Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL BOOK REPORT

CRITICAL BOOK REPORT


M.K. WACANA BAHASA
INDONESIA
PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA

SKOR NILAI :

NAMA : FANNY AZIZAH LUBIS


NIM : 2171111013
DOSEN PENGAMPU : DR. MALAN LUBIS, M.Hum.
MATA KULIAH : WACANA BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Review untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Wacana Bahasa Indonesia” dengan dosen pengampu Dr. Malan Lubis, M.Hum.

Saya menyadari tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul ........................................................................................................................... 1

Kata pengantar ........................................................................................................... 2

Daftar Isi .................................................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasioanalisasi pentingnya CBR ........................................................................... 4

1.2 Tujuan penulisan CBR ......................................................................................... 4

1.3 Manfaat CBR ....................................................................................................... 4

1.4 Identitas Buku ...................................................................................................... 5

BAB II

Ringkasan Isi Buku .................................................................................................... 11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan isi buku ............................................................................................... 12

3.2 Kelemahan isi buku.............................................................................................. 12

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 13

4.2 Saran .................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.Terkadang kita
memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis bahasa
,maupun pembahasan yang terdapat didalam buku tersebut. Oleh karena itu, penulis membuat
Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi,
terkhusus pada pokok bahasan tentang Wacana Bahasa Indonesia.

1.2 TUJUAN PENULISAN CBR

1. Penyelesaian tugas Critical Book Review yang membandingkan beberapa buku yang
akan kita baca.
2. Menambah Pengetahuan dan wawasan mengenai buku yang akan dikritik.
3. Meningkatkan Ketelitian dan pemahaman dari buku yang kita kritik dengan cara meneliti
isi buku lalu meringkas pembahasan buku tersebut.
4. Menguatkan Potensi ataupun keahlian dalam mengkritik isi buku yang kita baca dan
melakukan perbandingan dengan buku lainnya.

C. MANFAAT CBR

Manfaat Critical Book Review yang paling utama adalah mengasah intelektual, Sehingga kita
dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan Buku tersebut. Selain Untuk memenuhi tugas mata
kuliah wacana bahasa indonesia dan Membantu mahasiswa/i untuk kritis dan menalar dalam
menganalisis Buku.

4
D. IDENTITAS BUKU YANG DIREVIEW

Buku Satu

Judul buku : Analisis Wacana, sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian


Penerbit : Bayumedia Publishing
Pengarang : Drs.Abdul Rani;M.pd.;Drs. Bustanul Arifin M.Hum.;Dra.Martutik,M.pd.
Penyunting : Drs.setiyono Wahyudi,D.Ng
Tahun terbit : 2004
Jumlah bab : 9 bab
Tebal buku : i-xviii + 268 halaman

Buku Dua
Judul Buku : Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media)
Penulis : Eriyanto
Kata Pengantar: Dr. Deddy N Hidayat
Tahun terbit : 2012
Penerbit : LKiS Yogyakarta
Tebal Buku : 370 halaman termasuk index, lampiran dan data penulis
Peresensi : Toni Ervianto (alumnus pasca sarjana KSI, Universitas Indonesia)

5
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Buku Satu “Analisis Wacana, sebuah Kajian Bahasa Dalam Pemakaian”

Bab I, Sejarah singkat kajian bahasa

Pada mulanya,linguistik merupakan bagian dari filsafat.linguistik modern , yang di pelopori oleh
Ferdinand de Sayssure pada akhir abad ke-19,mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian linguistik
modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa,seperti bunyi,kata,frase dan
kalimat serta unsur makna. Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan
bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan
disiplin kajian baru yang di sebut analisis wacana. Wacana merupakan satuan bahasa di atas
tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dan konteks sosial.

Bab II, Jenis-jenis wacana

Pengklasifikasian wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dilihat dari bentuk
saluran yang di gunakan, dikenal wacana lisan dan tulis. Dilihat dari jumlah peserta yang terlibat
dalam komunikasi dikenal ada wacana monolog, dialog, polilog sedangkan dilihat dari tujuan
berkomunikasi, ada wacana deskripsi,eksposisi, argumentasi,persuasi, dan narasi.

Bab III, Model-model struktur wacana

Struktur wacana berbeda dengan struktur kalimat. Struktur wacana bersifat lebih terbuka
dibanding dengan struktur kalimat.struktur kalimat bersifat tertutup. Ada bermacam-macam
sudut pandang dalam menentukan struktur wacana sehingga ada bermacam-macam perian
struktur wacana.

Bab IV, Kohesi dan koherensi wacana

Koherensi dan kohesi merupakan unsur wacana yang penting. Kedua unsur itu digunakan untuk
membangun teks yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantis antar
unsur bagian dalam wacana. Hubungan tersebut disebut hubungan koherensi hubungan koherensi
dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi. Hubungan kohesi dapat dilihat dengan
penggunaan piranti kohesi.

6
Bab V, Topik wacana percakapan

Topik wacana merupakan sesuatu hal yang dibicarakan dalam sebuah wacana. Topik dapat
dirumuskan dalam satu kalimat,frase, dan kata. Topik sangat penting untuk menentukan
keberlanjutan suatu percakapan. Berdasarkan jumlah pertukaran dalam membicarakannya, topik
dibedakan menjadi topik berkelanjutan dan topik tidak berkelanjutan. Ada bernacam macam
topik yang digunakan untuk melakukan dan mempertahankan percakapan.

Bab VI, Tindak tutur

Dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Tidak tutur merupakan produk dari suatu
kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa yang
menentukan makna kalimat. Kajian tindak tutur sangat mendukung dalam studi analisis wacana.

Bab VII, Konteks wacana

Untuk menafsirkan sebuah wacana diperlukan pemahaman konteks wacana yang meliputi (a)
konteks fisik, (b) konteks epistemis, (c) konteks linguistik, dan (d) konteks sosial.

Bab VIII, Wacana lisan : pola alih tutur dalam percakapan

Alih tutur merupakan syarat percakapan yang penting karena peralihan tutur itu menimbulkan
pergantian peran serta dalam percakapan. Dalam percakapan sehari-hari, pengaturan peralihan
tutur tidak pernah ditemukan. Peralihan tutur bergantung pada budaya pemakai bahasa.

Bab IX, Contoh analisis wacana

Pada bagian ini, disajikan dua contoh analisis wacana. Contoh pertama merupakan contoh
analisis wacana lisan, yaitu percakapan di ruang sidang pengadilan pidana. Analisis tanya jawab
tersebut difokuskan pada masalah (1) fungsi pragmatik pertanyaan dilihat dari teori tindak tutur,
dan (2) pertanyaan dan jawaban dilihat dari prinsip kerjasama dalam percakaapan. Contoh kedua
berupa analisis pengguanaan piranti kohesi pada wacana monolog.

7
Buku Dua “Analisis Wacana (Pengantar Analisis Teks Media)”

Di era digitalisasi dan keterbukaan informasi saat ini, masyarakat harus semakin jeli dalam
memilih berita agar tidak mudah terprovokasi, tidak mengikuti agenda setting media serta masih
dapat mempertahankan “netralitas”nya sebagai pembaca.Untuk itu, pembaca harus mencoba
menelisik lebih jauh “bagaimana” dan “mengapa” berita-berita itu dihadirkan, maka kita akan
segera mengetahui bahwa terdapat motif politik dan ideologis tertentu yang tersembunyi di balik
teks-teks berita tersebut. Cara membaca yang lebih mendalam dan jauh ini disebut dengan
analisis wacana.

Analisis wacana adalah alternatif terhadap kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang
selama ini lebih didominasi analisis isi konvensional dengan paradigm positivis atau
kontruktivisnya.Melalui analisis wacana, kita akan tahu bukan hanya bagaimana isi teks berita,
tetapi bagaimana dan mengapa pesan itu dihadirkan. Bahkan, kita bisa lebih jauh membongkar
penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidakadilan yang dijalankan dan diproduksi secara
samar melalui teks-teks berita.

analisis wacana atau critical discourse analysis tidak saja untuk melakukan textual interrogation
tetapi juga untuk mempertautkan hasil interograsi tersebut dengan konteks makro yang
“tersembunyi” di balik teks, sehingga suatu academic exercise ataupun dalam rangka upaya
penyadaran, pemberdayaan dan transformasi sosial (halaman ix).

Analisa wacana memperhatikan dan menganalisis teks berita melalui kata, frasa, kalimat,
metafora macam apa berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur
kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna tersembunyi dari suatu teks.

tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yaitu :

Pertama, pandangan kaum positivismeempiris, dimana bahasa dilihat sebagai jembatan antara
manusia dengan obyek di luar dirinya.

Menurut kelompok ini, wacana diukur dengan mempertimbangkan kebenaran atau


ketidakbenaran menurut sintaksis dan semantik.

Kedua, pandangan konstruktivisme yang banyak dipengaruhi pemikiran fenomenologi. Menurut


kelompok ini, analisis wacana dimaksudkan sebagai analisis untuk membongkar maksud-maksud
dan makna-makna tertentu.

Ketiga, pandangan kritis. Menurut pandangan ini, analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai
faktor penting yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam
masyarakat terjadi.

8
Karakteristik dari analisis wacana kritis mengandung lima prinsip yaitu tindakan, konteks,
historis, kekuasaan dan ideologi. Terkait dengan tindakan, ada dua konsekuensi dalam
memandang wacana yaitu wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan untuk
mempengaruhi, mendebat, menyangga, membujuk, bereaksi dll dan wacana dipahami sebagai
sesuatu yang diekspresikan secara sadar atau terkontrol.

Terkait dengan konteks, menurut Guy Cook dalam bukunya The Discourse of Advertising
(1994), ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana : teks, konteks dan wacana.

Teks adalah semua bentuk bahasa (kata, ekspresi komunikasi, ucapan, music, gambar, efek
suara, citra dll).Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar konteks.

Wacana kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Terkait dengan historis,
analisis wacana memerlukan tinjauan mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan
seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu dst.

Terkait dengan kekuasaan, pemilik atau politisi yang kuat menentukan sumber mana atau bagian
mana yang harus diliput dan sumber dan bagian mana yang tidak perlu diliput.

Terkait dengan ideologi, analisis wacana dalam konteks berita untuk mengetahui apakah teks
yang muncul pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis,
sosialis dll (hal 14).

Analisis wacana kritis berutang budi kepada beberapa intelektual dan pemikir seperti Michael
Faucoult yang terkenal dengan teori wacana, Antonio Gramsci, sekolah Frankfurt dan Louis
Althousser.

Gramsci dikenal dengan teori hegemoninya. Althausser dikenal dengan teori ideologinya,
sedangkan orang yang berhasil menerjemahkan dengan baik teori Gramsci di satu sisi dan teori
Althusser di pihak lain dalam hubungannya dengan media adalah Stuart Hall dan koleganya dari
Center for Contemporary Cultural Studies di Brimingham, Inggris.

Setidaknya ada beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis yaitu : pertama, analisis bahasa
kritis (critical linguistics) yang diperkenalkan Halliday dari Universitas East Anglia pada tahun
1970-an.

Intisari dari critical linguistics adalah melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan
makna ideologi tertentu atau dengan kata lain pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang
dipakai mencerminkan ideologi tertentu.

Kedua, analisis wacana pendekatan Perancis dikembangkan Pecheux yang banyak dipengaruhi
Faucoult dan Althusser. Menurut Pecheaux, bahasa dan ideologi bertemu pada pemakaian bahasa
dan materialisasi bahasa pada ideologi.

9
Ketiga, pendekatan kognisi sosial yang dikembangkan Teun Van Dijk dari Universias
Amsterdam, Belanda. Menurut Van Dijk, wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas
dalam pembicaraan publik. Keempat, pendekatan perubahan sosial yang memusatkan perhatian
pada bagaimana wacana dan perubahan sosial.

Fairclough banyak dipengaruhi Foucault dan pemikiran intertekstualitas Julia Kristeva dan
Bakhtin. Menurutnya, wacana melekat dalam situasi, institusi dan kelas sosial tertentu.

Kelima, pendekatan wacana sejarah yang dikembangkan di Universitas Vienna, Austria dibawah
Ruth Wodak yang banyak dipengaruhi sekolah Frankfurt, khususnya Juergen Habermas.

Menurut Wodak, analisis wacana harus menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang
suatu kelompok atau komunitas digambarkan.

Menurut Tonny Bennet dalam Media, Reality and Signification (1982), media dipandang sebagai
agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas sesuai dengan kepentingannya.

Sedangkan, Robert A Hacket dalam “Declime of A Paradigm ?: Bias and Objectivity in News
Media Studies”, Critical Studies in Mass Communication (1984) menyatakan, bahasa tidaklah
mungkin bebas nilai, karena itu realitas hendak dibahasakan, selalu terkandung ideologi dan
penilaian.

Menurut Faucoult, eksklusi dapat dilakukan dengan pembatasan apa yang bisa dan tidak bisa
dimuat dan membuat klarifikasi mana yang boleh dan tidak boleh.

Misrepresentasi juga dapat dilakukan melalui marjinalisasi atau penggambaran yang buruk
terhadap kelompok lain melalui eufemisme (penghalusan bahasa), disfemisme (bahasa
pengasaran), labelisasi dan stereotype.

Misrepresentasi juga dapat terjadi karena delegitimasi yaitu bagaimana seseorang atau kelompok
dianggap tidak sah. Bahasa yang legitimate sering muncul melalui pemakaian jargon dan alasan-
alasan legal formal.

Menurut Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress dan Tony Trew dalam critical linguistics
melihat bagaimana tata bahasa atau grammar tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa
implikasi dan ideologi tertentu.

Theo van Leeuwen pada intinya menekankan bagaimana kelompok ditampilkan melalui media.
Ada dua cara yaitu pertama, eksklusi atau proses pengeluaran melalui pasivasi (membuat kalimat
pasif sehingga subyek menjadi kabur), nomalisasi (merubah kata kerja menjadi kata benda
dengan “pe-an”).

Kedua, inklusi atau proses pemasukan melalui deferensiasi-indiferensiasi, objektivasi-abstraksi,


nominasi-kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi (anonym karena bukti belum cukup
kuat)-indeterminasi, asimilasi (banyak)-individualisasi, dan asosiasi (glorifikasi)-disasosiasi.
10
Sara Mills banyak menulis teori wacana dari Faucoult, namun dalam perspektif feminis dengan
titik perhatian adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Sara Mills
menekankan pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KELEBIHAN BUKU

1. Dilihat dari aspek isi

Kedua buku ini, Pembahasan dan isinya lebih mudah dimengerti dan masuk akal, dan jelas
diterangkan maksud dari segala pembahasan-nya. terlebih pada buku satu yang disertai
rangkuman disetiap akhir bab yang dapat memudahkan pembaca lebih mengerti.

2. Dilihat dari aspek bahasa

kedua buku sudah menggunakan bahasa sehari – hari dan jauh dari kesulitan memahami.

3. Dilihat dari aspek cara penyampaian

dalam penyampaian hasil penelitiannya, kedua penulis telah menyampaikan dengan inspiratif
dan sesuai dengan keadaan sebenarnya dilengkapi dengan tokoh – tokoh penggagasnya.

4. Dilihat dari aspek keterangan Buku

Buku satu dan dua telah memaparkan dengan jelas keterangan dari Buku pada sisi paling
atasnya. Keterangan yang dimaksud seperti kota terbit, tahun terbit, pengarang, nama Buku, dan
penerbitnya.

5. Dilihat dari aspek cara pembuatan Buku

Kedua buku Sudah menerapkan cara pembuatan Buku dengan baik dan sesuai dengan kriteria.

3.2 KEKURANGAN ISI BUKU

1. Dilihat dari aspek contoh

Buku dua Kurang menjelaskan secara rinci contoh implementasi/ pengaplikasian-nya.

2. Dilihat dari aspek bahasa

Pada buku dua, Ada beberapa penulisan sub-sub materi dari kedua buku ini tidak dibuat dengan
point-point sehingga menyulitkan pembaca.

Sehingga, Buku yang lebih layak dan memenuhi kriteria menurut saya adalah buku satu.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kedua buku ini layak dibaca karena di dalamnya memuat wacana bahasa indonesia yang
dijelaskan dengan rinci. Setelah melihat isi buku secara keseluruhan, maka saya selaku
Pengkritik dapat menyimpulkan bahwa buku ini didalam nya di ulas dengan sangat
komprehensif. buku ini memberikan jawaban jawaban alternativ tentang bagaimana Bahasa
Indonesia yang dapat dirancang ulang agar bisa memberikan paradigma baru dalam proses
belajar mengajar. buku ini siap membuka gambaran, cakrawala pikiran kita tentang bagaimana
strategi Pembelajaran dari dulu hingga sekarang.

4.2 Saran

Hanya dengan cara dan metode tertentu pengetahuan dapat diperoleh. Ilmu pengetahuan yang
diperoleh tidak berguna bila tidak dibagi atau diberikan kepada orang lain. Ilmu pengetahuan
yang ada harus dimanfaatkan. Sebagai pembaca yang budiman kami meminta saran dan
kritikkannya agar makalah saya berikutnya dapat bermanfaat.

13

Anda mungkin juga menyukai