Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi
industry dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis dalam
kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak terbatas
akibat perkembangan internet dan teknologi digital. Era ini telah
mempengaruhi banyak aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik,
seni dan bahkan sampai ke dunia pendidikan. Mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah sa;ah satu cita-cita Indonesia. Hal ini tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang berbunyi : kemudian daripada itu
untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia.
Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui
pendidikan. Dalam Rapat Kerja Nasional 2018. Sri Mulyani saat menjadi
‘Keynote Speaker’ mengatakan “kemajuan suatu Negara untuk mengejar
ketertinggalan sangat tergantung pada tiga factor yakni pendidikan,
kualitas institusi dan kesediaan infrastruktur” (Ristekdikti, 2018).
Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan menjadi
pilar utama dalam kemajuan suatu negara. Selain itu, pendidikan sangatlah
penting untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas maka
dibutuhkan pula pendidikan yang berkulitas. Dalam UU No. 20 Tahun
2003 mengatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

1
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat”.
Adapun hubungan dunia pendidikan dengan revolusi industri 4.0.
adalah dunia pendidikan dituntut harus mengikuti perkembangan
teknologi yang sedang berkembang pesat serta memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai fasilitas lebih dan serba canggih untuk
memperlancar proses pembelajaran. Selain itu, diharapkan dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pola pikir pembelajaran
dapat bergeser dari berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
berpusat pada peserta didik (student centered). (Fauziah, 2015)
mengatakan : Teknologi informasi dan komunikasi mutakhir
memungkinkan untuk peningkatan kualitas pendidikan, perangkat lunak
pendidikan yang interaktif adalah jalan untuk memperkaya pendidikan
dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam kelas tradisional.
Selain itu, teknologi merupakan sumber daya yang bagus bagi guru
sebagai penunjang dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Peranan
teknologi dalam dunia pendidikan memang tidak terelakkan lagi.
Pemerintah pun telah mengatur kebutuhan tentang teknologi di dalam
berbagai peraturan perundang-undangan. Salah satunya tercantum dalam
Permendiknas No 16 Tahun 2007 mengenai Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, Kompetensi Pedagogik guru
SMA/SMK poin ke 5 mengatakan bahwa “Guru SMA/SMK harus
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran”. Dipertegas dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses, sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan pada poin ke 13
menyatakan bahwa “Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

2
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran”. Berdasarkan
perundang-undangan yang telah diterbitkan oleh pemerintah, menyatakan
bahwa seorang guru dituntut untuk dapat beradaptasi dengan teknologi
yang berkembang pesat agar perangkat pembelajaran serta proses belajar
mengajar terkesan inovatif dan kreatif. Menurut (Warsita, 2008, hal. 10)
“tujuan utama teknologi pembelajaran adalah untuk memecahkan masalah
belajar atau memfasilitasi kegiatan pembelajaran”. Teknologi dalam dunia
pendidikan biasanya disebut dengan e-learning.
Manfaat dari pemakaian fasilitas e-leaning adalah untuk
memperlancar proses belajar dan pembelajaran. Penggunaan e-learning
dalam pembelajaran menurut riset-riset terbaru memberikan dampak yang
positif terhadap proses dan hasil belajar (Wahyuningsih & Makmur, 2017,
hal. 2). Menurut (Karina, 2017, hal. 61) secara umum ada dua faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Minat belajar termasuk ke dalam salah satu faktor internal memiliki
hubungan erat terhadap hasil belajar. Hal ini berarti selain berdampak
positif terhadap hasil belajar, penggunaan teknologi dalam pembelajaran
dapat berdampak positif terhadap minat belajar. Menurut (Satya, 2014)
“penggunaan teknologi diharapkan dapat meningkatkan minat belajar
siswa karena proses pembelajaran yang bersifat konvensional dirasa
kurang menyenangkan dan terbilang monoton”. Selain itu, pembelajaran
yang hanya berpusat pada guru dan buku akan membuat murid bosan
dengan pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi pembelajaran salah satunya
dengan pembelajaran yang berbasis teknologi agar tampilan dan gaya
belajar lebih menarik membuat siswa terhindar dari rasa jenuh dan bosan
saat mengikuti pembelajaran. Salah satu teknologi pembelajaran yang
dapat digunakan adalah pembelajaran berbasis android, dimana siswa
dapat menggunakan aplikasi android yang kontennya sesuai dengan mata
pelajaran yang dipelajari. Hampir seluruh siswa, Selain penggunaan

3
teknologi, keanekaragaman model pembelajaran juga merupakan salah
satu alternatif dari beberapa dalam strategi pembelajaran yang hendak
disampaikan untuk menarik minat siswa terhadap pembelajaran.
Oleh karena itu, seorang guru perlu membangkitkan minat siswa agar
pelajaran yang diberikan mudah untuk dipahami. Selain itu, menurut
(Slameto, 2015) “berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan
bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa
ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap
penolakan kepada guru”. Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha
yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa.
Untuk meningkatkan minat belajar siswa, seorang guru harus merancang
dan menerapkan model pembelajaran yang tepat agar siswa lebih tertarik
dan merasa senang terhadap kegiatan pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran akuntansi perusahaan dagang. Pemilihan model pembelajaran
harus sesuai dengan tujuan kurikulum, dimana pembelajaran pada
kurikulum 2013 menekankan tentang pentingnya penerapan kemampuan
berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking (HOT). Pada kegiatan
pembelajaran yang mengembangkan HOT, guru dituntut untuk merancang
pembelajaran yang menantang, membangun kemampuan berpikir kritis,
menganalisis, menemukan, menyusun dan menerapkan langkah-langkah
pemecahan masalah, menyimpulkan dan merefleksikan.
Menurut teori pembelajaran kontekstual pembelajaran merupakan
konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata (Komalasari, 2014, hal.
6. Depdiknas dalam Komalasari (2014, hal. 80) : Belajar berbasis kerja
adalah suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran
berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di
tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai aktivitas dipadukan dengan
materi pelajaran untuk kepentingan siswa.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana minat belajar siswa sebelum diterapkan model
pembelajaran berbasis IT ?
2. Bagaimana minat belajar siswa sesudah diterapkan model
pembelajaran berbasis IT?
3. Adakah perbedaan minat belajar siswa sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran berbasis IT?
4. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis IT terhadap
minat belajar siswa?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari rumusan masalah yang diajukan
yaitu untuk mengetahui :
1. Bagaimana minat belajar siswa sebelum diterapkan model
pembelajaran berbasis IT ?
2. Bagaimana minat belajar siswa sesudah diterapkan model
pembelajaran berbasis IT?
3. Adakah perbedaan minat belajar siswa sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran berbasis IT?
4. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis IT terhadap
minat belajar siswa?

5
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam rangka menyongsong era revolusi industri jilid 4 (RI 4.0) yang sudah
di depan mata, pendidikan menjadi salah satu sektor strategis yang perlu dibenahi. Di
Indonesia, salah satu program konkretnya melalui pendidikan vokasi industri
perguruan tinggi dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Program ini diharapkan
menjadi solusi problematika mismatch atau ketidaksesuaian antara output pendidikan
dan kebutuhan dunia kerja. Data ILO menyebutkan, hanya 37 persen dari total output
pendidikan Indonesia yang well match.

Pendidikan vokasi memang masih rendah. Dari total sistem pendidikan


Indonesia, baru 5,6 persen berbasis vokasi. Sementara itu, di negara-negara maju,
pendidikan vokasi berimbang dengan persentase keilmuan dan akademik atau 50:50.
Pendidikan vokasi sebagai langkah konkret dan strategis menyongsong RI 4.0 pilihan
tepat. Namun, di tengah kompleksitas persoalan bangsa saat ini, pendidikan vokasi
belum bisa dilakukan secara menyeluruh dan serentak.

Sebagai tahap awal, pendidikan vokasi membidik SMK sebagai prioritas


karena urgensinya sebagai wadah pendidikan yang memungkinkannya menjadi
shortcut (jalan pintas) percepatan peningkatan kompetensi tenaga yang match dengan
dunia kerja. Di luar SMK dengan program resminya dari pemerintah, pendidikan
vokasional sebenarnya menjadi salah satu trending dunia pendidikan baik dalam
konteks formal maupun informal. Keahlian khusus, terlebih dalam sejumlah bidang
yang diprediksi menjadi primadona era RI 4.0 mulai diburu siswa karena memiliki
bargaining dan nilai tambah lebih besar daripada ijazah, tanpa keahlian.

6
Metode Pembelajaran Pendidikan Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri 4.0 merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh
ekonom asal Jerman, Profesor Klaus Schwab. Dalam bukunya yang bertajuk “The
Fourth Industrial Revolution”, Klaus mengungkap empat tahap revolusi industri yang
setiap tahapannya dapat mengubah hidup dan cara kerja manusia. Revolusi industri
4.0 sendiri merupakan tahap terakhir dalam konsep ini setelah tahapan pada abad ke-
18, ke-20, dan awal 1970.Setelah melalui tiga tahap evolusi industri tersebut, tahun
2018 disebut sebagai awal zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan sistem
cyber-physical. Kini berbagai industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk
konektivitas manusia, mesin, dan data yang lebih dikenal dengan nama Internet of
Things (IoT). Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, diperlukan berbagai persiapan,
termasuk metode pembelajaran pendidikan yang tepat.

Perbaikan sumber daya manusia (SDM)

Banyak hal yang harus diubah oleh negara yang ingin maju. Hal ini juga
berlaku bagi Indonesia, terlebih saat ini Indonesia tengah menghadapi era revolusi
industri 4.0 dengan tingkat persaingan yang semakin ketat. Dari sejumlah perubahan
yang harus dilakukan, perbaikan SDM adalah salah satu hal yang harus sangat
diperhatikan. Perbaikan tersebut dapat terlaksana salah satunya dengan cara
mengubah metode pembelajaran dalam dunia pendidikan yang ada. Setidaknya ada
tiga hal yang perlu diubah Indonesia dari sisi edukasi. Pertama dan yang paling
fundamental adalah mengubah sifat dan pola pikir anak-anak muda Indonesia saat ini.
Kedua, pentingnya peran sekolah dalam mengasah dan mengembangkan bakat
generasi penerus bangsa. Ketiga dan yang terakhir adalah pengembangan kemampuan
institusi pendidikan tinggi untuk mengubah model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan zaman saat ini.

Peran pemerintah dalam mengubah metode pembelajaran pendidikan

7
Pemerintah tentu saja memiliki peran yang sangat penting dalam perubahan
metode pembelajaran pendidikan yang ada di Indonesia saat ini. Fasilitas yang sesuai
dengan kebutuhan anak-anak merupakan hal yang penting untuk disediakan oleh
pemerintah. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan teknologi yang
mumpuni. Diperlukan perpindahan makna KKN menjadi Komunikasi, Kolaborasi,
dan Networking untuk membangun generasi muda Indonesia yang lebih baik. Dengan
menyediakan berbagai fasilitas yang sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman,
diharapkan anak-anak muda Indonesia dapat mengantongi bekal yang cukup dalam
menghadapi berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0 ini. Mengingat kondisi
teknologi yang selalu berubah, diperlukan kemampuan adaptasi yang tinggi agar tidak
ketinggalan zaman. Anak-anak muda Indonesia juga diharapkan mampu bersaing dan
memiliki nilai-nilainya sendiri.

Mengusung pendidikan 4.0

Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang dipakai oleh para ahli teori
pendidikan untuk menggambarkan beragam cara dalam mengintegrasikan teknologi
cyber, baik secara fisik maupun tidak, ke dalam dunia pembelajaran. Konsep ini juga
merupakan lompatan dari Pendidikan 3.0 yang lebih mencakup pertemuan ilmu saraf,
psikolofi kognitif, dan teknologi pendidikan menggunakan teknologi digital dan
mobile berbasis web. Pendidikan 3.0 sendiri merupakan bagian dari tahap ke-tiga dari
empat tahapan revolusi industri. Awal tahun 1970-an ditengarai sebagai kemunculan
perdana revolusi industri 3.0 yang ditandai dengan penggunaan elektronik dan
teknologi informasi untuk otomatisasi produksi. Debut revolusi industri generasi
ketiga ditandai pula dengan kemunculan pengontrol logika terprogram pertama
(PLC), yaitu modem 084-969.

Sistem otomatisasi berbasis komputer tersebut membuat mesin industri tak


lagi dikendalikan oleh manusia. Dampak yang dihasilkan berupa semakin murahnya
biaya produksi dan mulai digunakannya komputer dalam bidang pendidikan. Era
pendidikan 3.0 menurut menurut Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Informasi

8
Sekolah Elektronika dan Informasi ITB, Dr. Armein Z R Langi merupakan
kesempatan belajar yang dimiliki oleh orang-orang yang berselera tinggi akan
pengetahuan dan kapasitas “metabolisme” pengetahun yang tinggi pula.

Dalam hal ini, pendidikan 4.0 berada jauh di atas hal tersebut. Bahkan dalam
beberapa hal, pendidikan 4.0 merupakan fenomena yang timbul sebagai respon
terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0, di mana manusia dan mesin diselaraskan
untuk memperoleh solusi, memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, serta
menemukan berbagai kemungkinan inovasi baru yang dapat dimanfaatkan bagi
perbaikan kehidupan manusia modern.

Teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran di era revolusi


industri 4.0

Untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, diperlukan pendidikan yang


dapat membentuk generasi kreatif, inovatif, serta kompetitif. Hal tersebut salah
satunya dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai
alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat
mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Indonesia pun perlu
meningkatkan kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital.

Sudah saatnya kita meninggalkan proses pembelajaran yang cenderung


mengutamakan hapalan atau sekadar menemukan satu jawaban benar dari soal.
Metode pembelajaran pendidikan Indonesia harus mulai beralih menjadi proses-
proses pemikiran yang visioner, termasuk mengasah kemampuan cara berpikir kreatif
dan inovatif. Hal ini diperlukan untuk menghadapi berbagai perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan.

Dukungan kecerdesan buatan

Pengembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bergerak


semakin cepat dan mengalami kemajuan pesat dalam setiap bidang kehidupan
manusia. Mulai dari perawatan kesehatan, kontrol iklim dan hasil panen, hingga

9
pendidikan. Penggabungan AI dengan kecerdasan alami mansusia membuat potensi
individu bisa menjadi lebih maksimal dan memungkinkan pencapaian yang lebih
besar.

Solusi lembaga pendidikan menghadapi revolusi industri 4.0

Salah satu solusi bagi lembaga pendidikan dalam menghadapi revolusi


pendidikan 4.0 adalah dengan menggunakan Big Data. Big Data sendiri merupakan
sistem teknologi yang diperkenalkan untuk menanggulangi “ledakan informasi”
seiring dengan pertumbuhan ekosistem pengguna mobile dan data internet yang
semakin tinggi. Pertumbuhan tersebut sangat memengaruhi perkembangan volume
serta jenis data yang terus meningkat secara signifikan di dunia maya.

Big Data dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan karena dengan


penggunaannya seorang pengajar dapat meneliti dan menganalisa kemampuan anak
didik dengan mudah. Tidak hanya perindividu, namun juga salam satu kelas, tingkat
sekolah, maupun universitas. Universitas Indonesia telah memanfaatkan Big Data
dengan menggunakan scele dan siak-ng yang merupakan penerapan e-learning untuk
mempermudah pengambilan dan pengumpulan data.

Revisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai


aspek pendidikan Indonesia perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima
kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kelima kompetensi itu dianggap sebagai
modal yang sangat dibutuhkan untuk mampu bersaing dalam era revolusi industri 4.0.
Lima kompetensi tersebut adalah:

Kemampuan berpikir kritis.

1. Memiliki kreatifitas dan kemampuan yang inovatif.


2. Kemampuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik.
3. Kemampuan kerjasama

10
4. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Untuk menghadapi perkembangan zaman pada era revolusi 4.0, para pelaku
pendidikan serta kebudayaan juga harus sigap dalam menyesuaikan diri dengan
berbagai perkembangan yang ada. Diperlukan reformasi sekolah, peningkatan
kapasitas, profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana andal,
dan teknologi pembelajaran yang mutakhir untuk siap menghadapi era revolusi 4.0.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Revolusi industri 4.0 merupakan konsep yang pertama kali
diperkenalkan oleh ekonom asal Jerman, Profesor Klaus Schwab. Dalam
bukunya yang bertajuk “The Fourth Industrial Revolution”, Klaus
mengungkap empat tahap revolusi industri yang setiap tahapannya dapat
mengubah hidup dan cara kerja manusiaRevolusi industri 4.0 sendiri
merupakan tahap terakhir dalam konsep ini setelah tahapan pada abad ke-18,
ke-20, dan awal 1970.Setelah melalui tiga tahap evolusi industri tersebut,
tahun 2018 disebut sebagai awal zaman revolusi industri 4.0 yang ditandai
dengan sistem cyber-physical. Kini berbagai industri mulai menyentuh dunia
virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin, dan data yang lebih dikenal
dengan nama Internet of Things (IoT). Untuk menghadapi revolusi industri
4.0, diperlukan berbagai persiapan, termasuk metode pembelajaran
pendidikan yang tepat.
B. Saran
Apabila terdapat kekurangan dalam data-data yang penulis susun maka
penulis memohon kepada pembaca agar mwmberi masukan atau
penyempurnaan makalah ini. Adapun penulis mendapatkan sumber data yang
belum tentu sempurna.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Semantik
    Makalah Semantik
    Dokumen9 halaman
    Makalah Semantik
    Andriawan Bimatama
    Belum ada peringkat
  • CBR Bipa
    CBR Bipa
    Dokumen75 halaman
    CBR Bipa
    Andriawan Bimatama
    Belum ada peringkat
  • CJR Pragmatik
    CJR Pragmatik
    Dokumen11 halaman
    CJR Pragmatik
    Andriawan Bimatama
    Belum ada peringkat
  • Makalah Manajemen
    Makalah Manajemen
    Dokumen17 halaman
    Makalah Manajemen
    Andriawan Bimatama
    Belum ada peringkat
  • Analisis SWOT
    Analisis SWOT
    Dokumen6 halaman
    Analisis SWOT
    Andriawan Bimatama
    Belum ada peringkat
  • CBR Wacana
    CBR Wacana
    Dokumen13 halaman
    CBR Wacana
    Andriawan Bimatama
    Belum ada peringkat