Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological
Association (Organisasi Filologi Amerika) dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected
Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17.

Semantik sebagai subdisiplin linguistik muncul pada abad yang ke-19. Pada tahun 1825
seorang pakar klasik yang bernama C. Reisig mengemukakan pendapatnya tentang tata bahasa
yang dibaginya atas tiga bagian, yakni etimologi, sintaksis, dan semasiologi. Semasiologi adalah
studi tentang makna, dengan kata lain berpadanan dengan istilah semantik.

Kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna.
Istilah ini merupakan istilah baru dalam bahasa Inggris. Para ahli bahasa memberikan pengertian
semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna). Istilah lain yang pernah
digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi, semasiologi, dan semetik. Pembicaraan
tentang makna kata pun menjadi objek semantik.

Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna” diasumsikan bahwa bahasa
terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam
pengalaman dunia manusia. Selanjutnya, semantik juga berarti teori makna atau teori arti.
Batasan yang hampir sama ditemukan pula dalam Ensiklopedia Britanika (Encyclopaedia
Britanica, Vol. 20, 1965:313) yang terjemahannya “Semantik adalah studi tentang hubungan
antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktifitas
bicara.” Soal makna menjadi urusan semantik. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan
bahwa semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna. Dengan kata lain
semantik berobjekkan makna.
Untuk mengetahui secara mendalam apa yang dimaksudkan dengan istilah makna, perlu
ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut semantik. Di dalam semantik dapat diketahui,
apakah yang dimaksud dengan makna, bagaimanakah wujud makna, apakah jenis-jenis makna,
apa saja yang berhubungan dengan makna, apakah komponen makna, apakah makna berubah,
mengapa makna berubah, apakah setiap kata hanya mempunyai satu makna atau lebih,
bagaimanakah agar kita mudah memahami makna sebuah kata, semuaya dapat ditelusuri melalui
disiplin yang disebut semantik.

Kata semantik berasal dari kata adjektif bahasa Yunani semantickos yang bermaksud
‘penting’ atau ‘berarti’. Kata ‘berarti’ membawa maksud ‘makna’ yang diartikan sebagai sesuatu
peristiwa yang diharapkan (Tarigan, 1985:9). Semantik menurut Kamus Dewan Edisi Keempat
ialah kajian tentang makna perkataan dan penambahan makna sesuatu kata.

Makna boleh diberikan dengan bermacam-macam-macam pengertian lain. Ogden dan


Richard (1956) memberikan 16 pengertian makna; antaranya ialah sesuatu yang intrinsik, pokok,
kemauan dan berbagai lagi yang dapat menjelaskan bahawa makna mempunyai makna yang
ruwet.

Kesimpulannya ialah semantik dikatakan sebagian dari linguistik yang mengkaji bahasa
secara teliti. Semantik dapat dijelaskan sebagai suatu bidang yang mengkaji makna perkataan
dan ayat dalam bahasa secara ringkasnya. Kajian mengenai makna kata dapat dilihat dalam aspek
makna denotasi dan konotasi, makna dalam konteks, hubungan makna dengan kebudayaan,
perubahan makna dan bentuk-bentuk makna daripada hubungan semantik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa hakikat semantik?

3. Apa definisi dari semantik?

4. Apa manfaat dari semantik?

1.3 Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan makalah ini adalah agar para pembaca dapat
mengetahui dan mengerti hakikat dari semantik. Selain itu, apabila para pembaca membaca
makalah ini maka pembaca akan mengetahui definisi ataupun pengertian dari semantik serta
manfaat semantik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Semantik

Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari bahasa Yunani
sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang
berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini
sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik (Perancis: signe linguistique) seperti yang
dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari:

(1) Komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa.

(2) Komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu.

Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangi
adalah sesuatu yang berada diluar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.

Berdasarkan keterangan di atas, jika Anda membaca atau mendengar bunyi “sepatu”
maka bunyi “sepatu” adalah komponen yang mengartikan (komponen signifian). Komponen
signifian , yakni berupa runtunan fonem /s/, /e/, /p/, /a/, /t/, dan /u/. Dan maknanya (komponen
signifie) adalah ‘benda yang digunakan sebagai alas kaki dengan berbentuk berbeda dengan
sandal’. Sedangkan bendanya sendiri (sepatu) adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang
lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Jadi, dengan kata lain setiap tanda linguistik terdiri
dari unsur bunyi dan makna. Keduanya merupakan unsur dalam bahasa (intralingual) yang
merujuk pada hal-hal di luar bahasa (ekstralingual).

Dalam perkembangannya kemudian, kata semantik ini disepakati sebagai istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang
mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Pendapat yang berbunyi “semantik adalah studi tentang makna” dikemukakan pula oleh
Kambartel (dalam Bauerle, 1979: 195). Menurutnya, semantik mengasumsikan bahwa bahasa
terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam
pengalaman dunia manusia.

Definisi yang sama dikemukakan pula oleh George, sedangkan Verhaar (1983: 124) mengatakan
bahwa semantik berarti teori makna atau teori arti (Inggris, semantics, kata sifatnya semantic
yang dalam bahasa Indonesia dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantik
sebagai ajektiva).

Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki perbedaan
dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda tersebut justru diharapkan
dapat mengembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas cakupannya. Berikut pendapat
para ahli mengenai pengertian semantik, yaitu:

1. Charles Morrist

Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan

objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.

2. J.W.M Verhaar

Mengemukakan bahwa semantik (Inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni
cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.

3. Lehrer (1974: 1)

Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang
sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat
dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.

4. Kambartel (dalam Bauerle, 1979: 195)

Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna apabila
dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.

5. Ensiklopedia Britanika (Encyclopedia Britanica, vol.20, 1996: 313)


Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan
proses mental atau simbol dalam aktifitas bicara.

6. Dr. Mansoer Pateda

Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna.

7. Abdul Chaer

Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga) tataran
analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).

Semantik sebagai cabang ilmu bahasa memiliki hubungan yang erat dengan ketiga cabang ilmu
bahasa di atas (fonologi, morfologi, dan sintaksis). Ini berarti, bahwa makna suatu kata atau
kalimat ditentukan oleh unsur bunyi (tekanan suara dan atau nada suara atau yang lebih umum
adalah suprasegmental), bentukan kata (perubahan bentuk kata), maupun susunan kata dalam
kalimat. Dengan demikian, tidak mungkin semantik dipisahkan dari cabang linguistik lainnya
atau sebaliknya (Umar, 1982).

2.2 Hakikat Semantik

Semantik (Bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata sema, ‘tanda’)
adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode,
atau jenis representasi lain. Semantik biasanya dikontraskan dengan dua aspek lain dari ekspresi
makna: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta
pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi atau
konteks tertentu.

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa makna bahasa, khususnya makna kata,
terpengaruh oleh berbagai konteks. Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda
atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama
pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta. Makna kata juga dapat
dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa.
Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut
terhadap fenomena, benda atau peristiwa yang terjadi di luar bahasa. Dalam konteks ini,
misalnya penggunaan bahasa akan tidak sama dalam menafsirkan makna kata demokrasi karena
persepsi dan konsepsi mereka berbeda terhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata
juga dapat dibentuk oleh kaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam suatu
peristiwa ujaran.

Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya sangat bergantung
pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi oleh konteks di luar bahasa,
benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta. Kedua, kajian makna bahasa ditentukan
oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaan suatu bahasa.

Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar dalam semantik penting untuk
dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari pengertian reference. Pertama, merujuk kepada
hubungan antarkata dalam suatu sistem bahasa dilihat dari kaitan maknanya. Sedangkan yang
kedua merujuk kepada hubungan antara kata dengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa
dalam pembentukan makna kata.

Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran, dan proposisi perlu dipahami dalam
kajian semantik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan atau kalimat dengan ujaran.
Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yang sekurang-kurangnya terdiri dari
subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdiri dari satu kata, frase atau kalimat yang
diujarkan oleh seorang penutur yang ditandai oleh adanya unsur fonologis, yakni kesenyapan.
Dalam semantik kedua konsep ini memperlihatkan sosok kajian makna yang berbeda. Makna
ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik tindak tutur. Peran konteks pembicaraan
dalam mengungkapkan makna ujaran sangat penting. Sementara kajian makna kalimat lazimnya
lebih memusatkan pada konteks tatabahasa dan unsur lain yang dapat dicakup dalam tata bahasa
dalam bahasa Inggris, misalnya unsur waktu dapat digramatikakan yang terwujud dalam
perbedaan bentuk kata kerja.

Mengingat pentingnya konsep-konsep itu, kapasitas sebagai pembelajar semantik hendaknya


mencermati batasan dan penerapan konsep itu dalam kajian makna bahasa.

2.3 Manfaat Semantik


Manfaat apa yang dapat kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa
yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari. Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau
orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barang
kali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik. Pengetahuan
semantik akan memudahkan mereka dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang
tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum. Tanpa pengetahuan akan
konsep-konsep polisemi, homonimi, denotasi, konotasi, dan nuansa-nuansa makna tentu akan
sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.

Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di
Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk
dapat menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya.

Adakah manfaat semantik bagi orang awam? Tentu saja ada. Pemakaian dasar-dasar
semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh
dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada di sekelilingnya akan
diserap melalui bahasa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa semantik adalah
bidang linguistik atau cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

3.2 Saran

Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka disarankan bagi pembaca makalah ini agar
lebih memahami tentang disiplin ilmu semantik. Sebab, dengan memahami disiplin ilmu
semantik kita dapat memahami dan mengetahui apa makna dari bahasa yang disampaikan oleh
seseorang.

Selain itu, apabila kita menguasai disiplin ilmu semantik kita dapat memahami dan
memaknai segala informasi yang ada di sekeliling kita yang akan diserap melalui bahasa.

Anda mungkin juga menyukai