Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu satu dari tiga tataran
analisis bahasa: Fonologi, gramatikal, dan semantik. Kata semantik disepakati sebagai istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik Yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik tengan
hal-hal yang ditandainya, atau dengan kata lain, Bidang studi dalam linguistic yang mempelajari
makna atau arti dalam bahasa. Semantik adalah cabang linguistic Yang mempunyai hubungan erat
dengan ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi atau antropologi, bahkan juga Dengan filsafat dan
psikologi. Sosiologi mempunyai kepentingan dengan semantic karena sering dijumpai Kenyataan
bahwa penggunaan kata-kata tertentu untuk mengatakan sesuatu makna dapat menandai identitas
Kelompok dalam masyarakat.
Keyword: semantik, makna, jenis semantik, manfaat semantik
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1. Latar Belakang....................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Tujuan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
1.2.1. Hakikat Semantik .............................................................................
1.2.2. Hakikat makna ....................................................................................
2.2.1. Aspek aspek makna ..............................................................................
2.2.2. Sejarah dan ruang lingkup kajian semantik.................................................
3.3.1. Faktor faktor yang mempengaruhi semantik.........................................
3.3.2. Hubungan semantik dengan ilmu lain.................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................
A. Simpulan..............................................................................................
B. Saran....................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui dan mengerti apa semantik.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk semantik.
3. Mengetahui Faktor apa saja yang mempengaruhi semantik.
BAB II
PEMBAHASAN
Orang harus menafsirkan keseluruhan isi kalimat itu serta sesuatu yang ada dibalik kalimat itu.
Sebuah kata akan bergesr maknanya apabila diletakkan atau digabungkan dengan kata lain.
Semantik Leksikal
Semantik leksikal adalah kajian simentik yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna
ayang terdapat dalam kata. Semantik leksikal tidak terlalu sulit. Sebuah kamus merupakan contoh
yang tepat untuk Semantik leksikal: makna setiap kata diuraikan disitu. Jadi, Semantik leksikal
memperhatikan makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai satuan mandiri.
Semantik Historis
Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu. Studi
semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan perubahan bentuk kata.
Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji dalam linguistic hoistoris.
Asal-usul kata menjadi bagian studi etimilogi. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan
periode atau antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain. Misalnya dalam BI
terdapat kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/ dan/ r/ berkorespondensi.
Semantik Logika
Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi
simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika
seperti yang berlaku dalam matematika yang mangacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran
ajaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap disebut semantik.
Dalam semantik logika dibahas makna proprsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab kalimat yang
berbeda dalam bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah
kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan lambang
disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.
Semantik Struktural
Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh Saussure.
Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan
struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam
unsure berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya menjadi
kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.
Faktor ini dapat dirinci menjadi factor objek, faktor institusi, faktor ide, dan faktor konsep ilmiah.
Sebagai contoh factor objek, kata wanita yang sebenarnya berasal dari kata betina. Kata betina selalu
dihubungkan dengan hewan. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina lalu fonem /b/
merubah menjadi /w/ sehingga menjadi wanita. Dan kata wanita ini berpadanan dengan kata
perempuan dan sekarang orang tidak lagi menghubungkan kata wanita dengan kata hewan.
c. Faktor Sosial
Perubahan makna yang disebabkan karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan Makna
kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang yang
berkumpul atau kerumunan orang tapi kemudian kata ini tidak disukai lagi sebab selalu dihubungkan
dengan pemberontak atau pengacau. Sebelum tahun 1945 orang dapat saja berkata “ Gerombolan laki-
laki menuju pasar”, tetapi setelah tahun 1945 apalagi dengan munculnya pemberontak maka kata
gerombolan enggan digunakan bahkan ditakuti.
d. Faktor Psikologi
Faktor psikologi ini dapat dirinci lagi menjadi factor emosi dan kata-kata tabu. Sebagai contoh dari
factor tabu misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu makna kata bangsat dihubungkan dengan
binatang yang biasa menggigit jika kita duduk di kursi rotan karena binatang itu hidup di sela-sela
anyaman rotan. Sekatang kalau orang marah lalu mengatakan, “ Hei bangsat, kenapa hanya duduk?”
maka kata bangsat disini tidak lagi diartikan sebagai binatang kecil tapi manusia yang malas yang
kelakuannya menyakitkan hati, sehingga ada perubahan makna pada kata tersebut.
Perubahan bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh
interaksi antara sesame bangsa. Itu sebabnya pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia juga
tidak dapat dihindarkan. Pengaruh itu misalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu pada kata keran yang
berasal dari bahasa Inggris crank yang kemudian dalam bahasa Indonesia bermakna keran yang
artinya pancuran air ledeng yang dapat dibuka dan ditutup. Tetapi kalimat “ Engkau masuk
departemen dan dapat membuka keran untuk kemajuan daerah kita”. Makna keran tidak lagi katup
penutup tapi lebih banyak dikaitkan dengan anggaran.
Dapatkah dibedakan semantik dan pragmatik pada bahasa natural? Menurut Jerold Katz, kita tidak
bisa menggunakan definisi semantik menurut Carnap untuk studi hubungan „kata-dunia luar‟, tetapi
bisa mendefinisikannya dengan studi makna linguistik konvensional menurut jenis ekspresi. Katz
berpendapat fenomena pragmatik adalah hal di mana pengetahuan tentang konteks suatu ujaran
memegang peranan bagaimana ujaran itu dimengerti. Sementara itu semantik menangani apa yang
akan diketahui pembicara ideal tentang makna kalimat ketika tidak terdapat informasi dalam
konteksnya (dalam Recarnati, 2006:447). Oleh karena adanya pengertian tersebut, disepakati
pengetahuan linguistik murni tidak cukup untuk menentukan keadaan kebenaran suatu ujaran. Apakah
imperative mood (bentuk perintah)? Misalnya pada kalimat “You will go to the store tomorrow at 8”;
“Will you go to the store tomorrow at 8?”; dan “Go to the store tomorrow at 8”. Perbedaan antara
ketiga kalimat tersebut adalah terletak di bidang pragmatik yang berhubungan dengan illocutionary
act yang dilakukan dalam ujaran. Jadi imperative mood menandakan keadaan si pembicara dalam
mengucapkan kalimat, yaitu melakukan illocutionary act jenis directive (Recanati, 2006: 447).
Dipandang dari segi teori speech act, semantik bekerja dengan makna ekspresi konvensional,
sementara makna kalimat merupakan potensi speech act-nya. Pragmatik melaksanakan studi speech
acts, semantik memetakan kalimat menuju jenis speech act yang harus dilaksanakan. Dengan
demikian terjadi dua disiplin ilmu dasar dalam studi bahasa yaitu sintaks dan pragmatik. Semantik
mensyaratkan baik sintaks maupun pragmatik. Hal ini berlawanan dengan pandangan Carnapian, di
mana semantik hanya mensyaratkan sintaks saja. Menurut teori speech act, semantik tidak
mempunyai kekuasan mandiri dibandingkan dengan pragmatik. Seperti perkataan dari Searle yang
dikutip oleh Katz (dalam Recanati, 2006: 448), tidak ada jalan untuk memperoleh makna kalimat
tanpa mempertimbangkan perannya dalam komunikasi, karena keduanya perlu digabung. Sintaks
dapat dipelajari sebagai sistim formal tanpa bergantung pada penggunaannya, tetapi begitu kita
berusaha memperoleh makna, demi kompetensi semantik. Pendekatan formal murni ini runtuh karena
tidak mampu mencatat fakta bahwa kompetensi semantik umumnya adalah masalah menguasai
bagaimana cara bicara, terutama bagaimana melaksanakan speech act. Ada dua teori mengenai
semantik versus pragmatik. Teori pertama berpendapat hubungan semantik dan pragmatik lebih
daripada sekedar tumpang tindih. Hal ini disebabkan setiap ekspresi mempunyai makna kondisi
pemakaian. Pada teori pertama ini, mengatakan kalimat merupakan potensi tindak tutur, dan semantik
merupakan sub-bagian dari tindak tutur (speech act). Teori kedua, berpendapat bahwa semantik
merupakan disiplin mandiri yang memetakan kalimat ke jenis pikiran yang diekspresikan, atau jenis
keadaan yang digambarkan. Teori apapun yang kita akui, semantik dan pragmatik saling tumpang-
tindih sampai suatu kondisi tertentu .
Apa perbedaan semiotika dan semantic? Jelaskan? Semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang
berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda secara
umum seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Semiotika biasanya didefinisikan sebagai teori
filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari
sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Sedangkan tokoh yang
merumuskan teori ini ada dua yakni Charles sander pearce tentang hubungan triadic antara ikonitas,
indeksitas dan simbolitas dengan istilah semiotika dan sedangkan Ferdinand Saussure melalui
dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis.
Saussure dengan istilah semiologi. Sedangkan semantik sebagai cabang ilmu bahasa yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang
ditandainya (makna). Istilah lain yang pernah digunakan hal yang sama adalah semiotika, semiologi,
semasiologi, dan semetik. Semantik mengandung pengertian studi tentang makna dengan anggapan
bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantic merupakan bagian dari linguistik. Semantic
sebenarnya merupakan ilmu tentang makna, dalam bahasa Inggris disebut meaning. Kata semantic
sendiri berasal dari bahasa Yunani. Yaitu sema (kata benda) yang berarti “menandai” atau “lambang”.
Kata kerjanya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Kemudian semantic
disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam bidang linguistic untuk memelajari hubungan antara
tanda-tanda linguistic dengan sesuatu yang ditandainya.
Dimana letak relasi antara ilmu semiotika dan semantic? Semiotika adalah : untuk memahami tanda-
tanda yang berserakan disekitar manusia. Dari perspektif semiotika, semua hal bisa dikategorikan
tanda, termasuk tanda-tanda yang terdapat dalam struktur bahasa (lebih cenderung pada aspek
diakronis daripada sinkronis). Sedangkan semantic lebih ke aspek Bahasa (linguistik) merupakan alat
ekspresi dan komunikasi manusia. Manusia bisa menjelaskan pada sesamanya ide-ide, konsep-konsep,
dan bahkan sesuatu yang dinamakan tanda dengan perantara bahasa (lebih mengarah pada aspek
sinkronis bahasa/langue “kesejamanan” daripada aspek diakronis bahasa dan parole). Maka, relasi
atau kaitan posisi semantik dengan Semiotik, Linguistik adalah : sebagai tanda (dilalah) untuk
kemudian dikategorikan dan diklasifikasi oleh semiotik, diekspresi-komunikasikan melalui ide,
gagasan atau konsep-konsep oleh semantik (linguistic)
Sosiolinguistik merupakan subdisiplin linguistik yang berkaitan dengan sosiologi dalam masyarakat.
Kajian sosiolinguistik mencangkup bagaimana suatu bahasa sangat berhubungan dengan kondisi
masyarakat/pengguna bahasa dalam sebuah komunitas tertentu. Penggunaan bahasa pada suatu
komunitas masyarakat dengan komunitas masyarakat lain bisa berbeda satu sama lain bergantung
pada faktor-faktor sosial di dalamnya (Aitchison, 1992).
Hubungan antara semantik, pragmatik dan sosiolinguistik bisa ditarik benang lurus berdasarkan
masing-masing definisinya. Semantik dan pragmatik, keduanya merupakan kajian tentang makna
bahasa, hanya saja berbeda objek kajianya. Semantik, kajian makna bahasa sesuai hubungan
kontekstual (makna bahasa satu dengan makna bahasa lainnya tanpa pengaruh dari situasi ujar,
penutur, penutur), dan ketika sudah memasuki ranah pragmatik, makna bahasa tersebut akan dikaji
sesuai dengan situasi ujar dan bagaimana bahasa tersebut digunakan dalam komunikasi nyata.
Pragmatik dan sosiolinguistik, hubungannya sama-sama mempelajari bagaimana suatu makna bahasa
itu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dalam masyarakat atau komunitas tertentu.
Hubungan Semantik dengan ilmu lainnya :
Fonologi membahas tentang bunyi. Jadi hubungan semantik dengan fonologi yaitu dimana
membahas tentang perbedaan bentuk maka berbeda pula maknanya.
Dari contoh no 2 secara bahasa itu salah, tetapi secara sastranya itu benar. Perbedaan bahasa
dengan sastra yaitu, bahasa berdasarkan proses sedangkan sastra berdasarkan historis atau sejarah.
Jadi, hubungan semantik dengan morfologi yaitu dimana kata tersebut mempunyai makna tersendiri.
Sintaksis yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang susunan kata dan kalimat. Contohnya:
Berdasarkan contoh diatas secara sintaksis benar, tetapi secara semantik memiliki makna yang
berbeda. Jadi hubungan semantik dengan sintaksis yaitu, apabila susunan kata dan kalimatnya berbeda
maka maknanyapun juga berbeda.
Pragmatik yaitu kata yang tidak sebenarnya tetapi mengandung arti. Pragmatik lebih menuju
ke ujaran seseorang. Prinsip pragmatik yaitu bahasa tidak ada yang salah, tetapi kita mencari
kesalahan yang berbahasa atau pengguna bahasa tersebut. Tujuan pragmatik adalah supaya lawan
bicara kita tidak tersinggung dengan ucapan sang penutur.
Hubungannya adalah fisik seseorang mempengaruhi bahasa, jadi apa bila seseorang tersebut
fisik atau kejiwaan seorang penutur tidak baik, maka bahasanya pun tidak baik sehingga apa yang
akan diucapkan pun tidak tersampaikan maknanya.
Hubungannya yaitu apabila di dalam teks wacana ada satu teks yang hilang maka makna teks tersebut
maknanya akan berbeda.
Secara konsep stilistika seperti bola, dari awal kembali ke awal. Maksudnya yaitu tidak boleh
membenarkan dan tidak boleh menyalahkan. Kita harus mengkajinya terlebih dahulu secara sastra
yang berdasarkan pandangan linguistik supaya tidak terjadi penyimpangan makna.
Makna stilistik juga berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek
terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya
sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna
stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa.
Berdasarkan penjelasan di atas, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa hubungan semantik
dengan ilmu lainnya itu berkaitan dengan makna yang ingin disampaikan kepada seorang pengguna
bahasa.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1) Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam studi
linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi makna, erubahan
makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah subdisiplin linguistik yang
membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.
a. Semantik Behavioris
b. Semantik Deskriptif
c. Semantik Generatif
d. Semantik Gramatikal
e. Semantik Leksikal
f. Semantik Historis
g. Semantik Logika
h. Semantik Struktural
3) Dalam kita memahami dan menguasai semantik, akan mempermudah dan memperlancarkan kita
dalam pembelajaran bahasa. Misalnya dalam mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya kedua
bidang bahasa ini saling berhubungan dan menunjang satu sama lain. Bagi pelajar sastra, pengetahuan
semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari.
Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis, maupun
praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami dengan lebih baik
bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.
4) Hubungan semantik dengan ilmu lain dibagi menjadi beberapa sebagai berikut :
B. Saran
Sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu tentang semantik sangatlah kita perlukan dalam kehidupan
sehari- hari. Maka dari itu saya sarankan kepada para pembaca semua agar terus mempelajari
semantik. Karena semantik mempunyai banyak manfaat, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.