Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan terlebih dalam proses
pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus
mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (Bayi). Seorang bayi hanya akan merespon
ujaran ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibuya yang
sangat sering didengar oleh anak tersebut. Seorang manusia tidak hanya dapat memiliki satu
bahasa saja melainkan seseorang bisa meperoleh dua sampai empat bahasa tergantung dengan
lingkungan

sosiall

dan

tiangkat

kognitif

yang

dimiliki

oleh

orang

tersebut.

Pada pemerolehan bahasa kita mengenal beberapa tahapan pemerolehan bahasa itu sendiri,
pemerolehan bahasa pertama (PB1) itu didapatkan seorang bayi secara langsung dari ibuya atau
lingkungan yang dekat dengan bayi tersebut, sedangkan jika pada pemerolehan bahasa kedua dan
seterusnya

itudidapatkan

seseorang

dengan

melalui

peruses

pembelajaran.

Dengan teori pemerolehan bahasa kita ingin mengetahui serta mengetengahkan teori yang
memudahkan ank-anak belajar. Ketiga syarat ini menentukan atau memberi kerangka bagi telaah
pemerolehan bahasa. Suatu kerangka yang di dalamnya sudut pandang kaum empiris dan kaum
rasiomalis ( dan tentu saja yang berada di antara keduanya) dalam menemui ekspresi dan
perasannya. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit
memperoleh satu bahasa alamiah.
B.

Tujuan
Menjelaskan tentang pemerolehan bahasa.
Membandingkan kedua buku.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari setiap buku.

C. Rumusan Masalah
Mengetahui tentang pemerolehan bahasa.
Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari setiap buku.

BAB II
1

PEMBAHASAN
A. Identitas Buku
Buku Utama (Buku Satu)
judul Buku

: Psikolinguistik; Kajian Teoritik

Pengarang

: Abdul Chaer

Nama penerbit

: Rineka Cipta

Tempat/tahun terbit

: Jakarta, 2009

ISBN

: 978-979-518-884-1

Tebal buku

: 313 halaman

Buku ini terdapat 15 bab namun kami hanya mengkritik bab 9 sampai dengan bab 15
karena pada bab tersebut merupakan pembahasan pemerolehan bahasa.
B. Ringkasan Isi Buku
BAB IX
PEMEROLEHAN BAHASA: BEBERAPA HIPOTESIS
A.

Hipotesis Nurani

Hipotesi nurani lahir dari beberapa pengamatan yang dilakukan para pakar terhadap
pemerolehan bahasa kanak-kanak (lenneberg, 1967, Chomsky, 1970). Diantara hasil pengamatan
itu adalah berikut ini:
a.

Semua kanak-kanak yang normal akan memperoleh bahasa ibunya, asal saja
diperkenalkan pada bahasa ibunya itu. Maksudnya tidak diasingkan dari kehidupan

ibunya (keluarganya).
b. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya
baik anak-anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak dimana[un sesuai dengan jadwal yangberat
kaitannya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak.
B.

Hipotesis Tabularasa

Tabularasa secara harfiah berarti kertas kosong dalam arti belum ditulis apa-apa. Lalu
hipotesis tabularasa ini menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas
kosong yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Dalam hal ini menurut hipotesis tabularasa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang
tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupaakn hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa
linguistic yand dialami dan dinikmati oleh manusia itu
C.

Hipotesis Kesemestaan Kognitif

Dalam kognitifisme hipotesis kesemestaan kognitif yang diperkenalkan oleh piaget telah
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses-proses pemerolehan bahasa kanak-kanak.
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif diperoleh berdasarkan strukturstruktur kognitif deriamotor. Struktur-stuktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan
orang-orang sekitarnya. Dari penjelasan diatas bisa dilihat hipotesis kesemestaan kognitif dalam
psikologi sana dengan hipotesis nurani mekanisme dalam linguistic. Perbedaannya terletak hanya
pada namanya saja karena dikemukakan oleh dua disiplin ilmu berbeda yang saling
mempengaruhi; hipotesis kesemestaan kognitif oleh psikologi sedangakan nurani mekanisme
oleh linguistic modern. Dewasa ini seperti juga dalam linguistic dalam kognitifisme perhatian
juga lebihditujukan kepada masalh makna, serta peranannya dalam pemerolehan bahasa.
BAB X
PEMEROLEHAN SINTAKSIS
Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai
ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang ketika
berusia 2:0 tahun). Karena itu, mereka menganggap tahap holoprasis tidak berkaitan dengan
perkembangan pemerolehan sintaksis. Jika kanak-kanak telah mencapai tahap dua atau lebih,
icapan-ucapan nya juga menjadi semakin banyak, dan mudah ditafsirkan. Oleh karena itulah
penyelidik lebih cendrung untuk memulai pengkajian pemerolehan bahasa itu pada tahap dua
kata.
1.

Teori tataba hasa pivot

Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh braine (1963), bellugi
(1964), brown dan fraser (1964) dan miller dan erwin (1964). Menurut kajian awal ini ucapan
dua kaat kanak-kanak ini terdiri dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata
itu dalam kalimat. Kedua jenis kata ini dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas terbuka.
3

2.

Teori hubungan tata bahasa nurani

Sejalan dengan teori-teori hubungan bahasa nurani ini (simanjuntak 1987) menyaran kan satu
teori pemerolehan sintaksis yang ditentukan oleh system generative transformasi yang telah
menjadi pengetahuan kanak-kanak.
3.

Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi

Sehubungan dengan teori hubungan tatabahasa, blomm (1970) mengatakan bahwa hubunganhubungan

tata

bahasa

tanpa

merujuk

pada

informasi

situasi

(konteks)

belumlah

mencukupi menganalisis ucapan bahasa kanak-kanak. Maka untuk dapat ucapan kanak-kanak
itu informasi situasi ini perlu diperhatikan. Brown (1973) juga memperkuat pendapat bloom ini.
4.

Tori komulatif kompleks

Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang dikumpulkannya.
Menurutnya, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak0kanak ditentukan oleh komulatif
kompleks semantic morfem dan komulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh itu. Jadi
sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi morfem atau kata-kata didalam ucapa orang
dewasa.
5.

Teori pendekatan semantic

Salah satu teori tata bahasa yang didasarkan pada komponen semantic diperkenalkan oleh
Fillmore (1968) yang dikenal dengan nama tata bahasa kasus. Teori ini telah digunakan oleh
bowerman (1973) dan brown (1973) sebagai dasar untuk menganalisa data-data perkembanagn
bahasa. Dalam teorinya fillmore enunjukkan bahwa transformasi-transformasi tata bahasa tidak
diatur oleh rumus-rumus sintksis, melainkan oleh hubungan semantic yang ditandai oleh
kategori-kategori kasus itu.
Perbedaan antara pendekatan semantic ini dengan teori hubungan tata bahasa nurani adalah
bahwa kalau teori tata bahasa nurani menerapkan hubungan sintaksis dalam menganalisa struktur
ucapan kanak-kanak, maka teori pendekatan semantic menemukan struktur ucaapn itu
berdasarkan hubungan-hubungan semantic. Jadi, teori hubungan tata bahasa nurani menerapkan
struktur sintaksis orang dewasa.

BAB XI
PEMEROLEHAN SEMANTIK
4

Salam perkembangan psikolinguistik ada beberapa teori mengenai proses pemerolehan


semantic. Diantaranya dibicarakan dibawah ini:
1.

Teori hipotesis fitur semantic

Menurut beberapa ahli psikolinguistik perkembangan, kanak-kanak memperoleh makna


suatu kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantic. Data itu satu demi satu sampai semua
fitur semantic itu dikuasai seperti yang dikuasai oleh orang dewasa.
Asumsi-asumsi yang menjadi dasar hipotesis fitur-fitur semantic adalah:
a.

Fitur-fitur makna yang di gunakan kanak-kanak dianggap sama dengan beberapa fitur

b.

makna yang digunakan oleh orang dewasa.


Karena pengalaman kanak-kanak mengenai dunia ini dan mengenai bahasa masih sangat
terbatas bila dibandingkan dengan pengalaman orang dewasa, maka kanak-kanak hanya

2.

akan menggunakan dua atau tiga fitur makna saja sebagai masukan leksikon.
Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal

Teori hipotesis hubungan-hubungan gramatikal ini diperkenalkan oleh Mc. Neil (1970).
Menurutnya, pada waktu dilahirkan kanak-kanak telah dilengkapi dengan hubungan-hubungan
gramatikal dalam yang nurani. Oleh karena itu, kanak-kanak pada awal proses pemerolehan
bahasanya telah berusaha membentuk satu kamus makna kalimat yaitu setiap butir leksikal
dicantumkan dengan semua hubungan gramatikal yang digunakan secara lengkap pada tahap
holoprasis.
3.

Teori hipotesis generalisasi

Teori hipotesis generalisasi ini diperkenalkan oleh Anglin (1975-1977). Menurut


Anglin perkembangan semantic kanak-kanak mengukuti satu proses generalisasi yakni
kemampuan kanak-kanak melihat hubungan-huubungan semantic antara nama-nama benda
mulai dari yang kongkret sampai pada yang abstrak.
4.

Teori hipotesis primitif-primitif universal


Teori ini mula-mula diperkenalkan oleh postal (1966), lalu dikembangkan oleh bierwisch

(1970) dengan lebih terperinci. Bierwisch (1970) manyatakan bahwa primitive-primitif semantic
atau komponen-komponen semantic ini mewakili kategori-kategori atau prinsip-prinsip yang
sudah ada sejak awal yang digunakan oleh manusia untuk menggolong-golongkan struktur
benda-benda atau situasi-situasi yang diamati oleh manusia itu.
BAB XII
PEMEROLEHAN FONOLOGI
5

Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori mengenai pemerolehan fonologi oleh
kanak-kanak sebaagi bagian dari pemerolehan bahasa-ibu seutuhnya.
1.

Teori structural universal

Teori structural universal ini dikemukakan oleh jakobson (1968). Oleh karena iu sering juga
disebut teori jakobson. Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pemerolehan fonologi
berdasarkan struktur-struktur universal linguistic, yakni hokum-hukum structural yang mengatur
setiap perubaha bunyi.
Menurut jakobson, seringnya sesuatu bunyi diucapkan seorang dewasa terhadap kanak-kanak
tidak menentukan munculnya bunyi tersebut dalam ucapan kanak-kanak. Yang menetukan urutan
munculnya bunyi-bunyi adalah seringnya bunyi-bunyi itu muncul dalam bahasa-bahasa dunia.
Jika bunyi-bunyi sering muncul dalam bahasa dunia, maka bunyi-bunyi itu akan lebih dulu
muncul dalam ucapan kanak-kanak, meskipun itu jarang muncul dalam data masukan yang
didengar oleh kanak-kanak.
2.

Teori generative structural universal

Teori structural universal yang diperkenalkan oleh jakobson diatas telah diperluas oleh
moskowitz (1970,1971) dengan cara menerapkan unsure-unsur fonologi generative yang
diperkenalkan oleh Chomsky dan halle (1968) yang paling menonjol adalah penemuan
konsep daan pembentukan hipotesis berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh kanak-kanak
berdasarkan data linguistic utama (DLU). Yaitu kata-kata dan kalimat yang didengarnya
seharihari.
3.

Reori proses fonologi alamiah

Teori ini diperkenalkan oleh david stampe (1972, 1973),yakni satu teori yang disusun
berdasarkan teori fonologi alamiah yang juga telah diperkenalkan sejak 1965. Menurut stampe
proses fonologi alamiah kanak-kanak bersifat nurani yang harus mengalami penindasan,
pembatasan, dan pengaturan sesuai dengan penuranian representasi fonemik orang dewasa.

4.

Teori prosodi-akustik

Teori ini diperkenalkan oleh waterson (1976) sesudah dia merasa tidak puas dengan
pendekatan fonemik segmental yang dikatakannya tidak memberikan gambaran yang sebenarnya
mengenai pemerolehan fonologi. Pendekatan fonemik segmental menganggap bahwa kanak6

kanak memperoleh fonologi berdasarkan fonem, sehingga banyak bahan fonetik yang berkaitan
telah dikesampingkan. Karena kelemahan tersebut maka waterson (1971) menggunakan
pendekatan non segmental, yaitu pendekatan prosodi yang dianggap lebih berhasil. Pendekatan
ini diperkuat dengan analisis akustik sebab analisis prososdi hanya melihat dari analisis
artikulasi.
5.

Teori kontras dan proses

Teori ini diperkenalkan oleh ingram (1974, 1979) yakni suatu teoriyang menggabungkan
bagian-bagian penting dari teori jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori stampe;
kemudian menyelaraskan hasil penggabungan dengan teori perkembangan piaget. Menurut
ingram, kanak-kanak memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan
strukturnya sendiri; dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai system
orang dewasa semakin baik. Perkembangan fonologi ini melalui asimilasi dan akomodasi yang
terus menerus; mengubah struktur untuk menyelaraskan dengan kenyataan.
BAB XIII
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
1.

Teori perkembanagn bahasa anak

Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari
pandangan, hipotesis atai teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencata adanya
tiga pandangan teori dalam perkembangan bahasa anak:
a.

Pandangan nativisme

Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak


sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan.
Pandangan ini tidak menganggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa,
melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang
disebut hipotesis pemberian alam.

b.

Pandangan behaviorisme

Menurut kaumbehavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperolah
melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan
lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku
7

verbalnya. Kaum behavioris tidak hanya mengakui peranan aktif si anak dalam proses
pemerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui kematangan si anak itu. Proses perkembangan
bahasa terutama ditentukan oleh lingkungannya.
c.

Pandangan kognitivisme

Chomsky pernah menyinggung masalah kognitivisme dari piaget ini. Beliau menyatakan
bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapt menjelaskan struktur bahasa
yang kompleks, abstrak dank has itu. Begtiu juga limgkungan berbahasa tidak dapat menjelaskan
struktur yang muncul di dalam bahasa anak. Oleh karena itu menurut Chomsky bahasa struktur
haruslah diperoleh secara alamiah.
2.

Perkembangan motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan bayi sejak lahir yang paling tamapk, yakni
sebuah perkembangan yang betahap dari duduk, merangkak, sampai berjalan.
Motor berarti gerak dua. Dua kemampuan bergerak yang paling banyak diperhatiakn para pakar
adalah berjalan dan penggunaan tangan sebagai alat. Baik berjalan maupun pemahaman
penggunaan tangan sebagian besar tergantung pada kedewasaan.
3.

Perkembangan social dan komunikasi

Sesungguhnya semenjak lahir bayi sudah disetel secara biologis untuk berkomunikasi; dia
akan tanggap terhadap kejadian yang ditimbulkan oleh orang disekitarnya (terutama ibunya),
daya lihat bayi yang paling baik berada pada jarak kira-kira 20 cm (8 inci) yakni jarak yang
terjadi pada waktu interaksi rutin terjadi antara bayi dan ibu, kurang lebih 70% dari waktu
menyusui sangibu memandangi bayinya dalam jarak 20 cm itu. Oleh karena itu byi akan
membalas tatapan ibunya dengan melihat mata sang ibu yang menarik perhatiannya. Kemudian
bayi juga belajar bahwa sewaktu terajadi saling tatap mata berarti ada komunikasi antara dia dan
ibunya.

4.

Perkembangan kognitif

Istilah kognisi berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses pengenalan
tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara
umum kata kognisi bisa dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran.
8

Dari sekian banyak kajian tentang proses berpikir pada anak-anak dalam usia yang berbedabeda. Piaget menyatakan adanya beberapa tahap perkembangan kognitif anak. Tahap-tahap itu
adalah sebagi berikut:
a.
b.
c.
d.

Tahap sensomotorik
Tahap praoperasional
Tahap operasional konkret
Tahap operasional formal
BAB XIV
PEMBELAJARAN BAHASA
Istilah pembelajaran bahasa digunakan untuk mengacu pada penguasaan bahasa, baik

yang dilakukan secar formal maupun non formal didalam masyarakat sekitar kehidupan si
pembelajar. Tampaknya pembelajaran bahasa ini lebih mengacu pada pendidikan formal.
1.

Dua tipe pembelajaran bahasa

Tipe yang pertama yakni naturalistic bersifat alamiah tanpa guru dan tanpa kesengajaan.
Pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat. Tipe ke dua
yakni bersifat formal berlangsung di dalam kelas dengan guru, materi, dan alat-alat belajar
bantu yang sudah dipersiapkan. Seharusnya hasil yang diperoleh secaar formal dalam kelas ini
jauh lebih baik daripada hasil secara naturalistic.
2.

Sejarah pembelajaran bahasa

Berabad-abad lamanya pembelajaran bahasa berlangsung tanpa perubahan. Perubahan yang


berarti dalam arti pandangan dan adanya inovasi baru dimulai tahun 1880. Pada tahap ini terjadi
rekonstruksi bentuk-bentuk metode langsung yang pernah digunakan atau dikembangkan pada
zaman yunani dulu. Pada tahun 1970-1980 merupakan periode yang paling inovatif dalam
pmbelajaran bahasa kedua. Konsep dannhakikat belajar bahasa dirumuskan kembali; kemudian
diarahkan kepada pengembangan sebuah model pembelajaran yang efektif dan efesien yang
dilandasi oleh teori yang kokoh.
3.

Hipotesis-hipotesis pembelajaran bahasa

Hasil yang telah dicapai oleh para pakar pembelajaran bahasa sampai saat ini belum secara
mantap bisa disebut sebagai teori karena belum teruji dengan mantap. Oleh karena itu masih
lebih umum disebut sebagai hipotesis. Di antara hipotesis-hipotesis itu yng perlu diketengahkan
adalah:
9

a.
b.
c.

Hipotesis kesamaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua


Hipotesis kontrastif
Hipotesis krashen,
Hipotesis ini mencakup

Hipotesis pemerolehan dan belajar, Hipotesis urutan alamiah, Hipotesis monitor,


hipotesis masukan, hipotesis afektif, hipotesis pembawaan, hipotesis filter afektif, hipotesis
bahasa pertama, hipotesis variasi individual penggunaan monitor
d.
e.
4.

hipotesis bahasa-antara
hipotesis pijinisasi
Factor-faktor penetu daalm pembelajaran bahasa ke dua

Melihat berbagai hipotesis yang dikemukakan sebelumnya tampaknya pembelajaran bahasa


kedua merupakan hal atau proses yang cukup rumit. Berbagai factor, variable dan kendala
menetukan berhasil tidaknya pembelajaran bahasa kedua itu, diantara factor itu adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
-

Factor motivasi
Factor usia
Factor penyajian formal, mencakupi:
Pengaruh terhadap kompetensi
Pengaruh terhadap kualitas performansi
Pengaruh terhadap urutan pemerolehan
Pengaruh terhadap kecepatan pemerolehan
Factor bahasa pertama
Factor lingkungan, meliputi:
Pengaruh lingkungan formal
Pengaruh lingkungan informal

10

BAB XV
ASPEK MAKNA UJARAN
1.

Hakikat makna ujaran

Berbicara tentang makna, pertama perlu diingat adanya dua budang kajian tentang makna,
yaitu semantic dan semiotic. Bedanya kalau semantic khusus mengkaji makna bahasa sebagai
alat komunikasi verbal manusia, sedangkan semiotic mengkaji semua makna yang ada dalam
kehidupan manusia sebagai makna-makna yang dikandung oleh berbagai tanda dan lambing
serta isyarat-isyarat lainnya.
2.

Makna leksikal

Makna leksikal adalah bentuk adjektifa nomina leksikon, yang berasal dari leksem. Dalam
kajian morfologi leksem lazim diartikan sebagai bentuk dasar setelah mengalami proses
gramatikalisasi akan menjadi kata. Sedangkan dalam kajian semantic leksem lazim diartiakn
sebagai satuan bahasa yang memiliki satu makna atau satu pengertian.
Ada sejumlah kasus didalam semantic yang menyangkut makna leksikal itu. Kasus-kasus itu
adalah:
a.
b.
c.
d.
3.

Kasus kesinoniman
Kasus keantoniman
Kasus kehomoniman
Kasus kehiponiman
Makna gramatikal

Tampaknya makna-makna gramatikal yang dihasilkan dalam proses gramatikal ini berkaitan
erat dengan fitur makna yang dimiliki setiap butir leksikal dasar. Oleh karena itu, kita harus
memperhatikan beberapa hal.diantaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
4.

Fitur makna
Makna gramatikal afiksasi
Makna gramatikal reduplikasi
Makna gramatikal komposisi
Kasus kepoliseman
Makna kontekstual

Memahami makna leksikal dan makna gramatikal belum cukup untuk memahami makan
suatu ujaran, sebab untuk dapat memahami makna suatu ujaran harus juga perlu diketahui
konteks dari terjadinya ujaran itu, atau tempat terjadinya ujaran itu. Konteks ujaran ini beruoa
konteks intra kalimat, antarkalimat, bidang ujaram, atau juga situasi ujaran
5.

Ujaran taksa
11

Ujaran taksa adalah ujaran yang maknanya bisa ditafsirkan bermacam-macam.


a.

Kekurangan konteks

Kekurangan konteks merupakan penyebab utama terjadinya ujaran taksa.


b.

Ketidakcermatan struktur gramatikal

Ketidakcermatan struktur gramatikal meliputi dtruktur frase, klausa, kalimat, dan wacana.
Ketaksaan disini selain karena ketidakcermaatn konstruksi gramatikal bisa juga terjadi pada
konstruksi yang sttruktur gramatikalnya berterima tetapi berbagai kendali semantic telah
menimbulkan ketaksaan pada konstruksi itu.
c.

Kekurangan tanda baca

Kekurangan tanda baca dapat menyebabkan ketaksaan hanya pada bahasa ragam tulis karena
ragam tulis tidak mempunyai intonasi yang diperlukan dalam bahasa lisa.

C. Buku Pembanding 1 (Buku Kedua)


1.

Judul buku

: Manajemen Eksekusi Bisnis


12

2.

Pengarang: David Sukardi Kodrat

3.

Penerbit

: Graha Ilmu

4.

Tahun terbit

: 2013

5.

Kota Terbit

: Yogyakarta

6.

Tebal Buku

: 280 halaman

7.

Ukuran Buku

: 23cm

8.

ISBN

: 978-979-756-607-4

BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

13

A. Kelebihan
Dalam buku yang berjudul akuisisi bahasa karangan abdul chaer memiliki rincian mengenai
pemerolehan bahasa yang begitu jelas. Dalam buku ini dijelaskan dengan begitu jelas dan padat.
Ketika kita menguasai buku ini maka kita secara bertahap akan mengetahui dan mengusai materi
yang sudah dikaji. Dan buku ini penting untuk dipelajari, dikarenakan daftar pustaka yang
lengkap setiap halamannya, serta banyak pendapat ahli didalam buku ini. Buku yang kedua
adalah buku yang berjudul psikolinguistik karangan abdul chaer, menjelaskan buku secara rinci
dan bertahap sehingga pembaca mudah dalam membaca dan memahami isi buku tersebut.
B. Kelemahan
Dalam buku Dinamika Kelompok memang dijelaskan secara detail, tetapi penjelasannya kurang
panjang atau kurang banyak, sehingga ketika kita mempelajari buku ini, kurang merasa puas
membaca buku ini, karena penjelasannya yang begitu singkat. Dan bahasa nya terlalu baku
sehingga tidak mudah dipahami dan sastranya begitu kuat. Sedangkan dalam buku
psikolingusitik beberapa penjelasan memberikan bahasa yang sulit dipahami sehingga pembaca
harus sering mengulang bacaannya. Buku itu terlalu sulit kata-kata nya, saya saja cukup detail
untuk meringkas buku ini, dan ketika kita tidak focus membaca bahan bacaan ini kita tidak
mengetahui arti dari kata yang ditulis oleh si penulis tersebut.
C. Buku Ini Lebih Cocok Digunakan Untuk Apa?
Kedua buku tersebut sangat baik digunakan oleh mahasiswa, agar mahasiswa
betapa pentingnya mengetahui pemerolehan bahasa. Namun

tahu

tidak menutup kemungkinan

khalayak umum untuk membaca dan memahaminya untuk meningkatkan cakrawala ilmu
pengetahuan.

BAB IV
PENUTUP

14

A. simpulan
Setelah membaca buku tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing buku memiliki
keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda. Dapat kita simpulkan juga bahwa buku ini juga
memiliki kelemahan masing-masing seperti kita lihat dari penyajian praktik dan penjelasan yang
diberikan. Dengan tugas dalam membuat critical b ini maka, terciptalah dalam diri kita rasa ingin
tahu dan ilmu pengetahuan yang baru untuk mengetahui isi dari buku tersebut. Dan tanpa kita
sadari rasa mau dalam diri kita dalam belajar keras akan muncul demi mendapatkan hasil yang
memuaskan.

15

Anda mungkin juga menyukai