Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

Disusun Oleh:

Nama : Christopher Goldwin Millardo


NIM : 2213510016
Kelas : Sastra Indonesia C 2021
Mata Kuliah : SINTAKSIS
Dosen Pengampu : Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................1
C. TUJUAN ….................................................................................................1
BAB II URAIAN ISI..............................................................................................2
A. REVIEW BUKU 1……………………………………………………….3
B. REVIEW BUKU 2………………………………………………….……3
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU ......................................4
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………..5
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Critical
Book Report tepat waktu.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Sintaksis.

Adapun tujuan penulisan tugas ini ialah memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas Critical Book Report mata kuliah Sintaksis pada prodi Sastra Indonesia. Tugas ini
merupakan hasil analisis penyusun secara seksama terhadap 2 buku sebagai sumber dan
bahan analisis untuk di analisis.

Penyusun menyadari bahwa Critical Book Report ini mungkin masih memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun nantikan. Semoga
pembuatan Critical Book Report selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Medan, 23 Maret 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan
hakikat sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia,
yaitu berkisar tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat
komunikasi sehari-hari. Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami
penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu pendalaman dan banyak mempraktekkan
dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis sangat dekat dengan kehidupan
sehari-hari.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakanilmu yang
mempelajaritentangtatabahasa. Sintaksis juga dapatdikatakan tata bahasa yang
membahashubunganantarkatadalamtuturan.
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata
dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis
adalah frase, klausa dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas etika pokok
bahasan tersebut secara rinci.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari sintaksis?
2. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?
3. Bagaimana hubungan antar afrasa, klausa, dan kalimat?
4. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?
5. Apa sajakah ciri-ciri dari frasa, klausa dan kalimat?
6. Apa sajakah macam-macam frasa, klausa dan kalimat dan beserta contohnya?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengertian sintaksis.
2. Mengetahui yang termasuk dalam sintaksis.
3. Mengetahui hubungan frasa, klausa dan kalimat.
4. Mengetahui pengertian frasa, klausa dan kalimat.
5. Mengetahui ciri-cirifrasa, klausa dan kalimat.
6. Mengetahui macam-macam frasa, klausa dan kalimat besertacontohnya.
BAB II
RINGKASAN ISI

IDENTITAS BUKU

Buku Utama
a.         JudulBuku       : SINTAKSIS
b.         JenisBuku        : Non Fiksi
c.         Pengarang        : Prof. Dr. E. Zaenal Arifin &Dra.Junaiyah H.M.,M.Hum
d.        Penerbit            : PT Grasindo, AngotaIkapi
e.         Halaman Buku : 139  halaman
f.          Panjang dan TebalBuku : 15,5 x 23 cm ; 0,5 c

ISI BUKU UTAMA

A. Batasan Sintaksis

Sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam tuturan
(speech) unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan
kalimat. Farasa adalah gabungan dua kata ataulebih yang bersifat nonpredikatif misalnya
rumah mewah. Klausa adalah satuan graumatikal yang berupa kelompok kata, yang
sekurang-kurangnya memiliki sebuah predikat, dan berpotensi menjadi kalimat, dengan kata
lain klausa membicarakan hubungan sebuah gabungan kata dan kata yang lain. Kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri , yang sekurang-kurangnya memiliki
sebuah subjek dan predikat mempunyai, intonasi final (kalimat lisan, dan aktual atau pun
potensial terdiri atas klausa.

B.       Aspek-Aspek Sintaksis
1.      Kata: Ciri dan Klasifikasi
Kata dilihat dari pemakaian bahasa, menurut pemakaian bahasa, kata adalah satuan
gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang, dan secara potensi itu dapat berdiri
sendiri. Menurut pandangan ahli bahasa kata dipandang secara linguis, kata dapat dibedakan
sebagai beberapa yakni: (1)Kata sebagai satuan fonologis; (2)Kata sebagai satuan gramatikal;
(3) Kata sebagai satuan ortografis.

2.      Frasa: Ciri dan Klasifikasi


Frasa adalah satuan graumatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif
(Rusyana dan Syamsuri, 1976).
Farasaterdiriatasfrasaendosentris dan frasa eksosentris .
Frasa eksosentris terdiri atas frasa eksosentrisdirektif dan frasa eksosentris non direktif. Frasa
endosentris terdiri atas frasa endosentris bersumbu satu dan frasa endosentris bersumbu
jamak. Frasa endosentris bersumbu satu dapat dibedakan menjadi frasa nominial, farasa
pronominal, frasa verbal, frasa ajektival, dan frasa numeral. Frasa endosentris bersumbu
jamak terdiri atas frasa koordinatif dan frasa apositif.

3.      Klausa : Ciri dan Klasifikasi


Klausa adalah satuan gramatikal yang setidaknya berdiri atas subjek dan predikat berpotensi
menjadi kalimat. Klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat,
berdasarkan fungsinya klausa dapat dibedakan menjadi klausa subjek dan, klausa objek,
klausa keterangan , dan klausa pemerlengkapan.
Hubungan antar klausa koordinatif dibedakan menjadi hubungan aditif (perjumlahan ),
hubungan adversative (pertentangan) dan hubungan alternatif (pemilihan).

4.      Kalimat : Ciri dan Klasifikasi


Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi
final(kalimat lisan) dan secara aktual atau pun potensial terdiri atas klausa. Dilihat dari
fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa ,subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
Menurut bentuknya kalimat terdiri dari kalimat tungal dan kalimat majemuk. Kalimat
majemuk dibedakan menjadi kalimat tunggal dan perluasan.

C.       Hubungan Sintakmatis dan Pradikmatis


Di dalam bahasa dikenal hubungan sintakmatis (hubungan linier) dan hubungan pradikmatis
(hubungan unsur bahasa dengan unsur diluarnya, tetapi masih dalam tataran itu).

1.        Hubungan Sintakmatis
Hubungan sintakmatis adalah hubungan linier antara unsur bahasa yang satu dan unsur
bahasa yang lain dalam tataran tertentu.

2.        Hubungan Pradikmatis
Hubungan pradikmatis adalah hubungan sistematis antara unsur bahas yang memiliki
kesesuaian. Ada beberapa tataran yang perlu diperhatikan dalam hubungan pradikmatis yakni
:
  Tataran Fonemis
  Tataran Morfologis
  Tataran Sintaksis

KLASIFIKASI FRASA

A.       Pengantar
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
(Rusyana dan Samsuri 1976) atau satu kontruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata
atau lebih. Frasa dapat dibedakan menjadi:

1.      Frasa Eksosentris
-  Frasa Eksosentris Direktif (Partikel)
-  Frasa Eksosentris Non Direktif (Konektif dan Predikatif)

2.       Frasa Endosentris
1)   Frasa endosentris berinduk tunggal
Frasa Nominal
Frasa Pronominal
Frasa Verbal
Fras Adjektifal
Frasa Numeral

2)    Frasa Endosentris Berinduk Jamak


- Frasa koordinatif
- Frasa apositif

B.       Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang Sebagian atau seluruhnya memiliki perilaku sintaksis
yang sama dengan semua komponennya baik dengan sumbu maupun preposisi. Frasa yang
berperangkai preposisi disebut frasa preposisional atau frasa eksosentris direktif ,frasa yang
berperangkai lain disebut eksosentris non direktif.
1.      frasa eksosentris direktif (berpartikel) contoh frasa preposisional adalah dengan baik
sejak kemarin, demi waktu dari rumah pada hari, menuju ke ,dll.
2.      farasa eksosentris non direktif ( konektif dan predikatif)
Frasa eksosentris nondirektif ( konektif dan predikatif) dapat dibedakan menjadi (a) frasa
sebagian atau seluruhnya memiliki perilaku yang sama dengan bagian-bagiannya,
seperti sikancil, siterdakwa, sang kancil, sang kekasih, kaum marginal, kaumpengusaha,
para pemuda, para hakim (b) frasa seluruhnya berperilaku sama dengan si terdakwa atau
sang kekasih, sama-sama dapat menduduki fungsi subjek atau objek.

C.       Frasa Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang seluruhnya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan
perilaku salah satu komponennya. Frasa endosentris dibedakan menjadi frasa endosentris
berinduk tunggal (disebut juga frasa modikatif) dan frasa endosentris berinduk jamak.

1. Frasa Endosentris Berinduk Tunggal

frasa endosentris berinduk tunggal terdiri atas induk yang menjadi penanda kategorinya dan
modifikator menjadi pemerinya. Frasa endosentrik berinduk tunggal dapat diperinci sebagai
berikut:
-  frasa nominal adalah frasa yang terdiri atas nomina sebagai pusat dan unsur lain berupa
ejektiva, verba ,numeralia, pronomina, frasa preposionalisasi ,dll.
-  frasa pronominal adalah frasa yang terdiri atas gabungan pronomina dan pronominal atau
gabungan pronomina dan adjektiva. Misalnya ; kami berdua, kalian ini , mereka berdua dll.
-  frasa verbal adalah frasa yang terdiri atas gabungan verba dengan verba atau gabungan
verba dan adverbial atau gabungan verba dengan preposisi. Misalnya :pergi kerja bangkit
berlari, tegak berdiri.
-  frasa adjektival adalah frasa yang terdiri dari beberapa gabungan kata atau terdiri atas induk
berkategori adjektiva dan modifikator berkategori apapun. Contoh: sedikit macam, agak
pusing, cerah ceria, cerdik cendekia, harum mewangi
- frasa numeral adalah frasa yang terdiri dari numeralia sebagai induk dan unsur peluasan
lainnya mempunyai hubungan subordinative dengan nomina penggolongan bilangan, dan
nominal kurang. Contohnya: sembilan belas, dua lusin, tujuh puluh lima, beberapa sak
semen.

2. Frasa Endosentris Berinduk Banyak

Frasa Endosentris berinduk banyak terdiri atas beberapa komponen yang sederajat dalam
fungsi dan kategori. Frasa ini terbagi menjadi dua bagian yakni. Frasa koordinatif adalah
frasa endosentris berinduk banyak , yang secara potensial komponennya dapat di hubungkan
dengan partikel seperti dan,ke, seperti, tetapi atau konjungsi korelatif baik, makin, maupun
dll. Misalnya kaya atau miskin, kaya atau pun miskin, makin pagi makin baik.
 Frasa apositif adalah frasa endosentris berinduk banyak yang secara luar bahasa
komponennya menunjuk pada maksud yang sama.misalnya: lia anak kakakku yang tinggal di
lampung , yudi adalah anak pamanku yang tinggal di papua.

BukuPembanding

a. Judul buku :Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi.


b. Pengarang    :Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.
c. Penerbit        :BumiAksara
d. Tahun terbit  : 2014
e. Kota              : Jakarta
f. Tebal buku   : 237 halaman

ISI BUKU PEMBANDING

Secara keseluruhan, buku ini membahas menganai ilmu bahasa, sintaksis


untuk dapat memahami kalimat melalui perspektif fungsi. Ilmubahasamengalami
perkembangan terus-menerussesuaidenganperkembanganfenomenaberbahasamasyarakat.
Perkembangan ini membawa konsekuensi bagi perubahan paradigma dalammemandang
hakikat bahasa. Teorisasi ilmu Bahasa dapat dipetakan menjadi dua maha besar, yakni
orientasi formalism dan fungsionalisme.Dari sudut pandang formalism, Bahasa adalah
seperangkat deskripsi struktural kalimat. Deskripsi ini yang kemudian menentukan keutuhan
makna dari ekspresi bahasa (Valin, 2001: 320). Sedangkan dalam sudut pandang
fungsionalisme, struktur ditentukan oleh fungsi bahasa dalam kehidupan manusia.
            Pada dasarnya fungsional lahir untuk membenahi kelemahan-kelemahan yang
terdapat pada aliran struktural (formalisme). Noonan (1999: 18-22) lahirnya fungsionalisme
didasari oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam kajian formalisme. Kelemahan-
kelemahan tersebut adalah:
a.       Kajian structural hanya berkonsentrasi pada karakteristik kategori kata. Artinya
keberadaan struktur ditentukan oleh karakteristik kategori yang mampu berelasi antara satu
dengan lainnya.
b.      Struktural tunduk pada ciri-ciri setiap kategori. Kebenaran struktur ditentukan oleh
ketepatan susunan masing-masing kategori.
c.       Struktural tidak mampu mengatasi hal-hal yang berhubungan dengan variasi bahasa,
terutama variasi yang dikondisikan oleh faktor-faktor eksternal di dalam konteks
pembicaraan.
d.      Struktural tidak mampu mengatasi kedinamisan bahasa.
e.       Struktural tidak mampu mengatasi problem perubahan-perubahan yang terjadi pada
bahasa.
            Berdasarkan penelitian  Nichols dalam Valin (2001: 319) pendekatan fungsional
terbagi menjadi fungsional ekstrim, fungsional moderat, dan fungsionalis konservatif.
Fungsional ekstrim hanya menunjukkan kelemahan formalism dan structural tanpa
mengajukan analisis baru. Fungsional moderat tidak hanya menunujukkan kelemahan analisis
formalis dan struktural, tetapi juga mengajukan analisis fungsional terhadap struktur bahasa.
Sedangkan fungsional konservatif mencoba menambahkan standar analisis dari fungsional
formalis.
            Pendekatan fungsional yang paling sering digunakan dalam pembelajaran Bahasa
adalah fungsional moderat. Tiga teori besar dalam fungsional moderat ini dinamakan
Functional Grammar (FG) yang dicetuskan oleh Simon Dik, Sistemic Functional Grammar
(SFG/LSF) yang dicetuskan oleh Halliday, Role and Reference Grammar (RRG) yang
dicetuskan oleh Van Valin. Dari ketiga teori yang dikemukakan, salah satu teori yang
berkembang pesat adalah Systemic Functional Grammar, dalam Bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai Gramatika Fungsional. Gramatika fungsional adalah sebuah teori
sintaksis dan semantik yang melibatkan paradigma fungsional. Gramatika fungsional
menekankan pada tiga tingkatan relasi fungisional, yaitu:
a.       Fungsi semantik.
b.      Fungsi sintaksis.
c.       Fungsi pragmatik.

            Menurut Halliday (1994: 23) gramatika fungsional digunakan untuk menjelaskan


bagaimana bahasa dipergunakan. Setiap unsur dalam Bahasa dijelaskan dalam rangka
fungsinya dalam seluruh system bahasa. Dalam perpsektif linguistik fungsional, Bahasa
berfungsi dalam kontekssosial. Masing-masing fungsi menentukan struktur atau tata bahasa
            Valin memandangbahasasebagaisuatusistemtindakkomunikasisosial. Oleh karenaitu,
analisisfungsikomunikatifstrukturgramatikamemainkanperananpentingdalamkajianbahasa.
Struktur grammatical hanyadapatdipahamidenganmengacu pada fungsi semantic dan
komunikatif. Tema yang menyatukan aneka pendekatan fungsional Bahasa harus dikaji
dalam hubungannya dengan peran bahasa dalam komunikasi manusia. Bahasa sebagai sebuah
system berfungsi menyampaikan makna-makna dalam komunikasi.
            Menurut Kridalaksana (2002) fungsional bahasa adalah teori yang berusaha
menjelaskan fenomena bahasa dengan segala manifestasinya fungsional Bahasa menjadi hal
yang penting dam tidak dapat dipisahkan dari tujuannya berbahasa secara sadar atau tidak
sadar. Bahasa memegang fungsinya secara fungsional dalam berkomunikasi.
            Konsep utama dalam fungsional adalah fungsi bahasa dan fungsi dalam bahasa.
Fungsionalistis diungkapkan dengan pendekatan berikut:
1.      Analisis Bahasa mulai dari fungsi ke bentuk.
2.      Sudut pandang pembicara menjadi perspektif analisis.
3.      Deskripsi yang sistematis dan menyeluruh tentang hubungan antara fungsi dan bentuk.
4.      Pemahaman atas kemampuan komunikatif sebagai tujuanan alisis bahasa.
5.      Perhatian yang cukup pada bidang interdisipliner sebagai sosiolinguistik.

Di dalambuku ini, hubungan fungsional berarti hubungan ketergantungan antara fungsi unsur
yang lain dalam membentuk makna. Hubungan ini di analisis dari sudut pandang struktur
bahasa yang disebut fungsi internal dan dari sudut pandang luar bahasa yang disebut sebagai
fungsi eksternal. Fungsi internal meliputi fungsi semantik, fungsi sintaksis, dan fungsi
pragmatik. Sedangkan fungsi eksternal adalah fungsi yang berhubungan dengan orientasi
tujuan komunikasi bahasa.

KONSEP DASAR SINTAKSIS


            Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, syntaz yang berarti susunan atau tersusun
bersama. Menurut Kridalaksana (1985: 6) sintaksisadalahsubsistem tata Bahasa mencakup
kata dan satuan-satuan yang lebih besar dari kata serta hubungan antara satuan itu. Ramlan
(187: 21) memberi Batasan sintaksis sebagai cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Dapat disimpulkan sintaksis berusaha menjelaskan
hubungan fungsional antara unsur-unsur dalam satuan sintaksis yang tersusun Bersama
dalamwujud frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Ada beberapa hubungan fungsional dalam satuan-satuan sintaksis. Hubungan-hubungan
fungsional tersebut adalah:
a.       Hubungan fungsional antarkata dalam frasa.
b.      Hubungan fungsional antarkata / frasa dalam klausa.
c.       Hubungan fungsional antarkata / frasa dalam kalimat.
d.      Hubungan antar klausa dalam kalimat.

FRASA DAN HUBUNGAN FUNGSINYA DALAM FRASA


            Frasa adalah satuan yang membentuk kalimat. Sebagai suatu konstruksi, frasa disusun
oleh beberapa unsur pembentuk yang saling berhubungan secara fungsional. Frasa yang
memiliki hubungan fungsi antar unsurnya dapat dibagi menjadi frasa endosentris dan frasa
eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang berfungsi dan berdistribusi sama dengan
salah satu anggota pembentuknya. Sedangkan frasa eksosentris adalah konstruksi frasa yang
tidak berfungsi dan berdistribusi sama dengan semua unsur pembentuknya.

FRASA BERDASARKAN KATEGORI KATA YANG MENJADI UNSUR


PUSATNYA
Frasa Nominal
            Frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi sama dengan nomina. Inti atau
pusat frasanya adalah nomina. Pewatas yang berada di depan nomina biasanya berupa
numeralia dan adverbial sedangkan pewatas yang berada setelah nomina inti biasanya berupa
nomina, adjektiva, verba, adverbial, numeralia, dan determinan.  Contoh frasa nominal:
·         Presiden dan DPR masih membahas rancangan Undang-Undang.
·         Pilar bangsa adalah NKRI.
Beberapa kaidah perluasan frasa nomina:
1.      Suatu inti dapat diikuti oleh satu nomina atau lebih.
2.      Suatu inti dapat diikuti oleh adjektiva, pronominal, kemudian ditutup oleh ini / itu.
3.      Suatu inti juga dapat diperluas dengan adjektiva, kata ‘yang’, pronominal pesona, lalu
diakhiri dengan kata ini / itu.
4.      Suatu inti dapat diperluas dengan aposisi, yakni frasa nominal yang mempunyai acuan
yang sama dengan nomina inti.
5.      Nomina inti juga dapat diperluas oleh frasa preposisional.

Frasa Verval
            Frasa verbal adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang
dapat menggantikan kategori verba. Verba berfungsi sebagai inti. Hubungan masing-masing
unsur dalam frasa verbal:
1.      Hubungan fungsional antara adverbial sebagai pewatas depan dan verba sebagai inti,
serta makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
2.      Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan adverbial sebagai pewatas, serta
makna gramatikal yang dihasilkan oleh hubungan tersebut.
3.      Hubungan fungsional anatar verba sebagai inti dan nomina sebagai pewatas.
4.      Hubungan fungsional antara verba sebagai inti dan adjektiva sebagai pewatas.
Beberapa kaidah perluasan frasa verbal:
1.      Frasa verbal dapat diperluas dengan menambah adverbial yang berfungsi sebagai
pewatas depan.
2.      Frasa verbal juga dapat diperluas dengan menambah pewatas belakang.

Frasa Adjektival
            Frasa adjectival adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang
dapat menggantikan kategori adjektiva. Adjektiva berfungsi sebagai inti. Hubungan antar
unsur dalam frasa adjectival dan makna gramatikalnya:
1.      Hubungan fungsional antara adverbial sebagai pewatas depan dan adjektiva sebagai inti.
2.      Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan adverbial sebagai pewatas
belakang.
3.      Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan nomina sebagai pewatas belakang.
4.      Hubungan fungsional adjektiva sebagai inti dan adjektiva sebagai pewatas belakang.
5.      Hubungan fungsional antara adjektiva sebagai inti dan verba sebagai pewatas belakang
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

Kelebihan
Terdapat deskripsi pembelajaran, kompetensi, dan indikator di tiap-tiap babnya. Mungkin hal
itu cenderung diabaikan oleh pembaca, namun itu menjadi sangat penting untuk mengetahui
materi apa saja yang terdapat di dalam bab tersebut dan ilmu apa yang dapat kita ambil di
dalamnya.Kemudian, di setiap awal bab terdapat penggalan teks beserta pembahasannya. Hal
itu sangat membantu pembaca dalam memahami materi yang akan dipelajari.Di setiap
penjelasan pengarang juga ‘menghitamkan’ kata-kata yang dirasa penting untuk diingat
pembaca. Sehingga materi yang terdapat di dalam buku ini terasa sangat mudah untuk diingat
dan dipahami.

Kekurangan
Materi yang terdapat di dalam buku memang rinci, namun dalam memberikan contoh soal,
pengarang kurang memberikan contoh yang lebih bervariatif, sehingga pembaca memerlukan
referensi lain. Selain itu, Latihan soal yang diberikan oleh pengarang sangat minim sehingga
kurang mewakili dari tiap-tiap materi yang dibahas.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut bahwasannya frasa sendiri adalah kesatua yang lebih besar dari
kata dan lebih kecil dari kalimat. Frase dilihat dari segi hubungan distribusi unsur-unsurnya
terdiri atas frase edosentrik (atributif, koordinatif, apositif) dan ekosentrik; frase dilihat dari
segi kategori katanya tersdiri atas empat macam frase nominal, verbal, ajektival, numerial,
fromina. Klausa dilihat dari segi kata yang menduduki predikat terdiri atas klausa verbal
(ajektif, intranstif, aktif, pasif dan resiprokal), dan klausa depan.
Adapun kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final. Kalimat ditinjau dari segi jumlah pola struktur dikandungnya terdiri atas
kalimat tunggal dan kalimat majemuk kalimat tunggal terdiri atas beberapa jenis, yakni
kalimait nominal, kalimat verbal, (intransitif, ekstransitif, dwritansitif, semi transitif, pasif)
kalimat ajektival, kalimat preposisional. Dan kalimat tunggal ditinjau dari segi maknanya
terdiri atas kalimat berita, tanya, dan kalimat seru. Adapun jenis kalimat majemuk terdiri atas
dua jenis, yakni kalimat majemuk setara (pejumlahan pertentang, pemilihan, sebab), kalimat
majemuk bertingkat.

Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumberyang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan oleh kerena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zaenal dan H.M.,Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: PT Grasindo.


Guntur, Hendry Tarigan. 1983. Prinsip-Prinsip Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Keraf, Gorys. 1984. Tatabahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.Yogyakarta: C. V. Karyono. Verhaar, J.
W. M. 19983. Pengantar Lingustik. Yogyakarta: Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai