Anda di halaman 1dari 13

Pemerolehan Bahasa Anak-Anak

Aspek Leksikon dan Sintaksis

Deninta Lira Fesia (1504764)


Gadis Saktika (1506263)
Rizal Ilhamsyah (1504621)
Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Aspek
Leksikon
Dalam linguistik, leksikon adalah koleksi leksem (satuan kata mendasar
atau kata terkecil dalam sebuah bahasa dan biasa dimasukkan sebagai
entri) pada suatu bahasa. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani "λεξικόν"
'lexikόn' atau "λεξικός" 'lexikόs' yang bermakna 'perihal kata'. Kajian
terhadap leksikon mencakup apa yang dimaksud dengan kata, strukturisasi
kosakata, penggunaan dan penyimpanan kata, pembelajaran kata, sejarah
dan evolusi kata (etimologi), hubungan antarkata, serta proses
pembentukan kata pada suatu bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari,
leksikon dianggap sebagai sinonim kamus, atau kosakata.
• Dalam Psikolinguistik, bahasa pun berhubungan dengan pikiran.

Salah satu materi yang memiliki hubungan dengan bahasa dan

pikiran ini yaitu mental lexicon. Mental lexicon diibaratkan seperti

kamus yang ada dalam otak manusia. Secara umum, mental

leksikon (Crystal dalam Syamsuar, 2010) menyatakan bahwa

mental leksikon adalah istilah yang mengacu kepada representasi

yang tersimpan di dalam otak mengenai apa yang seseorang ketahui

tentang butir leksikal dalam bahasanya.


• Kemudian Richards et al. dalam Syamsuar (2010) lebih lanjut
menjelaskan bahwa sebenarnya leksikon adalah rangkaian kata atau
idiom dalam sebuah bahasa. Lebih jauh lagi ia menjelaskan bahwa
leksikon merupakan sebuah sistem mental yang mengandung
semua informasi yang diketahui seseorang tentang kata. Ia juga
mengatakan bahwa menurut para ahli psikolinguistik bahwa
pengetahuan tentang kata mencakup tiga (3) hal yakni :
pengetahuan tentang bagaimana sebuah kata diucapkan; pola-pola
gramatikal yang bersama pola-pola itu dan bagaimana sebuah kata
digunakan; dan makna atau beberapa makna dari sebuah kata.
Dengan kata lain, jumlah kata yang diketahui oleh seorang
pengguna bahasa membentuk mental leksikonnya.
• Sebagai salah satu bentuk pemerolehan bahasa, pemerolehan
leksikon merupakan salah satu pemerolehan yang penting
dibicarakan, (Mar'at 2007:45) menyatakan bahwa leksikon
adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai
bahasa yang berhubungan dengan kata-kata dalam
perbendaharaan kata berikut artinya. Bila dihubungkan
dengan pemerolehan leksikon, perkembangan leksikon
seorang anak dapat dilihat melalui kemampuannya untuk
membentuk kata dan dapat menghubungkannya.
• Kita dapat mengetahui bahasa anak-anak dari gerakan- gerakan

anak dan tanda-tanda yang ditunjukkannya. Pada awal hidupnya,

anak juga memakai gesture seperti senyum dan juluran tangan

untuk meminta sesuatu. Dengan cara-cara seperti ini anak

sebenarnya memakai “kalimat” yang protodeklaratif (bahasa

tentang sesuatu) dan protoimperatif (meminta sesuatu untuk

dilakukan atau diberikan kepada anak). (Gleason dan Ratner

1998:358) Kata Pertama Anak mulai memproduksi kata yang

dikenal dalam bahasa mereka pada usia satu tahun. Menjelang usia

18-20 bulan anak telah memperoleh sekitar 50 kata, dan menjelang

usia 2 tahun, rata-rata anak mengetahui 200-300 kata (Barrett,

1995).
Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Aspek
Sintaksis
Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis

dimulai ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih

(lebih kurang ketika berusia 2:0 tahun). Oleh karena itu, ada baiknya diikutsertakan

dalam satu teori pemerolehan sistaksis.

Alamsyah (2007:21) menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan tingkat

gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui peniruan,

melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan cara menempatkan

kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat.


Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan

satu kata, kata ini sebenarnya kalimat penuh tetapi karena dia belum dapat

mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil ujaran satu kata

(USK) dari kalimat itu contohnya anak yang mengatakan bi untuk kata

mobil bisa bermaksud untuk mengatakan:

a. Ma, itu mobil

b. Ma, ayo kita ke mobil

Sedangkan ujaran untuk dua kata (UDK) adalah kata yang di ujarkan echa

pada waktu dia berumur 1:8 (Dardjowidjo 2000: 146):

a. liat tuputupu maksudnya ayo lihat kupu-kupu

b. etsa nani maksudnya echa mau nyanyi.


Teori tentang pemerolehan sintaksis
Teori bahasa Pivot

Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh Brane (1963), Bellugi

(1964), Brown dan Fraser (1964), Miler dan Ervin. Menurutnya ucapan dua kata kanak-kanak

terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu dalam kalimat.

Kedua jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas terbuka. Berdasarkan

kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa pivot. Pada umumnya kata-kata

yang termasuk kelas pivot adalah kata-kata fungsi yang terdapat pada awal atau akhir kalimat,

dengan jumlah terbatas tetapi sering muncul pada kalimat, selalu muncul bersama dengan kata

yang lain, jarang muncul anggota baru atau kata baru, dan selalu merujuk pada kata-kata lain dari

kelas terbuka. Contoh kata pivot, yakni: kata akan, ingin, mau, dll. Sedangkan kata kata yang

termasuk kelas terbuka adalah kata-kata berkategori nomina dan verba yang dapat muncul pada

awal dan akhir kalimat, dengan jumlah yang terbatas, sering muncul anggota baru atau kata baru,

bisa muncul sendirian, dan memiliki rujukan sendiri. Contoh kata kelas terbuka, yakni: kata susu,

minum, roti, dll.


Teori hubungan Tata bahasa nurani

Tata bahasa generatif transformasi dari Chomsky (1957-1965) sangat terasa

pengaruhnya dalam pengkajian perkembangan sintaksis kanak-kanak.

Menurut chomsky hubungan-hubungan tata bahasa tertentu seperti “

subject – of, predicate – of, dan direct object – of” adalah bersifat universal

dan dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini.

Berdasarkan teori Chomsky tersebut, Mc. Neil (1970) menyatakan

pengetahuan kanak-kanak mengenai hubungan-hubungan tatabahasa

universal ini bersifat "nurani". Maka itu akan lansung mempengaruhi

pemerolehan sintaksis kanak-kanak sejak tahap awalnya. Jadi,

pemerolehan sintaksis ditentukan oleh hubungan-hubungan tatabahasa

universal ini.
• Selanjutnya, menurut Simanjuntak, hendaknya
pengetahuan yang telah diperoleh anak-anak
sejak lahir ini mengenai rumus-rumus struktur
dasar tata bahasa dan rumus transformasi dan
fonologi menentukan bentuk ucapan anak-anak.
Misalnya urutan S (subject) +V (verba) + O
(object/yang sifatnya opsional).
Teori kumulatif kompleks

Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang dikumpulkannya.

Menurut Brown, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak ditentukan oleh

kumulatif kompleks semantik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang

sedang diperoleh. Jadi, sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya

morfem atau kata-kata itu dalam ucapan orang dewasa. Dari tiga orang kanak-kanak

(berusia dua tahun) yang sedang memperoleh bahasa inggris yang diteliti Brown

ternyata morfem yang pertama kali dikuasai adalah progressive-ing dari kata kerja,

padahal bentuk ini tidak sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa.

Setelah progressive-ing baru muncul kata depan in, kemudian on, dan diikuti oleh

bentuk jamak, ’s. Sedangkan artikel The dan a yang lebih sering muncul dalam

ucapan-ucapan orang dewasa baru muncul pada tahap ke 8. urutan perkembangan

sintaksis yang dilaporkan oleh Brown hampir sama dengan urutan perkembangan

hubungan-hubungan sintaksis yang dilaporkan oleh sejumlah pakar lain

(simanjuntak, 1987)
Teori pendekatan semantik

Teori pendekatan semantik ini menurut Greenfield dan Smith

(1976) pertama kali diperkenalkan oleh Bloom. Dalam hal ini Bloom

(1970) mengintegrasikan pengetahuan semantik dalam pengkajian

perkembangan sintaksis ini berdasarkan teori generatif

transformsinya, Chomsky (1965).

Salah satu teori bahasa yang didasarkan pada komponen semantik

diperkenalkan oleh Fillmore (1968)yang dikenal dengan nama tata

bahasa kasus (case grammar). Teori ini telah digunakan oleh

Bowerman dan Brown (1973) sebagai dasar untuk menganalisis

data-data perkembangan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai