Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“KECEPATAN REAKSI”

Dosen Pembimbing :
Ir. ULYA SAROFA, MM

NAMA : Feby Salsabilla


NPM : 21033010053
Kelompok : A4
Tanggal Praktikum : 09 November 2021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021 - 2022
DASAR TEORI

Kasus-kasus yang dikemukakan tersebut menyebabkan adanya kebutuhan untuk mampu


mengukur, mengendalikan, dan bila mungkin dapat meramalkan laju reaksi-reaksi kimia.
Semua topik tersebut merupakan bagian dari kinetika kimia. Kinetika kimia juga kadang-
kadang membantuk kita untuk mengambil kesimpulan mengenai mekanisme suatu reaksi, atau
perian (deskripsi) mendetil, yaitu bagaimana perekasi-pereaksi awal berubah menjadi hasil
secara tahap demi tahap. Peramalan laju reaksi didasarkan pada persamaan matematik yang
disebut hukum kecepatan. Metode penurunan dan penggunaan hukum-hukum kecepatan
merupakan topik utama pada materi yang akan dibahas. Tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu laju reaksi, baik itu faktor yang memperlambat laju reaksi maupun faktor
yang mempercepat laju reaksi (Rahmadhani, 2018).

Mekanisme terjadinya perubahan-perubahan dalam suatu reaksi kimia dan kecepatan


reaksi dapat diterangkan dengan teori kinetika dan kesetimbangan kimia. Mekanisme reaksi
kimia menerangkan melalui langkah-langkah manakah suatu zat pereaksi berubah menjadi
hasil reaksi. Laju reaksi (kecepatan reaksi) menerangkan seberapa cepat reaksi berlangsung.
Laju reaksi suatu reaksi kimia biasanya didefinisikam sebagai perubahan konsentrasi zat yang
ikut serta dalam reaksi per satuan waktu.

Kecepatan reaksi ialah cepatnya zat yang bereaksi itu berkurang, dapat juga diukur
dengan cepatnya hasil reaksi yang timbul. Kecepatan ini tergantung dari beberapa faktor
antara lain : konsentrasi zat-zat yang bereaksi, temperatur campuran reaksi, macam zat, dan
adanya katalisator positif. Biasanya reaksi antara lain ion dan ion (reaksi maratesis) yang tidak
bersifat oksidasi-reduksi berjalan sangat cepat (instantancous).

TUJUAN

Mahasiswa dapat memahami pengaruh konsentrasi, temperatur. dan katalisator terhadap

kecepatan reaksi suatu larutan.


TINJAUAN PUSTAKA

Kinetika reaksi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kecepatan reaksi kimia secara
kuantitatif serta terdapat faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia tersebut.
Kecepatan reaksi didefinisikan sebagai perubahan reaksi atau produk dalam satu satuan reaksi.
Selain itu kecepatan reaksi juga disebut sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi
atau laju bertambahnya suatu produk (Ismiyati, 2013).

Hal itu terdapat pada sebuah besi. Misalnya, oksidasi besi di bawah atmosfer adalah
reaksi lambat yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, tetapi pembakaran butana dalam api
adalah reaksi yang hanya memerlukan waktu sepersekian detik saja. Jadi, semua kecepatan
reaksi itu bergantung pada faktor pendukung yang mempengaruhinya (Ikhazuangbe, 2015).

Tingkatan reaksi kimia dapat pula dipelajari dengan cara mengukur baik itu seberapa
cepat reaktan yang digunakan atau seberapa cepat suatu produk dapat terbentuk. Lebih khusus
lagi, terletak pada perubahan konsentrasi reaktan (produk) yang diukur selama periode tertentu
waktu saat terjadi reaksi. Menurut Britain (2010), adapun faktor yang mempengaruhi laju
reaksi, yaitu :

a. Sifat ionik atau molekul dari reaktan

Secara umum, reaksi kimia yang dapat terjadi antara ion-ion dalam suatu larutan berair
sangat cepat, larutan tersebut terjadi hampir seketika solusi mengandung ion yang berekasi
yang dicampur. Ini adalah karena kekuatan menarik antara ion (yang ikatan ionik) dipatahkan
saat senyawa larut dan ion menjadi terhidrasi oleh molekul air. Selain itu sebagian besar ion
memiliki kekuatan yang menarik sama di semua arah. Struktural tertentu karakterikstik
molekul reaktan, seperti polaritas ikatan, geometri, ukuran keseluruhan, dan orientasi akan
mempengaruhi laju reaksi juga.

b. Konsentrasi dari reaktan

Setiap laju reaksi yang pernah terjadi, diketahui bahwa laju akan meningkat ketika
konsentrasi reaktan meningkat. Jika konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah mol reaktan dalam
volume larutan tertentu, menyadari bahwa meningkatkan konsentrasi reaktan berarti
meningkatkan jumlah molekul reaktan yang terkandung dalam volume yang sama (Britain,
2010).

c. Temperatur atau suhu dari reaktan

Hampir semua kasus, laju reaksi meningkat dengan meningkatnya suhu. Teori reaksi
tabrakan menjelaskan ini suatu fenomena yaitu energi kinetik rata-rata molekul (energi gerak)
adalah fungsi langsung dari suhu. Ketika suhu meningkat, molekul bergerak lebih cepat, yang
berarti mereka bertabrakan lebih banyak, tetapi yang lebih penting, bahwa mereka bertabrakan
dengan energi yang lebih besar. Tabrakan energi yang lebih tinggi lebih cenderung menjadi
tabrakan yang efektif, dan mengarah ke penataan ulang atom dan pembentukan produk.
Tumbukan antar partikel reaktan yang berhasil menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif.
Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel reaktan untuk bertumbukan efektif disebut
energi aktivasi (Ea). Pada reaksi umumnya, partikel harus dalam orientasi yang tertentu ketika
bertumbukan agar tumbukan yang terjadi efektif menghasilkan reaksi (Hettema, 2012).

d. Katalisis

Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi (dan
mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun bukannya tanpa
bereaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa mengalami perubahan secara
kimiawi pada akhir reaksi. Katalis bekerja dengan menyediakan jalur alternatif untuk reaksi
yaitu yang membutuhkan energi lebih sedikit untuk memiliki tabrakan yang efektif. Dengan
kata lain, katalis menurunkan energi aktifasi yang diperlukan untuk reaktan untuk diubah
menjadi produk. Beberapa katalis dapat meningkatkan laju sejumlah besar reaksi yang
berbeda. Istilah negative catalyst (atau inhibitor) merujuk kepada zat yang berperan
menghambat atau memperlambat berlangsungnya reaksi (Hettema, 2012).

e. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari reaksi seperti
itu juga dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil Volume akan
memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi. Peningkatan
tekanan pada reaksi yang melibatkan gas pereaksi akan meningkatkan laju reaksi. Perubahan
tekanan pada suatu reaksi yang melibatkan hanya zat padat maupun zat cair tidak memberikan
perubahan apapun pada laju reaksi.

Dalam proses pembuatan amonia dengan proses Haber, laju reaksi antara Hidrogen dan
Nitrogen ditingkatkan dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi. alasan utama
menggunakan tekanan tinggi adalah untuk meningkatkan persentasi amonia di dalam
keseimbangan campuran, namun hal ini juga memberikan perubahan yang berarti pada laju
reaksi juga (Rahmadhani, 2018).

f. Intensitas Radiasi

Laju reaksi juga dapat dipengaruhi oleh sinar matahari atau sinar lampu. Pengaruh ini
digunakan hanya untuk mempelajari pengaruh fotokimia, sehingga pada umumnya pengaruh
ini sedikit diperhatikan (Suarsa, 2017).
ALAT DAN BAHAN
1) Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet mohr
3. Penangas air
4. Rak tabung reaksi
5. Jam (timer)
6. Thermometer
7. Gelas piala 400 ml
8. Pipet tetes

2) Bahan
1. . Na2S2O3 0,1 N
2. HCl 0,5 N
3. Aquades
4. HCl 0,1 N
5. H2SO4 6N
6. MnSO4 1 N
7. KMnO4 0,1 N
8. Asam Oksalat 0,1 N

CARA KERJA

1. Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi

Mengisi larutan Na2S2O3 sebanyak 5 ml ke dalam tabung 1,


2, dan 3.
Mengisi larutan HCl 0,5 N sebanyak 6 ml ke dalam tabung 4.

Mengisi larutan dari tabung 4 yaitu HCL 0,5 N 1 ml dan


aquades 5 ml ke dalam tabung 5.

Mengisi larutan dari tabung 5 sebanyak 1 ml dan aquades 4


ml ke dalam tabung 6.

Mencampur menjadi satu tabung 4 kedalam tabung 1, tabung


5 kedalam tabung 2, dan tabung 6 ke dalam tabung 3.

Mengamati perubahan warna yang terjadi.

2. Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi

Menyiapkan 6 tabung reaksi

Mengisi larutan HCl 0,1 N sebanyak 5 ml ke dalam tabung 1,


2, dan 3.

Mengisi larutan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 5 ml ke dalam


tabung 4, 5, dan 6.
Meletakkan tabung 3 dan 6 pada penangas air dengan suhu
100°c.

Meletakkan tabung 2 dan 5 pada penangas air dengan suhu


50°c.

Membiarkan tabung 1 dan 4 pada suhu ruang.

Setelah 5 menit, mencampurkan isi dalam tabung pada


masing-masing suhu.

Mengamati perubahan warna yang terjadi.

3. Katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi

Mengisi larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 6 ml dan larutan


H2SO4 6 N 2 ml ke dalam tabung 1, 2, dan 3.

Menambahkan larutan MnSO4 1 ml pada tabung 1.

Menambahkan larutan MnSO4 0,5 ml pada tabung 2.


Meneteskan larutan KMnO4 sebanyak 3 tetes ke dalam
tabung 1, 2, dan 3.

Mengamati perubahan warna yang terjadi.

HASIL PENGAMATAN

1. Konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi

Larutan Waktu (s) Hasil Pengamatan

Na2S2O3 1 N + HCl 0,02 N 182 Tidak terjadi perubahan


(tabung 3) warna

Na2S2O3 1 N + HCl 0,1 N 121 Warna menjadi sedikit keruh


(tabung 2)

Na2S2O3 1 N + HCl 0,5 N 88 Warna menjadi sangat keruh


(tabung 1)

2. Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi

Larutan Suhu Waktu (s) Hasil Pengamatan

Na2S2O3 0,1 N + HCl 0,1 N Ruang 24 Tidak terjadi perubahan warna

Na2S2O3 0,1 N + HCl 0,1 N 50°C 6 Warna sangat keruh

Na2S2O3 0,1 N + HCl 0,1 N 100°C 1 Warna sangat keruh dan


mengalami perubahan lebih cepat.
3. Temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi

Larutan Katalis Waktu (s) Hasil Pengamatan

Asam Oksalat 0,1 N 1 ml MnSO4 7 Tidak terjadi perubahan warna


+ H2SO4 6 N

Asam Oksalat 0,1 N 0,5 ml MnSO4 15 Warna menjadi sedikit keruh


+ H2SO4 6 N

Asam Oksalat 0,1 N Tanpa MnSO4 37 Terjadi perubahan warna yang


+ H2SO4 6 N semula bening menjadi
keunguan

PEMBAHASAN

Praktikum kimia dasar kali ini tentang kecepatan reaksi dengan melakukan 3 percobaan
yaitu konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi, temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi,
dan katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi. Menurut (Ismiyati, 2013) kecepatan reaksi
disebut sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya suatu
produk. Terdapat faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, antara lain sifat ionik atau
molekul dari reaktan, konsentrasi dari reaktan, katalis, temperatur atau suhu dari reaktan,
tekanan, dan intensitas radiasi. Kecepatan reaksi akan terjadi jika ada faktor yang
mempengaruhi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Ikhazuangbe, 2015) bahwa semua
kecepatan reaksi itu bergantung pada faktor pendukung yang mempengaruhinya.

Pada percobaan pertama yaitu konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi. Hal pertama
yang dilakukan adalah mengisi larutan Na2S2O3 sebanyak 5 ml ke dalam tabung 1, 2, dan 3.
Mengisi larutan HCl 0,5 N sebanyak 6 ml ke dalam tabung 4 lalu mengisi larutan dari tabung 4
yaitu HCl 0,5 N sebanyak 1 ml dan aquades sebanyak 5 ml ke dalam tabung 5. Terakhir,
mengisi larutan dari tabung 5 sebanyak 1 ml dan aquades sebanyak 4 ml ke dalam tabung 6.
Kemudian mencampur menjadi satu tabung 4 ke dalam tabung 1, tabung 5 ke dalam tabung 2,
dan tabung 6 ke dalam tabung 3. Mengamati tabung yang menunjukkan perubahan warna.
Berdasarkan hasil pengamatan, tabung 1 yang berisi larutan Na2S2O3 1 N dan 6 ml HCl 0,5N
menghasilkan warna larutan yang keruh dalam waktu 88 detik. Tabung 2 yang berisi larutan
Na2S2O3 1 N, 5 ml aquades, dan 1 ml HCl 0,5 N menghasilkan warna larutan menjadi sedikit
keruh dalam waktu 121 detik. Pada tabung 3 berisi larutan Na2S2O3 1 N, 4 ml aquades, dan
HCl 0,5 N menghasilkan tidak terjadi perubahan warna dalam waktu 182 detik. Perubahan
warna larutan menjadi keruh paling cepat adalah tabung 1 lalu diikuti tabung 2 karena pada
tabung 1 jumlah mol reaktan lebih banyak daripada tabung 2 maupun 3. Untuk reaksi yang
berlangsung dengan konsentrasi salah satu reaktan yang lebih kecil akan berlangsung lambat
jika dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung dengan konsentrasi salah satu reaktan lebih
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Britain, 2010) bahwa jika konsentrasi dinyatakan
sebagai jumlah mol reaktan dalam volume larutan tertentu, menyadari bahwa meningkatkan
konsentrasi reaktan berarti meningkatkan jumlah molekul reaktan yang terkandung dalam
volume yang sama. Dari percobaan pertama yaitu konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi
dapat disimpulkan konsentrasi pereaksi semakin besar menyebabkan laju reaksi semakin
cepat, hal ini disebabkan jika konsentrasi pereaksi bertambah maka jumlah partikel pereaksi
semakin banyak sehingga kemungkinan terjadi tumbukan efektif antar partikel semakin besar.

Percobaan kedua adalah temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi. Hal pertama yang
dilakukan adalah mengisi larutan HCl 0,1 N sebanyak 5 ml ke dalam tabung 1, 2, dan 3.
Mengisi larutan Na2S2O3 0,1 N sebanyak 5 ml ke dalam tabung 4, 5, dan 6. Meletakkan
tabung 3 dan 6 pada penangas air dengan suhu 100°c selanjutnya meletakkan tabung 2 dan 5
pada penangas air dengan suhu 50°c. Membiarkan tabung 1 dan 4 pada suhu ruang. Setelah 5
menit, mencampurkan isi dalam tabung pada masing-masing suhu. Mengamati tabung yang
menunjukkan perubahan warna. Berdasarkan hasil pengamatan, tabung 1 yang berisi larutan
Na2S2O3 0,1 N dan HCl 0,1 N menghasilkan tidak terjadi perubahan warna dalam waktu 24
detik. Tabung 2 yang berisi larutan Na2S2O3 0,1 N dan HCl 0,1 N dengan suhu 50°c
menghasilkan warna larutan sangat keruh dalam waktu 6 detik. Pada tabung 3 yang berisi
larutan Na2S2O3 0,1 N dan HCl 0,1 N dengan suhu 100°c menghasilkan warna sangat keruh
dalam waktu 1 detik. Perubahan warna larutan menjadi keruh paling cepat adalah tabung 3
suhu 100°c dibandingkan dengan tabung 2 suhu 50°c yang lebih lambat. Tabung 3 suhunya
lebih tinggi sehingga molekul bergerak lebih cepat dan semakin banyak molekul bertubrukan
menjadi energi yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa ketika suhu
meningkat, molekul bergerak lebih cepat, yang berarti mereka bertabrakan lebih banyak, tetapi
yang lebih penting, bahwa mereka bertabrakan dengan energi yang lebih besar (Hettema,
2012). Untuk reaksi yang berlangsung dengan suhu salah satu reaktan yang lebih rendah akan
berlangsung lambat jika dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung dengan suhu salah satu
reaktan lebih tinggi. Dari percobaan kedua yaitu suhu sebagai faktor kecepatan reaksi dapat
disimpulkan kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi karena kenaikan suhu akan
meningkatkan energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif
semakin besar.

Percobaan ketiga adalah katalisator sebagai faktor kecepatan reaksi. Menurut (Hettema,
2012) katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi (dan
mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun bukannya tanpa
bereaksi. Hal pertama yang dilakukan adalah mengisi larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 6
ml dan larutan H2SO4 6N sebanyak 2 ml ke dalam tabung 1, 2, dan 3. Menambahkan larutan
MnSO4 sebanyak 1 ml pada tabung 1 lalu menambahkan larutan MnSO4 sebanyak 0,5 ml
pada tabung 2. Setelah mengocok agar tabung 1 dan 2 larutan tercampur, meneteskan larutan
KMnO4 sebanyak 3 tetes ke dalam tabung 1, 2, dan 3. Mengamati tabung yang menunjukkan
perubahan warna. Berdasarkan hasil pengamatan, tabung 1 yang berisi asam oksalat 0,1 N,
H2SO4 6 N, dan 1 ml MnSO4 menghasilkan tidak terjadi perubahan warna dalam waktu 7
detik. Tabung 2 yang berisi asam oksalat 0,1 N, H2SO4 6 N, dan 0,5 ml MnSO4 menghasilkan
perubahan warna larutan menjadi sedikit keruh dalam waktu 15 detik. MnSO4 ini berperan
sebagai katalis negatif sehingga menghambat laju reaksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Hettema, 2012) bahwa istilah negative catalyst (atau inhibitor) merujuk kepada zat yang
berperan menghambat atau memperlambat berlangsungnya reaksi.

Pada tabung 3 yang berisi asam oksalat 0,1 N, H2SO4 6 N, dan tanpa MnSO4
menghasilkan perubahan warna menjadi keunguan dalam waktu 37 detik. Perubahan warna
yang semula bening menjadi keunguan terjadi pada tabung 3 yang tidak diberi larutan MnSO4.
KMnO4 ini berperan sebagai katalis yang mempercepat laju reaksi. Energi aktivasi dengan
katalis (Ea2) lebih rendah daripada energi aktivasi tanpa katalis (Ea1) sehingga kompleks
teraktivasi pada reaksi dengan katalis mudah tercapai. Akibatnya, reaksi dengan bantuan
katalis berlangsung lebih cepat. Dari percobaan ketiga yaitu katalisator sebagai faktor
kecepatan reaksi dapat disimpulkan katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara
membuat mekanisme reaksi yang berbeda dengan harga energi pengaktifan (Ea) yang lebih
kecil.

KESIMPULAN

1. Praktikan menjadi lebih memahami faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi.

2. Kecepatan reaksi ialah cepatnya zat yang bereaksi itu berkurang, dapat juga diukur dengan
cepatnya hasil reaksi yang timbul.

3. Faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, antara lain sifat ionik atau molekul dari
reaktan, konsentrasi dari reaktan, katalis, temperatur atau suhu dari reaktan, tekanan, dan
intensitas radiasi.

4. Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi (dan
mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun bukannya tanpa
bereaksi.
DAFTAR PUSTAKA

Ismiyati. 2013. Pemodelan Kinetika Reaksi Proses Sulfonasi Lignis Menjadi Natrium
Lignosulfonat, Simposium Nasional Teknologi Terapan. Jakarta : Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Ikhazuangbe, Ohien, P., M. dan Oni. 2015. Reaction Rate and Rate Constan of The Hydrolysis
of Ethyl Acetate With Sodium Hydroxide, American Journal of Scientific and Industrial
Research. Nigeria : Madonna University.
Rahmadhani, Wilda. 2018. Laporan Praktikum Kimia Dasar Kecepatan Reaksi. Makassar :
Universitas Hasanuddin.
Britain., C.G. 2010. Factors Affecting the Rate of a Chemical Reaction, Library of
London. London.
Hettema, H. 2012. The Unity Of Chemistry And Physics : Absolute Reaction Rate
Theory. Internasional Journal For Philosophy Of Chemistry. 18 (2):145-173.
Suarsa, I Wayan. 2017. Teori tumbukan pada laju reaksi kimia. Bali : Universitas Udayana.
LAMPIRAN

Hasil percobaan konsentrasi sebagai faktor kecepatan reaksi

Hasil percobaan temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi

Hasil percobaan temperatur sebagai faktor kecepatan reaksi

Anda mungkin juga menyukai