Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TERMOKIMIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Dasar

Dosen Pengampu : Rina Rahayu, M.Pd

Disusun Oleh :

Irma Setianingsih (2010303018)

Hikmah rochimatul Chasanah (2010303102)

Mutiara Putri Zulfa (2010303060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Termokimia” dengan tepat waktu makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah kimia dasar.

Kami ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Rina Rahayu, M.Pd selaku dosen pengampu.


2. Teman-teman dan segala pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat untuk


menambah wawasan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, dari segala kekurangan dan kerendahan
hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi
memperbaiki makalah ini kedepannya.

Magelang, 09 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1.Latar Belakang .............................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................1

1.3.Tujuan .........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1.Asas Kekekalan Energi ................................................................................3

2.2 Entalpi (H) dan Perubahan Entalpi (∆ H ¿....................................................6

2.3.Reksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm .........................................................8

2.4.Perubahan Entalpi Standar ( ∆ H ¿¿ 0)¿.......................................................12

2.5.Jenis Kalor Reaksi.......................................................................................13

2.6 Penentuan Entalpi Reaksi............................................................................15

BAB III PENUTUP ..............................................................................................21

A. Kesimpulan ................................................................................................21

B. Saran ..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Termodinamika merupakan ilmu yang membahas tentang energi yang
spesifiknya membahas mengenai hubungan antara energi dan panas kerja.
Prinsip termodinamika disebut dengan prinsip konservasi atau kekekalan
energi yang telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari. Energi
yang ada di alam ini dapat berwujud berbagai bentuk seperyti energi panas,
energi kerja energi kimia, energi listrik, energi nuklir, energi gelombang,
energi gaya magnet, dan masih banyak lagi bentuk energi.
Energi yang sudah disebutkan tadi bisa berubah bentuk dari suatu bentuk
ke bentuk lainnya secara alami maupun dengan bantuan teknologi. Bumi
menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari dan diubah
menjadi energi panas, angina, gelombang laut dan proses alam lainnya.
Prinsip alamiah dalam proses termodinamika dapat direkayasa dengan
berbagai bentuk untuk membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari azas kekekalan energi?
1.2.2 Apa pengertian dari Entalpi dan Perubahan Entalpi?
1.2.3 Bagaimana raeksi eksoterm dan Endoterm?
1.2.4 Apa Perubahan Entalpi Standar (∆ H 0 ) ?
1.2.5 Apa saja Jenis Kalori Reaksi?
1.2.6 Apa saja penentuan Entalpi Reaksi ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari azas kekekalan energi
1.3.2 Mengetahui pengertian dari Entalpi dan Perubahan Entalpi
1.3.3 Mengetahui raeksi eksoterm dan Endoterm
1.3.4 Mengetahui Perubahan Entalpi Standar (∆ H 0 )
1.3.5 Mengetahui jenis kalori reaksi
1.3.6 Mengetahui penentuan Entalpi Reaksi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asas Kekekalan Energi

Energi merupakan besaran skalar yang menyatakan kemampuan


melakukan usaha. Energi tidak dapat diciptakan maupun di musnahkan oleh
manusia. Seperti halnya yang dengan asas kekekalan energi yang
menyatakan bahwa energi adalah tetap. Energi hanya dapat dirubah
bentuknya dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain.

Menurut asas kekekalan energi, energi tidak dapat dimusnahkan atau


diciptakan, yang artinya energi alam semesta adalah tetap. Jadi, energi yang
menyertai proses kimia, maupun proses fisika, hanyalah perpindahan atau
perubahan bentuk energi. Untuk mengkaji konveksi energi, maka dalam
ilmu kimia dikenal dengan termodinamika dan termokimia.

Termodinamika merupakan cabang dari ilmu kimia yang membahas


hubungan kalor dengan bentuk dari energi lain pada reaksi kimia dan proses
fisika. Termikimia merupakan cabang dari ilmu kimia yang membahas kalor
reaksi pada reaksi kimia dan proses fisika. Antara termokimia dan
termodinamka memiliki keterkaitan atau saling berkaitan karena pada
termokimia merupakan dasar menuju pembahasan termodinamika. Pada
pembahasan termodinamika dan termokimia dikenal dengan istilah sistem
dan lingkungan. Sistem merupakan zat atau bagian alam semesta yang
dipilih untuk objek penelitian termodinamika maupun termokimia yang
menjadi pusat perhatian. Lingkungan merupaka bagian dari alam semseta
yang berhubungan langsung atau berinteraksi lagsung dengan satu
sistematau segala sesuatu yang membatasi sistem.Misalnya, ketika kita
mereaksikan zat A dan zat B di dalam sebuah tabung reaksi. Lingkungan
adalah tabung reaksi serta udara yang berada di luar tabung reaksi,
sedangkan sistenya ialah dari zat A dan Zat B.

Di dalam zat atau materi terdapat energi, yang telah dirumuskan oleh
Albert Einstein :

3
E=mc 2

Keterangan :

m = massa zat

c = kecepatan cahaya

Zat atau materi dapat menerima dan melepaskan enegri. Hal itu
dapat terjadi dengan kita liat pada peristiwa penguapan dan pengembunan
air. Yang dimana pada proses penguapan, air berubah bentuk cair menjadi
bentuk uap dengan menyerap energi panas (kalor). Kemudian pada proses
pengembunan, air berubah dari bentuk uap menjadi bentuk cair dengan
melepaskan kalor.

Secara umum, energi yang dimiliki oleh zat dikatagorikam menjadi


2 jenis yaitu energi kinetik dan enegri potensial. Jika kita liat suatu zat
dalam keadaan diam tidak bergerak , maka zat tersebut hanya memliki
energi potensial yang merupakan energi yang tersimpan dalam zat yang
disebut energi dalam (internal energi) yang disimbolkan dengan U. Yang
termasuk dalam energi energi dalam suatu zat adalah energi ikatan kimia
antaratom (energi imia), energi dari gaya tarik antara molekul, energi dari
gerakan translasi molekul, dan energi bentuk lain yang terdapat di dalam
zat. Jika kita liat suatu zat yang sedang bergerak, maka zat tersebut memiliki
energi potensial (energi dalam zat ) dan energi kinetik atau enegri gerak,
contohnya pada air terjun yang menggambarkan perubahan energi potensial
menjadi energi kinetik.

Energi dalam (U) adalah energi total dari suatu zat yang dalam
keadaan diam pada saat pada keadaan tertentu .Hukum pertama
termodinamika yaitu :

∆ U =q−w

Keterangan :

∆U = perubahan energi dalam sistem

4
q = kalor yang dilepaskan atau diserap sistem, bernilai positif jika
sistem menyerap kalor dan bernilai negatif jika sistem melepaskan kalor.

w = kerja yang dilakukan atau diterima sistem, bernilai positif jika


sistem melakukan kerja dan bernilai negatif jika sistem menerima kerja.

Skema Perubahan Energi Dalam

1. Sistem menyerap kalor dan sistem melakukan kerja

Sistem
q (+) w (+)
Lingkungan

∆ U =q−w

2. Sistem melepaskan kalor dari sistem menerima kerja

Sistem
q (-) Lingkungan w(-)

∆ U =−q +w

Contoh Soal :
Suatu sistem mengalami perubahan energi. Selama perubahan, sistem
menyerap kalor sebesar 150 kkal. Di samping itu, sistem juga
melakukan kerja sebesar 100 kkal. Berapakah perubahan energi dalam
sistem?
Jawab :

Sistem
q (+) w (+)
Lingkungan
Rumus ∆ U =q–w
= (150-100) kkal

5
= 50 kkal

2.2 Entalpi (H) dan Perubahan Entalpi (∆ H ¿


Sudah dijelaskan diatas bahwa sistem dapat mengalami perubahan
energi. Dapat kita lihat pada contoh suatu sistem, yaitu suatu reaksi yang
mengubah zat reaktan (R) menjadi zat produk (P).

Sebelum terjadi reaksi, zat yang ada adalah zat reaktan yang memiliki
energi dalam U1. Setelah terjadi reaksi, zat yang ada adalah zat produk yang
memiliki energi dalam U2. Pada saat reaksi, terjadi perubahan energi dalam
∆ U sebesar U2 – U1 yang jika disesuaikan dengan hukum pertama
termodinamika dapat ditulis sebagai berikut :

U2 – U2 = q –w atau ∆ U =q−w

 Reaksi dalam wadah tertutup


Sistem tidak melakukan atau menerima kerja (w=0), Kerja sebagai w =
P∆ V . Kemudian jika reaksi dalam wadah tertutup, volume sistem
adalah tetap (∆ V =0 ¿ , maka w=0sehingga perubahan energi dalam
∆ U =q v (q v adala h kalor reaksi pada volume tetap ¿ .
 Reaksi dalam wadah terbuka
Pada reaksi ini terdapat sedikit perbedaan jumlah kalor jenis jika
dibandingkan dengan reaksi dalam wadah tertutup. Pada reaksi dala
keadaan terbuka mengalami perubahan volume sehingga kerja sistem

6
yaitu w = P∆ V ( P=1 atm=tekananudara bebas ) .perubahan energi
dalam sisem pada reaksi wadah terbuka yaitu
∆ U =q p−P ∆ V
Atau
q p=∆U + P ∆V
(q p=kalor reaksi pada tekannatetap ¿

Entalpi (H) sistem adalah jumlah dari energi sistem dalam bentuk,
yaitu jumlah energi dalam sistem (U) dan energi dalam bentuk kerja sistem
pada tekanan tetap, hal ini dapat ditulis :
H = U+ P ∆ V
Entalpi suatu zat atau sistem tidak dapat ditentukan suatu besarnya,
akan tetapi yang akan ditentukan adalah perubahan entalpinya (∆ H ¿.
Perubahan entalpi adalah pengurangan dari entalpi produk oleh entalpi
reaktan, dapat ditulis persamaanya :
∆ H =H p−H y

Setelah dijelaskan baik reaksi wadah tertutup ,aupum dalam wadah


wadah terbuka, perubahan sistem yaitu sebesar kalor reaksinya (q), yang dapat
dituliskan :

∆ H =q
Perubahan entalpi sistem sama dengan harga kalor reaksi, dalam tanda
positif dan negatif perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Reaksi kimia dengan sistem melepaskan kalor
Reaksi R  P + q (kalor)
Perubahan entalpi ∆ H =H p−H R=−q
Simbol sistem  q
Aliran kalor adalah dari sistim ke lingkungan
2. Reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor
Reaksi R + q (kalor)  P, atau R  P – q (kalor)
Perubahan entalpi ∆ H =H p−H R=+ q

7
Simbol sistem  q
Aliran kalor adalah dari lingkungan ke sistem
Pada pembahasan awal sudah dibahas jika reaksi dalam wadah terbuka
memiliki kalor reaksi qp = ∆ U + P ∆V . Reaksi yang dilakukan pada tekanan
tetap, perubahan entalpi sistem sama dengan kalor reaksi sistem (qp) dapat
ditulis menjadi :
∆ H =q p =∆ U + P ∆ V

Contoh Soal :
Reaksi ; S(s) + O2(g)  SO2(g) + 296,83 kJ
Tentukanlah besar perubahan entalpi jika massa unsur S yang dibakar adalah
3,2 gram! (Ar S = 32)
Pembahasan :
Reaksi ; S(s) + O2(g)  SO2(g) + 296,83 kJ
Pada reaksi ini sistem melepaskan kalor sebesar 296,83 kJ atau
∆ H =−296,83 kJ sehingga reaksi dapat kita tuliskan menjadi S(g) + O2(g) 
SO2(g) : ∆ H = -296,83 kJ. Untuk membakar 1 mol S Mempunyai ∆ H =
-296,83 kJ
3,2 gram
3,2 gram S =
32 gram ❑ mol

= 0,1 mol
Untuk membakar 0,1 mol S mempunyai ∆ H = 0,1 x (-296,83) kJ = -28,683
kJ

2.3 Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm


Dalam reaksi kimia, sistem bisa melepaskan atau menyerap kalor. Reaksi
kimia dengan sistem yang melepaskan kalor dapat disebut dengan reaksi
eksoterm, kemudian reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor disebut
reaksi endoterm. Pada reaksi endoterm , ∆ H reaksi memiliki harga negatif
yang mutlaknya sebesar kalor yang dilepaskan. Kemudian untuk reaksi
endoterm, ∆ H reaksi berharga postif dengan harga mutlak sebesar kalor
yang diserap.

8
1. Contoh Reaksi eksoterm
a. Logam natrium (Na) Dimasukkan ke dalam Air
Reaksi : 2Na(s) + 2H2O(i)  2NaOH(aq) + H2 (g)
Pada reaksi tersebut berlangsung dengan cepat dan manimbulkan
ledakan. Setelah reaksi berlangsung, suhu larutan lebih tinggi dari
suhu lingkungan sehingga otomatis kalor mengalir dari sostem
(larutan) ke lingkungan. Jadi, reaksi ini adalah eksoterm.
b. Pembuatan Etanol dari Hasil Peragian (Fermentasi) Glukosa
Reaksi : C6H12O6  2C2H5OH(l) + 2CO2(g)
Pada reaksi tersebut berlangsung lambat dengan hasil sampingan
berupa gas CO2. Setelah reaksi berlangsung, suhu sistem lebih tinggi
dari suhu lingkungan sehingga kalor akan mengalir dari sistem ke
lingkungan. Reaksi ini disebut reaksi eksoterm.
2. Contoh Reaksi Endoterm
a. Urea ¿ Dilarutkan ke dalam Air
Reaksi : CO(NH2)2(s) + H2O(l)  CO(NH2)2(aq) + H2O
Pada reaksi ini disebut dengan ralsi pelarutan urea ke dalam air dan
berlangsung dengan cepat. Setelah urea larut, suhu sistem (larutan)
lebih rendah dari suhu lingkungan sehingga kalor mengalir dari
lingkungan ke sistem. Reaksi ini disebut reaski endoterm.
b. Reaksi anatar gas N2 dengan gas O2
Reaksi : N2(g) + 2 O2(g)  2NO2(g)
Pada reaksi tersebut berlangsung pada suhu tinggi, yang dimana
setelah reaksi berlangsung suhu sistem megalami penurunan. Hal
itu bisa kita liat dari penurunan suhu pada termometer yang
dipasangkan pada reaktor, dan selanjutnya, kalor mengalir dari
lingkungan ke sistem yang diesbut reaksi endoterm.
c. Diagram Tingkat energi untuk reaksi Eksoterm
Contoh reaksi eksoterm : A+ B  C + D

9
∆ H =∑ H Produk −∑ H Reaktan

Tanda ∑ melambangkan sigma yang berarti penjumahan dari. Pada


reaksi eksoterm sistem melepaskan kalor ke lingkungan yang berarti
∑Hproduk < ∑HReaktan sehingga ∆ H bernilai negatif. Dapat dirumuskan
sebagi berikut :
∆ H =∑ H Produk −∑ H Reaktan <0

d. Diagram Tingkat Energi untuk Reaksi Endoterm


Contoh reaksi endoter, : P +Q  R + S
∆ H =∑ H Produk −∑ H Reaktan

10
Dalam reaksi endoterm sistem menyerap kalor dali
lingkungan yang berarti ∑Hproduk > ∑HReaktan sehingga ∆ H berbilai
positif. Yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

∆ H =∑ H Produk −∑ H Reaktan >0

Contoh Soal :
Diketahui reaksi sebagai berikut :
C(s) + O2(g)  CO2(g) ; ∆ H = -393,5 kJ
Gambarlah diagram tingkat energi untuk reaksi tersebut!
Jawab :

Reaksi C(s) + O2(g)  CO2(g) ; ∆ H = -393,5 kJ


∆ H reaksi ini bernilai negarif, berarti reaksi ini adalah reaksi
eksoterm. Diagram tingkat energinya :

11
2.4 Perubahan Entalpi Standar (∆ H 0 )
Kondisi standar bagi berbagai ∆ H reaksi adalah 298 K dan 1 atm, serta
satuan ∆ H merupakan kJ adan satuan ∆ H molar reaksi merupakan kJ/
mol.
1. Kondisi standar Termokimia
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi yang
bergantung pada suhu dan tekanan pengukurannya. Perubahan entalpi
standar diukur pada 25oC dan 1 atm yang dinyatakan dengan lambang
∆ H o atau ∆ H 298 . Kondisi standar yang diaman memiliki suhu 25oC dan
tekanna 1 atm. Pada umunya data termokimia ditetapkan pada kondisi
tersebut. Jadi perubahan entalpi yang tidak merujuk pada kondisi
pengukuran dinyatakan dengan lambang ∆ H saja.
2. Persamaan Termokimia
Persamaan Termokimia merupakan persamaan reaksi kimia
yang menyetarakan kalor reaksi atau perubahan entalpi (∆ H ) reaksi.
Karena entalpi tergolong sifat ekstensif, maka nilai perubahan entalpi
yang dituliskan pada persamaan termokimia harus sesuai dengan
stokiometri reaksi, yang artinya jumlah mol zat yang terlibat di dalam
reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Kemudian, karena entalpi
reaksi juga bergantung pada wujud zat yang terlibat dalam reaki, maka
wujud atau keadaan zat harus dinyatakan, dengan membutuhkan indeks
s untuk zat padat, I untuk zat cair, g untuk gas.
Contoh persamaan termokimia :
a.Reaksi : C(s) + O2(g)  CO2(g) + 393,52 kJ

12
Reaksi itu merupaka reaksi yang membebaskan kalor (reaksi
eksotrm) dengan ∆ H = -393, 52 kJ sehingga persamaan termokimia
dapat diganti menjadi persamaan termokimia dengan menyetarakan
∆ H manjadi seperti ini :
C(s) + O2 (g)  CO2(g) ∆ H = -393,52 kJ
Dari persamaaan tersebut menunjukkan bahwa jika 1 mol C
bereaksi dengan 1 mol O2, sistem melepaskan kalor ke lingkungan
sebesar 393,52 kJ.
b.Reaksi : N2 (g) + 2O2 (g)  2 NO2 (g). ∆ H = +66, 4 kJ
Reaski ini memiliki ∆ H positif sehingga termasuk reaki endoterm.
Reaksi ini dapat dirubah menjadi persmaan termikimia yang
menyetarakan kalor reaksi yang akan menjadi :
N2 (g) + 2O2(g ) + 66, 4 kJ  2 NO2(g)
Persamaan tersebut menujukkan bahwa jika 1 mol N2 bereaksi
dengan 2 mol O2 membentuk 2 mol NO2, sistem menyerap kalor dari
lingkungan sebesar 66,4 kJ.

2.5 Jenis Kalori Reaksi


1. Kalor pembentukan Standar (standard enthalpy of formation = ∆ H o f )
Kalor pembentukan standar (∆ H o f) merupakan perubahan
entalpoi ( ∆ H )dari suatu reaksi pembentukan 1 mol zat dari unsur-
unsurnya pada keadaan standar 0298k, 1 atm). Dari pengertian diatas,
bahwa kalor pembentukan standar dari CO 2(g) sebesar -393 kJ mol-1, yang
berarti pada pembentukan 1 mol CO2 dari unsur C dan O2 yang kemudian
dilepaskan kalor sebesar 393 kJ, yang persamaan termokiamnya dapat
ditulis :
C(s) + O2 (g)  CO2 (g) ; ∆ H = - 393 kJ
Satuan Kalor Reaksi (∆ H ¿
Satuan energi panas adalah kalori, 1 kalori merupakan energi
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC setiap 1 gram air. Dalam
sistem SI satuan energi adalah Joule yaitu energi mekanika. 1 Joule adalah
energi yang dihabiskan oleh suatu gaya untuk mempercepat massa 1 kg

13
sebesar 1 m perdetik yang berpindah 1 m. Hubungan kalori dala joule
menurut Jamse Prescott Joule :
1 kalori = 4,184 joule atau 1 koule = 0,24 kalori
Di persamaan termokimia satuan ∆ H yang digunkan berdasarkan sostem
internasional (SI) adalah kJ mol-1. Berikut tabel kalor pembentukan standar
( ∆ H o f ) dari bebrapa zat degan persamaan termokimianya.

Rumus ∆ H of Persamaan Termokimia


Kimia Zat ( kJ mol-1)
AgCl(s) -127,07 1
Ag(s) + Cl2(g)  AgCl(s) ; ∆ H = -127,07 kJ
2
AgCN(s) 146 1
Ag(s) + C(s) + N2(g)  AgCl(s) ; ∆ H = 146 kJ
2
B2H6(g) 36 2B(s) + 3H2(g)  B2H6(g) ; ∆ H = 36 kJ
BrCl(g) 14,6 1 1
Br2(g) + Cl2(g)  BrCl(g) ; ∆ H = 14,6 kJ
2 2
CH4(g) -74,81 C(s) + 2H2(g)  CH4(g) ;∆ H = -74,81 kJ
C2H2(g) 226,7 2C(s) + H2(g)  C2H2(g) ; ∆ H = 226,7 kJ
H2O(g) -241,82 1
H2(g) + O2(g)  H2O(g) ; ∆ H =-241,82 kJ
2
H2S(g) -20,2 H2(g) + S(s)  H2S(s) ;; ∆ H = -20,2 kJ
NaCl(s) -441,0 1
H2(g) + Cl2(g)  NaCl(s) ; ∆ H = -411,0 kJ
2
NO2(g) 33,2 1
N2(g) + O2(g)  NO2(g) ; ∆ H = 33,2 kJ
2

2. Kalor Penguraian Standar ¿d)


Kalor Penguraian Standar ¿d) merupakan perubahan entalpi ( ∆ H )
dari suatu reaksi penguraian 1 mol zat menjadi unsur-unsur pada kedaan
standar (298 K, 1 atm). Reaksi penguraian 1 ol zat menjadi unsur-unsurnya
merupakan kebalikan dari reaksi pembetukan 1 mol zat menjadi unsur-
unsur yang sehingga memperoleh hubungan bahwa kalor penguraian
standar ¿d) merupakan harga negarif dari kalor pembentukan standar ¿f)

3. Kalor Pembakaran Standar (∆ H o c)


Kalor Pembakaran Standar (∆ H o c) merupakan perubahan
entalpi (∆ H ¿ dari reaksi pemakaran 1 mol zat ( reaksi 1 ml zat dengan
gas O2) yang dimana dalam keadaan standar (298 K, 1 atm).

14
Kalor Pembakaran standar dan Persamaan Termoimia

Nama Zat Rumus ∆ H oc Persamaan Termokimia


Kimia Zat Kimia (kJ mol-1)
Asetilena C2H2(g) -1256 5
C2H2(g) + O  2 CO2(g) + H2O ;
2 2(g)
∆ H = - 1256 kJ
Belerang S(s) -297 S(s) + O2(g)  SO2(g) ; ∆ H = -297 kJ
Butena C4H10(g) -2877 13
C4H10(g) + O2(g)  2CO2(g) + 3H2O(s) ; ∆ H
2
= -2877 kJ
Etanol C2H5OH(l) -1371 C2H2OH(l) + 3O2(g)  8CO2(g) + 9H2O(l) ;
∆ H = -1371 kJ
Hidrogen H2(g) -285,85 1
H2(g) + O2(g)  H2O(l) ; ∆ H = -285,85 kJ
2
Isooktana C8H18(l) -5460 25
C8H18(l) + O  8CO2(g) + 9H2O(l) ; ∆ H
2 2(g)
= -5460 kJ
Karbon C(s) 393,5 C(s) + O2(g)  CO2(g) ; ∆ H = -393,5 kJ
Karbon CO(g) -283 1
CO(g) + O2(g)  CO2(g) ; ∆ H = -283 kJ
2
monoksid
a
Metana CH4(g) -802 CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(g) ; ∆ H =
-802 kJ
Metanol CH3OH(l) -638 3
CH3OH(l) + O  CO2(g) + 2H2O(l) ;
2 2(g)
∆ H =¿ -638 kJ

2.6 Penentuan Entalpi Reaksi


a. Penentuan Kalor Reaksi berdasarkan berdasarkan Kalorimeter
(kalorimetri)
Kalorimetri merupakan penentuan kalor reaksi dengan
menggunakan kalorimeter. Kalorimeter merupakan suatu sistem yang
tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan lingkungan di luar
kalorimeter atau disebut dengan sistem terisolasi. Menentukan jumlah
kalor yang diserap atau dibebaskan oleh larutan serta perangkat
kalorimeter yaitu dengan mengukur perubahan suhu pada kalorimeter
berdasarkan rumus :

15
q=m x c x ΔT
q kalorimeter=C x ΔT

Keterangan :
q = Jumlah Kalor (J)
m = massa larutan dalam kalorimeter (gr)
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J/ g K atau J/ g 0C)
C = Kapasitas kalor dari bom kalorimeter ( J/K atau J/ 0C)
ΔT = Perubahan suhu larutan (kalorimeter) ( 0C atau K)

Contoh Soal :
Berapakah jumlah kalor yang diterima 1 kg air ketika dipanaskan dari
temperatur 20 Celcius menjadi 30 Celcius jika diketahui kalor jenis air
adalah 4,2 J/g Celcius.
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 1 kg = 1000 g
T = (30-20) oC = 10 oC
c = 4,2 J/g oC

Jawab :
Besarnya kalor yang diserap oleh air ketika dipanaskan dapat
dinyatakan dengan menggunakan rumus berikut :
q=m x c x ΔT
q = 1000 g x 4,2 J/g oC x 10oC
q= 42.000 J

b. Penentuan Kalor Reaksi berdasarkan Hukum Hess


Terdapat reaksi yang berlangsung dengan sangat sepat
atau lambat sehingga sulit diukur, selain itu ada pula reaksi yang tidak
terjadi tetapi ingin diketahui kalor reaksinya, sehingga dengan

16
mengukur. Sehingga untuk menghitung kalor reaksinya menggunakan
Hukum Hess yaitu “kalor yang menyertai suatu reaksi tidak bergantung
pada jalan yang ditempuh tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir”
dengan bentuk :

a=b+ c

Contoh, CO2(g) dapat dibuat dengan :


(1) C(S) + O2(g) CO2(g) ∆H1 = a
(2) C(S) + 1/2O2(g) CO(g) ∆H2 = b
(3) CO(g) + 1/2O2(g) CO2(g) ∆H3 = c

Sehingga kalor reaksi dapat dihitung dari kalor yang


terdapat pada reaksi lain yang sudah dikatehui, dengan menjumlahkan
pereaksi dan hasil reaksi maupun kalor.

Contoh Soal :

Tentukan harga entalpi dari reaksi :

C(s) + 2H2(g) + ½ O2(g) → CH3OH(g) 

Bila diketahui :

I. CH3OH(g) + 2 O2(g) → CO3(g) + 2H2O(g)    ΔH = - 764 kJ


II. C(s) + O2(g) → CO2(g)                                   ΔH = - 393,5 kJ
III. H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g)                            ΔH = - 241,8 kJ

Pembahasan :

II. C(s) + O2(g) → CO2(g)                       ΔH = - 393,5 kJ.


III. 2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(g)               ΔH = - 483,6 kJ
I. CO2(g) + 2H2O(g) → CH3OH(g)       ΔH = + 764 kJ
C(s) + 2 H2(g) + 2O2(g) → CH3OH(g)    ΔH = + 113,1 kJ

Penjelasan: 

II. Reaksi tetap, karena letak atom C(s) yang diketahui (pereaksi) sama
dengan letak atom C (s) reaksi yang ditanyakan (sama-sama ruas
kiri). 

17
III. Jumlah mol dan harga entalpi dikali dua karena H2 (g) yang diminta 2
mol, scdangkan yang diketahui dalam soal 1 mol. Reaksi tidak dibalik
karena letak H2 sama-sama di ruas kiri. 
I. Reaksi dibalik, sehingga AH juga harus dibalik, karena CH3OH(g)
yang ditanyakan tcrletak di ruas kanan, sedangkan pada reaksi yang
diketahui di ruas kiri. 

c. Penentuan Kalor Reaksi berdasarkan Data Entalpi Pembentukan


Standar.
Dalam menentukan ∆H reaksi dengan menggunakan
perhitungan, maka perlu diketahui nilai entalpi hasil reaksi H2 dan
pereaksi H1 dengan menjumlahkan nilai entalpi tersebut. Suatu
senyawa bisa dibuat langsung dari unsur-unsurnya yang kalornya
disebut dengan kalor pembentukan yang ditentukan dengan sebuah
percobaan. Kalor tersbeut merupakan selisih dari entalpi senyawa
dengan unsur pembentknya.

∆H = H2 – H1
Dengan rumus :

ΔH0 = ƩΔHf0(Produk) - ƩΔHf0(Pereaksi)


Contoh Soal :

CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(l) ΔH = - 802 kJ.


Berdasarkan entalpi pembentukan standar, hitunglah ΔHf CH4(g).

Jawaban :
ΔHR = [1 ΔHf CO2 + 2 ΔHf H2O] – [ ΔHf CH4 + 3 ΔHf O2]
- 802 kJ = [1(- 393,51) + 2 (-285,83)] – [ ΔHf CH4 + 3 . 0] kJ
- 802 kJ = [- 393,51 + (-571,66)] kJ – [ ΔHf CH4] kJ
ΔHf CH4 = - 163,17 kJ
Jadi, entalpi pembentukannya adalah - 163,17 kJ.

d. Penentuan Kalor Reaksi Berdasaran Data Energi Ikatan

18
Dari data energi katan pereaksi dan hasil reaksi maka bisa
menentukan kalor reaksi. Energi ikatan merupakan energi ikatan rata-
rata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan antar dua atom dalam
senyawa ΔH0atom yaitu energi yang diperlukan untuk memutuskan
semua ikatan dalam suatu senyawa dalam keadaan gas menjadi atom-
atomnya.
Tabel Energi Ikatan

Ikatan En (kJ mol-1) Ikatan En (kJ mol-1)


H–C 415 H–I 299
H–O 463 H–O 356
H–N 391 C=O 724
H–F 563 C–N 292
H – Br 366 C=N 619
C–C 348 C=N 879
C=C 607 H – Cl 432
C=C 833

Contoh energi pengatoman CH3 :


C

C – H – C (g)  C(g) + 3H(g)


ΔH0atom =3(C–H)
= 3 (415 kJ mol-1)
= 1245 kJ mol-1

Diperlukan energi untuk memutuskan ikatan pada proses


pengatoman karena bersifat endoermik. Terjadi pemutusan ikatan
pereaksi dan juga pembentukan ikatan hasil reaksi pada reaksi.
Dengan demikian kalor reaksi ΔH merupakan perbedaan energi yang
dibutuhkan dengan yang dilepaskan.

ΔH = ƩE ikatan yang putus – ƩEikatan yang terbentuk

e. Energi bahan bakar

19
Bahan bakar utama adalah bahan bakar fosil yang berasal
dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan maupun hewan, yaitu
gas alam, minyak bumi, dan batubara. Pembentukan bahan bakar ini
membutuhkan waktu yang sangat lama baik ribuan sampai jutaan
tahun. Bahan bakar fosil terdiri atas kandungan senyawa hidrokarbon
yang hanya terdiri atas karbon dan hydrogen.
Contoh pembakaran :
C8H18 + 12O2  8CO2 + 9H2O

BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

20
Termodinamika merupakan cabang dari ilmu kimia yang
membahas hubungan kalor dengan bentuk dari energi lain pada reaksi
kimia dan proses fisika. Termokimia merupakan cabang dari ilmu
kimia yang membahas kalor reaksi pada reaksi kimia dan proses fisika.
Dalam reaksi kimia, sistem bisa melepaskan atau
menyerap kalor. Reaksi kimia dengan sistem yang melepaskan kalor
dapat disebut dengan reaksi eksoterm, kemudian reaksi kimia dengan
sistem menyerap kalor disebut reaksi endoterm.
Perubahan Entalpi Standar (∆ H 0 ), kondisi standar bagi
berbagai ∆ H reaksi adalah 298 K dan 1 atm, serta satuan ∆ H
merupakan kJ adan satuan ∆ H molar reaksi merupakan kJ/ mol.
Penentuan Entalpi Reaksi terdiri dari penentuan Kalor
Reaksi berdasarkan berdasarkan Kalorimeter (kalorimetri), Penentuan
Kalor Reaksi berdasarkan Hukum Hess, Penentuan Kalor Reaksi
berdasarkan Data Entalpi Pembentukan Standar, Penentuan Kalor
Reaksi Berdasaran Data Energi Ikatan , Energi bahan bakar.

1.2 Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi
“Termokimia”, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kami berharap para pembaca bisa mengkritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan khusunya para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Petrucci Ralph H. 1987, Kimia Dasar : Prinsip dan Terpan Modern


edisi keempat jilid . Ciracas, Jakarta : Erlangga

21
Michael Purba, 2003 Kimia 2000 untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A.
Jakarta : Erlangga
Parning Horale, 2004. Kimia Kelas 2 SMA Semester Pertama, Jakarta :
yudhistira
BAB II KAJIAN TEORI 10 0. (n.d.). [online] . Available at:
http://repository.uin-suska.ac.id/20159/7/7.%20BAB%20II.pdf
[Accessed 16 Apr. 2021].

22

Anda mungkin juga menyukai