Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1. Judul
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana praktikan memahami pengertian Reaksi Eksoterm dan
Reaksi Endoterm ?
2) Bagaimana praktikan mengamati perbedaan Reaksi yang bersifat
Eksoterm dan Endoterm ?

3. Tujuan
1) memahami pengertian Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
2) mengamati perbedaan Reaksi yang bersifat Eksoterm dan Endoterm

4. Manfaat
1) Agar praktikan dapat memahami pengertian Reaksi Eksoterm dan
Reaksi Endoterm
2) Agar praktikan dapat mengamati perbedaan Reaksi yang bersifat
Eksoterm dan Endoterm

1
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Termokimia

Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan


energy.Khususnya perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia.Secara
operasionala termokimia berkaitan dengan pengukuran dan penafsiran
perubahan kalor.Perubahan keadaan, dan pembentukan larutan.Jumlah
perubahan kalor reaksi hasil kimia dapat diukur dengan alat yang bernama
kalorimeter.Alat ini megukur perubahan temperature yang terjadi selama
reaksi kimia berlangsung (Basri, 2002: 52).

Energi yang menyertai reaksi kimia lebih lazim dinyatakan dalam


bentuk entalpi, sebab banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan pada
tekanan tetap, bukan pada volume tetap. Suatu besaran yang sangat
berguna dalam reaksi kimia adalah perubahan entalpi molar standar,
dilambangkan dengan ΔH⁰, yang menyatakan perubahan entalpi, jika satu
mol pereaksi diubah menjadi produk pada keadaan standar (Sunarya, 2010
: 136).

Berdasarkan adanya perpindahan energi dari sistem kelingkungan atau


sebaliknya, rekasi termokimia dikelompokkan menjadi reaksi eksoterm
dan endoterm.
a. Reaksi Eksoterm
Rekasi eksoterm adalah reaksi yang membebaskan kalor.Pada reaksi
eksoterm, kalor mengalir dari sistem ke lingkungan sehingga entalpi
semakin berkurang, artinya entalpi produk (Hp) lebih kecil dari entalpi
reaksi (Hr).Oleh karena itu perubahan entalpinya (ΔH) bertanda negatif.
Contoh : N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g) ΔH = - 26,78 Kkal

2
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta
mengeluarkan panas pada proses reaksinya.

b. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi
endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi (Hr).
Akibatnya, perubahan entalpinya (ΔH) bertanda positif.
Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal
Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu
serta memerlukan panas pada proses reaksinya (Kleinfelter, 1999).

Kebanyakan percobaan kimia lebih sering dilakukan pada kondisi


tekanan konstan dan bukan pada volume tetap, sehingga disukai untuk
menghubungkan kalor yang dipindahkan pada tekanan tetap (Oxtoby,
2001:201).
Perubahan entalpi standar suatu reaksi dapat digolongkan menurut
jenis reaksinya, seperti entalpi pmbentukan standar (ΔHf⁰), entalpi
penguraian standar (ΔHd⁰), dan entalpi pembakaran standar (ΔHc⁰).Tapi
pada dasarnya.Semua jenis perubahan entalpi standar, kadang-kadang
digolongkan sebagai entalpi reaksi (ΔHf⁰). Sebab reaksi pembentukan,
penguraian, maupun pembakaran, semua tergolong reaksi kimia
(Sunarya,2010:149).
Perubahan energy yang menyertai suatu reaksi kimia, yang
dimanifestakan sebagai kalor reaksi.Perubahan yang terjadi dapat berupa
pelepasan energy (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor
(endoterm).Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih
khusus, yaitu kalor pembentukan, kalor pembakaran, kalor pelarutan, dan
kalor netralisasi. (Allberty. 1992: 19)

3
Menurut Achmad, (2001 : 57-56), tetapan kesetimbangan
bergantung pada temperatur. Bagi reaksi eksoterm, (∆H negatif), K
berkurang dengan kenaikan temperatur dan bagi reaksi endoterm (∆H
positif), K bertambah dengan kenaikan temperatur. Sesuai dengan asas Le
Chatelier :
”Untuk reaksi endoterm (∆H positif), produk reaksi bertambah pada
keadaankesetimbanganjika temperatur di naikkan (Kc bertambah besar pada
T tinggi). Untuk reaksi eksoterm (∆H negatif) produk reaksi bertambah pada
keadaan kesetimbangan, jika temperatur di turunkan (Kc bertambah pada T
rendah)”
Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada reaksi dalam larutan atau
dalam keadaan padat, karena cairan dan padatan sukar di mampatkan.Akan
tetapi dengan mengubah tekanan dari campuran gas pada keadaan
kesetimbangan, maka sistem tidak lagi berada dalam keadaan
kesetimbangan.Dari persamaan gas Pv = n RT dapat di lihat bahwa, p = c
RT. Dengan c = konsentrasi (c = n/V). Jadi konsentrasi gas berbanding
lurus dengan tekanannya.Pengaruh perubahan tekanan pada kesetimbangan
suatu sistem dengan mengubah volume (dengan pemampatan atau
ekspansi), bergantung pada stoikiometri reaksi.Jika tidak terjadi perubahan
jumlah molekul gas dari pereaksi menjadi produk reaksi, tidak ada pengaruh
perubahan tekanan pada susunan kesetimbangan.Sistem tetap berada dalam
keadaan kesetimbangan setelah terjadi perubahan tekanan.
Jika terjadi perubahan dalam jumlah molekul gas ketika pereaksi
berubah menjadi produk reaksi, sistem tidak lagi berada dalam
kesetimbangan setelah ada perubahan tekanan dan reaksi akan bergeser
untuk memulihkan kesetimbangan. Dalam hal reeaksi pada proses Haber.

N2 + 3 H2 2 NH3
4 mol gas berubah menjadi 2 mol gas.

4
Dengan menaikkan tekanan, reaksi akan bergeser ke kanan, yaitu
lebih banyak amonis yang terbentuk. Dengan penurunan tekanan,
pengaruh sebaliknya yang terjadi yaitu produk reaksi berubah kembali
menjadi pereaksi.Dapat di simpulkan bahwa :
“Jika tekanan di naikkan dengan memperkecil volume campuran reaksi,
reaksi bergeser ke arah jumlah mol gas paling sedikit”.
Makin banyak uap H2O dan Fe terjadi, makin cepat pula Fe3O4 dan
gas H2, suatu reaksi akan terjadi yaitu laju reaksi kedua reaksi tersebut
menjadi sama. Pada saat itu pula konsentrasi-konsentrasi Fe3O4 dan gas H2
tidak berubah ataau tetap.Dengan demikian, apabila suatu reaksi dapat
balik, dan reaksi maju berlangsung dengan waktu yang sama maka
terjadilah keadaan reaksi yang disebut dengan kesetimbangan kimia.
Dalam keadaan setimbang, suatu reaksi terdapat hubungan yang erat antara
konsentrasi zat pereaksi dan zat hasil reaksi.Hubungan konsentrasi zat-zat
yang berada dalam keadaan setimbang itu dinyatakan oleh dua orang ahli
Norwegia yaitu Gulberg dan Weage pada tahun 1866. Mereka
mengemukakan suatu besaran yang disebut dengan tetapan kesetimbangan
yang diberi simbol Kc. Subskrip c menunjukan tetapan kesetimbangan k
dihitung dengan konsentrasi dalam satuan molar (Syukri, 1999).

5
BAB III

METODE PERCOBAAN

1. Tempat dan Waktu


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini diadakan pada :
Hari / tanggal : Senin / 20November 2017

Waktu : 13:00 – 15:00

Tempat : Laboratorium kimia

2. Alat dan Bahan


 table alat
Nama alat kategori Gambar Fungsi

1 1 Sebagai tempat atau


Gelas kimia wadah menampung atau
menyimpan pelarut
(aquades)
2 Tabung reaksi 1 Sebagai tempat untuk
mereaksikan bahan
kimia, untuk melakukan
reaksi kimia dalam skala
kecil.

3 Rak tabung 1 Sebagai tempat tabung


reaksi reaksi di keringkan dan
tempat penyimpanan
tabung reaksi agar tidak
berjamur.

6
4 Neraca 2 Untuk mengukur atau
analitik menimbang NaOH
dalam rentang sub-
miligram
5 Gelas ukur 1 Untuk mengukur volume
10 mL larutan.

6 Thermometer 1 Untuk mengukur suhu


atau pun perubahan suhu
dari setiap percobaan

7 Pipet tetes 1 Untuk mamindahkan


aquades dan HCl dari
gelas kimia ke gelas ukur

8 Spatula 1 Untuk mengambil serbuk


dan memindahkannya ke
tabung reaksi

9 Kaca arloji 1 Sebagai tempat untuk


menyimpan bahan yang
akan di timbang dan
sebagai penutup gelas
kimia

7
10 Batang 1 Untuk mengaduk atau
pengaduk mencampur bahan kimia
untuk keperluan
percobaan

8
 Table bahan
No Nama bahan kategori Sifat fisik Sifat kimia
1 Asam klorida Khusus 1) Nomor atom: 1) HCL akan berasap
(HCl) 1 M 36.45 tebal di udara
2) Massa jenis: lembab.
3.21 g/cm3 2) Gasnya berwarna
3) titik leleh: -101 kuning dan bebrbau
⁰C merangsang.
4) energi ionisasi: 3) Dapat larut dalam
1250 kj/mol alkali hidroksida,
5) kalor jenis: kloroform, dan eter.
0,115 kal/gr ⁰C 4) Merupakan
6) berbau tajam oksidator kuat.
1)
2)
2 Serbuk Khusus 1) Cukup keras dan 1) Logam yang cukup
magnesium berwarna putih aktif
(Mg) keperakan. 2) Bereaksi lambat
2) Paling ringan dengan air dingin
dar semua dan lebih cepat
logam dengan air panas
struktural. 3) Bergabung sdengan
3) Mudah oksigen pada suhu
dibentuk. kamar untuk
4) Titik leleh: 651 membentuk lapisan
⁰C (1200 ⁰C ) tipis magnesium
5) Titik didih: oksida
1100 ⁰C (2000 4) Pembakaran logam
⁰F) ini menghasilkan
6) Densitasnya cahaya putih

9
adalah 1,378 menyilaukan pada
gram suhu yang lebih
persentimeter tinggi
kubik 5) Magnesium beraksi
dengan kebanyakan
asam dan dengan
beberapa alkali atau
basa
6) Mudah juga
berrgabug dengan
banyak nonlogam,
seperti CO, CO2,
dan lain-lain

3 Barium Khusus 1) Nomor atom: 56 1) Dapat bereaksi


hidroksida 2) Fase: solid dengan air, klor,
(Ba(OH)2.8H2 3) Densitas hydrogen, udara, dan
O) (g/kg3): 3,59 asap
4) Titik lebur: 2) Sifat osida: basa
1000 k 3) Asam
5) Titik didih: 4) Kestabilan
2170 k peroksida: makin
6) Massa jenis stabil sesuai dengan
(suhu kamar) arah panah
3,51 g/cm3 5) Warna nyal: hijau
7) Massa jenis cair 6) Kestabilan karbonat:
pada titik lebur: (suhu pemanasan
3,3338 g/cm3 antara 550 0C- 1400
0
C)
4 Aminium Khusus 1) Bentuk: bubuk 1) Berat molekul: 53,49

10
klorida Kristal padat g/mol
(NH4Cl) 2) Warna: putih 2) Kelarutan: mudah
3) Bau: berbau larut dalam air
dingin, air panas,
dan aseton
3) Titik didih: 520 0C
5 Natrium Khusus 1) Massa molar: 1) Berwara putih
hidroksida 39,9971 g/mol 2) Berbentuk pellet,
(NaOH) 2) Densitas: 2,1 serpihan atau batang
g/cm3 atau bentuk lain
3) Titik lebur: 318 3) Sangat basah dan
0
C (591 k) mudahterionisasi
4) Titik didih: membentuk ion
1390 0C (1663 natrium dan
k) hidroksida
5) Klerautan dalam 4) Keras, rapuh daan
air 111 g 100 ml menunjukan pecahan
(20 0C) habiur
6) Kebasaan (pKb) 5) Bila dibiarkan di
-2,43 uadara akan cepat
menyerap CO2 &
lembab
6) NaOH membentuk
basah kuat bila
dilarutkan dalam air
6 Urea Khusus 1) Berat mlekul: 1) Ure dibuat dari
(Co(NH2)2) 60,06 g/mol hidrolisis parsial
2) Spesifik grafik cyanamide
y: 1,335 g/cm3 2) Urea di hasilkan dari
(20 0C/4 0 C) reaksi antara

11
3) Titik lebur: 133- ammonia dengan
135 0 C karbon dioksida
4) Panas 3) Urea dapat bereaksi
pembakaran : - dengan formaldehid
91,02.105 J/kg
7 Garam dapur Umum 1) Rapuh (mudah 1) Bias didapat dari
hancur) reaksi NaOH dan
2) Asin HCl sehingga PHnya
3) Tidak bias netral
melewati 2) Ikatan ionik kuat
selaput (Na+) + (Cl-) selisih
semifermiabel elektronegatifnya
lebih dari 2.
3) Larutannya
merupakan elektrolit
kuat karena
terionisasi sempurna
pada air.
8 Aquades Umum 1) Berat molekul: 1) Tidak dapat terbakar
18.02 g/mol 2) Tidak beracun
2) Densitas 1000 3) PH 7 (netral)
kg/m3 , cair 4) Tidak terjadi iritasi
3) Titik didih: pada kulit jika
0
1000 C (273 terjadi kontak
K 32 F ) 5) Polimerisasi tidak
4) Berbentuk terjadi
cairan tidak
berwarna

12
3. Prosedur kerja
 Percobaan I

HCl

Memasukan 3 mL larutan kedalam tabung reaksi


Menambahkan 1 spatula serbuk Maagnesium
Mengamati perubahan yang akan terjadi, terutama
perubahan suhu pada tabung reaksi.

Perubahan suhu

 Percobaan II

Ba(OH)2.8H2O

Memasukan Kristal sebanyak 1 spatula ke


dalam tabung reaksi
Menambahkan Kristal NH4Cl sebanyak 1
spatula
Mengaduk campuran tersebut
Menutup tabung reaksi
mengamati perubahan yang terjadi,terutama
perubahan suhu pada tabung reaksi.

Perubahan suhu

13
 Percobaan III

NaOH

Memasukan 7 mL aquades kedalam tabung


reaksi
Menambahkan 0,5 g NaOH
Mengamati perubahan yang akan terjadi,
terutama perubahan
suhu pada tabung reaksi
Perubahan suhu

 Percobaan IV

CO(NH2)2

Memasukkan 7 mL aquades kedalam tabung


reaksi

Menambahkan 1 spatula CO(NH2)2

Mengamati perubahan yang akan terjadi

Perubahan suhu

14
 Percobaan V

Garam dapur

Memasukan 7 mL aqudest kedalam tabung


reaksi
Menambah 1 spatula
Mengamati perubahannya, terutama pada
Perubahan suhu dalam tabung reaksi

Perubahan suhu

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil pengamatan

No Persamaan reaksi Suhu ⁰C Jenis kalor


Awal Akhir
1 Mg(s) + 2HCl MgCl2(aq) + 30° 33° Reaksi Eksoterm
H2(g)

2 Ba(OH)2.8H2O(s) + NH4Cl(s) 29° 26° Reaksi Endoterm


BaCl2.2H2O(s) + 2NH3(g) +
8H2O(l)

3 NaOH(s) + H2O(l) Na+(aq) + 28° 45° Reaksi Eksoterm


OH-(aq)

4 CO(NH2)2(s) + H2O(l) 28° 37° Reaksi Eksoterm


2NH3 + 2CO2(g) + 5H2O + H2(g)

5 NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + 28° 29° Reaksi Eksoterm


Cl-(aq)

16
2. Pembahasan

Termokimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan


energy.Berdasarkan adanya perpindahan energi dari sistem kelingkungan atau
sebaliknya, rekasi termokimia dikelompokkan menjadi reaksi eksoterm dan
endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi yang disertai perpindahan kalor dari
Sistem ke Lingkungan dan Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai
perpindahan kalor dari Lingkungan ke Sistem. Pada percobaan yang
dilakukan kita dapat menentukan perubahan suhu dari beberapa reaksi sebagai
berikut:

a) Penentuan suhu HCl dan Mg


Pada percobaan 1 yaitu campuran larutan Hcl dengan
serbuk magnesiummenghasilkan gelembung-gelembung gas serta
menghasilkan perubahan suhu awal 30ºc naik menjadi 33ºc, dari
data ini kita dapat melihat bahwa campuran Hcl dengan serbuk
magnesium mengalami reaksi eksoterm, karena melepaskan kalor
sehingga suhunya naik.Berikut persamaan reaksinya :

Mg(s) + 2HCl(aq)→ MgCl2(aq)+H2(g)

(Gambar 1: Hasil pencampuran HCl dan Mg)

17
b) Penentuan suhu (Ba(OH)2.8H2O) dan NH4Cl
Pada percobaan kedua yaitu campuran Kristal Ba(OH)₂.8H₂O
dengan NH₄Cl menghasilkan perubahan suhu , dimana suhu awalnya 29ºc
turun menjadi 26ºc, dari data tersebut dapat dilihat bahwa campuran
Kristal Ba(OH)₂ dengan NH₄Cl mengalami eaksi endoterm, yaitu reaksi
yang menyerap kalor sehingga mengalami penurunan suhu. Berikut
persamaan reaksinya:
Ba(OH)2.8H2O(s) + NH4Cl(s) BaCl2.2H2O(s) + 2NH3(g) + 8H2O(l)

(Gambar 3: Hasil pencampuran (Barium Hidroksida dan Natrium Klorida )

c) Penentuan suhu aquades dan NaOH


Pada percobaan ketiga , yaitu campuran aquades dengan NaOH,
dimana pada saat NaOH larut dalam aquades menghasilkan perubahan
suhu yang terjadi pada aquades yang tadinya suhu awal 28ºc naik menjadi
45ºc, dari data tersebut dapat dikatakan perubahan suhunya salah, karena
perubahan suhu yang dihasilkan naik sangat tinggi. Akan tetapi hal ini bisa
dikatakan bahwa campuran aquades dengan NaOH mengalami reaksi
eksoterm karena mengalami kenaikan suhu. Berikut persamaan reaksinya :

NaOH(s) + H2O(l) Na+(aq) + OH-(aq)

18
(Gambar 3: Hasil pencampuran aquades dan natrium hidroksida)

d) Penentuan suhu aquades dan (CO(NH2)2)


Pada percobaan keempat, yaitu campuran aquades dengan urea
CO(NH₂)₂, pada saat urea dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi
aquades, urea terlarut sempurna bersama dengan aquades dan
menghasilkan perubahan suhu dari 28ºc naik menjadi 37ºc , hal ini bisa
dikatakan bahwa campuran aquades dengan urea mengalami kenaikan
suhu yang merupakan ciri dari reaksi eksoterm. Berikut pesamaan
reaksinya :

CO(NH2)2(s) + H2O(l) 2NH3 + 2CO2(g) + 5H2O + H2(g)

(Gambar 4: Hasil pencampuran Aquades dan urea)

19
e) Penentuan suhu aquades dengan garam dapur
Pada perobaan kelima , dimana pada saat aquades
dimasukkan kedalam tabung reaksi , dan NaCl atau garam dapur
direaksikan bersama aquades, garam tidak larut sempurna , dan
mengasilkan perubahan suhu yang dari suhu awal 28ºc naik
menjadi 29ºc, dari data tersebut kita dapat melihat bahwa
campuran aquades dengan NaCl mengalami kenaikan suhu, dan
melepaskan kalor hal ini merupakan ciri dari reaksi eksoterm.
Berikut persamaan reaksinya :
NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl-(aq)

(Gambar 5: Hasil pencampuran Aquades dan garam dapur)

20
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan
Dari hasil pengamatan dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor contohnya ditandai
dengan kenaikan suhu sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyerap kalor dan ditandai dengan adanya penurunan suhu.Dari
percobaan ini reaksi-reaksi eksoterm dapat dibedakan.Yaitu dilihat dari
hasil pengamatan, campuran yang mengalami reaksi eksoterm yaitu
campuran HCl dengan Magnesium, campuran aquades dengan NaOH,
campuran aquades dengan urea dan campuran aquades dengan garam
dapur.Hal ini dapat dilihat dengan kenaikan suhu yang dialami oleh
campuran larutan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa campuran
mengalami reaksi eksoterm. Sedangkan reaksi endoterm hanya dialami
oleh campuran Barium hidrooksida dengan natrium klorida dimana
campuran kedua larutan tersebut mengalami penurunan suhu sehingga
dapat dikatakan campuran itu mengalami reaksi endoterm.

2. Saran
Saran dalam praktikum ini , sebaiknya ketika melakukan percobaan
praktikan diharapkan tidak melakukan kesalahan, seperti salah dalam
mengukur volume larutan dalam gelas ukur, dan salah mengambil jumlah
padatan atau larutan yang akan direaksikan, karena akan mempengaruhi
perubahan suhu yang terjadi pada campuran larutan tersebut , dan
kemungkinan salah dalam pengambilan data seperti suhu yang turun
secara tidak efektif atau naik secara drastis.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hiskia. 2001. Wujud Zat dan Kesetimbangan Kimia. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Allbarty, Robert. 1992. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Basri, S. 2002. Kampus lengkap kimia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kleinfelter, wood. 1999. Kimia untuk universitas jilid 1,edisi 6. Jakarta :
Erlangga.
Oxtoby, David, 2001. Prinsip-prinsip kimia modern. Jakarta : Erlangga.
Sunarya. Yayan. 2010. Kimia dasar 1. Bandung : Yrama Widya.
Syukri. 1999. Kimia dasar 1.Bandung : ITB.

23
TUGAS PASCA PRAKTIKUM
1. Apa perubahan yang terjadi ketika zat-zat dimasukkan pada setiap
percobaan?
2. Jelaskan reaksi yang terjadi pada setiap percobaan?

JAWAB
1. Pada setiap percobaan perubahan yang terjadi dapat beragam seperti
terbentuknya gas dan perubahan suhu, perubahan inilah yang disebut
dengan reaksi kimia, pada setiap percobaan yang diamati lebih utama
yaitu perubahan suhu, perubahan suhu tersebut terdiri atas 2 yaitu
kenaikkan suhu dan penurunan suhu
2. Reaksi yang terjadi pada setiap percobaan yaitu:
- Percobaan pertama
Reaksi yang terjadi pada percobaan 1 yaitu reaksi eksoterm dimana
larutan HCL mengalami kenaikkan suhu setelah ditambahkan dengan
serbuk Mg. Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan kalor serta
ditandai dengan adanya kenaikan suhu.
- Percobaan kedua
Reaksi yang terjadi pada percobaan 2 yaitu reaksi endoterm, dimana
ketika Barium Hidrooksida direaksikan dengan Amonium Klorida
mengalami penurunan suhu, dari penurunan suhu ini maka reaksi
tersebut adalah reaksi Endoterm.
- Percobaan ketiga
Reaksi yang terjadi pada percobaan 3 yaitu reaksi eksoterm. Dimana
aquades mengalami kenaikan suhu setelah dicampurkan dengan
larutan NaOH, reaksi eksoterm dapat ditandai dengan adanya
kenaikan suhu, maka pada percobaan ini dapat dikatakan bahwa reaksi
yang terjadi yaitu reaksi eksoterm.

24
- Percobaan keempat
Reaksi yang terjadi pada percobaan 4 yaitu reaksi eksoterm, reaksi ini
ditandai dengan adanya kenaikan suhu. Dimana pada saat aquades
dicampurkan dengan urea mengalami kenaikan suhu, sehingga bisa
dikatakan bahwa campuran kedua larutan ini mengalami reaksi
eksoterm.
- Percobaan kelima
Pada percobaan 5, dimana pada saat aquades ditambahkan dengan
NaCl maka terjadi kenaikan suhu, ini menandai bahwa reaksi yang
terjadi pada percobaan ini yaitu reaksi eksoterm

25
26

Anda mungkin juga menyukai