Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

HUBUNGAN ENERGI DALAM REAKSI


KIMIA

DISUSUN OLEH:

NAMA : FATIMA AZZAHRA


NIM: FFM.0220.027
PROGRAM STUDY: S1 FARMASI
SEMESTER: 1 (satu)

STIKES SINTA JAYA


MAMUJU 2020
KATA PENGGANTAR

Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “HUBUNGAN
ENERGI DALAM REAKSI KIMIA” ini meskipun dengan sangat
sederhana.

Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat


bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga
nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Sebagai penulis, saya mengakui bahwasanya masih banyak


kekurangan yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan
penuh kerendahan hati saya berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini.
Terima Kasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………….….. 4

A. Sifat energi dan jenis-jenis energi ……………………………………………………………………… 9

B. Perubahan energi dalam reaksi kimia ……………………………………………………………..… 13

C. Pengantar termodinamika “Hukum termodika pertama”……..…………………………... 16

D. Entalpi reaksi kimia ……………………………..……………………………………………………………. 17

E. Kalorimetri……………………………………………..………………………………………………………….. 20

F. Entalpi pembentukan standar dan entelpi standar……………………….…………………… 21

BAB 3 PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………. 25

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………….. 25

B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………….. 26

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan kerja. Terdapat beragam
bentuk energi dan semuanya dapat dipertukarkan. Hukum kekekalan energi
menyatakan jumlah energi di alam semesta selalu tetap.
Proses apa saja yang melepaskan kalor ke lingkungan disebut proses
eksoterm; proses apa saja yang menyerap kalor dari lingkungan disebut proses
endoterm.
Keadaan sistem didefinisikan sebagai variabel-variabel seperti komposisi,
volume, suhu, dan tekanan. Perubahan fungsi keadaan sistem hanya tergantung
pada keadaan awal dan akhir sistem, dan bukan pada jalan di mana perubahan
berlangsung. Energi merupakan fungsi keadaan; sedangkan kerja dan kalor
bukan fungsi keadaan.
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, tetapi ia tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan (hukum pertama termodinamika). Dalam
kimia, fokus utama kita adalah dengan energi termal, energi listrik, dan energi
mekanik, dimana biasanya diasosiasikan dengan kerja volume-tekanan.
Perubahan entalpi (∆H, biasanya dalam kilojoule) merupakan ukuran dari
kalor reaksi (atau proses lainnya) pada tekanan konstan. Entalpi merupakan
fungsi keadaan. Perubahan entalpi ∆H sama dengan ∆U + P∆V untuk proses
tekanan-konstan. Untuk reaksi kimia pada suhu konstan, ∆H diberikan oleh
∆U + RT∆n, di mana ∆n adalah perbedaan antara mol gas produk dan mol gas
reaktan.
Kalorimeter volume-konstan dan kalorimeter tekanan-konstan
digunakan untuk mengukur perubahan kalor dari reaksi fisika dan kimia.
Hukum Hess menyatakan bahwa keseluruhan perubahan entalpi dalam suatu
reaksi sama dengan jumlah perubahan entalpi untuk setiap langkah yang
menghasilkan keseluruhan reaksi. Entalpi standar reaksi dapat dihitung dari
entalpi standar pembentukan reaktan dan produk.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah sifat energi ?
2. Bagaimana jenis-jenis energi ?
3. Bagaimana perubahan energi dalam reaksi kimia ?
4. Bagaimana pengantar termodinamika ?
5. Bagaimana pembentukan entalpi standar dan reaksinnya ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sifat energi dan jenis-jenis energi


Semua energi yang ada di alam bersifat kekal yang artinya energi
tidak bisa diciptakan dan juga tidak bisa dimusnahkan, tetapi energi
hanya bisa diubah dari satu energi ke energi lainnya, itu
merupakan”Hukum kekekalan energi”.

Ilmu yang mempelajari sebuah perubahan energi dari satu energi


ke energi lainnya dikenal dengan ilmu konversi energi. Efisiensi
merupakan sebutan untuk tingkat keberhasilan dari perubahan suatu
energi. Berikut ini beberapa sifat – sifat energi, yaitu :

1. Transformasi Energi
Transformasi energi maksudnya adalah energi bisa diubah menjadi
sebuah bentuk lain. Misalnya seperti, energi panas yang dilakukan
ketika pembakaran diubah menjadi energi gerak atau mekanik mesin.

2. Transfer Energi
Transfer energi adalah energi panas atau energi apapun yang mampu
ditransfer dari satu tempat ke tempat lainnya atau dari satu material ke
material lainnya.

3. Energi Dapat Pindah ke Benda Lainnya


Sama seperti transfer energi, sifat energi yang satu ini dapat
dipindahkan dari satu benda ke benda lainnya.

4. Energi Adalah Kekal


Energi memiliki sifat kekal artinya enerti tidak mampu diciptakan dan
juga tidak mampu untuk dimusnahkan.

Banyak sekali jenis – jenis atau macam – macam energi yang ada di alam
ini. Berikut ini beberapa jenis – jenis energi, yaitu :
1. Energi Bunyi
Energi bunyi merupakan suatu energi yang diciptakan dan dihasilkan
dari getaran partikel – partikel udara yang berada disekitar area sumber
bunyi tersebut. Misalnya seperti, ketika televisi atau radio hidup, maka
secara nyata pengeras suara menggerakkan udara yang berada
didepannya. Caranya dengan membuat partikel – pertikel udara tersebut
bergetar. Lalu, energi dari getaran si partikel – partikel udara
menyampaikan ke telinga kita, sehingga kita dapat mendengarnya.
2. Energi Mekanik
Semua benda yang dapat bergerak atau mempunyai kemampuan untuk
bisa bergerak pasti mempunyai energi mekanik didalamnya. Misalnya
seperti, air terjun yang terletak di atas tebing yang mampu bergerak
turun kebawah dikarenakan adanya energi mekanik, sama juga seperti
angin.

3. Energi Listrik
Energi Listrik merupakan suatu energi yang diciptakan dan dihasilkan
dari muatan listrik yang bergerak melewati kabel.

4. Energi Kalor
Energi kalor merupakan suatu energi yang diciptakan dan dihasilkan
dari gerak internal partikel – partikel yang berda didalam suatu zat.
Misalnya seperti, jika kita menggosok – gosok kedua tangan dalam
beberapa detik amaka tangan ktia akan menimbulkan rasa panas.
Biasanya energi kalor atau energi panas diciptakan dan dihasilkan dari
gesekan antara 2 benda. Dan energi kalor mmebuat terjadinya
perubahan wujud dan suhu.
5. Energi Cahaya
Energi Cahaya merupakan suatu energi yang diciptakan dan dihasilkan
dari radiasi gelombang elektromagnetik.

6. Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan suatu energi yang memiliki kaitan dengan
kemampuan untuk bergerak atau gerak dengan sendirinya. Energi
mekanik memiliki 2 jenis, yaitu :

a. Energi Kinetik
Energi kinetik merupakan suatu energi yang ada pada sebuah benda
karena lajunya atau geraknya. Adapun rumus energi kinetik adalah :

EK = energi kinetik (joule atau J), m = massa (kg), v = kelajuan


b. Energi Potensial
Energi potensial merupakan suatu energi yang ada pada sebuah benda
karena posisinya. Adapun rumus energi potensial adalah :

EP = energi potensial gravitasi (joule atau J), m = massa (kg), g =


percepatan gravitasi (m/s2), h = ketinggian benda dari acuan (m).
7. Energi Nuklir
Energi nuklir merupakan suatu energi yang diciptakan dan dihasilkan
dari reaksi inti yang ada di bahan radioaktif. Energi nuklir terbagi
menjadi 2 jenis yaitu energi nuklir fisi dan fusi.

Biasanya energi nuklir fisi terjadi pada reaktor atom PLTN. Sedangkan
energi nuklir fusi biasanya dapat menciptakan energi matahari yang
mana inti – inti hidrogen bergabung menjadi sati sehingga akan
membentuk inti helium.
B. Perubahan energi dalam reaksi kimia

Perubahan energi yang terjadi selama reaksi kimia sebagai


hubungan massa akan dibahas pada bagian bab berikutnya. Sebagai
contoh, reaksi pembakaran melibatkan bahan bakar seperti gas alam
(LPG 3 Kg, 5Kg dan 12 Kg) dan minyak bumi (minyak tanah dan bensin)
yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Energi dilepaskan
ketika gas alam dan minyak bumi dibakar menghasilkan produk air dan
karbon dioksida.

Hampir semua reaksi kimia menyerap ataupun melepas energi,


umumnya dalam bentuk kalor. Penting untuk memahami perbedaan
antara energi panas (thermal energy) dan kalor (heat). Kalor terjadi
karena perpindahan energi panas antara dua benda pada suhu yang
berbeda. Pada umumnya sering disebut sebagai "aliran kalor" dari benda
bersuhu panas ke benda yang suhunya dingin. Meskipun istilah "kalor"
dengan sendirinya menyiratkan perpindahan energi, umumnya lazim
disebut "kalor yang diserap" atau "kalor yang dilepas" ketika digambarkan
perubahan energi yang terjadi selama proses berlangsung. Termokimia
adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi dalam reaksi kimia.

Untuk menganalisis perubahan energi yang terkait dengan reaksi


kimia, pertama-tama harus didefinisikan sistem, yaitu bagian tertentu dari
alam semesta yang menjadi perhatian. Bagi ahli kimia, sistem biasanya
termasuk zat yang terlibat dalam perubahan kimia dan fisika. Sebagai
contoh, dalam sebuah percobaan reaksi netralisasi asam basa, sistem
dapat berupa gelas yang berisi 50 mL HCl yang ditambahkan 50 mL
NaOH. Lingkungan adalah alam semesta di luar sistem.

Ada tiga jenis sistem yaitu sistem terbuka, sistem tertutup dan
sistem terisolasi. Sistem terbuka dapat bertukar massa dan energi
(biasanya dalam bentuk kalor) dengan lingkungan. Sebagai contoh,
sistem terbuka dapat terdiri dari sejumlah air di dalam wadah terbuka,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1 (a). Jika kita menutup termos,
seperti pada Gambar 6.1 (b), sehingga uap air tidak dapat keluar dari
wadah, sehingga menjadi sistem tertutup, yang memungkinkan
perpindahan energi (kalor) tetapi tidak untuk massa. Jika air ditempatkan
dalam wadah yang benar-benar terisolasi, maka sistem yang terisolasi
tidak memungkinkan perpindahan baik massa maupun energi, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6.1 (c).

Gambar 6.1. Tiga jenis sistem diwakili oleh air dalam botol: (a) sistem
terbuka, yang memungkinkan pertukaran massa dan energi dengan
lingkungannya; (b) sistem tertutup, yang memungkinkan pertukaran
energi tetapi tidak untuk massa; dan (c) suatu sistem yang terisolasi,
yang tidak memungkinkan pertukaran energi ataupun massa (di sini
termos tertutup oleh jaket vakum).

Pembakaran gas hidrogen dengan oksigen adalah salah satu dari banyak
reaksi kimia yang melepaskan sejumlah besar energi (Gambar 6.2):

2H₂(g) + O₂(g) → 2H₂O(l) + energi


Gambar 6.2 Bencana Hindenburg, suatu kapal udara Jerman diisi
dengan gas hidrogen, hancur dalam sebuah kebakaran spektakuler di
Lakehurst, New Jersey, pada tahun 1937.

Dalam peristiwa ini, campuran yang bereaksi (hidrogen, oksigen, dan


molekul air) diberi label sebagai sistem dan alam semesta di sekitar
sebagai lingkungan. Karena energi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan, maka setiap energi yang dilepas oleh sistem harus diterima
oleh lingkungan. Dengan demikian, kalor yang dihasilkan oleh proses
pembakaran dipindahkan dari sistem ke lingkungan. Reaksi ini adalah
contoh dari proses eksotermik, yaitu proses yang melepaskan kalor,
perpindahan energi panas dari sistem ke lingkungan. Gambar 6.3 (a)
menunjukkan perubahan energi untuk pembakaran gas hidrogen.

Sekarang perhatikan reaksi berikut ini, dekomposisi merkuri (II) oksida


(HgO) pada suhu tinggi:
energi + 2HgO(s) → 2Hg(l) + O₂g)

Reaksi ini adalah proses endotermis, di mana kalor harus diserap oleh
sistem (yaitu HgO) dari lingkungan [Gambar 6.3 (b)].

Gambar 6.3 menunjukkan bahwa dalam reaksi eksotermis, energi total


produk lebih kecil atau kurang dari total energi reaktan. Perbedaannya
adalah kalor yang disediakan oleh sistem dilepas ke lingkungan. Justru
sebaliknya yang terjadi dalam reaksi endotermis. Di sini, perbedaan
antara energi produk dan energi reaktan sama dengan kalor yang diserap
oleh sistem dari lingkungan.

Gambar 6.3. (a) Sebuah proses eksoterm. (b) Sebuah proses endoterm.
*Bagian (a) dan (b) tidak digambarkan pada skala yang sama; kalor
yang dilepaskan dalam pembentukan H₂O dari H₂ dan O₂ tidak sama
dengan kalor yang diserap dalam dekomposisi HgO.

C. Pengantar Termodinamika

Termokimia adalah bagian dari pembahasan yang lebih luas yang


disebut termodinamika (thermodynamics), yaitu ilmu yang mempelajari
perubahan antar kalor dan bentuk-bentuk energi yang lain. Hukun-hukun
termodinamika menyediakan panduan yang berguna untuk pemahaman
energetika dan arah proses. Dalam subbab ini kita akan memusatkan perhatian
pada hukum termodinamika pertama, yang secara khusus relevan dengan ilmu
termokimia.
Dalam termodinamika, kita mempelajari perubahan-perubahan
dalam keadaan sistem (state a system), yang didefinisikan sebagai nilai-nilai
semua sifat makroskopis yang relevan, seperti susunan, energi, suhu, tekanan,
dan volume. Energi, tekanan, volume, dan suhu dikatakan sebagai fungsi
keadaan (state function) sifat-sifat yang ditentukan oleh keadaan sistem, terlepas
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Dengan kata lain, ketika keadaan suatu
sistem berubah, besar perubahan dalan setiap perubahan fungsi keadaan hanya
bergantug pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem dan tidak bergantung
pada bagaimana perubahan itu dilakukan.

Keadaan sejumlah tertentu gas ditentukan oleh volume, tekanan, dan


suhunya. Perhatikan suatu gas pada tekanan 2 atm, suhu 300 K, dan volume 1 L
(keadaan awal). Anggaplah suatu proses dilakukan pada suhu konstan,
sedemikian rupa sehingga tekanan gas turun menjadi 1 atm. Menurut hukum
Boyle, volumenya harus meningkat menjadi 2 L. Jadi keadaan akhirnya adalah
pada tekanan 1 atm, suhu 300 K, dan volume 2 L. Perubahan volumenya (∆V)
adalah:
∆V = Vf - Vi
= 2L–1L
= 1L

Dengan Vi dan Vf berturut-turut menyatakan volume awal dan volume akhir.


Tidak peduli bagaimana kita sampai pada keadaan akhir (misalnya, tekanan gas
dapat ditingkatkan dahulu, kemudian diturunkan menjadi 1 atm), perubahan
volumenya selalu 1 L. Jadi volume gas adalah fungsi keadaan. Dengan cara
serupa kita dapat menunjukan bahwa tekanan dan suhu juga merupakan fungsi
keadaan.

Figure 6.4 The gain in gravitational potential energy that occurs when a
person climbs from the base to the top of a mountain is independent of the
path taken.

Energi merupakan fungsi keadaan yang lain. Dengan menggunakan energi


potensil sebagai contoh, kita menemukan bahwa peningkatan total dalam energi
potensial gravitasi adalah sama ketika kita pergi dari titik awal yang sama ke
suatu puncak gunung, tidak peduli bagaimana cara kita mencapainya (Gambar
6.4).

Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum


universal dari kekekalan energi dan mengidentifikasikan
perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi. Pernyataan paling
umum dari hukum pertama termodinamika ini berbunyi:
“ Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding
dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem
dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya. ”

Fondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang
melalui eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan
kerja saling dapat dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan
oleh Rudolf Clausius pada 1850: "Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang
disebut 'energi', yang diferensialnya sama dengan jumlah kerja yang
dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabatik."

Hukum ini diformulasikan:[1]

D. Entalpi reaksi kimia

Entalpi dipahami sebagai jumlah energi suatu sistem pada kondisi


tekanan tetap. Biasanya ini dilambangkan dengan menggunakan huruf capital H
dan secara matematis dapat dituliskan sebagai penjumlahan dari kerja yang
dilakukan oleh suatu sistem (W) dengan energi yang terkandung dalam sistem
tersebut (E).
• Perubahan Entalpi (∆H)
Entalpi merupakan sifat ekstensif zat yang dapat digunakan untuk menentukan
perubahan kalor dalam reaksi kimia. Nilai dari entalpi sendiri tidak dapat
diukur, namun kita masih dapat mengukur perubahan kalor yang terjadi pada
saat reaksi berlangsung. Perubahan kalor yang terjadi dalam reaksi kimia
disebut perubahan entalpi (∆H). Pada tekanan konstan, perubahan entalpi sama
dengan jumlah kalor reaksi yang dilepaskan atau diserap oleh sistem.
∆H = QP
Entalpi tergolong dalam fungsi keadaan. Sehingga, perubahan entalpi hanya
dapat ditentukan dari keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Jadi suatu reaksi
kimia dimana reaktan bereaksi dan menghasilkan suatu produk. Besarnya
perubahan entalpi, atau entalpi reaksi adalah selisih antara entalpi produk dan
entalpi reaktan.
∆H = H(produk) – H(reaktan)
Berdasarkan jenis reaksinya, perubahan entalpi standar dapat dibedakan
menjadi 6 macam, yaitu entalpi pembentukan, entalpi pembakaran, entalpi
atomisasi, entalpi ikatan, entalpi larutan, dan entalpi kisi. Untuk lebih dipahami
kita jabarkan yuk!
• Entalpi Pembentukan
Perubahan entalpi pembentukan (∆fH⊖) adalah perubahan entalpi ketika 1 mol
suatu zat terbentuk dari unsur-unsurnya dalam bentuknya yang paling stabil.
Jika tidak diukur pada keadaan standar maka perubahan entalpi pembentukan
dinotasikan ∆H⊖f.
• Entalpi Pembakaran
Perubahan entalpi pembakaran standar ∆cH⊖ adalah perubahan entalpi per mol
zat ketika mengalami pembakaran.
• Entalpi Atomisasi
Perubahan entalpi atomisasi ΔaH⊖ adalah perubahan entalpi pemutusan satu
mol ikatan secara sempurna untuk mendapatkan atom dalam fase gas.
• Entalpi Ikatan
Perubahan Entalpi Ikatan ΔbH adalah jumlah energi yang dilepaskan ketika satu
mol ikatan terbentuk dari atom yang terisolasi dalam bentuk gas.
• Entalpi Larutan
Perubahan entalpi larutan ΔsolHo adalah perubahan entalpi ketika satu mol zat
terlarut dilarutkan dalam pelarut yang sangat besar, sehingga pada pengenceran
lebih lanjut tidak terjadi perubahan kalor.
• Entalpi Kisi
Perubahan entalpi kisi ΔlatticeHo adalah perubahan entalpi ketika satu mol
senyawa ionic terdisosiasi menjadi ion-ionnya dalam bentuk gas.
• Kapasitas Panas
Kapasitas panas didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikan suhu sistem sebesar 10C. Dimana, kapasitas panas ini dilambangkan
oleh huruf capital C, sehingga secara matematis rumusnya adalah q=C×ΔT
Peningkatan suhu ini sebanding dengan panas yang ditransfer. Besarnya C akan
tergantung pada ukuran komposisi dan sifat sistem. Adapun, kapasitas panas ini
dibagi menjadi dua yaitu kapasitas panas spesifik dan kapasitas panas molar.
Kapasitas panas spesifik adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikan
suhu satu satuan massa suatu zat sebesar 10C (atau satu Kelvin). Dimana, secara
matematis kapasitas panas spesifik bisa dituliskan dengan rumus q=C×ΔT.
Kapasitas panas molar (Cm) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
menaikan suhu satu mol suatu zat sebesar 10C (atau satu Kelvin). Dimana,
rumus secara matematisnya dapat ditulis dengan Cm = c/n
E. Kalorimetri

Kolorimetri adalah metode perbandingan menggunakan perbedaan warna.[1] Metode


kolorimetri mengukur warna suatu zat sebagai perbandingan.[1]Biasanya cahaya putih
digunakan sebagai sumber cahaya untuk membandingkan absorpsi cahaya relatif terhadap
suatu zat.[1] Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur perbandingan warna yang tampak
adalah kolorimeter. Selain kolorimetri, metode lain yang menggunakan warna sebagai
pembanding adalah spektofotometri. Kelebihan metode kolorimetri adalah kemudahannya
dalam menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.[1]Metode kolorimetri biasa digunakan dalam
analisis kimia.[1] Metode kolorimetri memiliki batas atas pada penetapan konstituen yang ada
dalam kuantitas yang kurang dari satu atau dua persen.[1] Salah satu faktor utama dalam metode
kolorimetri adalah intensitas warna yang harus proporsional dengan konsentrasinya. [2]

Alat kolorimetri yang menggunakan sensor atau sel fotolistrik disebut kolorimetri
fotolistrik.[1] Kolorimetri fotolistrik digunakan sebagai pengurangan sesatan yang disebabkan
oleh pribadi pengamat.[1] Kolorimetri fotolistrik menggunakan prinsip panjang gelombang
cahaya menggunakan filter yang berbentuk lempengan.[1] Filter dalam kolorimetri fotolistrik
terbuat dari berbagai macam bahan, antara lain kaca dan gelatin.[1]

Referensi

1. ^ a b c d e f g h i j J. Bassett, R.C. Denney, G.H. Jeffery, dan J. Mendham (1991). (Buku Ajar Vogel:
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik terjemahan dari Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic
Analysis Including Elementary Instrumental Analysis, penerjemah: A. Hadyana P. dan Ir. L.
Setiono. Penerbit Buku Kedokteran EGC. ISBN 979-448-228-5.
2. ^ (Inggris) "Important Factors". Clackamas Community College. Diakses tanggal 10 Juni 2014.

F. Entalpi pembentukan standar dan entalpi reaksi standar

Entalpi pembentukan standar atau kalor standar pembentukan suatu senyawa adalah
perubahan entalpi selama pembentukan 1 molzat dari unsur penyusunnya, dengan
semua zat dalam keadaan standarnya . Nilai tekanan standar p ⦵ = 105 Pa (= 100 kPa =
1 bar ) direkomendasikan oleh IUPAC , meskipun sebelum tahun 1982 digunakan nilai
1,00 atm (101,325 kPa). [1] Tidak ada suhu standar.Simbolnya adalah
Δ f H ⦵ . Plimsoll superskrip pada simbol ini menunjukkan bahwa proses telah terjadi
dalam kondisi standar pada suhu yang ditentukan (biasanya 25 ° C atau 298,15
K). Status standar adalah sebagai berikut:
1. Untuk gas: keadaan hipotetis yang diasumsikan memenuhi persamaan gas ideal
pada tekanan 1 bar
2. Untuk zat terlarut yang ada dalam larutan ideal : konsentrasi tepat satu mol per
liter (1 M ) pada tekanan 1 bar
3. Untuk zat murni atau pelarut dalam keadaan terkondensasi (cair atau padat):
keadaan standarnya adalah cairan murni atau padat di bawah tekanan 1 bar
4. Untuk elemen: bentuk elemen yang paling stabil di bawah tekanan 1 bar. Satu
pengecualian adalah fosfor , yang bentuk paling stabil pada 1 bar adalah fosfor
hitam , tetapi fosfor putih dipilih sebagai keadaan referensi standar untuk entalpi
pembentukan nol. [2]

Misalnya, entalpi pembentukan karbon dioksida standar adalah entalpi dari reaksi
berikut di bawah kondisi di atas:
C (s, grafit ) + O 2 (g) → CO 2 (g)
Semua elemen ditulis dalam keadaan standarnya, dan satu mol hasilkali terbentuk. Ini
benar untuk semua entalpi pembentukan.
Entalpi pembentukan standar diukur dalam satuan energi per jumlah zat, biasanya
dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ mol −1 ), tetapi juga dalam kilokalori per
mol , joule per mol atau kilokalori per gram (kombinasi apa pun dari satuan ini yang
sesuai ke energi per massa atau pedoman jumlah).
Semua elemen dalam keadaan standarnya (gas oksigen , karbon padat dalam
bentuk grafit , dll.) Memiliki entalpi pembentukan standar nol, karena tidak ada
perubahan yang terlibat dalam pembentukannya.
Reaksi pembentukan adalah proses tekanan konstan dan suhu konstan. Karena tekanan
reaksi pembentukan standar ditetapkan pada 1 bar, entalpi pembentukan standar atau
panas reaksi merupakan fungsi suhu. Untuk tujuan tabulasi, entalpi formasi standar
semuanya diberikan pada suhu tunggal: 298 K, diwakili oleh simbol Δ f H ⦵
298 K.
Isi
Hukum Hess

Untuk banyak zat, reaksi pembentukan dapat dianggap sebagai jumlah dari sejumlah
reaksi yang lebih sederhana, baik nyata maupun fiktif. Entalpi reaksi kemudian dapat
dianalisis dengan menerapkan Hukum Hess , yang menyatakan
bahwa jumlah perubahan entalpi untuk sejumlah langkah reaksi individu sama dengan
perubahan entalpi keseluruhan reaksi. Ini benar karena entalpi adalah fungsi keadaan ,
yang nilainya untuk keseluruhan proses hanya bergantung pada keadaan awal dan
akhir dan bukan pada keadaan antara.Contoh diberikan di bagian berikut.
Senyawa ionik: Siklus Born-Haber

Perubahan formasi entalpi standar dalam diagram Born-Haber untuk litium fluorida . ΔH latt sesuai dengan
U L dalam teks. Panah bawah "afinitas elektron" menunjukkan kuantitas negatif –EA F , karena
EA F biasanya didefinisikan sebagai positif.

Untuk senyawa ionik, entalpi pembentukan standar setara dengan jumlah beberapa
suku yang termasuk dalam siklus Born-Haber .Misalnya, pembentukan litium fluorida ,
Li (s) + 1 ⁄ 2 F 2 (g) → LiF (s)
dapat dianggap sebagai jumlah dari beberapa langkah, masing-masing dengan entalpi
sendiri (atau energinya, kira-kira):
1. Entalpi standar atomisasi (atau sublimasi ) litium padat.
2. Energi ionisasi pertama dari gas litium.
3. Entalpi standar atomisasi (atau energi ikatan) gas fluor.
4. Afinitas elektron dari atom fluor.
5. Energi kisi litium fluorida.

Jumlah semua entalpi ini akan memberikan entalpi standar pembentukan litium
fluorida.

Dalam praktiknya, entalpi pembentukan litium fluorida dapat ditentukan secara


eksperimental, tetapi energi kisi tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu,
persamaan tersebut disusun ulang untuk mengevaluasi energi kisi. [3]
Senyawa organik

Reaksi pembentukan sebagian besar senyawa organik bersifat hipotetis. Misalnya,


karbon dan hidrogen tidak akan langsung bereaksi membentuk metana (CH 4 ), sehingga
entalpi pembentukan standar tidak dapat diukur secara langsung. Namun entalpi
pembakaran standar mudah diukur menggunakan kalorimetri bom . Entalpi
pembentukan standar kemudian ditentukan dengan menggunakan hukum
Hess . Pembakaran metana (CH 4 + 2 O 2 → CO 2 + 2 H 2 O) setara dengan jumlah
dekomposisi hipotetis menjadi unsur-unsur yang diikuti dengan pembakaran unsur-
unsur tersebut untuk membentuk karbon dioksida dan air:
CH 4 → C + 2 H 2
C + O 2 → CO 2
2H2+O2→2H2O
Menerapkan hukum Hess,
Δ sisir H ⦵ (CH 4 ) = [Δ f H ⦵ (CO 2 ) + 2 Δ f H ⦵ (H 2 O)] - Δ f H ⦵ (CH 4 ).
Memecahkan standar entalpi pembentukan,
Δ f H ⦵ (CH 4 ) = [Δ f H ⦵ (CO 2 ) + 2 Δ f H ⦵ (H 2 O)] - Δ sisir H ⦵ (CH 4 ).
Nilai dari Δ f H ⦵ (CH 4 ) ditentukan sebagai −74,8 kJ / mol. Tanda negatif menunjukkan
bahwa reaksi, jika dilanjutkan, akan eksoterm ;yaitu, metana secara entalpi lebih stabil
daripada gas hidrogen dan karbon.
Hal ini dimungkinkan untuk memprediksi kalor formasi untuk senyawa organik
tak terkendali sederhana dengan metode aditif panas gugus formasi .
Gunakan dalam perhitungan untuk reaksi lain

Perubahan entalpi standar dari setiap reaksi dapat dihitung dari entalpi standar
pembentukan reaktan dan produk menggunakan hukum Hess. Reaksi tertentu dianggap
sebagai dekomposisi semua reaktan menjadi elemen dalam keadaan standarnya, diikuti
dengan pembentukan semua produk. Panas reaksi kemudian dikurangi jumlah entalpi
standar pembentukan reaktan (masing-masing dikalikan dengan koefisien stoikiometri
masing-masing, ν ) ditambah jumlah entalpi standar pembentukan produk (masing-
masing juga dikalikan dengan stoikiometri masing-masing koefisien), seperti yang
ditunjukkan pada persamaan di bawah ini: [4]
Δ r H ⦵ = Σ ν Δ f H ⦵ (produk) - Σ ν Δ f H ⦵ (reaktan).
Jika entalpi standar produk kurang dari entalpi standar reaktan, entalpi reaksi standar
adalah negatif. Ini menyiratkan bahwa reaksinya eksotermik. Kebalikannya juga
benar; entalpi standar reaksi adalah positif untuk reaksi endotermik. Perhitungan ini
memiliki asumsi solusi ideal diam-diam antara reaktan dan produk di mana entalpi
pencampuran adalah nol.
Misalnya, untuk pembakaran metana, CH 4 + 2 O 2 → CO 2 + 2 H 2 O:
Δ r H ⦵ = [Δ f H ⦵ (CO 2 ) + 2 Δ f H ⦵ (H 2 O)] - [Δ f H ⦵ (CH 4 ) + 2 Δ f H ⦵ (O 2 )].
Namun O 2 adalah suatu unsur dalam keadaan standarnya, sehingga Δ f H ⦵ (O 2 ) = 0, dan
kalor reaksi disederhanakan menjadi
Δ r H ⦵ = [Δ f H ⦵ (CO 2 ) + 2 Δ f H ⦵ (H 2 O)] - Δ f H ⦵ (CH 4 ),
yang merupakan persamaan di bagian sebelumnya untuk entalpi pembakaran Δ sisir H ⦵ .
Konsep kunci untuk melakukan kalkulasi entalpi

1. Ketika reaksi dibalik, besarnya Δ H tetap sama, tetapi tandanya berubah.


2. Ketika persamaan yang seimbang untuk suatu reaksi dikalikan dengan bilangan
bulat, nilai yang sesuai dari Δ H harus dikalikan dengan bilangan bulat itu juga.
3. Perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung dari entalpi pembentukan reaktan
dan produk
4. Unsur-unsur dalam keadaan standarnya tidak memberikan kontribusi pada
kalkulasi entalpi reaksi, karena entalpi suatu unsur dalam keadaan standarnya
adalah nol. Alotrop dari suatu unsur selain keadaan standar umumnya memiliki
entalpi pembentukan standar bukan nol.

Contoh: entalpi pembentukan standar pada 25 ° C

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Energi berasal dari
bahasa yunani yaitu energia yang berarti kemampuan untuk melakukan
usaha. Energi merupakan besaran yang kekal, artinya energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya. Bentuk-bentuk energi diantaranya energi kinetik,
energi potensial, energi mekanik, energi kimia, energi listrik dan energi
panas. Kemudian perubahan energi misalnya perubahan energi listrik
ke energi cahaya (lampu)

. B. Saran
Adapun saran penulis untuk makalah ini adalah diharapkan
kepada para pembaca agar memberi saran dan kritikannya agar
makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. Rudyanto. (2011), Pemrograman Web Dinamis Menggunakan
PHP & MySQL, Andi, Yogyakarta.
Darsono, agustinus. ( 2011 ), Hotel Front Office, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta
Febrian. Jack (2007)Kamus Komputer & Teknologi
Informasi.Informatika. Informatika, Bandung
Hanif Al Fatta.(2007) Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Andi,
Yogyakarta
Jogiyanto. (2007) Komponen sistem informasi, Andi, Yogyakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid II
Kristanto. Andri (2008) Perancangan Sistem Informasi, Andi,Yogyakarta
Kusrini. dan Koniyo Andri.(2007)Tuntutan Praktis Membangun Sistem
Informasi Akuntansi Dengan Visual Basic Dan Microsoft SQL Server.
Andi,Yogyakarta
MADCOMS, (2011),Aplikasi Web Database dengan Dreamweaver dan
PHP-MySQL, Andi, Yogyakarta.
Sigit W., Aloysius (2011),Website Super Canggih denagn Plugin jQuery
Terbaik,. Cet. I, Mediakita, Jakarta.
SK. Menteri Perhubungan No.PM.10/Pw.301/Phb.77
Sutanta, Edhy. (2011),Basis Data Dalam Tinjauan Konseptual, Andi,
Yogyakarta.
Zulkifli AM. (2009), Sistem Informasi Manajemen, Andi, Bandung

Anda mungkin juga menyukai