A. Pendahuluan
Salah satu ilmu pengetahuan kebahasaan yang
ber- kembang pesat dewasa ini adalah semantik.
Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti
‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah
‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘me-lambang-
kan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini
adalah tanda- tanda linguistik (Perancis : signé
linguistique).
Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda
lingustik terdiri dari : 1) Komponen yang
menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2)
Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen
pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau
lambang, dan sedangkan yang ditandai atau
dilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar
bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent /
acuan / hal yang ditunjuk.
Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam
studi ingustik daripada istilah untuk ilmu makna
lainnya,seperti Semiotika, semiologi,
semasiologi,sememik, dansemik. Ini dikarenakan
istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan
objek yang cukup luas,yakni mencakup makna tanda
Pengantar Semantik & Pragmatik 1
atau lambang pada umumnya.
Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik
B. Defnisi Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Yunani “Sema” yang berarti tanda atau
lambang. Kata kerjanya adalah ’semaino’ yang
berarti menandakan atau melambangkan. Tarigan
mengemukakan bahwa semantik adalah ilmu yang
menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan
obyek-obyek (benda) yang merupakan wadah pe-
nerapan tanda-tanda tersebut.
Aminuddin (1988:15) mengatakan bahwa
semantik semula berasal dari bahasa Yunani yang
mengandung makna to signify atau memaknai.
Sebagai istilah teknis, semantik mengandung
pengertian “studi tentang makna”. Chaer (2009:2)
mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain
semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang
makna atau tentang arti.
Semantik berarti teori makna atau teori arti, yakni
cabang s i st e m at i k b a h as a ya n g m e n ye l i
di k i m a k na a ta u ar t i (Ve rh aa r ,1 98 1 :9 ).
K a mb ar te l d al a m ba ur e k (1 9 79 :1 95 )
semasemantikntik mengansumsikan bahwa bahasa terdiri dari
C. Defnisi
Pragmatik
Seorang filosof dan ahli logika, Carnap (1938),
menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari
konsep-konsep abstrak. Pragmatik mempelajari
hubungan konsep yang merupakan tanda.
Selanjutnya Rudolf Carnap mengatakan bahwa
pragmatik adalah ilmu yang menelaah “hubungan
tanda- tanda dengan para penafsir atau
interpretator. Pragmatik
D. Perkembangan Pragmatik
Jangkauan linguistik yang semakin luas
menyebabkan berubahnya pandangan mengenai
hakikat bahasa dan mengenai batasan linguistik.
Para strukturalis yakin sekali bahwa linguistik adalah
termasuk ilmu eksakta dan karena itu berusaha keras
agar masalah dibuang dari bidang ini. Namun ketika
Chomsky mulai menerima sinonim sebagai salah
satu data linguistik dasariah, ia telah membuka dasar
ilmu semantik. Kemudian murid-murid Chomsky tidak
puas dan menemukan bahwa betapa sulitnya
memisahkan makna dari konteksnya, karena makna
itu berbeda dari konteks yang satu dengan yang
lainnya. Akibatnya ialah semantik masuk dalam
pragmatik.
Mey (1998) mengungkapkan bahwa pragmatik
tumbuh dan berkembang dari empat kecenderungan
atau tradisi, yaitu: (1) kecenderungan
antisintaksisme; (2) kecenderungan sosial- kritis; (3)
traisi filsafat; dan (4) tradisi etnometodologi.
Kecenderungan yang pertama, yang dimotori oleh
George Lakoff dan Haji John Robert Ross. Pandangan
ini menolak sintaksisme Chomsky, yaitu bahwa dalam
kajian bahasa yang sentral adalah sintaksis, dan
bahwa fonologi, morfologi, dan semantik bersifat
periferal. Menurut Lakoff dan Ross, keapikan sintaksis
(wellformednes) bukanlah segalanya. Sebab seperti
yang sering kita jumpai komunikasi tetap berjalan
dengan penggunaan bentuk yang tidak baik secara
sintaksis (ill- formed), bahkan semantik (Gunawan,
2004: 6).
Kecenderungan kedua, yang tumbuh di Eropa, tepatnya
F. Pragmatik dalam
Linguistik
Sa la h sa tu k ec en de rung an y an g me la
ta rb el ak an gi berkembangnya pragmatik adalah
antisintaksisme Lakoff dan Ross. Dalam sintaksis,
seperti dikemukakan oleh Yule (1996:
4), dipelajari bagaimana hubungan antar bentuk
linguistik, bagaimana bentuk-bentuk tersebut
dirangkai dalam kalimat, dan bagaimana rangkaian
tersebut dapat dinyatakan well-
formed secara
gramatikal.
G. Metalinguistik
Istilah metalinguistik dan kata sifat yang sesuai
‘meta- linguistic’ ini sangat umum digunakan saat ini
dalam pem- b a ha s a n i s u- i s u t e rt e n tu d a
la m se m a nt i k l i n gui s ti k . Metalinguistik
adalah penelitian tentang hubungan antara faktor
bahasa dan faktor bukan bahasa dalam masyarakat.
Hal ini tidak sering, bagaimanapun, walaupun teori
dan praktisi
E. Kelas Logikal
1. Hubungan-hubungan Kelas
a. Identiks
(kesamaan)
Dua kelas C1 dan C2 bisa dikatakan identik
(sama) bila sesuatu yang dimiliki oleh C1 juga
dimiliki oleh C2 demikian juga sebaliknya.
Misalnya, ke;as dari kata ayah (father) dengan
kelas orang tua laki-laki (male parent) adalah
kalimat identik (sama).
b. Inclustion
(inklusi)
Kelas C1 dikatakan termasuk kelas C2 jika
segala
F. Hubungan-hubungan logis
Konsep penting lain yang dipinjam dari istilah
logika adalah hubungan antara bagian-bagian yang
ada. Bagian- bagian tersebut merupakan hal-hal yang
terdapat pada objek, masyarakat, tempat, gagasan,
dan hubungan tersebut bisa menjadi sesuatu;
‘Sandra dari’ ‘lebih keicl dari’, ‘bermain dengan’
logisnya berhubungan dengan.
Hubungan logis tersebut bisa dikelompokkan
menjadi empat bagian: transivity (kata kerja
transitif), symetry (simetri), refleksivity (refeksi),
converseness (kebalikan).
1. Transitivity (Transitif)
A mempunyai hubungan transitif jika A
mempunyai hubungan khusus dengan B dan C
dan selanjutnya berarti A mempunyai hubungan
dengan C. bila kita anggap A, B dan C adalah
manusia dan hubungan antar ketiganya adalah
‘lebih tinggi’ maka A lebih tinggi dari B, B lebih
tinggi dari C, jadi A tentu saja lebih tinggi dari C.
A mempunyai hubungan intransitive bila A
mempunyai hubungan dengan B dan b
mempunyai hubungan ke C, tetapi secara logika
tidak mungkin A mempunyai hu- bungan dengan
C. misalnya dalam hubungan ‘ibu dari’, jika A ibu
dari B dan B dari C, maka tidak mungkin A ibu
dari C.
G. Perhitungan
1. Quantiviers (Penghitung)
Dalam hal ini fungsi proposisional dibatasi oleh
quantiviers (pembatas). Jadi predikat dalam
proposisi diaplikasikan pada argumen-argumen
(pernyataan). Quantiviers dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu eksistensial dan universal
quantivier.
Ekstensial quantivier seperti dicontohkan di
bawah ini;
Diketahui misalnya X1
bersin
2. Secope (Keleluasaan)
Dalam kalimat: Marry menjambak rambut John dan
menciumnya la gi . Ki t a t i d ak t a hu t an p a
m e l ih a t ko n t ek s ya n g mengikutinya,
apakah kata ‘lagi’ berlaku untuk kata mencium
atau juga untuk kata menjambak atau
keduanya.Jadi, secope di sini adalah kalimat yang
mempunyai makna ambigu karena ada kata
hubungan yang kurang jelas fungsinya. Pada
kalimat Wanita dan orang asing harus mendaftar
kepada polisi. Kita tidak tahu apakah wanita juga
harus mendaftar pada polisi atau orang
asing saja.
A. Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan jangkauan macam-
macam makna dalam suatu bahasa. Sebelum
membahas lebih jauh kita harus memahami apa yang
dimaksud dengan makna.
Makna dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang dipengaruhi oleh hubungan normatif dari
ekspresi-ekspresi ketatabahasaan. Sedangkan,
hubungan normatif adalah suatu konsep yang
menggunakan kombinasi dari beberapa elemen
ketatabahasaan, bisa dikatakan bahwa makna adalah
sesuatu yang dipelajari dengan mengamati hubungan
interaksi antara elemen yang satu dengan elemen
yang lain, dalam bentuk konstruksi yang lebih besar
adalah kalimat. Jadi, bila ekspresi berbeda makna
maka konteks melatarbelakangi pasti berbeda. Begitu
juga bila dua ekspresi bermakna sama konteks yang
melatarbelakanginya pun akan sama.
1. P en y i mp a n ga n Se m a nt i k v e r sus pe
n y im p a ng a n
Tatabahasa
Dalam hubungan dengan makna kita bisa
memisahkan penyimpangan semantik dari
penyimpangan ketatabahasaan. Kriteria yang paling
sering ditemukan dalam pemisahan kedua tipe
penyimpangan tersebut adalah corribility (kebena-
ran); corribility mengklaim bahwa penyimpangan
ketata-
D. Dimensi Nondeskriptif
1. Expressive Meaning (makna yang bersifat
menyatakan perasaan)
Perhatikan perbedaan antara A
dan B: A : Gosh! (Wah!)
B : I am surprised (Saya terkejut)
G. Makna Alam
Kebudayaan
Para penutur bahasa Inggris atau bahasa lain sering
A. Prinsip Komposisionalitas
Dalam bab ini akan dibicarakan bagaimana
makna-makna berkombi nasi bersama mem
bentuk makna ya ng lebih kompleks. Kita mulai
dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar
interpretasi dari suatu ekspresi linguistik yang
kompleks yang disebut dengan prinsip-prinsip
komposisionalitas, yaitu: makna dari suatu bentuk
kompleks secara gramatikal adalah suatu fungsi
komposisi makna dari unsur-unsur utama
ketatabahasaannya. Prinsip di atas mempunyai tiga
syarat pernyataan:
1. makna suatu ekspresi kompleks
ditentukan oleh makna unsur-unsur
utamanya.
2. Makna suatu ekspresi kompleks bisa
ditafsirkan dari aturan umum dari makna
unsur-unsur utamanya.
3. S e ti a p un s ur - uns ur ut a m a ke
ta t a ba h a sa a n mempunyai suatu makna
yang menyumbang makna terhadap makna
secara keseluruhan.
Syarat (2) masuk pada syarat (1), tetapi syarat (1)
harus benar tanpa harus syarat (2) menjadi benar.
Syarat (3) merupakan syarat utama dari syarat (1)
dan (2). Pokok pikiran dari prinsip-prinsip ini
berasal dari asumsi pokok yang
pertama, suatu bahasa mempunyai suatu jumlah
kalimat
B. Struktural Semantik
Kata-kata tidak dapat didefinisikan secara bebas
terhadap kata-kata yang lain. Mereka saling
membatasi dan ber- hubungan. Dilihat dari sudut
pandang struktural semantik, makna bahasa (struktur
kosakata) dapat dianggap sebagai sebuah jaringan
hubungan indera, dimana setiap untai me- rupakan
salah satu relasi dan masing-masing simpul dalam
makna yang berbeda.
Kata kuncinya adalah ‘struktur’ dan ‘hubungan’,
masing- masing dalam konteks menentukan yang
lain. Kata ‘struktur’ (m el a l ui k at a si f a t y a ng
s es ua i ‘ s t ruk t ur a l ’) i ni t el a h memberikan
label – strukturalisme – yang membedakan dari pra
modern linguistik dengan modern linguistik. Banyak
sekolah linguistik struktural dan beberapa dari
mereka, sampai saat ini, belum banyak terkait
dengan semantik. Saat ini, bagaimanapun,struktural
semantik (dan lebih khusus lagi struktural leksikal
semantik) adalah sebagai struktural fonologi dan
morfologi struktural telah lama. Tetapi apakah
struktural semantik itu? Itulah pertanyaan yang kami
ambil di bagian berikut.
Strukturalisme bertentangan dengan atomisme.
Dengan demikian, ini adalah gerakan yang sangat
umum, atau sikap, di abad keduapuluh pemikiran,
yang telah mempengaruhi banyak disiplin akademis.
Telah cukup berpengaruh dalam ilmu-ilmu sosial dan
linguistik, semiotika dan kritik sastra (dan di berbagai
kombinasi dari dua atau ketiga interdisipliner).
Singkat tentang semantik struktural yang diberikan
di sini
adalah terbatas pada apa yang dijelaskan, lebih lengkap,
C. Analisis
Komponensial
Salah satu cara untuk memformalkan atau benar-
benar membuat tepat, hubungan perasaan yang
berlaku antara makna adalah melalui analisis
komponensial. Sesuai namanya, analisis ini
mengartikan sebuah makna menjadi bagian-bagian. Is
til ah al ter nat if un tuk an al isi s k om pon ens
ial a dal ah dekomposisi leksikal. Mari kita mulai
dengan contoh di bawah ini.
Kata-kata ‘anak perempuan’, ‘manusia’, dan ‘wanita’
E. Dekomposisi
Leksikal
Hal ini kadang-kadang menyatakan bahwa bagian
kecil semantik dalam bahasa alami adalah arti dari
item leksikal.
1. Bagian kesamaan
Salah satu alasan adalah intuisi bahwa sepasang
kata mungkin secara terpisah mirip dalam arti dan
sebagainya berbeda. Ada kemungkinan tertentu
dalam membuat situasi seperti halnya dalam
komponen arti yang umum terhadap dua kata dalam
pertanyaan umpama, dan beberpa ada yang tidak
dijelaskan.
2. Korelasi
Contoh dalam bagian yang sama yang terdapat
pada sebagian besar leksikal dekomposisi adalah
hubungan. Dimana tujuan komponen dapat dilihat
pada bagian yang terpisah satu sama lainnya.
3. Ketidaksinambungan
Dalam beberapa kasus terdapat banyak bukti ;angsung
A. Hakikat Makna
Kata
Di dalam pengantar deskriptif semacam ini, tidak
dapat dihindari bahwa makna kata akan tampak luas,
bahkan di bidang yang formal. Makna kata pada
umumnya dibiarkan saja tidak dianalisa, atau
dibatasihanya pada kerangka sederhana dari
makna itu sendiri.
Apakah Kata
itu?
Terdapat banyak sekali pembahasan tentang
hakikat kata sebaga i unit gra matika, ba hkan
terla lu banyak untuk dirangkum di sini. Sebagian
besar dari pembahasan itu tidak relevan dengan
pokok pembicaraan kita sekarang. Pokok diskusi kita
menolak adanya sebuah definisi yang persis.
Mungkin pendekatan terbaik adalah pendekatan yang
bersifat prototypical.
Seperti apakah kata yang bersifat prototypical itu?
Untuk tujuan kita, pengkarakteristikan klasik
sebagai ‘elemen minimal yang dapat berubah
bentuk’ akan dapat digunakan. Hal ini memunculkan
dua sifat sebagai atribut dari kata yang bersifat
prototipikal, yaitu:
a. Ia dapat dipindah-pindahkan di dalam
lingkup kalimat, atau paling tidak letak
relatifnya terhadap konstituen lain dapat
diubah dengan cara menyisip-
kan material baru.
GOVERNment reORDERing
STRONGly deNATIONALization
OPPOSed TYPically CLEARly LEXical
A. Aspek-aspek
Perbedaan
1.
Discreteness
a. Tes Identitas
Kriteria pertama diberi nama tes identitas.
Perhatikan kalimat berikut:
(1) Mary is wearing a light coat, so is Jane.
Secara intuitif kata light memiliki dua makna
yang berbeda. Light berarti terang dan light
berarti ringan. Dengan memperhatikan
makna di atas, terdapat empat situasi
berkaitan dengan mantel (coat) Mary dan Jane.
(i) Mantel Mary dan Jane dua-duanya berwarna
terang, (ii) Mantel Mary dan Jane dua-duanya
ringan, (iii) Mantel Mary terang sedangkan
mantel Jane ringan; (iv) Mantel Mary ringan
sedangkan mantel Jane terang. Identitas
bacaan akan menjadi lebih jelas jika kata light
disebutkan dua kali.
(2) Mary is wearing a light coat. Jane is wearing a
light coat too, as a matter of fact. However,
whereas Mary;s coat is light in color but
heavy, Jane’s is dark in color but lightweight.
b. Kondisi Kebenaran Independen (Independent Truth
Conditio
n)
Kriteria kedua untuk dua bacaan (kalimat)
yang berbeda adalah kondisi kebenaran
independen. Tes yang baik untuk kondisi ini
adalah apakah isi kalimat dapat dibayangkan,
dimana sebuah pertanyaan ya/
tidak yang menggunakan kata-kata yang
relevan
B. Nilai Rasa
1. Establishment
Hampir pasti bahwa semua kata memiliki potensi
untuk dapat digunakan dengan makna selain
makna bawaannya (yaitu makna yang akan langsung
terbayang di benak tanpa adanya bantuan
informasi kontekstual). Contoh seperti kalimat di
bawah ini dapat diperbanyak sampai tidak terbatas.
(1) a. John ordered a pizza (John memesan sebuah
pizza.
b. The pizza doesn’t look too happy with what
he’s been given (pizza itu/penjual pizza itu
kelihatan tidak
terlalu senang dengan apa yang diberikan kepadanya)
C. Keragaman Polisemi
Terdapat hubungan antara nilai rasa (sense) pada
polisemi. Terdapat banyak cara untuk
mengelompokkan sense. Kita akan mulai dengan
mengelompokkan hubungan linear dan non- linear.
2. Fungsi Kebenaran:
Implikasi
Implikasi atau implikasi materi biasanya
diterjemahkan d al a m b a h as a In g g ri s se b a
ga i ka l i ma t pe n g an d a ia n . Contohnya:
16. Jika Ana telah lulus tes mengemudi, orang
tuanya telah membelikan sebuah porsche.
Telah disebutkan di muka, dalil gabungan p ® q (p
menunjuk q) adalah benar dengan definisi tidak
hanya ketika p dan q memiliki nilai kebenaran yang
sama (keduanya benar atau keduanya salah), tapi
juga ketika p salah dan q benar. Jadi dalilnya
dinyatakan dengan –jika itu memiliki bentuk logika
dari ‘p menunjukkan q’ adalah benar tidak hanya (i)
jika Ana telah lulus mengemudinya dan
orangtuanya membelikan sebuah porsche (p & q),
tapi juga (ii) jika ia tidak lulus tes mengemudi dan
atau orangtuanya telah membelikan porsche (~p dan
q), dan (iii) Ana tidak lulus tes mengemudinya dan
orangtuanya belum membelikan porsche (~p dan
~q).
Banyak orang menemukan (ii) dan (iii) sebagai
paradoks. Tentu saja fakta bahwa beberapa dalil
yang salah (secara materi) menunjukkan setiap dalil
yang benar biasanya di- tujukan sebagai salah satu
dari implikasi paradoks. Poin kedua adalah nilai
kebenaran dari ‘p menunjuk q’ seperti ‘p dan q’,
adalah tidak terikat secara keseluruhan beberapa
hubungan kasual antara situasi yang digambarkan
oleh tiap-tiap dalil komponen. Sebagai contoh dalil
dinyatakan dengan
17. Jika nona Godiva memiliki mata biru, orangtua
Ann telah membelikannya sebuah porsche.
Akan benar jika orangtua yang dituju adalah orangtua
Ann dan dia (perempuan), pada beberapa
kesempatan pada
3. Fungsi Kebenaran:
Negasi
Negasi disimbolkan dengan ‘~’ yang dianggap
ahli logika sebagai operasi yang membentuk sebuah
dalil gabungan (~p) di luar dari dalil sederhana (p).
Sebaku mungkin bernilai ganda, definisi dari fungsi
kebenaran negasi jelas: kapanpun p benar, ~ p
adalah salah,d an kapanpun p adalah salah, ~ p
adalah benar. Negasi lebih baik rekursif, sehingga
negasi ~ p, hasil ~ ~ p yang sepadan dengan p (dua
negatif menjadi positif). Bagaimana logika baku dari
negasi berhubungan dengan arti dan menggunakan
kalimat negatif adalah bagian dari isi dalil kalimat?
Ada beberapa cara kalimat negatif dibentuk dalam
bahasa natural, bagaimanapun ada alasan untuk
mengatakan bahwa kalimat negatif adalah gabungan
secara tata bahasa yang bertentangan dengan
kalimat positif yang cocok, atau kalimat positif.
Kalimat yang tepat dari lawan kaya yang
berlawanan memiliki struktur klausa yang sama, dan
apa yang dapat kita identifikasikan paling mudah
dengan dalil negasi yang diaplikasikan dalam
klausa-klausa dan tidak berlanjut ke
seluruh kalimat. Tentu saja dalam banyak bahasa
(termasuk
2. Co-taxonymy
Hiponimy, hubungan logis yang didefinisikan
oleh keperluan, dibedakan dari taksonomi, hubungan
konseptual yang cocok dengan X adalaj sejenis/setipe
Y. Dalam cara yang sama, ketidakserasian mungkin
memberikan penerjemahan yang logis, didefinisikan
oleh : F (X) secara sepihak yang memerlukan, bukan
F (Y). Contoh: Dia adalah seekor anjing,
diperlukan tetapi tidak diperlukan pada pada Dia adalah seekor
C. Lawan
kata
Setiap orang, bahkan anak-anak yang cukup
mudapun dapat menjawab pertanyaan seperti apa
lawan kata dari besar/ panjang/berat/atas/luar/dst?
Lawan kata mungkin satu-satunya hubungan
pengertian untuk menerima pengenalan leksikal
secara langsung dalam bahasa sehari-hari. Hal
tersebut dianggap kesederhanaan yang kognitif
dalam beberapa hal. Meskipun demikian, adalah
cukup sulit untuk mengetahui secara tepat terdiri dari
apakah lawan kata itu.
Poin-poin berikut mungkin sesuai (penjelasan
yang lengkap tidak akan diberikan di sini, lihat Cruse
1986 ).
(i) Binarity (berpasangan): lawan kata adalah tentu saja
C. Metafora
Kebanyakan kamus mendefinisikan metafora sebagai
‘penggunaan kata atau frase untuk mengartikan sesuatu yang
anger
heat scale anger scale
pressure in container experienced
preassure agitation of boiling fuid
experienced
agitation limit of
container a resistance limit of person’s
ability to
anger suppress
explosion loss of
control
pressure in container experienced
preassure agitation of boiling fuid
experienced agitation
limit of container a resistance limit of person’s
ability to anger suppress
explosio loss of control
Personifikasi
Kematian pada umumnya diidentifikasikan
kepada penunggang kuda, pejalan kaki,
malaikat maut, makan dengan rakus,
penghancur atau perusak dan lain-lain.
b. Pepatah
Sebuah pepatah menggambarkan sebuah
peristiwa khusus atau kejadian tetap yang
dapat diungkapkan secara metafora ke dalam
rangkaian kejadian berbeda atau peristiwa
kejadian tetap yang memiliki kesamaan atau
kemiripan struktur image dan skemanya.
c. Metafora dan penyimpangan
Telah banyak pembahasan dan
ketidaksepakatan yang tidak diungkapkan
dalam bentuk kebingungan tentang
hubungan antara metafora dengan pen- y
im p a ng a n . D i a n t ar a ke d uan y a m
e n ja g a k e - seimbangan kealamian
metafora dan membuatnya berlawanan
terhadap syarat yang berlaku sebagai
penyimpangan.
D. Metonimi
Strategi utama yang kedua untuk
mengungkapkan arti kata adalah metonimi. Metonimi
adalah jawaban terhadap sebuah proposi kejadian
yang disebut polisemi reguler.
1. Metonimi lawan Metafora
Metonimi dan metafora cukup berbeda prosesnya
dalam ekstensi meskipun pada kenyatannya bahwa
kemungkinan terdapat ekstensi yang mungkin tidak
dapat diklasifikasi
karena akhir tujuan tidak dicapai melalui cara lain.
K e pe n t in g a n p e rt a n ya a n k a l im a t t
e r se b ut a d al a h bagaimana metonimi
‘merasa’/feel lebih alami dalam contoh tersebut.
E. Perubahan Semantik
Seseorang yang pernah membaca sebuah bab
dari sebuah novel karya Jane Austen tanpa
memikirkan fakta bahwa kata- kata berubah artinya
karena waktu. Dalam hal ini Jane Austen mengubah
hal yang tidak umum dan kehalusannya secara
relatif. Misalnya: interfere belum dikembangkan
menjadi aspek sebuah negatif. Artinya lebih dekat
kepada interfere modern.
B. Hubungan
Sintagmatik
Jika kita mencoba untuk membuat hubungan
sintagmatik dalam bentuk hubungan paradigma kita
menemukan ke- benaran pada permulaan
bahwasanya perbedaan tertentu. Contohnya:
1). Kursi melihat John
The chair saw John.
Tapi pada kedua kata tersebut tidak perlu dibunyikan:
2). John melihat kursi.
John saw the chair.
C. Teka-teki
Efek dari meletakkan kata persamaan tidak selalu
sesuai dengan kita prediksikan pada umumnya.
Sebagai contoh pada bagian ini merupakan kelalaian
dalam pleonasm yang tampak dalam keadaan
tertentu. Perhatikan contoh berikut:
A. Referensi
1. Referensi Terbatas
Ada berbagai jenis dan cara referensi. Kita akan
ber- konsentrasi di sana, pasti referensi. Referensi
tidak terbatas dan referensi generik. Tidak ada
keraguan bahwa itu adalah definisi referensi yang
paling penting bagi fungsi bahasa. Dalam literatur
philosophical biasanya disebut tunggal pasti
referensi. Untuk tujuan kita, bagaimanapun tidak ada
masalah khusus dalam bergerak dari tunggal ke
jamak. Untuk membuka diskusi dari referensi yang
pasti, perhatikan dua kalimat berikut ini:
(1) The man gave itu to her
(definitive) Orang
memberikannya kepadanya.
(2) A man gave to her (indefinitive)
Seorang pria memberikan
kepadanya
B.
Deiksis
Deiksis memiliki arti yang berbeda bagi orang
yang berbeda. Untuk buhler (1934) setiap ekspresi
yang terletak acuan dalam ruang atau waktu adalah
ekspresi deiksis. Jadi, baginya, si kucing dudu di tikar
berisi lokatif deiksis ekspresi, yaitu di atas tikar
(kalimat itu juga berisi penanda tegang, yang
biasanya dianggap deiksis). Kemudian sebagian besar
telah sarjana, pembatasan istilah untuk kasus-kasus
dimana rujukan yang terletak menggunakan pidato
saat ini kucing duduk di tikar, kucing terletak
terhadap tikar: tikar dengan demikian adalah titik
referensi, dan acara pidato tidak memainkan
peranan. Dalam kalimat ‘si kucing duduk di atas
tikar’, bagaimanapun, kucing tidak hanya terletak
sehubungan dengan pembicara, yang menunjukkan
bahwa kucing itu relatif jauh dari pembicara. Suatu
titik ketidaksepakatan mengenai status deiksis
definite article.
Beberapa sarjana memandangnya sebagai
deiksis, karena konteks situasi saat ini terlibat dalam
identifikasi rujukan. Lain mengecualikan definite
article, karena tidak menemukan rujukan pada
parameter tertentu. Kita akan, setidaknya pada
awalnya, hanya meliputi ungkapan-ungkapan yang
benar- benar menemukan sebuah rujukan yang
berkaitan dengan (beberapa aspek) pidato saat ini
situasi. Karena itu kami termasuk kata ganti orang,
namun mengecualikan definite
article. Kriteria diagnostik kunci kami untuk
ekspresi dan
1. Tindak Lokusi
Tindak lokusi berkaitan dengan produksi ujaran
yang bermakna. Austin menjelaskanbahwa
tindakan lokusi merupakan ujaran yang tersusun
dari kata-kata tertentu dan memiliki makna dan
referen tertentu. Apa yang diutarakan, bentuk kata-
kata yang dituturkan dan tindakan menuturkan
sesuatu inilah yang dikenal dengan tindak lokusi.
Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu
tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan
kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam
kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah
sintaksisnya.
(a) Menghasilkan sebuah bentuk ujaran
(b) Mengkomposisi sebuah kalimat
(c) Mengkontekstualkan