Anda di halaman 1dari 8

Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13

ANALISIS STRUKTUR LEXICAL BLEND NAMA PRODUK WARALABA INDONESIA

Cahya Komara
SPS Universitas Pendidikan Indonesia
Cahya.Komara19@gmail.com

ABSTRAK

Di Indonesia, bisnis waralaba berkembang sangat pesat dengan konsep pemasaran yang berbasis cabang-
cabang kemitraan. Banyak usaha kecil dan menengah terus tumbuh menggunakan konsep ini berusaha
menawarkan berbagai macam produk unggulan masing-masing, seperti makanan, minuman, dan lain-lain.
Satu faktor yang penting dalam meningkatkan penjualan dan pemasaran adalah penggunaan nama atau
merek produk yang eye-catching. Apabila diperhatikan dan dianalisis secara mendalam, banyak nama
brand produk UKM tersebut yang pembentukan katanya melalui proses morfologi blending sehingga
menciptakan kata baru, contohnya cincaupuccino (cincau + cappuccino) dan tongsis (tongkat + narsis).
Hal ini sangat menarik mencermati pola pembentukan kata baru yang sekaligus menambah khasanah
bahasa Indonesia yang ada saat ini. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pola
pembentukan kata “blend” pada nama atau merek produk-produk waralaba tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan Phonotatics Structure guna
mengetahui pola pembentukan katanya. Dari hasil analisis, peneliti menemukan 13 nama produk atau
brand yang berasal dari penggabungan dua atau lebih kata melalui proses blending dan dikelompokan
dalam 7 pola pembentukan kata baru dimana 2 buah kata merupakan hasil kombinasi antara Suku Kata
Pertama + Suku Kata Pertama, 4 buah kata hasil kombinasi antara Suku Kata Kedua + Suku Kata Kedua,
1 buah kata hasil penggabungan Suku Kata Pertama + Suku Kata Kedua, 3 buah kata hasil penggabungan
Satu kata Utuh + Tiga Suku Kata Terakhir, 1 buah kata hasil Kombinasi Tiga Suku Kata Pertama, 1 buah
kata hasil penggabungan Suku Kata Kedua + Suku Kata Pertama, dan 1 buah kata hasil penggabungan
Tiga Suku Kata Pertama + Suku Kata Kedua.

Kata kunci: Waralaba, Nama produk, Blend, Phonotatics Structure

PENDAHULUAN
Waralaba atau yang dalam bahasa Inggris disebut Frenchise adalah suatu sistem pemasaran yang
berbasis kemitraan dengan menjual hak royalti kepada rekan bisnis untuk membuka cabang-cabang lain
bertujuan untuk mengembangkan usaha kecil menjadi lebih besar dan luas (Spinelli, Rosenberg, Birley,
2004: 2). Berasal dari kata “wara” yang berarti banyak dan “laba” yang berarti untung, konsep ini
mendorong usaha kecil dan menengah untuk dapat maju dan berkembang dengan pembagian royalti atau
hak lisensi dari produk yang dijual. Di Indonesia, bisnis waralaba berkembang sangat pesat saat ini.
Dimulai sejak tahun 1980an hingga sekarang berbagai macam produk-produk bermunculan seperti,
produk makanan, minuman, kesehatan, lembaga pendidikan, dan berbagai macam jenis usaha lainnya
(konsultanwaralaba.com). Berbagai macam merek terkenal sukses mengembangkan usaha waralaba ini
seperti, KFC, Mcdonal’s, Alfamart, Indomart, dan masih banyak lagi tumbuh bak jamur dimusim panas
dan telah menjadi bagian penting dalam memenuhi kehidupan hidup masyarakat. Hal ini mendorong
perkembangan produk-produk usaha kecil lain untuk bisa maju mengenalkan dan memasarkan produk
unggulan yang mereka buat.
Salah satu faktor yang membuat suatu produk waralaba dapat digemari dan berkembang luas di
Indonesia adalah dengan pemilihan nama atau merek usaha dagang yang tepat. Umumnya, suatu produk
yang dijual dimasyarakat menggunakan kata-kata berdasarkan nama pencipta atau daerah asal sebagai
contoh, “Ayam Bakar Mas Mono” dan “California Fried Chicken”. Akan tetapi pada masa kini,
khususnya di Indonesia, banyak ditemukan nama produk-produk usaha yang struktur pembentukan kata-
kata di dalamnya menggabungankan dua atau lebih kata yang disebut blend, seperti contoh “Cireng” khas
kota Bandung merupakan blending dua kata “Aci + Goreng” atau “Tongsis” yang merupakan gabungan
kata “Tongkat + Narsis”.
Seperti diketahui bahwa blending tersebut merupakan bagian dari proses morfologis, yang secara
umum morfologi didefinisikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan kata
(Katamba, 2006: 19). Dalam konsep ini morfologi dilihat sebagai studi yang mempermasalahkan struktur
kata yang mempengaruhi perubahan bentuk bahasa pada fungsi dan arti kata sebagai satuan-satuan
gramatikal yang utuh. Lebih jauh dalam Kamus Linguistik dijelaskan bahwa morfologi adalah bidang

1
Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015

linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang
mencakup kata dan bagian-bagian kata (Kridalaksana, 2001: 159). Sehingga, ketika mempelajari ihwal
pembentukan kata dalam morfologi, maka berkaitan erat bagaimana kata-kata tersebut dibentuk dari
segmen yang paling kecil atau disebut sebagai morfem. Morfem sendiri dipahami sebagai satuan unit
terkecil yang bermakna (Meyer: 2010: 149).
Cook & Stevenson (2007) menjelaskan lebih rinci mengenai blending yaitu “A blend is formed
when two or more source words are combined, with at least one them shortened.” Sehingga dapat
dimengerti bahwa blending merupakan proses pembentukan kata melalui penggabungan dua kata atau
lebih dengan cara menghilangkan bagian tertentu pada kata yang lama terlebih dahulu sebelum
digabungkan menjadi kata baru. Contoh, dalam bahasa Inggris, kata “breakfast” dengan “lunch” dapat
dikombinasikan sehingga membentuk kata baru “branch”. Oleh karena itu, blending disadari sebagai cara
membentuk kata baru yang sangat produktif (Gries, 2008: 28).
O’Grady (1992) dan mengidentifikasi contoh kata-kata yang dihasilkan dari proses blending,
maka yang diklasifikasikan ke dalam kategori sebagai berikut:
a. Blending awal kata pertama dan akhir kata kedua
b. Blending keseluruhan kata pertama dan sebagian kata kedua
c. Blending sebagian kata pertama dan keseluruhan kata kedua
d. Blending gabungan
e. Blending dari clipped word
Proses blending dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan Phonotatics structure didalam
menganalisis pembentukan kata. Phonotactics adalah kajian tentang bagaimana fonem (unit terkecil bunyi
bahasa) dapat terbentuk dengan berbagai kemungkinan susunan bunyi lain maupun suku kata dalam suatu
bahasa (Giegerich, 2003: 151). Dalam tataran distribusi fonem menurut Plag (2003: 124), suku kata
(konvensional ditandai sekecil sigma Yunani: σ) memiliki dua konstituen langsung, yaitu Onset
(Consonant) atau dan Rime. Rime mencakup elemen Nucleus (Vokal), serta Coda (Consonant). Struktur
kata dapat diwakili grafis dengan contoh diagram pohon berikut ini:

σ σ

Rhyme Rhyme

Onset Necleus Coda Onset Necleus Coda

C V V C C V V C

g o Ʊ t ʃ i : p

Diagram Pohon Phonotatic

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan dua masalah utama
dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Apa saja Lexical Blend baru yang ditemukan dan digunakan
sebagai nama produk waralaba di Indonesia? (2) Bagaimana pola pembentukan kata dengan blend pada
nama produk waralaba tersebut? Tujuan penelitian ini adalah mengungkap dan mengetahui pola
pembentukan kata Lexical Blend nama produk-produk waralaba Indonesia dengan pendekatan
Phonotactic Structures. Penelitian tentang blending dalam kajian morfologi sendiri sudah banyak
dilakukan dan dipublikasikaan dalam berbagai jurnal-jurnal ilmiah, seperti yang dilakukan oleh Gries
(2004) yang mengkaji kata “Breakfunch” dan “Fantabulous”, Cook & Stevenson (2009), yang mengkaji

2
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13

“Source Words Lexical Blend” bahasa Inggris, Lappe & Plag (2012) tentang variasi fonologi blend bahasa
Inggris. Pendekatan yang dilakukan dalam menganalisis proses blend tersebut bervariasi yaitu melalui
prosodict act morfologi, morphematics, bahkan computational linguistics. Namun tidak semua bahasa
dapat dianalisis dengan pendekatan model yang sama. Salah satu yang dapat digunakan guna mengetahui
pola lexical blend bahasa Indonesia adalah phonotactics seperti yang dilakukan oleh Permatasari &
Suyudi (2011).

METODOLOGI
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan
Phonotatics Structure guna menganalisis pembentukan kata-kata “blend” pada produk-produk waralaba
yang ada di Indonesia. Sampel data yang digunakan adalah 13 nama produk waralaba yang cukup
terkenal yang menggunakan proses blending dalam pembentukan katanya. Setiap data yang diperoleh
kemudian diidentifikasi, dianalisis, dan dikelompokan kedalam bagan pada bagian pembahasan.

PEMBAHASAN
Penulis menemukan 13 kata-kata baru (Lexical Blends) yang merupakan hasil proses
pembentukan gabungan dua atau lebih kata pada penamaan produk waralaba di Indonesia, sebagai
berikut:
(1) Cireng = Aci goreng
(2) Cilok = Aci colok
(3) Batagor = Bakso tahu goreng
(4) Nasgor = Nasi goreng
(5) Piscok = Pisang cokelat
(6) Buryam = Bubur ayam
(7) Cincaupuccino = Cincau cappuccino
(8) Solopuccino = Solo cappuccino
(9) Javapuccino = Java cappucino
(10) Piramizza = Piramida pizza
(11) Tansu = Ketan susu
(12) Sangjo = Pisang ijo
(13) Tongsis = Tongkat narsis

Selanjutnya, data-data tersebut dikelompokkan dalam bagan dibawah ini:

Bagan 1
Kombinasi Suku Kata Pertama
No Nama produk dengan “blend” Phonotactic Structure
Nasgor ((CVC) 1 + (CVC) 2)
1 (Nasi + Goreng) #Suku kata pertama + Suku kata pertama#
/na.si/ /go.reng/
Piscok ((CVC) 1 + (CVC) 2)
2 (Pisang + Cokelat) #Suku kata pertama + Suku kata pertama#
/pi.sang/ /cok.lat/

Bagan 2
Kombinasi Suku Kata Kedua
No Nama produk dengan “blend” Phonotactic Structure
Cireng ((CV) 1 + (CVC) 2)
1 (Aci + Goreng) #Suku kata kedua + Suku kata kedua#
/a.ci/ /go.reng/
Cilok ((CV) 1 + (CVC) 2)
2 (Aci + Colok) #Suku kata kedua + Suku kata kedua#
/a.ci/ /co.lok/

3
Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015

Sangjo ((CVC) 1 + (CV) 2)


3 (Pisang + ijo) #Suku kata kedua + Suku kata kedua#
/pi.sang/ /i.jo/
Buryam ((CVC) 1 + (CVC) 2)
4 (Bubur + Ayam) #Suku kata kedua + Suku kata kedua#
/bu.bur/ /a.yam/

Bagan 3
Suku Kata Pertama + Suku Kata Kedua
No Nama produk dengan “blend” Phonotactic Structure
Tongsis ((CVC) 1 + (CVC) 2)
1 (Tongkat + Narsis) #Suku kata pertama + Suku kata kedua#
/tong.kat/ /nar.sis/

Bagan 4
Satu Kata Utuh + Tiga Suku Kata Terakhir
No Nama produk dengan “Blend” Phonotactic
Cincaupuccino ((CVCVVV) 1 + (CVCCVCV) 2)
1 (Cincau + Cappuccino) #Satu kata + Tiga Suku kata Terakhir#
/cin.cau/ / kæp.ʊˈtʃiː.nəʊ/
Solopuccino ((CVCV) 1 + (CVCCVCV) 2)
2 (Solo + Cappuccino) #Satu kata + Tiga Suku Kata Terakhir#
/so.lo/ / kæp.ʊˈtʃiː.nəʊ/
Javapuccino ((CVCV) 1 + (CVCCVCV) 2)
3 (Java + Cappuccino) #Satu kata + Tiga Suku Kata Terakhir#
/ˈdʒɑː.və/ / kæp.ʊˈtʃiː.nəʊ/

Bagan 5
Kombinasi Tiga Suku Kata Pertama
No Nama produk dengan “blend” Phonotactic Structure
Batagor ((CV) 1 + (CV) 2) + (CVC) 3)
1 (Bakso + Tahu + Goreng) #Tiga Suku kata pertama#
/bak.so/ /ta.hu/ /go.reng/

Bagan 6
Suku Kata Kedua + Suku Kata Pertama
No Nama produk dengan “blend” Phonotactic Structure
Tansu ((CVC) 1 + (CV) 2)
1 (Ketan + Susu) #Suku kata kedua + Suku kata pertama#
/ke.tan/ /su.su/

Bagan 7
Tiga Suku Kata Pertama + Suku Kata Kedua
No Nama produk dengan “blend” Phonotactic Structure

Piramizza ((CVCVCV) 1 + (CCV) 2)


1 (Piramida + Pizza) #Tiga suku kata pertama + Suku kata
/pi.ra.mi.da/ /ˈpiːt.sə/ kedua#

Berikut hasil analisisnya:

4
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13

 Pada bagan 1, kedua lexical blends (Nasgor dan Piscok) merupakan hasil penggabungan dua buah
kata menjadi satu. Pada segmen, “Nas” dan “Pis” diambil suku kata pertama. Lalu pada segmen
“Gor” dan “Cok” juga sama diambil suku kata pertamanya.
 Pada bagan 2, keempat lexical blends (Cireng, Cilok, Sangjo, dan Buryam) merupakan penggabungan
dua buah kata menjadi satu. Pada segmen yang pertama, “Ci”, “Ci”, “Sang”, dan “Bur” diambil suku
kata keduanya. Lalu pada segmen kedua “Lok”, “Reng”, “Jo”, dan “Yam” juga sama diambil suku
kata keduanya.
 Pada bagan 3, lexical blends (Tongsis) merupakan hasil penggabungan dua buah kata menjadi satu.
Pada segmen, “Tong” yang diambil adalah suku kata pertamanya. Sedangkan, pada segmen “Sis”
diambil suku kata keduanya.
 Pada bagan 4, ketiga lexical blends (Cincaupuccino, Solopuccino, dan Javapuccino) merupakan hasil
penggabungan dua buah kata menjadi satu. “Cincau”, “Solo”, dan “Java” merupakan satu kata penuh
yang tidak mengalami pengurangan dalam upaya menggabungkan pada kata yang lain. Sementara,
segmen ketiganya, “Puccino” merupakan bahasa Italia yang diambil tiga suku kata terakhir.
 Pada bagan 5, lexical blends (Batagor) merupakan hasil penggabungan tiga buah kata menjadi satu.
Pada segmen, “Ba”, “Ta”, dan “Gor” masing-masing diambil suku kata pertama.
 Pada bagan 6, lexical blends (Tansu) merupakan hasil penggabungan dua buah kata menjadi satu.
Pada segmen, “Tan” diambil suku kata kedua. Sedangkan pada segmen “Su” diambil suku kata
pertamanya.
 Pada bagan 7, lexical blends (Piramizza) merupakan hasil penggabungan dua buah kata menjadi satu.
Pada segmen, “Pir”, “Ra”, “Mi” diambil suku kata pertama. Lalu pada segmen “Zza” yang berasal
dari bahasa Italia diambil suku kata keduanya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan temuan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa
secara keseluruhan, terdapat 7 pengelompokan pola pembentukan kata “blend” sebagai berikut: Terdapat
2 buah kata hasil kombinasi Suku Kata Pertama (nasgor dan piscok), 4 buah kata hasil kombinasi Suku
Kata Kedua (cireng, cilok, sangjo, buryam), 1 buah kata hasil penggabungan Suku Kata Pertama + Suku
Kata Kedua (tongsis), 3 buah kata hasil penggabungan Satu kata Utuh + Tiga Suku Kata Terakhir
(cincaupuccino, solopuccino, dan javapuccino), 1 buah kata hasil kombinasi Tiga Suku Kata Pertama
(batagor), 1 buah kata hasil penggabungan Suku Kata Kedua + Suku Kata Pertama (tansu), dan 1 buah
kata hasil penggabungan Tiga Suku Kata Pertama + Suku Kata Kedua (piramizza). Terdapat pula kata
baru yang merupakan campuran dengan kata dalam bahasa asing (java, cappucinno dan pizza) serta
menggunakan nama daerah (Solo) sebagai nama produknya.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mengkaji dan mencari korpus yang lain guna
membahas tentang apakah kata-kata campuran Indonesia tersebut juga banyak ditemukan pada nama
produk-produk, kosakata bahasa gaul, dan lain-lain. Peneliti lain juga dapat membuat studi banding antara
kata campuran Indonesia dan bahasa lainnya untuk menemukan persamaan dan perbedaan keduanya. Dan
yang terakhir, penulis menyarankan kepada yang lain peneliti untuk menggunakan pendekatan lain
didalam menganalisa pola atau struktur dari kata blend yang ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA
Cook, P., & Stevenson, S. 2009. Automagically inferring the source words of lexical blends association
for computational linguistics. Journal Volume 36, Number 1
Gries, S. T. 2004. Shouldn’t it be breakfunch? A quantitative analysis of the structure of blends.
Linguistics, 42(3):639–67.
Giegerich, H. J. 2003. English Phonology: An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press
http://www.konsultanwaralaba.com/waralaba-sejarah-dan-perkembangan 15:30 November 3, 2014
Katamba, F., & Stonham, J. 2006. Modern linguistics morphology. New York: PALGRAVE
MACMILLAN
Kridalaksana, H. 2001. Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

5
Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015

Meyer, C. F. 2010. Introducing English linguistics. New York: Cambridge Press


O’Grady, William et al. 1992. Contemporary linguistic analysis. Toronto: Copp Clark Pitman Ltd.
Plag, I. 2003. Word-formation in English. New York: Cambridge Press
Spinelli JR, S., Rosenberg, RM., Birley, S. 2004. Franchising: Pathaway to Wealth Creation. Lake
Street: Pearson Education

LAMPIRAN

PRODUK-PRODUK WARALABA INDONESIA

6
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13

7
Unika Atma Jaya, 8-9 April 2015

Anda mungkin juga menyukai