menggunakan pengganjal agar saat dimasukkan udara ikut
keluar jadi tidak ada tabrakan antara cairan NaCl dengan udara. Cara memasukkan larutan
NaCl ialah batang pengaduk diletakkan di tengah-tengah labu ukur agar saat memasukkan
larutan, larutan tidak tumpah. Dan jangan lupa untuk membersihkan gelas kimia dan corong
setelah digunakan. Saat melepaskan corong dari labu ukur kita harus hati-hati agar labu ukur
tidak pecah. Pipet tetes digunakan untuk membersihkan corong dari sisa-sisa cairan NaCl, lalu
masukkan pipet tetes ke dalam labu ukur dengan hati-hati agar tidak melebihi batas leher labu
ukur setelah itu tutup kembali labu ukur. Untuk menguji bahwa larutan sudah tercampur ialah
dengan dibolak-balik atas ke bawah sebanyak 10 kali. Setelah itu masukkan larutan ke dalam
Langkah awal yang disiapkan sama seperti pada saat pembuatan larutan NaCl tadi.
Berdasarkan rumus yang didapat menghasilkan 10 mL, jadi dibutuhkan 10 mL larutan CuSO4
yang belum diencerkan. Untuk mengambil cairan tersebut yaitu dengan cara menghisap
larutan dengan pipet gondok. Cara agar mengetahui bahwa cairan telah sampai di garis
meniskus adalah membuka perlahan-lahan dan masukkan cairan ke dalam labu ukur. Langkah
selanjutnya adalah mengambil botol semprot yang berisi aquades dan campurkan dengan
10
larutan CuSO4 dalam labu ukur, hati-hati jangan sampai melewati batas garis kemudian tutup
dan bolak-balikan dari atas ke bawah agar tercampur. Langkah terakhir adalah masukkan
larutan yang telah tercampur ke dalam botol larutan dan beri label CuSO4 0,1 Mol.
BAB IV
11
A. Hasil Pengamatan
1. Hasil
2. Analisis Data
Sebanyak 0,6 gram NaCl (Mr = 58 gram/mol) ditambahkan dengan aquades sebanyak 100
Penyelesaian:
mol gram . Mr
M= =
L V
gr=M × L × Mr
12
mol gr
gr=0,1 × 0,1 L ×58,5
L mol
gr=58,5 gram
gr=0,6 gram
gr 1000
M= ×
Mr V
Diketahui larutan CuSO4 1 M akan dibuat 100 mL larutan dengan konsentrasi akhir 0,1 M,
Penyelesaian:
V 1 . M 1=V 2 . M 2
V 2. M 2
V 1=
M1
100 mL . 0,1 M
V 1=
1M
V 1=10 mL
B. Pembahasan
Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu. Dalam
menghitung konsentrasinya dapat dinyatakan dengan molalitas, molaritas, normalitas dan lain
sebagainya. Sebelum menghitung konsentrasi terlebih dahulu kita perlu menentukan masa
atom relative, massa molekul relative, volume dari pelarut massa larutan tersebut. Dalam
13
pembuatan larutan juga perlu menggunakan ketelitian yang tinggi karena jika terjadi
kesalahan yang kecil saja larutannya tidak akan menjadi larutan yang diinginkan.
Berdasarkan hasil praktikum dapat dijelaskan bahwa pada percobaan pertama pada
pembuatan larutan NaCl yang sudah ditimbang dengan tepat yaitu 0,6 gram, kemudian
dilarutkan dengan aquades di dalam gelas kimia dan diaduk dengan batang pengaduk setelah
itu dimasukkan ke dalam labu ukur ditambahkan aquades kembali hingga sampai garis batas
labu ukur dan di bolak-balik dari atas ke bawah untuk menghomogenkan larutan. Pada
percobaan pertama pelarutan NaCl menghasilkan 0,1 M dengan menggunakan serbuk NaCl
0,6 gram.
Berdasarkan hasil praktikum kedua dapat dijelaskan bahwa pembuatan larutan CuSO4
dilakukan dengan cara mencampur cairan CuSO4 dengan aquades ke dalam labu ukur.
Dihasilkan 0,1 M larutan CuSO4. Untuk mengetahui volume mula-mula dapat dirumuskan
sebagai berikut:
V 1 . M 1=V 2 . M 2
V 2. M 2
V 1=
M1
V 1=volume mula−mula
V 2=volume akhir
M 1=konsentrasi mula−mula
M 2=konsentrasi awal
C. Dokumentasi
14
Gambar 4. 1: Proses Pembuatan Larutan Bahan Zat Padat NaCl.
15
Gambar 4. 3: Proses Pembuatan Larutan Bahan Zat Cair CuSO4.
16
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini sebagai berikut:
1. Untuk membentuk suatu larutan dari bahan padatan dilakukan pencampuran dengan
larutan sesuai dengan perhitungan dan melakukan pencairan dengan menggunakan cairan
seperti aquades.
2. Untuk membentuk suatu larutan dari cairan dilakukan perhitungan volume yang akan
diencerkan sesuai dengan rumus perhitungan lalu di homogenkan dengan larutan aquades.
B. Saran
1. Diharapkan pada saat praktikum (online) dilakukan semua persiapan sudah selesai dalam
artian aplikasi yang digunakan dapat menampung seluruh praktikan, karena pada saat
praktikum tadi ada beberapa teman yang tidak ikut dikarenakan kapasitas aplikasi
terbatas.
2. Diharapkan pada saat praktikum online agar membatasi pertanyaan para praktikan agar
supaya pertanyaan yang diajukan praktikan dapat terjawab semua, tidak seperti praktikum
tadi, terlalu banyak pertanyaan yang diajukan tapi karena kurangnya waktu jadi
17
DAFTAR PUSTAKA
Rusman, dkk, 2018, Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala University
18
REFERENSI
19
Abas, Nursanti, 2015, Jurnal Entropi. Gorontalo: Universitas Gorontalo
20
Hernani, Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka Repository
Rusman, dkk, 2018, Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala University
21
Ilmu, Tim, kompas, 2019, Pocket kimia. Jakarta: PT. Grasindo
22