PENDAHULUAN
1. Judul
Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana praktikan memahami pengertian Reaksi Eksoterm dan
Reaksi Endoterm ?
2) Bagaimana praktikan mengamati perbedaan Reaksi yang bersifat
Eksoterm dan Endoterm ?
3. Tujuan
1) memahami pengertian Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
2) mengamati perbedaan Reaksi yang bersifat Eksoterm dan Endoterm
4. Manfaat
1) Agar praktikan dapat memahami pengertian Reaksi Eksoterm dan
Reaksi Endoterm
2) Agar praktikan dapat mengamati perbedaan Reaksi yang bersifat
Eksoterm dan Endoterm
1
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Termokimia
2
Reaksi eksoterm yang berlangsung menyebabkan kenaikan suhu serta
mengeluarkan panas pada proses reaksinya.
b. Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor.Pada reaksi
endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih besar dari entalpi reaksi (Hr).
Akibatnya, perubahan entalpinya (ΔH) bertanda positif.
Contoh : 2NH3 (g) N2 (g) + 3H2 (g) ΔH = + 26,78 Kkal
Reaksi endoterm yang berlangsung menyebabkan penurunan suhu
serta memerlukan panas pada proses reaksinya (Kleinfelter, 1999).
3
Menurut Achmad, (2001 : 57-56), tetapan kesetimbangan
bergantung pada temperatur. Bagi reaksi eksoterm, (∆H negatif), K
berkurang dengan kenaikan temperatur dan bagi reaksi endoterm (∆H
positif), K bertambah dengan kenaikan temperatur. Sesuai dengan asas Le
Chatelier :
”Untuk reaksi endoterm (∆H positif), produk reaksi bertambah pada
keadaankesetimbanganjika temperatur di naikkan (Kc bertambah besar pada
T tinggi). Untuk reaksi eksoterm (∆H negatif) produk reaksi bertambah pada
keadaan kesetimbangan, jika temperatur di turunkan (Kc bertambah pada T
rendah)”
Tekanan hanya sedikit berpengaruh pada reaksi dalam larutan atau
dalam keadaan padat, karena cairan dan padatan sukar di mampatkan.Akan
tetapi dengan mengubah tekanan dari campuran gas pada keadaan
kesetimbangan, maka sistem tidak lagi berada dalam keadaan
kesetimbangan.Dari persamaan gas Pv = n RT dapat di lihat bahwa, p = c
RT. Dengan c = konsentrasi (c = n/V). Jadi konsentrasi gas berbanding
lurus dengan tekanannya.Pengaruh perubahan tekanan pada kesetimbangan
suatu sistem dengan mengubah volume (dengan pemampatan atau
ekspansi), bergantung pada stoikiometri reaksi.Jika tidak terjadi perubahan
jumlah molekul gas dari pereaksi menjadi produk reaksi, tidak ada pengaruh
perubahan tekanan pada susunan kesetimbangan.Sistem tetap berada dalam
keadaan kesetimbangan setelah terjadi perubahan tekanan.
Jika terjadi perubahan dalam jumlah molekul gas ketika pereaksi
berubah menjadi produk reaksi, sistem tidak lagi berada dalam
kesetimbangan setelah ada perubahan tekanan dan reaksi akan bergeser
untuk memulihkan kesetimbangan. Dalam hal reeaksi pada proses Haber.
N2 + 3 H2 2 NH3
4 mol gas berubah menjadi 2 mol gas.
4
Dengan menaikkan tekanan, reaksi akan bergeser ke kanan, yaitu
lebih banyak amonis yang terbentuk. Dengan penurunan tekanan,
pengaruh sebaliknya yang terjadi yaitu produk reaksi berubah kembali
menjadi pereaksi.Dapat di simpulkan bahwa :
“Jika tekanan di naikkan dengan memperkecil volume campuran reaksi,
reaksi bergeser ke arah jumlah mol gas paling sedikit”.
Makin banyak uap H2O dan Fe terjadi, makin cepat pula Fe3O4 dan
gas H2, suatu reaksi akan terjadi yaitu laju reaksi kedua reaksi tersebut
menjadi sama. Pada saat itu pula konsentrasi-konsentrasi Fe3O4 dan gas H2
tidak berubah ataau tetap.Dengan demikian, apabila suatu reaksi dapat
balik, dan reaksi maju berlangsung dengan waktu yang sama maka
terjadilah keadaan reaksi yang disebut dengan kesetimbangan kimia.
Dalam keadaan setimbang, suatu reaksi terdapat hubungan yang erat antara
konsentrasi zat pereaksi dan zat hasil reaksi.Hubungan konsentrasi zat-zat
yang berada dalam keadaan setimbang itu dinyatakan oleh dua orang ahli
Norwegia yaitu Gulberg dan Weage pada tahun 1866. Mereka
mengemukakan suatu besaran yang disebut dengan tetapan kesetimbangan
yang diberi simbol Kc. Subskrip c menunjukan tetapan kesetimbangan k
dihitung dengan konsentrasi dalam satuan molar (Syukri, 1999).
5
BAB III
METODE PERCOBAAN
6
4 Neraca 2 Untuk mengukur atau
analitik menimbang NaOH
dalam rentang sub-
miligram
5 Gelas ukur 1 Untuk mengukur volume
10 mL larutan.
7
10 Batang 1 Untuk mengaduk atau
pengaduk mencampur bahan kimia
untuk keperluan
percobaan
8
Table bahan
No Nama bahan kategori Sifat fisik Sifat kimia
1 Asam klorida Khusus 1) Nomor atom: 1) HCL akan berasap
(HCl) 1 M 36.45 tebal di udara
2) Massa jenis: lembab.
3.21 g/cm3 2) Gasnya berwarna
3) titik leleh: -101 kuning dan bebrbau
⁰C merangsang.
4) energi ionisasi: 3) Dapat larut dalam
1250 kj/mol alkali hidroksida,
5) kalor jenis: kloroform, dan eter.
0,115 kal/gr ⁰C 4) Merupakan
6) berbau tajam oksidator kuat.
1)
2)
2 Serbuk Khusus 1) Cukup keras dan 1) Logam yang cukup
magnesium berwarna putih aktif
(Mg) keperakan. 2) Bereaksi lambat
2) Paling ringan dengan air dingin
dar semua dan lebih cepat
logam dengan air panas
struktural. 3) Bergabung sdengan
3) Mudah oksigen pada suhu
dibentuk. kamar untuk
4) Titik leleh: 651 membentuk lapisan
⁰C (1200 ⁰C ) tipis magnesium
5) Titik didih: oksida
1100 ⁰C (2000 4) Pembakaran logam
⁰F) ini menghasilkan
6) Densitasnya cahaya putih
9
adalah 1,378 menyilaukan pada
gram suhu yang lebih
persentimeter tinggi
kubik 5) Magnesium beraksi
dengan kebanyakan
asam dan dengan
beberapa alkali atau
basa
6) Mudah juga
berrgabug dengan
banyak nonlogam,
seperti CO, CO2,
dan lain-lain
10
klorida Kristal padat g/mol
(NH4Cl) 2) Warna: putih 2) Kelarutan: mudah
3) Bau: berbau larut dalam air
dingin, air panas,
dan aseton
3) Titik didih: 520 0C
5 Natrium Khusus 1) Massa molar: 1) Berwara putih
hidroksida 39,9971 g/mol 2) Berbentuk pellet,
(NaOH) 2) Densitas: 2,1 serpihan atau batang
g/cm3 atau bentuk lain
3) Titik lebur: 318 3) Sangat basah dan
0
C (591 k) mudahterionisasi
4) Titik didih: membentuk ion
1390 0C (1663 natrium dan
k) hidroksida
5) Klerautan dalam 4) Keras, rapuh daan
air 111 g 100 ml menunjukan pecahan
(20 0C) habiur
6) Kebasaan (pKb) 5) Bila dibiarkan di
-2,43 uadara akan cepat
menyerap CO2 &
lembab
6) NaOH membentuk
basah kuat bila
dilarutkan dalam air
6 Urea Khusus 1) Berat mlekul: 1) Ure dibuat dari
(Co(NH2)2) 60,06 g/mol hidrolisis parsial
2) Spesifik grafik cyanamide
y: 1,335 g/cm3 2) Urea di hasilkan dari
(20 0C/4 0 C) reaksi antara
11
3) Titik lebur: 133- ammonia dengan
135 0 C karbon dioksida
4) Panas 3) Urea dapat bereaksi
pembakaran : - dengan formaldehid
91,02.105 J/kg
7 Garam dapur Umum 1) Rapuh (mudah 1) Bias didapat dari
hancur) reaksi NaOH dan
2) Asin HCl sehingga PHnya
3) Tidak bias netral
melewati 2) Ikatan ionik kuat
selaput (Na+) + (Cl-) selisih
semifermiabel elektronegatifnya
lebih dari 2.
3) Larutannya
merupakan elektrolit
kuat karena
terionisasi sempurna
pada air.
8 Aquades Umum 1) Berat molekul: 1) Tidak dapat terbakar
18.02 g/mol 2) Tidak beracun
2) Densitas 1000 3) PH 7 (netral)
kg/m3 , cair 4) Tidak terjadi iritasi
3) Titik didih: pada kulit jika
0
1000 C (273 terjadi kontak
K 32 F ) 5) Polimerisasi tidak
4) Berbentuk terjadi
cairan tidak
berwarna
12
3. Prosedur kerja
Percobaan I
HCl
Perubahan suhu
Percobaan II
Ba(OH)2.8H2O
Perubahan suhu
13
Percobaan III
NaOH
Percobaan IV
CO(NH2)2
Perubahan suhu
14
Percobaan V
Garam dapur
Perubahan suhu
15
BAB IV
1. Hasil pengamatan
16
2. Pembahasan
17
b) Penentuan suhu (Ba(OH)2.8H2O) dan NH4Cl
Pada percobaan kedua yaitu campuran Kristal Ba(OH)₂.8H₂O
dengan NH₄Cl menghasilkan perubahan suhu , dimana suhu awalnya 29ºc
turun menjadi 26ºc, dari data tersebut dapat dilihat bahwa campuran
Kristal Ba(OH)₂ dengan NH₄Cl mengalami eaksi endoterm, yaitu reaksi
yang menyerap kalor sehingga mengalami penurunan suhu. Berikut
persamaan reaksinya:
Ba(OH)2.8H2O(s) + NH4Cl(s) BaCl2.2H2O(s) + 2NH3(g) + 8H2O(l)
18
(Gambar 3: Hasil pencampuran aquades dan natrium hidroksida)
19
e) Penentuan suhu aquades dengan garam dapur
Pada perobaan kelima , dimana pada saat aquades
dimasukkan kedalam tabung reaksi , dan NaCl atau garam dapur
direaksikan bersama aquades, garam tidak larut sempurna , dan
mengasilkan perubahan suhu yang dari suhu awal 28ºc naik
menjadi 29ºc, dari data tersebut kita dapat melihat bahwa
campuran aquades dengan NaCl mengalami kenaikan suhu, dan
melepaskan kalor hal ini merupakan ciri dari reaksi eksoterm.
Berikut persamaan reaksinya :
NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl-(aq)
20
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dari hasil pengamatan dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa
reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor contohnya ditandai
dengan kenaikan suhu sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyerap kalor dan ditandai dengan adanya penurunan suhu.Dari
percobaan ini reaksi-reaksi eksoterm dapat dibedakan.Yaitu dilihat dari
hasil pengamatan, campuran yang mengalami reaksi eksoterm yaitu
campuran HCl dengan Magnesium, campuran aquades dengan NaOH,
campuran aquades dengan urea dan campuran aquades dengan garam
dapur.Hal ini dapat dilihat dengan kenaikan suhu yang dialami oleh
campuran larutan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa campuran
mengalami reaksi eksoterm. Sedangkan reaksi endoterm hanya dialami
oleh campuran Barium hidrooksida dengan natrium klorida dimana
campuran kedua larutan tersebut mengalami penurunan suhu sehingga
dapat dikatakan campuran itu mengalami reaksi endoterm.
2. Saran
Saran dalam praktikum ini , sebaiknya ketika melakukan percobaan
praktikan diharapkan tidak melakukan kesalahan, seperti salah dalam
mengukur volume larutan dalam gelas ukur, dan salah mengambil jumlah
padatan atau larutan yang akan direaksikan, karena akan mempengaruhi
perubahan suhu yang terjadi pada campuran larutan tersebut , dan
kemungkinan salah dalam pengambilan data seperti suhu yang turun
secara tidak efektif atau naik secara drastis.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 2001. Wujud Zat dan Kesetimbangan Kimia. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Allbarty, Robert. 1992. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Basri, S. 2002. Kampus lengkap kimia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kleinfelter, wood. 1999. Kimia untuk universitas jilid 1,edisi 6. Jakarta :
Erlangga.
Oxtoby, David, 2001. Prinsip-prinsip kimia modern. Jakarta : Erlangga.
Sunarya. Yayan. 2010. Kimia dasar 1. Bandung : Yrama Widya.
Syukri. 1999. Kimia dasar 1.Bandung : ITB.
23
TUGAS PASCA PRAKTIKUM
1. Apa perubahan yang terjadi ketika zat-zat dimasukkan pada setiap
percobaan?
2. Jelaskan reaksi yang terjadi pada setiap percobaan?
JAWAB
1. Pada setiap percobaan perubahan yang terjadi dapat beragam seperti
terbentuknya gas dan perubahan suhu, perubahan inilah yang disebut
dengan reaksi kimia, pada setiap percobaan yang diamati lebih utama
yaitu perubahan suhu, perubahan suhu tersebut terdiri atas 2 yaitu
kenaikkan suhu dan penurunan suhu
2. Reaksi yang terjadi pada setiap percobaan yaitu:
- Percobaan pertama
Reaksi yang terjadi pada percobaan 1 yaitu reaksi eksoterm dimana
larutan HCL mengalami kenaikkan suhu setelah ditambahkan dengan
serbuk Mg. Reaksi eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan kalor serta
ditandai dengan adanya kenaikan suhu.
- Percobaan kedua
Reaksi yang terjadi pada percobaan 2 yaitu reaksi endoterm, dimana
ketika Barium Hidrooksida direaksikan dengan Amonium Klorida
mengalami penurunan suhu, dari penurunan suhu ini maka reaksi
tersebut adalah reaksi Endoterm.
- Percobaan ketiga
Reaksi yang terjadi pada percobaan 3 yaitu reaksi eksoterm. Dimana
aquades mengalami kenaikan suhu setelah dicampurkan dengan
larutan NaOH, reaksi eksoterm dapat ditandai dengan adanya
kenaikan suhu, maka pada percobaan ini dapat dikatakan bahwa reaksi
yang terjadi yaitu reaksi eksoterm.
24
- Percobaan keempat
Reaksi yang terjadi pada percobaan 4 yaitu reaksi eksoterm, reaksi ini
ditandai dengan adanya kenaikan suhu. Dimana pada saat aquades
dicampurkan dengan urea mengalami kenaikan suhu, sehingga bisa
dikatakan bahwa campuran kedua larutan ini mengalami reaksi
eksoterm.
- Percobaan kelima
Pada percobaan 5, dimana pada saat aquades ditambahkan dengan
NaCl maka terjadi kenaikan suhu, ini menandai bahwa reaksi yang
terjadi pada percobaan ini yaitu reaksi eksoterm
25
26