Anda di halaman 1dari 17

semantik

TIO ANDIKA 11190120000057


NADIYAH SALSABILA 11190120000079
DILLA DINIYA MAULIDA 11190120000053
01 PENGERTIAN
SEMANTIK 02 JENIS-JENIS
MAKNA DALAM
SEMANTIK

PENGERTIAN

03 SEMANTIK
MENURUT PARA
AHLI
04 UNSUR-UNSUR
SEMANTIK

HUBUNGAN

05 JENIS-JENIS
SEMANTIK 06 SEMANTIK
DENGAN
SUBSISTEM KAJIAN
BAHASA LAIN
01
PENGERTIAN SEMANTIK
Semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). “Semantik” pertama kali
digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian
disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda
linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu
tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan
semantik (Chaer, 1994: 2). Semantik (dari bahasa Yunani: semantikos, memberikan tanda, penting, dari kata
sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajariarti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode,
atau jenis representasi lain. Dengan kata lain,semantik adalah pembelajaran tentang makna. Semantik
biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain:sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih
sederhana, serta pragmatik,penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu. Contoh :

Uang = Duit
Besar = Gede
 
Pada kata uang dan duit memiliki makna yang sama, namun dapat menunjukkan identitas kelompok yang
menggunakannya. Dalam analisis semantic harus disadari bahwa bahasa adalah bersifat unik, dan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan dengan budaya masyarakat pemakaiannya maka analisis semantic suatu
bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalsis bahasa lain.
02
PENGERTIAN
SEMANTIK
MENURUT
PARA AHLI
Dan Menurut para ahli, semantik memiliki beberapa pengertian, diantara lain :

a. Menurut Ferdinand de saussure (1966)


Mengemukakan semantik yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2)
komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan tanda atau lambang,
sedangkan yang ditandai atau atau yang dilambanginya adalah sesuatu yang berbeda diluar bahsa yang lazim disebut referen atau hal
yang ditunjuk.

b. Menurut Tarigan (1985: 2)


Mengatakan bahwa semantik dapat dipakai dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Semantik dalam arti sempit dapat
diartikan sebagai telaah hubungan tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut.

c. Menurut Verharr (2001: 384)


Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu semantik gramatikal dan semantik leksikal. Istilah semantik ini digunakan para ahli bahasa untuk
menyebut salah satu cabang ilmu bahsa yang bergerak pada tataran makna atau ilmu bahsa yang mempelajari makna.

d. Menurut Chaer (2009: 6-11)


Semantik berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa yang menjadi objek penyelidikan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu (1)
semantik leksikal yang merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah leksikon dari suatu bahsa, (2) semantik gramatikal
yang merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna gramatikal dari tataran morfologi, (3) semantik
sintaksikal yang merupakan jenis semantik yang sasaran penyelidikannya bertumpu pada hal-hal yang berkaitan dengan sintaksis, (4)
semantik maksud yang merupakan jenis semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahsa, seperti metafora,
ironi, litotes, dan sebagainya.
e. Menurut Charles Morrist
Mengemukakan bahwa semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan objek objek yang merupakan
wadah penerapan tanda-tanda tersebut”.

f. Menurut J.W.M Verhaar; 1981:9


Mengemukakan bahwa semantik (inggris: semantics) berarti teori makna atau teori arti, yakni cabang sistematik bahasa
yang menyelidiki makna atau arti.

g. Menurut Lehrer; 1974: 1


Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang kajian yang sangat luas, karena turut
menyinggung aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan
antropologi.
03
JENIS-JENIS
SEMANTIK
Telah dijelaskan bahwa semantik adalah disiplin linguistik yang mengkaji sistem makna. Jadi, objeknya
makna. Makna yang dikaji dalam semantik dapat dikaji dari banyak segi, terutama teori atau aliran yang
berbeda dalam linguistik.  
Teori yang mendasari dan dalam lingkungan mana semantik dibahas membawa kita kepengenalan tentang
jenis-jenis semantik;

1. Semantik Behavioris
Para penganut aliran behavioris memiliki sikap umum: Penganut pandangan behavioris tidak terlalu yakin
dengan istilah-istilah yang bersifat mentalistik berupa mind, concept, dan idea

2. Semantik Deskriptif
Semantik deskriptif yaitu kajian semantik yang khusus memperlihatkan makna yang sekarang berlaku.
Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul. Tidak diperhatikan.

3. Semantik Generatif
Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari
struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan
dengan suatu proses yang disebut transformasi.  

4. Semantik Gramatikal  
Semantik gramatikal adalah studi simentik yang khususnya mengkaji makna yang terdapat dalam satuan
kalimat.
5. Semantik Leksikal
 Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna ayang
terdapat dalam kata.

6. Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu. Studi
semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan perubahan bentuk kata.

7. Semantik Logika
Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik

8. Semantik Struktural
Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan
struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur
04
JENIS-JENIS
MAKNA DALAM
SEMANTIK
Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal


makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat
indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita (Chaer, 1994).
makna gramatikal ini adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses
afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi (Chaer, 1994).

2.Makna Referensial dan Nonreferensial


Perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata
itu. Bila kata mempunyai referen (yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu) maka kata tersebut
bermakna referensial. Jika kata tidak mempunyai referen, maka kata tersebut bermakna nonreferensial.

3. Makna Denotatif dan Konotatif


Kedua makna ini dibedakan berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem Makna denotatif
pada dasarnya sama dengan makna referensial yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut indera
atau pengalaman lainnya
4. Makna Kata dan Makna Istilah
Berdasarkan ketepatan maknanya dikenal makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna
khusus. Setiap kata atau leksem memiliki makna, namun dalam penggunaannya makna kata itu baru
menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya

5. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif  


makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa
pun.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan
kata itu dengan sesuatu yang berada di luar Bahasa

6. Makna Idiomatikal dan Peribahasa  


Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat ”diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik
secara leksikal maupun secara gramatikal

7. Makna Kias
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah arti kiasan digunakan sebagai oposisi dari arti sebenarnya.
Oleh karena itu, semua bentuk bahasa (baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti
sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan. Jadi, bentuk-
bentuk seperti puteri malam dalam arti ’bulan’, raja siang dalam arti ’matahari’.
05
UNSUR-UNSUR
SEMANTIK
Berikut ini terdapat tiga (3) unsur-unsur semantik, terdiri atas:

1. Konsep
Ambil salah satu kalimat, “saya pergi ke pasar.” Kalimat ini terdiri dari 4 unsur atau kata. Kita perhatikan
unsur atau kata saya. Kalau ada seseorang berkata saya, demikian pula dengan kata pasar. Kalau orang
berkata pergi , terbayang adalah kegiatan pergi, kegiatan pergi yang dilakukan seseorang yang disebut saya.
Dengan demikian kata-kata saya, pergi, ke, dan pasar, semuanya mempunyai konsep di dalam otak kita.
Konsep kata saya adalah orang pertama bentuk hormat kalau orang sedang berkomunikasi dengan kawan
bicara dalam BI. Konsep kata saya berbeda dengan konsep kata engkau, ia, kami, dan kamu.

2. Tanda
Tanda dapat dikatakan leksem yang secara langsung dapat diikuti bentuk lain, misalnya tanda baca, tanda
bagi, tanda bukti, tanda elipsis, tanda gambar, yakni gambar yang digunakan sebagai tanda atau lambang

3. Lambang
Lambang (symbol) adalah unsur bahasa yang bersifat arbitrer dan konvensional yang mewakili hubungan
objek dan signifikasinya (cf. Lyons,I, 1997:100).
06
HUBUNGAN SEMANTIK DENGAN
SUBSISTEM KAJIAN BAHASA
LAIN
Hubungan semantik dengan fonologi.
Fonologi adalah subsistem kajian linguistik dibidang bunyi bahasa. Fonologi dapat dirinci lagi menjadi fonetik dan fonomik.
Fonemik mempunyai hubungan yang lebih erat dengan semantik dari pada semantik dengan fonemik. Fonemik mengkaji makna
yang berperan sebagai pembeda makna sedangkan fonetik mengkaji bunyi bahasa tanpa memperhatikan perannya sebagai
pembeda makna (Samsuri, 1994: 91—45).

Hubungan semantik dengan morfologi.


Hubungan semantik dengan morfologi terlihat jelas dalam proses morfologis. Proses morfologis tu mencakup transposisi, afiksasi,
reduplikasi, dan komposis. Dalam proses morfologi itu, terjadi perubahan makna satuan bahasa itu.

Hubungan semantik juga terdapat dalam proses reduplikasi.


Proses reduplikasi adalah proses pembentukan kaa dengan mengulang satu bentuk bahasa dalam pengulangan bentuk bahasa,
bentuk bahasa bisa langsung diulang atau diberi afiks terlebih dahulu.

Semantik berhubungan dengan sintaksis.


Sintaksis adalah subsistem linguistik yang mengkaji struktur intraklimat. Konteks kalimat menentukan makna suatu leksem.

Semantik juga berhubungan dengan wacana.


Wacana adalah kajian linguistik yang membshas hubungan antar kalimat. Jalinan kalimat satu dengan yang lain yang serasi akan
membentuk makna.Semantik juga berhubungan dengan pragmatik. Pragmatik mengkaji makna satuan bahasa dari tiga sisi, yaitu
kalimat yang diucapkan atau ditulis, acuan kalimat itu, dan konteks non linguistik. Agar dapat memahami maka satuan bahasa
secara pragmatik, satuan bahasa itu perlu dipahami berdasarkan makna leksikal dan makna gramatikal.

Anda mungkin juga menyukai