BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah koligatif diambil dari bahasa latin colligare
(mengumpulkan). artinya sifat ini ditentukan oleh kumpulan partikel zat
terlarut. sifat- sifat fisika larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat
terlarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut disebut sifat koligatif
larutan.Sifat- sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh zat itu berinteraksi pada
tingkat molekul. bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat
larutan itu berbeda dari pelarut murni. sejauh mana sifat suatu larutan itu
berubah jika dibandingkan dengan pelarut murni dinyatakan dalam hukum
koligatif. hukum tersebut berbunyi bahwa selisih tekanan uap, titik beku dan
titik didih larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut murni
berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
Zat terlarut dalam air (pelarut murni) akan menyebabkan titik didih
larutan lebih tinggi dari titik didih air (pelarut). terjadinya kenaikan titk didih
disebabkan larutan membutuhkan temperatur tinggi agar tekanan uapnya
kembali sama dengan tekanan uap pelarut murni. jadi, kenaikan titik didih
larutan sebanding dengan jumlah mol zat terlarut. Titik didih normal cairan
murni atau larutan ialah suhu pada saat tekakanan uap mencapai 1 atm.
Kerena zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka pada suhu larutan harus
dinaikan agar ia mendidih.
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi
dengan penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti
halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa
molar zat yang tidak diketahui. Penurunan titik beku berbanding lurus dengan
perubahan tekanan uap. Untuk konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah,
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan
perubahan titik didih dan titik beku larutan ideal dan larutan non ideal ?
C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara menentukan
perubahan titik didih dan titik beku larutan ideal dan larutan non ideal.
D. MANFAAT
Manfaat dari percobaan ini adalah agar dapat mengetahui cara menentukan
perubahan titik didih dan titik beku larutan idel dan larutan non ideal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
Sifat koligatif adalah konsentrasi larutanindependen dari sifat zat
terlarut. tekanan osmotik darisolusi adalah tekanan eksternal yang harus
diterapkan padasolusi untuk Mencegah itu yang diencerkan dengan
masuknyapelarut melalui proses yang dikenal sebagai osmosis (Ali dkk.,
2013).Osmosis telah dijelaskan dalam literatur dan osmotik Tekanan dari
larutan encer yang merupakan properti koligatif, diungkapkan oleh Van't Hoff
persamaan = CRT, yang mirip dengan persamaan gas ideal (Khare, 2015).
Larutan ideal adalah larutan yang memiliki perubahan entalpi
percampuran sama dengan nol. Definisi ini diperoleh seiring dengan
penurunan fungsi percampuran yang telah dibahas sebelumnya. Efek dari
perubahan entalpi yang besarnya adalah sama dengan nol adalah volume
campuran sama dengan jumlah volume masing-masing komponen oleh
karena tidak ada interaksi tarik-menarik dan tolak-menolak antar komponen
(Fatimah, 2015). Titik didih merupakan suhu yang menunjukkan terjadinya
perubahan fase, yaitu dari fase cair menjadi gas (Suarsana, 2012). Titik didih
suatu cairan dipengaruhi oleh berat molekulpenyusun cairan tersebut. Dalam
satu golongan senyawa,kenaikan titik didih sejajar dengan kenaikanberat
molekul. Fenomena tersebut terlihat pada titik didih golongan senyawa
alifatik rantai linier seperti alkana. Pada kasus, tertentu kenaikan titik didih
suatucairan tidakdapat dijelaskan berdasarkan kenaikan berat molekul.
Sebagai contoh, pada tekanan 1 atm titik didih air adalah 100C sedangkan
titik didih etanoladalah 77C, padahal berat molekul air (H2O) adalah18
gram/mol sedangkan berat molekul etanol(C2H5OH) adalah 46 gram/mol
(Muchson, 2013).
Titik didih etanol murni adalah 78C sedangkan air adalah 100C
(kondisi standar). Pada suhu 78C etanol lebih dulu menguap dari pada air.
Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi
dan kembali menjadi etanol cair. Kondensasi atau proses pengembunan uap
menjadi cairan, dan penguapan suatu cairan menjadi uap melibatkan
perubahan fase cairan dengan koefisien pindah panas yang besar(Fahmi dkk.,
2014).
Titik beku adalah suhu suhu pada nilai tekanan tertentu, saat terjadi
perubahan wujud zat dari cait menjadi padat. Titik beku air murni pada
tekanan 760 mmHg adalah 0oC. Jika ke dalam air murni dilarutkan zat yang
tidak menguap sehingga membentuk larutan ideal, kemudian didinginkan
hingga suhu 0oC, ternyata larutan tersebut belum membeku. Agar laruta
tersebut dapat membeku, suhu larutan harus diturunkan di bawah titik beku air
(0oC). Selisih antara titik beku pelarut dan titik beku larutan disebut penurunan
titik beku (Tf) (Sutresna, 2008).
Fenomena penurunan titik beku ialah pembekuan melibatkan transisi
dari keadaan tidak teratur ke keadaan teratur. Agar proses itu terjadi, energi
harus di ambil dari sistem, karena larutan lebih tidak teratur dibandingkan
pelarut. Maka lebih banyak energi yang harus di ambil darinya untuk
menciptakan keteraturan dibandingkan dalam kasus pelarut murni. Jadi,
larutan memiliki titik beku lebih rendah dibandingkan pelarut. Bila larutan
membeku, padatan yang memisah ialah komponen pelarutnya (Chang, 2005).
B. URAIAN BAHAN
1. Akuades (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Nama Lain : Air suling
RM / BM : H2O / 18,02 g/mol
Rumus Struktur :
a+D-glukopiranosa monohidrat
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran
putih; tidak berbau; rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%)P
mendidih; larut dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Kalorigenikum.
BAB III
MEETODE PRAKTIKUM
B. ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Batang pengaduk
2. Elektromantel
3. Gegep
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
6. Pipet tetes
7. Sendok tanduk
8. Tabung reaksi
9. Termometer
10. Timbangan analitik
C. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Akuades
2. Alkohol
3. Garam
4. Glukosa
5. Kertas perkamen
6. Tissue
D. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Titik Didih
Glukosa
- Ditimbang sebanyak 5 mg
- Dilarutkan dalam 75 ml akuades
- Diaduk hingga homogeny
- Dipanaskan pada elektromantel hingga suhu 75 oC
- Diukur perubahan suhu tiap 5 menit
Hasil Pengamatan
Alkohol
- Diukur sebanyak 20 ml
- Dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Dimasukkan tabung reaksi kedalam gelas kimia yang telah diisi
oleh es batu
- Dimasukkan temometer kedalam tabung reaksi
- Diamati perubahan suhu tiap 10 detik
- Pengamatan dilakuka selama 8 menit
Hasil Pengamatan
NaCl + Alkohol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Titik Didih (Larutan Gula)
5 menit ke-2 98 oC
10 detik ke-2 4C
10 detik ke-3 3C
10 detik ke-4 1C
10 detik ke-5 0C
10 detik ke-6 0C
10 detik ke-7 0C
10 detik ke-8 0C
10 detik ke-9 0C
10 detik ke-10 0C
10 detik ke-11 0C
10 detik ke-12 0C
10 detik ke-13 0C
10 detik ke-14 1C
10 detik ke-16 6C
10 detik ke-17 6C
10 detik ke-18 4C
10 detik ke-19 3C
10 detik ke-20 4C
10 detik ke-21 3C
10 detik ke-22 3C
10 detik ke-23 4C
10 detik ke-24 4C
10 detik ke-25 4C
10 detik ke-26 3C
10 detik ke-27 3C
10 detik ke-28 3C
10 detik ke-29 6C
10 detik ke-30 4C
10 detik ke-31 4C
10 detik ke-32 3C
10 detik ke-33 3C
10 detik ke-34 2C
10 detik ke-35 2C
10 detik ke-36 2C
10 detik ke-37 2C
10 detik ke-38 2C
10 detik ke-39 3C
10 detik ke-40 1C
10 detik ke- 41 1C
10 detik ke-42 1C
10 detik ke-43 1C
10 detik ke-44 1C
10 detik ke-45 1C
10 detik ke-46 0C
10 detik ke-47 1C
10 detik ke-48 1C
10 detik ke-49 1C
10 detik ke-50 0C
10 detik ke-51 0C
10 detik ke-52 0C
10 detik ke-53 0C
10 detik ke-54 0C
10 detik ke-55 0C
10 detik ke-56 0C
10 detik ke-57 0C
10 detik ke-58 0C
10 detik ke-59 0C
Larutan Garam +
1. 10 detik pertama 7C
alcohol
10 detik ke-2 5C
10 detik ke-3 5C
10 detik ke-4 5C
10 detik ke-5 5C
10 detik ke-6 4C
10 detik ke-7 4C
10 detik ke-8 4C
10 detik ke-9 4C
10 detik ke-10 4C
10 detik ke-11 4C
10 detik ke-12 3C
10 detik ke-13 3C
10 detik ke-14 3C
10 detik ke-15 3C
10 detik ke-16 3C
10 detik ke-17 3C
10 detik ke-18 3C
10 detik ke-19 2C
10 detik ke-20 2C
10 detik ke-21 2C
10 detik ke-22 2C
10 detik ke-23 2C
10 detik ke-26 1C
10 detik ke-27 1C
10 detik ke-28 1C
10 detik ke-29 1C
10 detik ke-30 1C
10 detik ke-31 1C
10 detik ke-32 1C
10 detik ke-33 1C
10 detik ke-34 1C
10 detik ke-35 1C
10 detik ke-36 1C
10 detik ke-37 1C
10 detik ke-38 1C
10 detik ke-39 1C
10 detik ke-40 1C
10 detik ke- 41 1C
10 detik ke-42 1C
10 detik ke-43 1C
10 detik ke-44 1C
10 detik ke-54 0C
10 detik ke-55 0C
10 detik ke-56 0C
10 detik ke-57 0C
10 detik ke-58 0C
10 detik ke-59 0C
4. Perhitungan
a. Penentuan Titik didih
Dik:
V = 75 mL Tb pelarut = 100C
Dit:
Tb larutan?
Penye:
Tb = Tb pelarut-Tb larutan
Tb larutan = Tb pelarut-Tb
Tb = m. Kb
m =
Jadi,
78 g 1000
m = x
180 75 mL
= 5,777 mol
Tb = m x Kb
= 3,00404C
Tb larutan = Tb pelarut - Tb
= 100C - 3,00404C
= 96,99596C
1) Alkohol
Dik:
V alkohol = 20 mL
Dit:
Tb larutan?
Penye:
Tf = Tf pelarut - Tf larutan
Tf larutan = Tf pelarut - Tf
Tf = m. Kf
m=
Jadi,
19,952 g 1000
m = x
46 mL
= 21,6869 mol
Tf = m x Kf
= 40,3377C
Tf larutan = Tf pelarut - Tf
= 100C - 40,3377C
= 59,6622C
Dik:
V = 20 mL
Dit:
Tb larutan?
Penye:
Tf = Tf pelarut - Tf larutan
Tf larutan = Tf pelarut - Tf
Tf = m. Kf
YUSNIATI DWI PEMUDI
Jadi,
35,6319 g 1000
m = x
58 20 mL
= 30,7171 mol
Tf = m x Kf
= 57,1339C
Tf larutan = Tf pelarut - Tf
= 100C - 57,1339C
= 42,8660C
B. Pembahasan
larutan itu berbeda dari pelarut murni. sejauh mana sifat suatu larutan itu
berubah jika dibandingkan dengan pelarut murni dinyatakan dalam hukum
koligatif. hukum tersebut berbunyi bahwa selisih tekanan uap, titik beku
datitik didih larutan dengan tekanan uap, titik beku dan titik didih pelarut
murni berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
Titik didih adalah suhu fase cair dan uap berada dalam kesetimbangan
dengan satu sama lain pada tekanan tertentu. Oleh karena itu, titik didih adalah
suhu tekanan uap cairan sama dengan tekanan diterapkan pada cairan. Titik
didih pada tekanan 1 atm disebut titik didih normal.Titik didih normal juga
disebut titik didih atmosfer dari sebuah cairan merupakan kasus istimewa
ketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer di permukaan laut,
satu atmosfer. Pada suhu ini, tekanan uap cairan bisa mengatasi tekanan
atmosfer dan membentuk gelembung di dalam massa cair.Pada tekanan dan
temperatur udara standar (76 cmHg, 25 C) titik didih air sebesar 100 C.
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi
dengan penurunan titik bekunya.Pengukuran penurunan titik beku, seperti
halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa
molar zat yang tidak diketahui. Penurunan titik beku berbanding lurus dengan
perubahan tekanan uap. Konsentrasi zat terlarut yang cukup rendah,
penurunan titik beku berkaitan dengan molalitas. Pengukurannya
dapatdigunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode penentuan
titik didih dan penentuan titik beku larutan. Penentuan titik didih ini
menggunakan larutan gula sebagai bahan utamanya. Larutan tersebut kemudian
dipanaskan dan diaduk sampai menjadi homogen. Kemudian setelah mendidih
larutan tersebut diukur setiap 5 menit, sampai 20 menit.
Penentuan titik beku menggunakan alkohol dan larutan pupuk urea
sebagai bahan utama dalam penentuan titik beku. Alkohol dan larutan pupuk
urea tersebut dikerjakan secara bergantian tetapi cara kerjanya sama.
Apabila hal ini terjadi dalam tubuh, maka sel darah merah dalam tubuh akan
pecah dan dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R., 2005, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 2, Penerbit Erlangga:
Jakarta, Hal: 15.
Fahmi, D., Bambang, S., Wahyunanto, A. N., 2014, Pemurnian Etanol Hasil
Fermentasi Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan
Menggunakan Distilasi Vakum, Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem, Vol. 2(2).
Fatimah, I., 2015, KIMIA FISIKA, Penerbit Deepublish: Yogyakarta, Hal: 111.
Khare, R., 2015, A new approach of Vant Hoof equation for osmotic pressure of
a dilute solution, American Internasional Journal of Reasearch in
Science, technology, engineering & Mathematica, Page: 172.
Suarsana, M., 2012, Pemanfaatan Biji Labu Dalam Pembuatan Minyak Kelapa
Secara Fermentatif, WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi, Vol.
11(3).
Sutresna, N., 2006, KIMIA Untuk Kelas 12 Semester I SMA, Penerbit Garifindo
Madia Pratama: Bandung, Hal: 16.