Pendahuluan
7. Bagaimana menyusun kalimat pada bahasa iklan yang baik dan benar ?
1.3. Tujuan
7. Mengetahui cara Menyusun kalimat pada Bahasa iklan yang baik dan benar
Pembahasan Teori
2.1 Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema (kata benda),
yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai”
atau “melambangkan”. Tanda atau lambang menurut Ferdinand de Saussure, terdiri dari
komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang
diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan
tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di
luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk. Kata semantik ini kemudian
disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan
antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.
Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti,
yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa, fonologi, gramatika, dan semantik. Dalam
analisis semantik harus juga disadari, karena bahasa itu bersifat unik, dan mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa hanya
berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan menganalisis bahasa lain. Dalam setiap
bahasa, termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau
relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa
lainnya lagi. Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Hubungan atau
relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna
(antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponim),
kelainan makna (homonim), kelebihan makna (redudansi), dan sebagainya.
Pandangan yang bermacam-macam dari para ahli mejadikan para ahli memiliki
perbedaan dalam mengartikan semantik. Pengertian semantik yang berbeda-beda
tersebut justru diharapkan dapat mngembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas
cakupannya.
1. Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti,
yakni cabang sistematik bahasa yang menyelidiki makna atau arti.
3. Lehrer; 1974: 1
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian
yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan antropologi.
Semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakan makna
apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia manusia.
7. Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3 (tiga)
tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
4. Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5. Hubungan antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan
kekuatan yang menetukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide
ini terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa).
6. Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak
membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis
yang merupakan cabang logika simbolis.
Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang
menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni ‘thought of reference’ (pikiran) sebagai
unsur yang menghadirkan makna tertentu yang
Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam studi ingustik daripada istilah untuk
ilmumakna lainnya,seperti Semiotika, semiologi, semasiologi, sememik,
dan semik.Ini dikarenakanistilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang
cukup luas,yakni mencakupmakna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk
tanda lalulintas, morse, tanda matematika,dan juga tanda-tanda yang lain
sedangkan batasan cakupan dari semantik adalah makna atauarti yang berkenaan
dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.
Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik adalah cabang imu
linguistik yang memiliki hubungan dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi.
Bahkan jugadengan filsafat dan psikologi.
Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’
terkesanlebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang
mengedepankankesopanan.
Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’
dapatmencerminkan budaya penuturnya.
C.Analisis Semantik
Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan memiliki hubungan yang erat
dengan budaya masyarakat penuturnya. Maka, suatu hasil analisis pada suatu bahasa,
tidak dapatdigunakan untuk menganalisi bahasa lain.
Contohnya penutur bahasa Inggris yang menggunakan kata ‘rice’ pada bahasa
Inggrisyang mewakili nasi, beras, gabah dan padi.
Kata ‘rice’ akan memiliki makna yang berbeda dalam masing-masing konteks
yang berbeda. Dapat bermakna nasi, beras, gabah, atau padi.
Tentu saja penutur bahasa Inggris hanya mengenal ‘rice’ untuk menyebut nasi,
beras,gabah, dan padi. Itu dikarenakan mereka tidak memiliki budaya mengolah padi,
gabah, beras dannasi, seperti bangsa Indonesia.
Kesulitan lain dalam menganalisis makna adalah adanya kenyataan bahwa tidak
selalu penanda dan referent-nya memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya,
setiap tandalingustik tidak selalu hanya memiliki satu makna.
Adakalanya, satu tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya,
duatanda lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama.
Telah dijelaskan bahwa semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji sistem makna. Jadi,
objeknya makna. Makna yang dikaji dalam semantik dapat dikaji dari banyak segi, terutama teori
atau aliran yang berbeda dalam linguistik. Teori yang mendasari dan dalam lingkungan mana
semantik dibahas membawa kita kepengenalan tentang jenis-jenis semantik.
1. Semantik Behavioris Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: Penganut
pandangan behavioris tidak terlalu yakin dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik berupa
mind, concept, dan idea: Tidak ada perbedaan esensial antara tingkah laku manusia dan
hewan: Mementingkan factor belajar dan kurang yakin terhadap faktor-faktor bawaan: dan
Mekanismenya atau determinasinya. Berdasarkan sketsa itu makna berada dalam rentangan
antara stimulus dan respon, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang
berarti ditentukan oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang
dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia.
2. Semantik Deskriptif Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan
makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul. Tidak
diperhatikan. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu orang yang mendapat
peringkat teratas dalam pertandingan tanpa memperhatikan makna sebelumnya yaitu pengatur
atau pelerai dalam persabungan ayam. Jadi, Semantik deskriptif hanya memperhatikan makna
sekarang.
3. Semantik Generatif Konsep-konsep yang terkenal dalam aliran ini adalah: Kompetensi
(competence), yaitu kemampuan atau pengetahuan bahasa yang dipahami itu dalam komunikasi:
Struktur luar, yaitu unsur bahasa berupa kata atau kalimat yang seperti terdengar: dan
Struktur dalam, yaitu makna yang berada dalam struktur luar. Aliran ini menjadi terkenal dengan
munculnya buku Chomsky tahun 1957 yang kemudian diperbarui. Teori semantic generatif
muncul tahun 1968 karena ketidak puasan linguis terhadap pendapat Chomsky. Menurut
pendapat mereka struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen. Struktur dalam tidak
sama dengan struktur semantik. Untuk menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah,
yaitu transformasi. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam
yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran
kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut transformasi.
4. Semantik Gramatikal Semantik gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji
makna yang terdapat dalam satuan kalimat. Verhaar mengatakan Semantik gramatikal jauh lebih
sulit dianalisis. Untuk menganalisis kalimat masih duduk, kakak sudah tidur tidak hanya
ditafsirkan dari kata-kata yang menyusunnya. Orang harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat
itu serta sesuatu yang ada dibalik kalimat itu. Sebuah kata akan bergesr maknanya apabila
diletakkan atau digabungkan dengan kata lain.
5. Semantik Leksikal Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada
pembahasan sistem makna ayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak terlalu sulit.
Sebuah kamus merupakan contoh yang tepat untuk Semantik leksikal: makna setiap kata
diuraikan disitu. Jadi, Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat
kata sebagai satuan mandiri.
6. Semantik Historis Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam
rangkaian waktu. Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu,
bukan perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji dalam linguistic
hoistoris. Asal-usul kata menjadi bagian studi etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-kata
berdasarkan periode atau antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain.
Misalnya dalam BI terdapat kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/ dan/
r/ berkorespondensi.
7. Semantik Logika Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-
konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang
dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang mangacu kepada kata pengkajian
makna atau penafsiran ajaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap
disebut semantik. Dalam semantik logika dibahas makna proprsi yang dibedakan dengan
kalimat, sebab kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi
yang sama. Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi
boleh benar boleh salah, dan lambang disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik
logika.
8. Semantik Struktural Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang
dipelopori oleh Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah
sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut
struktur. Struktur itu terjelma dalam unsure berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat,
dan wacana yang membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.
Bagi seorang wartawan, seorang reporter atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barang kali akan memperoleh manfaat praktis dari
mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan
menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat
umum. Tanpa pengetahuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi, denotasi, konotasi dan
nuansa-nuansa makna tertentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi
secara tepat dan benar.
Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di
Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoretis kepadanya untuk
dapat menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya.
Bagi seorang guru atau calon guru pengetahuan semantik mengenai semantik akan memberi
manfaat teoretis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoretis karena dia sebagai guru bahasa harus
pula mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik
ini akan menolong memahami dengan baik “rimba belantara rahasia” bahasa yang akan
diajarkannya itu. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya
dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya. Sorang guru bahasa, selain harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas mengenai segala aspek bahasa, juga harus
memiliki pengetahuan teori semantik secara memadai.
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.
Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna
gramatikal. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan
adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa
pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan
ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah atau makna umum dan
makna khusus. Selain pembagian tersebut, jenis makna dapat pula digolongkan ke
dalam dua jenis, yaitu (a) makna leksikal dan (b) makna kontekstual.
1. Makna Leksikal
Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna
kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalambentuk kompleks
(turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus.
Makna leksikal dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu (a) makna konseptual yang
meliputi makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna kolokatif dan makna
idiomatik.
2. Makna Konseptual
Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai
dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna
konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, atau
makna deskriptif. Makna konseptual dianggap sebagai faktor utama dalam setiap
komunikasi.
3. Makna Generik
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa
makna konseptual yang khusus atau sempit. Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah
kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa
dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan.
4. Makna Spesifik
Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan
seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.
5. Makna Asosiatif
Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak
sebenarnya. Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan
dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya
kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap.
6. Makna Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang
diucapkan atau didengar. Makna konotatif adalah makna yang digunakan untuk
mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.
7. Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca
terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan
gaya bahasa.
8. Makna Stilistik
9. Makna Kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata
di dalam lingkungan yang sama. Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-
kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika
dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang
membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata,
(c) makna dibatasi oleh kecepatan.
10. Makna Idiomatik
Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari
makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada
dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh
adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu
kesatuan dengan satu makna. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih
terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal.
11. Makna Kontekstual
Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi.
Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal
itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan.
12. Makna Gramatikal
Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah
kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari
proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi.
13. Makna Tematikal
Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik
melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
14. Realasi makna adalah hubungan antara makna yang satu dengan makna kata
yang lain. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu
(4) inklusi.
Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki
makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang
disebut sinonimi.
1. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang
satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya
relasi makna yang disebut antonimi.
2. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki
makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna
berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi
dan polisemi.
3. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup
beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang
disebut hiponimi.
15. Sinonimi adalah nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sinonimi yaitu suatu
istilah yang mengandung pengertian telaah, keadaan, nama lain.
Contoh: pintar, pandai, cerdik, cerdas, cakap, mati, meninggal, berpulang, mangkat
wafat
Sinonimi tidak mutlak memiliki arti yang sama tetapi mendekati sama atau mirip. Hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya sinonimi adalah penyerapan kata-kata asing,
penyerapan kata-kata daerah, makna emotif dan evaluatif. Kata bersinonimi tidak dapat
dipertukarkan tempatnya karena dipengaruhi oleh
Homonimi yang homograf dan homofon adalah sama bunyi sama bentuknya.
Contoh:
padan = banding
padan = batas
padan = janji
padan = curang
padan = layar
Homonimi yang tidak homograf tetapi homofon adalah bentuknya tidak sama
tetapi bunyinya sama.
Contoh:
sangsi = ragu
sanksi = akibat
syarat = janji
Homonimi yang homograf tidak homofon sama bentuk tetapi tidak bunyinya.
Contoh: teras = hati kayu atau bagian dalam kayu teras = pegawai utama
teras = bidang tanah datar yang miring atau lebih tinggi dari yang lain
Contoh:
laki-laki = perempuan
kaya = miskin
ayah = ibu
19. Oposisi gradual yaitu penyimpangan dari oposisi kembar antara dua istilah yang
berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Contoh: kaya dan miskin, besar
dan kecil
Pada kata tersebut terdapat tingkatan (gradual) sangat kaya – cukup kaya – kaya –
miskin – cukup miskin – sangat miskin, sangat besar – lebih besar – besar – kecil –
lebih kecil – sangat kecil.
20. Oposisi majemuk yaitu oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari
dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih.
1. Oposisi relasional yaitu oposisi antara dua kata yang mengandung relasi
kebalikan, relasi pertentangan yang bersifat saling melengkapi.
2. Oposisi hirarkis, oposisi ini terjadi karena setiap istilah menduduki derajat yang
berlainan. Oposisi ini pada hakikatnya sama dengan oposisi majemuk. Kata-kata yang
beroposisi hirarkis adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang,
dan isi), satuan hitungan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya.
Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai
pantai
4. Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau
kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti.
5. Kata berhomonimi adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya.
bisa = racun
Sedangkan polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari
satu atau kata yang memiliki makna berbeda-beda tetapi masih dalam satu arti.
Contoh: kepala
2. bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan yang merupakan hal yang
penting
6. Dua cara untuk menentukan bahwa suatu kata tergolong polisemi atau homonimi,
pertama melihat etimologi atau pertalian historisnya. Kata buku misalnya, adalah
homonimi yakni
(1) buku yang merupakan kata asli bahasa Indonesia yang berarti ‘tulang sendi’
(2) buku yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti ‘kitab, pustaka’.
Kedua, dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar.
1. Hiponimi ialah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau dalam
suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain.
2. Hiponimi adalah semacam relasi antarkata yang berwujud atas bawah, atau
dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Kelas atas mencakup
sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen
yang mencakup dalam kelas atas. Contoh: Januari, Februari, Maret, April hiponimi dari
kata bulan. Kelas atas disebut hipernim, contohnya, ikan hipernimnya tongkol, gabus,
lele, teri.
Semantik adalah studi tentang makna. Ini adalah subjek yang luas dalamstudi umum
bahasa. Pemahaman semantik sangat penting untuk mempelajari bahasa akuisisi
(bagaimana pengguna bahasa memperoleh makna, sebagai pembicara dan penulis,
pendengar dan pembaca) dan perubahan bahasa (bagaimana mengubahmakna dari
waktu ke waktu). Sangat penting untuk memahami bahasa dalam kontekssosial, karena
ini cenderung mempengaruhi arti, dan untuk memahami jenis bahasaInggris dan efek
gaya.
Oleh karena itu salah satu konsep yang paling mendasar dalam linguistik. Kajian
semantik meliputi studi tentang bagaimana makna dibangun, diinterpretasikan,
diklarifikasi, tertutup, ilustrasi, disederhanakandinegosiasikan, bertentangan
dan mengulangi.Makna bahasa, khususnya makna kata, terpengaruh oleh
berbagai konteks.Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek
di luar bahasa.Dalam konsepsi ini, kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada
benda- benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.
Makna kata juga dapatdibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi
dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentukannya berkait dengan pengetahuan
atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena, benda atau peristiwa
yang terjadi diluar bahasa. Dalam konteks ini, misalnya penggunaan bahasa akan tidak
sama dalammenafsirkan makna kata demokrasi karena persepsi dan konsepsi mereka
berbedaterhadap kata itu. Selain kedua konsepsi itu, makna kata juga dapat dibentuk
olehkaitan antara stimulus, kata dengan respons yang terjadi dalam suatu
peristiwaujaran.Beranjak dari ketiga konsepsi ini maka kajian semantik pada dasarnya
sangat bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa dipengaruhi
olehkonteks di luar bahasa, benda, objek dan peristiwa yang ada di alam semesta.
Kedua,kajian makna bahasa ditentukan oleh konteks bahasa, yakni oleh aturan
kebahasaansuatu bahasa.Uraian di atas menunjukkan bahwa beberapa konsep dasar
dalam semantik penting untuk dipahami. Contoh, pengertian sense berbeda dari
pengertian reference.
Pertama, merujuk kepada hubungan antar kata dalam suatu sistem bahasa dilihat
darikaitan maknanya. Sedangkan yang kedua merujuk kepada hubungan antara
katadengan benda, objek atau peristiwa di luar bahasa dalam pembentukan makna
kata.Begitu pula dengan pengertian tentang kalimat, ujaran dan proposisi perludipahami
dalam kajian antik. Dalam keseharian, kerap tidak kita bedakan ataukalimat dengan
ujaran. Kalimat sebagaimana kita pahami satuan tata bahasa yangsekurang-kurangnya
terdiri dari subjek dan predikat. Sedangkan ujaran dapat terdiridari satu kata, frase atau
kalimat yang diujarkan oleh seorang penutur yang ditandaioleh adanya unsur fonologis,
yakni kesenyapan. dalam semantik kedua konsep inimemperlihatkan sosok kajian
makna yang berbeda. Makna ujaran, misalnya lebih banyak dibahas dalam semantik
tindak tutur. Peran konteks pembicaraan dalammengungkapkan makna ujaran sangat
penting. Sementara kajian makna kalimatlazimnya lebih memusatkan pada konteks
tatabahasa dan unsur lain yang dapatdicakup dalam tata bahasa dalam bahasa Inggris,
misalnya unsur waktu dapatdigramatikakan yang terwujud dalam perbedaan bentuk
kata kerja.Beberapa daerah yang penting dari teori semantik atau ajaran yang
dipelajarisematik diantaranya yaitu:
*Konsepsi makna
* Pragmatik
* Ambiguitas
* Semantic bidang
* Epistemologi