Anda di halaman 1dari 184

BAB I

SEMANTIK DAN PRAGMATIK

A. Pendahuluan
Salah satu ilmu pengetahuan kebahasaan yang
ber- kembang pesat dewasa ini adalah semantik.
Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani ‘sema’ (kata benda) yang berarti
‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah
‘semaino’ yang berarti ‘menandai’atau ‘me-lambang-
kan’. Yang dimaksud tanda atau lambang disini
adalah tanda- tanda linguistik (Perancis : signé
linguistique).
Menurut Ferdinan de Saussure (1966), tanda
lingustik terdiri dari : 1) Komponen yang
menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa. 2)
Komponen yang diartikan atau makna dari komopnen
pertama. Kedua komponen ini adalah tanda atau
lambang, dan sedangkan yang ditandai atau
dilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar
bahasa, atau yang lazim disebut sebagai referent /
acuan / hal yang ditunjuk.
Istilah Semantik lebih umum digunakan dalam
studi ingustik daripada istilah untuk ilmu makna
lainnya,seperti Semiotika, semiologi,
semasiologi,sememik, dansemik. Ini dikarenakan
istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan
objek yang cukup luas,yakni mencakup makna tanda
Pengantar Semantik & Pragmatik 1
atau lambang pada umumnya.
Berlainan dengan tataran analisis bahasa lain, semantik

Pengantar Semantik & Pragmatik 1


adalah cabang imu linguistik yang memiliki hubungan
dengan Imu Sosial, seperti sosiologi dan antropologi.
Bahkan juga dengan filsafat dan psikologi. Semantik
berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya
dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu
untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitas
kelompok penuturnya.
Contohnya :
 Penggunaan / pemilihan kata ‘cewek’ atau
‘wanita’, akan dapat menunjukkan identitas
kelompok pe- nuturnya.
Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak
muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih
sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang
mengedepankan kesopa- nan.
Semantik biasanya dikontraskan dengan dua
aspek lain dari ekspresi makna: sintaksis,
pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih
sederhana, serta pragmatik, penggunaan praktis
simbol oleh agen atau komunitas pada suatu kondisi
atau konteks tertentu. Pragmatik adalah studi tentang
makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu.
Pragmatik mengkaji makna di dalam hubungannya
dengan situasi ujar. Kedua batasan tersebut
mengeksplisitkan makna, yang kemudian disebut
maksud.
Gunawan menyebutkan salah satu definisi
pragmatik, yaitu kajian mengenai kemampuan
pengguna bahasa untuk menyesuaikan kalimat
dengan konteks sehingga kalimat itu patut diujarkan
(dalam Rustono, 1992: 2). Jadi pragmatik berkaitan
dengan penggunaan bahasa, atau maksud di balik
suatu tuturan. Penggunaan bahasa yang tepat harus
diperoleh setiap orang karena kemampuan
berbahasa yang baik tidak
hanya terletak pada kepatuhan terhadap aturan
gramatikal

2 Dr. Surastina, M.Hum


tetapi juga pada aturan pragmatik.
Menurut Ninio dan Snow (Dardjowidjojo, 2000: 43-
48), mau tidak mau seseorang mengembangkan
pengetahuan yang diperlukan agar dalam situasi
komunikasi bahasa yang dia pakai itu pantas, efektif,
dan sekaligus mengikuti aturan gramatikal. Lebih
lanjut mereka juga menyatakan bahwa untuk
menelusuri kemampuan pragmatik seseorang, paling
tidak ada tiga hal yang perlu dipelajari, yaitu
pemerolehan niat komunikatif. Ninio dan Snow
mendekati bahwa dalam mewujudkan niat komunikasi
secara verbal, terdapat urutan yang dilandaskan
pada berbagai kepentingan pragmatik seperti
kepentingan ujaran: bertitik tolak pada sudut
pandang anak sehingga jenis ujaran yang muncul
juga mencerminkan kepentingan tersebut.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa
selain memperoleh aturan tata bahasa atau memiliki
kompetensi linguistik, anak-anak juga belajar
pragmatik, yaitu mengguna- kan bahasa secara
sosial dengan tepat, atau memiliki ke- mampuan
komunikatif. Karena anak juga terlibat dalam dunia
sosial maka ia harus berhubungan dengan anak-anak
maupun orang dewasa lainnya. Anak harus bisa
menguasai berbagai aturan sosial termasuk
mengucap salam, kata-kata tabu, bentuk panggilan
yang sopan, dan berbagai ragam yang sesuai untuk
situasi yang berbeda dengan orang yang berbeda.
T in d a k uj ar a n d a n d a m pa k il o k us i o
ne r me n urut Dardjowidjojo (2000: 277), salah satu
bentuk yang umum di- pelajari dalam analisis
kemampuan pragmatik adalah dengan menganalisa
percakapan yang dibuat seseorang dengan orang
dewasa atau anak lain. Dalam penguasaan ujaran
yang termasuk dalam PSA, tujuan ilokusioner dari
tindak ujaran
seperti: Bude nda? Punya Paman? Bisa memiliki kemungkinan

Pengantar Semantik & Pragmatik 3


makna seperti:
Perintah : Bude, Amel minta permen.
Pertanyaan : Apakah Bude punya
permen?
Untuk tindak ujar meminta tolong, penulis tidak
menemu- kan ujaran yang menggunakan kata
‘tolong’. Sedangkan untuk ucapan terima kasih, Amel
sudah terbiasa menggunakannya. Misalnya pada
percakapan berikut:
NN : Mel, ini buat kamu. Nanti bilang dari bude
Rum ya? AM: Ya, makasih ya.

B. Defnisi Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Yunani “Sema” yang berarti tanda atau
lambang. Kata kerjanya adalah ’semaino’ yang
berarti menandakan atau melambangkan. Tarigan
mengemukakan bahwa semantik adalah ilmu yang
menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan
obyek-obyek (benda) yang merupakan wadah pe-
nerapan tanda-tanda tersebut.
Aminuddin (1988:15) mengatakan bahwa
semantik semula berasal dari bahasa Yunani yang
mengandung makna to signify atau memaknai.
Sebagai istilah teknis, semantik mengandung
pengertian “studi tentang makna”. Chaer (2009:2)
mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang
digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik
dengan hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain
semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang
makna atau tentang arti.
Semantik berarti teori makna atau teori arti, yakni
cabang s i st e m at i k b a h as a ya n g m e n ye l i
di k i m a k na a ta u ar t i (Ve rh aa r ,1 98 1 :9 ).
K a mb ar te l d al a m ba ur e k (1 9 79 :1 95 )
semasemantikntik mengansumsikan bahwa bahasa terdiri dari

4 Dr. Surastina, M.Hum


struktur yang menampakan makna apabila
dihubungkan dengan objek dalam pengalaman dunia
manusia.
Semantik telaah makna. Semantik menelaah
lambang- lambang atau tanda-tanda yang
menyatakan makna, hu- bungan makna yang satu
dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap
manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik
mencakup kata-kata, perkembangannya dan
perubahannya. Secara etimologi, kata semantik
berasal dari bahasa Yunani semanticos
’penting;berarti’,yang diturunkan pula dari sema
’tanda’ seperti yang bterdapat pada kata semaphone
yang berarti
’tiang sinyal yang dipergunakan sebagai tanda oleh
kereta api’. Semantik menelaah serta menggarap
makna kata dan makna y a ng d ip e r ol e h m a s
ya r a ka t da r i k a t a- k a ta . (Da l e (e t
al),1971:196;Tarigan,1985:155).
Semantik merupakan bidang studi linguistik
yang objek penelitiannya makna bahasa.(Abdul
Chaer, 1994). Semantik sebagai studi tentang makna
merupakan masalah pokok dalam komunikasi, karena
komunikasi menjadi faktor yang makin pentinh di
dalam organisasi sosial, semantik juga merupakan
pusat studi tentang pikiran, kognisi, konsep-
tualisasi, semua ini saling kait mengait dengan cara
kita mengklasifikasi dan mengemukakan pengalaman
kita tentang dunia nyata melalui bahasa.

C. Defnisi
Pragmatik
Seorang filosof dan ahli logika, Carnap (1938),
menjelaskan bahwa pragmatik mempelajari
konsep-konsep abstrak. Pragmatik mempelajari
hubungan konsep yang merupakan tanda.
Selanjutnya Rudolf Carnap mengatakan bahwa
pragmatik adalah ilmu yang menelaah “hubungan
tanda- tanda dengan para penafsir atau
interpretator. Pragmatik

Pengantar Semantik & Pragmatik 5


adalah kajian dari hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian
(Levinson, 1983 dalam Nababan, 1987:2).
Menurut Kaswanti Purwa (1990:16) pragmatik
adalah telaah mengenai segala aspek makna yang
tidak tercakup dalam teori semantik, maksudnya
ialah makna setelah dikurangi semantik. Pragmatik
(atau semantik behavioral) menelaah keseluruhan
perilaku insane, terutama sekali dalam hubungannya
dengan tanda-tanda dan lambang-lambang.
Pragmatik memusatkan perhatian pada cara lisan
berperilaku dalam keseluruhan situasi pemberian
tanda dan penerimaan tanda.
Levinson (1983) dalam bukunya berjudul
Pragmatik memberikan beberapa batasan tentang
pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan
Levinson antara lain mengatakan bahwa pragmatik
adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks
yang mendasari penjelasan pengertian bahasa.
Dalam batasan ini berarti untuk memahami
pemakaian bahasa kita dituntut memahami pula
konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut.
Batasan lain yang dikemukakan Levinson
emngatakan bahwa pragmatik adalah kajian tentang
kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan
kalimat-kalimat dengan konteks yang sesuai dengan
kalimat-kalimat itu. Leech (1983: 6) melihat pragmatik
sebagai bidang kajian dalam bidang linguistik yang
mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini
disebut semantisisme, yaitu melihat semantik
sebagai bagian dari pragmatik dan
komplementarisme atau melihat semantik dan
pragmatik sebagai dua bidang yang saling
melengkap.
Pragmatik dibedakan menjadi dua hal:
1. Pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan, ini di-

6 Dr. Surastina, M.Hum


bedakan menjadi dua yaitu pragmatik sebagai
bidang kajian linguistik dan pragmatik sebagai
salah satu segi dalam bahasa.
2. Pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai
tindakan mengajar pragmatik pada dasarnya
memperhatikan aspek-aspek komunikatif
(Noss dan Lamzon, 1986). Menurut Noss dam
Llamzon, dalam kajian pragmatik ada empat
unsur pokok, yaitu hubungan antar peran,
latar peristiwa, topik dan medium yang
digunakan. Pragmatik mengarah kepada
kemampuan mengguna- kan bahasa dalam
berkomunikasi yang menghendaki adanya
penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam
bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak
komuni- k a ti f . F a k to r - fa k t or t er s e
but ya i t u s i ap a ya n g berbahasa,
dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi
apa, dalam konteks apa, jalur yang mana,
media apa dan dalam peristiwa apa sehingga
dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada
hakekatnya mengarah pada perwujudan
kemampuan pemakai bahasa untuk
menggunakan bahasanya sesuai dengan
faktor-faktor penentu dalam tindak
komunikatif dan memperhatikan prinsip
penggunaan.
Bahasa secara tepat konsep-konsep yang
berhubungan dengan pragmatik antara lain adalah
tindak bahasa, implikatur percakapan, praanggapan
dan deiksis.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun
2005 disebutkan bahwa pragmatik adalah yang
berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan
serasi tidaknya pemakaian b ah a s a d a la m ko
m uni k a si . Pa r a p a k ar p ra g m at i k
mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda.
Yule (1996: 3) menyebutkan 4 definisi pragmatik, yaitu

Pengantar Semantik & Pragmatik 7


(1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2)
bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya;
(3) bidang yang melebihi kajian tentang makna
yang diujarkan, mengkaji makna yang
dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh
pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk
ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi
partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Thomas (1995: 2) menyebut adanya
kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi
dua yaitu, pertama dengan menggunakan sudut
pandang sosial, menghubungkan p ra gm at ik d
e ng an m ak na p e mb ic ar a. K e dua, d en ga n
menggunakan sudut pandang kognitif,
menghubungkan pragmatik dengan interpretasi
ujaran.
Selanjutnya Thomas (1995: 22) dengan
mengandaikan b ah w a p e m ak n a an m er up ak
a n p r o se s di n a mi s ya n g melibatkan
negosiasi antara pembicara dan pendengar serta
antara konteks ujaran (fisik, sosial dan linguistik dan
makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran,
mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang
mengkaji makna dalam interaksi. Pragmatik sebagai
bahasa pengajaran linguistik bidang linguistik
disebut ‘pragmatik’ dalam linguistik Amerika
merupakan bidang baru.
Leech (1983: 6 (dalam Gunawan 2004:2)) melihat
pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik
yang memiliki kaitan dengan semantik. Keterkaitan
ini ia sebut semantisisme, yaitu m e li h a t p r ag m
a ti k se b a ga i b ag i a n d a ri s em a n ti k ,
pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai
bagian dari pragmatik dan komplementarisme atau
melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang
yang saling melengkapi.
P r ag m a ti k tum b uh d an b er k e mb a n g d a ri e mp a t
kecenderungan atau tradisi, yaitu: (1)
kecenderungan

8 Dr. Surastina, M.Hum


antisintaksisme; (2) kecenderungan sosial-kritis; (3)
tradisi filsafat; dan (4) tradisi etnometodologi.
Kecenderungan yang pertama, yang dimotori oleh
Goerge Lakoff dan Haji John Robert Ross, menolak
pandangan sintaksisme Chomsky, yaitu bahwa dalam
kajian bahasa yang sentral adalah sintaksis, dan
bahwa fonologi, morfologi, dan semantik bersifat
periferal. Menurut Lakoff dan Ross, keapikan sintaksis
(wellformedness) bukanlah segalanya, sebab seperti
sering kita jumpai, komunikasi tetap dapat berjalan
dengan mengggunakan bentuk yang tidak apik
secara sintaksis bahkan semantik.
Kecenderungan kedua, yang tumbuh di Eropa
tepatnya Britania, Jerman, dan Skandinavia muncul
dari keperluan terhadap ilmu bahasa yang secara
sosial relevan, bukan yang sibuk dengan deskripsi
bahasa semata-mata.
Tradisi ketiga dipelopori oleh Bertrand Russel,
Ludwig Wittgenstein dan John L. Austin serta R.
Searle, adalah tradisi filsafat. Para pakar tersebut
mengkaji bahasa, termasuk penggunaannya dalam
kaitannya dengan logika. Leech mengemukakan
bahwapengaruh para filsuf bahasa seperti Austin,
Searle, dan Grice dalam pragmatik lebih besar
daripada pengaruh Lakoff dan Ross.
Tradisi keempat adalah tradisi etnometodologi,
yaitu cabang sosiologi yang mengkaji cara para
anggota masyarakat tutur (speech community)
mengorganisasi dan memahami kegiatan mereka.
Dalam etnometodologi, bahasa dikaji bukan b e rd a s
ar k a n a s pe k ke g r am a t ik a l an n y a, m
el a i nk a n berdasarkan cara para peserta interaksi
saling memahami apa yang mereka ujarkan. Dengan
kata lain, kajian bahasa dalam etnometodologi lebih
ditekankan pada komunikasi, bukan tata
bahasa.

Pengantar Semantik & Pragmatik 9


Berikut akan dipaparkan sejarah dan latar
belakang pemunculan pragmatik serta perbedaan
antara pandangan pragmatik dan pandangan
struktural.

D. Perkembangan Pragmatik
Jangkauan linguistik yang semakin luas
menyebabkan berubahnya pandangan mengenai
hakikat bahasa dan mengenai batasan linguistik.
Para strukturalis yakin sekali bahwa linguistik adalah
termasuk ilmu eksakta dan karena itu berusaha keras
agar masalah dibuang dari bidang ini. Namun ketika
Chomsky mulai menerima sinonim sebagai salah
satu data linguistik dasariah, ia telah membuka dasar
ilmu semantik. Kemudian murid-murid Chomsky tidak
puas dan menemukan bahwa betapa sulitnya
memisahkan makna dari konteksnya, karena makna
itu berbeda dari konteks yang satu dengan yang
lainnya. Akibatnya ialah semantik masuk dalam
pragmatik.
Mey (1998) mengungkapkan bahwa pragmatik
tumbuh dan berkembang dari empat kecenderungan
atau tradisi, yaitu: (1) kecenderungan
antisintaksisme; (2) kecenderungan sosial- kritis; (3)
traisi filsafat; dan (4) tradisi etnometodologi.
Kecenderungan yang pertama, yang dimotori oleh
George Lakoff dan Haji John Robert Ross. Pandangan
ini menolak sintaksisme Chomsky, yaitu bahwa dalam
kajian bahasa yang sentral adalah sintaksis, dan
bahwa fonologi, morfologi, dan semantik bersifat
periferal. Menurut Lakoff dan Ross, keapikan sintaksis
(wellformednes) bukanlah segalanya. Sebab seperti
yang sering kita jumpai komunikasi tetap berjalan
dengan penggunaan bentuk yang tidak baik secara
sintaksis (ill- formed), bahkan semantik (Gunawan,
2004: 6).
Kecenderungan kedua, yang tumbuh di Eropa, tepatnya

10 Dr. Surastina, M.Hum


di Britania, Jerman, dan Skandinavia (Mey, 1998:),
muncul dari keperluan terhadap ilmu bahasa yang
secara sosial relevan, bukan yang sibuk dengan
deskripsi bahasa semata-mata secara mandiri. Tradisi
yang ketiga dipelopori oleh Bertrand Russel, Ludwig
Wittgenstein dan terutama John L. Austin dan John R.
Searle, adalah tradisi filsafat.
Para pakar tersebut mengkaji bahasa, termasuk
peng- gunaannya dalam kaitannya dengan logika
(Leech, 1983: 2), mengemukakan bahwa pengaruh
para filsuf bahasa misalnya Searle dan Grice dalam
pragmatik lebih besar daripada pengaruh Lakoff dan
Ross. Tradisi yang keempat adalah tradisi
etnometodologi, yaitu cabang sosiologi yang
mengkaji cara para anggota masyarakat tutur
(speech community) meng- organisasi dan
memahami kegiatan mereka.
Dalam etnometodologi, bahasa dikaji bukan
berdasarkan aspek kegramatikalannya, melainkan
berdasarkan cara para peserta interaksi saling
memahami apa yang mereka ujarkan. Dengan kata
lain, kajian bahasa dalam etnometodologi lebih
ditekankan pada komunikasi, bukan tata bahasa
(Gunawan,
2004:
6).

E. Pandangan Struktural dan Pandangan


Pragmatik
Dalam analisis struktural yang dibahas adalah
bentuk. Suatu kalimat dianalisis dengan mengamati
yang mana subyek dan predikat dalam kalimat
tersebut. Bagian yang berupa subyek dapat
dipotong-potong lagi menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, demikian juga predikatnya. Dan bagian-
bagian tersebut masih dapat dipotong-potong lebih
lanjut dan diteruskan sampai pada bagian yang
paling kecil. Dalam analisis struktural konteks
pemakaian kalimat tidak ikut diperhitungkan.

Pengantar Semantik & Pragmatik 11


Contoh kalimat: Konnten Siemir helfen?
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat ‘Konnten
Siemir helfen?’ merupakan kalimat interogatif,
tetapi dari segi fungsinya kalimat tersebut tidak
dimaksudkan untuk menanyakan tentang
kemampuan (bisa tidaknya) orang yang diajak bicara.
Dari segi fungsinya kalimat tersebut bermakna
perintah (secara tidak langsung). Makna yang sama
dapat juga diutarakan dengan konstruksi imperatif
sehingga menjadi kalimat berikut ini: Helfen Siemir!
Tent u saja k onteksny a menja di lain pula.
De ngan mengamati kapan suatu perintah
dibahasakan dengan konstruksi imperatif dan
kapan perintah itu dibahasakan dengan konstruksi
interogatif, maka akan terlihat perbedaan yang
berhubungan dengan siapa dan kepada siapa kalimat
tersebut diucapkan.
Konteks menjadi patokan utama dalam analisis
pragmatik, sehingga dalam analisis pragmatik
dibahas tentang hal-hal sebagai berikut:
1. suatu satuan lingual (dapat dipakai untuk
meng- ungkapkan sejumlah fungsi di dalam
komunikasi)
2. suatu fungsi komunikatif tertentu dapat
diungkapkan dengan sejumlah satuan lingual.

F. Pragmatik dalam
Linguistik
Sa la h sa tu k ec en de rung an y an g me la
ta rb el ak an gi berkembangnya pragmatik adalah
antisintaksisme Lakoff dan Ross. Dalam sintaksis,
seperti dikemukakan oleh Yule (1996:
4), dipelajari bagaimana hubungan antar bentuk
linguistik, bagaimana bentuk-bentuk tersebut
dirangkai dalam kalimat, dan bagaimana rangkaian
tersebut dapat dinyatakan well-
formed secara
gramatikal.

12 Dr. Surastina, M.Hum


Secara umum, sintaksis tidak mempersoalkan baik
makna yang ditunjuknya maupun pengguna
bahasanya, sehingga bentuk seperti kucing menyapu
halaman, meskipun tidak dapat diverifikasi secara
empiris, tetapi dapat dinyatakan apik secara sintaksis.
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahasa
tidak semata-mata didasarkan atas prinsip well-
formed dalam sintaksis, melainkan atas dasar
kepentingan agar komunikasi tetap dapat berjalan.
Lebih tepatnya, dengan mengikuti kecenderungan
dalam etnometodologi, bahasa digunakan oleh
masyarakat tutur sebagai cara para peserta interaksi
saling memahami apa yang mereka ujarkan. Atas
dasar ini, pertama, dapat dipahami, dan memang
sering kita temukan, bahwa komunikasi tetap dapat
berjalan meskipun menggunakan bahasa yang tidak
apik secara sintaksis; dan kedua, demi kebutuhan
para anggota masyarakat tutur untuk meng-
organisasi dan memahami kegiatan mereka, selain
tata bahasa, makna juga merupakan hal yang tidak
dapat diabaikan dalam analisis bahasa.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
perbedaan utama antara sintaksis dan pragmatik,
sekaligus menyatakan pentingnya studi pragmatik
dalam linguistik, terletak pada makna ujaran dan
pada pengguna bahasa.

G. Metalinguistik
Istilah metalinguistik dan kata sifat yang sesuai
‘meta- linguistic’ ini sangat umum digunakan saat ini
dalam pem- b a ha s a n i s u- i s u t e rt e n tu d a
la m se m a nt i k l i n gui s ti k . Metalinguistik
adalah penelitian tentang hubungan antara faktor
bahasa dan faktor bukan bahasa dalam masyarakat.
Hal ini tidak sering, bagaimanapun, walaupun teori
dan praktisi

Pengantar Semantik & Pragmatik 13


semantik linguistik membahas secara eksplisit dan
secara umum hubungan antara semantik
metalanguage sehari-hari dan metalanguage lebih
teknis yang sering digunakan.
D a la m me n c ar i ar t i a t a u m a kn a ka t
a , k i ta h ar us memperhatikan banyak hal,
seperti bahwa kata tersebut khusus dan tidak am
bigu. Oleh ka rena itu kit a perlu mempelajari
metabahasa yaitu bahasa yang digunakan untuk
menggambarkan suatu bahasa. Pada umumnya
bahasa memiliki metabahasa yang berguna untuk
menggambarkan bahasa lain maupun menjelaskan
hakikat bahasa itu sendiri. Ketika ia
menggambarkan bagian bahasa itu sendiri, ia
berfungsi sebagai refeksi bahasa. Pada
pembahasan ini metahabasa yang digunakan
adalah yang bersumber dari bahasa Inggris standar
(British, Amerika, Australia).
D a la m pe n g gun a an b ah a s a I n g gr i s
s e b ag a i ma n a me ta bah as a, te nt u a ka n a
da mo di fi k as i bah as a. Pa da umumnya
modifikasi tersebut berbentuk regimentasi dan
ekstensi. Regimentasi bertujuan mengkhususkan
penggunaan kata tertentu untuk tujuan tertentu.
Seperti kata yang umum digunakan dalam
percakapan sehari-hari menjadi khusus digunakan
sebagai istilah teknik. Sebaliknya, ekstensi
merupakan pengalihan penggunaan kosakata
tertentu yang tadinya spesifik untuk bidang tertentu
dialihkan menjadi kata umum.
Kata ‘linguistik’ dalam bahasa Inggris masih
ambigu (bermakna ganda/multimakna), apakah
mengarah pada bahasa atau kajian linguistik. Namun
demikian kata kajian lebih cenderung pada makna
yang muncul dari ujaran yang keluar dalam bahasa
pada umumnya. Kebermaknaan atau semantisitas
merupakan bagian yang tak terpisahkan dair
bahasa komunikasi yang memang dirancang
untuk hal

14 Dr. Surastina, M.Hum


tersebut dan menjadi sebuah sistem komunikasi.
Pada sisi lain ada bahasa komunikatif yang tidak
berupa ujaran seperti ekspresi perasaan sehingga
bahasa juga menjadi arbitrer (manasuka).
Dalam ujaran lisan, sering ditemukan adanya
intonasi, tekanan dan hal ini mengarah pada kajian
piranti prosodic. Ia merupakan bagian dari ujaran
dimana ia digunakan.
Bahasa lisan juga terkadang diikuti dengan
piranti paralinguistik atau lebih dikenal dengan
body language (bahasa tubuh), seperti gestur
(isyarat), gerakan mata dan lain- lain.
Hewan biasanya mengekspresikan perasaan
dengan sikap. Contoh: kepiting menggerakkan capit
besarnya sebagai tanda agresi (penyerangan), tetapi
sebaliknya manusia jarang menunjukkan marah
dengan menggerakkan kepalan tangan, tetapi lebih
sering dengan ucapan seperti ini:
 Kamu akan menyerah!
atau
 Saya akan tuntut kamu!
atau
 Berani sekali kamu bersikap begitu!

Jadi benar bahwa intonasi, gerakan, ekspresi


wajah dapat mempengaruhi makna suatu kata yang
diucapkan.
Kata ‘bahasa’ dalam bahasa Inggris memiliki
makna yang ambigu. Hal ini terjadi karena kata
tersebut dianggap kata benda kumpulan (mass noun)
maupun kata benda hitungan (count noun).
Contoh:
 Linguistics is the scientifc study of language.
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang

Pengantar Semantik & Pragmatik 15


bahasa.
 Linguistics is the scientifc study of languages.
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari
tentang bahasa-bahasa.

Pada kedua contoh tersebut tersirat makna yang


berbeda. Perbedaan dalam bahasa Inggris tersebut
dapat dilihat dari sudut pandang kajian sistem kata
atau sistem gramatikal. Arti/ makna kata bisa juga
dipengaruhi oleh berbagai kategori. Misalnya apakah
suatu kata benda termasuk kategori benda tunggal,
benda majemuk, terhitung, atau tak terhitung.
Berkaitan dengan sistem bahasa, Sausser
menggunakan istilah langue dan parole, sedangkan
Chomsky menggunakan istilah kompetensi dan
performasi. Istilah tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan. Istilah langue dan kompetensi cenderung
bermakna sistem bahasa yang terdapat dalam otak m
an us ia s eh i n gg a ia d ia n g ga p me m i li k i
k o m pe t e ns i (kemampuan) terhadap bahasa
tersebut. Untuk istilah parole dan performasi,
keduanya memiliki perbedaan. Performasi oleh
Chomsky dianggap sebagai penggunaan dari sistem
bahasa, sedangkan bagi Sausser, parole lebih
mengarah pada produk dari penggunaan sebuah
sistem.
D a la m me m p el a j ar i me t a ba h a sa , te
n t u k i ta h ar us memahami dan mempelajari
unsur-unsur pendukung, seperti bentuk dan makna
kata, kalimat dan ujaran, teks dan wacana. Bentuk
kata akan ikut mempengaruhi makna dari kata dan
penggunaan kata tersebut. Kalimat, teks dan wacana
memiliki spesifikasi masing-masing dalam
menghasilkan makna dari masing-masing point
tersebut, sehingga akna muncul makna kalimat,
makna teks dan makna wacana. Kajian yang lebih
mendalam ketika kita mampu mengintegrasikan kajian

16 Dr. Surastina, M.Hum


morfologis, sintaksis, semantik dan pragmatik.
Ferdinand De Saussure seorang sarjana Swiss
yang dianggap sebagai pelopor linguistik modern.
Bukunya yang terkenal adalah Cours di linguistique
Generale (1916). Buku tersebut dianggap sebagai
dasar linguistik modern. Beberapa is ti la h ya ng di
guna ka n ole hn ya m en ja di is ti la h ya ng
digunakan dalam linguistik. Istilah tersebut adalah
langue, language dan parole.
Langue mengacu pada suatu sistem bahasa
tertentu yang ada dalam benak seseorang yang
disebut competence oleh Chomsky. Langue ini akan
muncul dalam bentuk parole, yaitu ujaran yang
diucapkan atau didengar oleh kita. Jadi, parole
merupakan performance dari langue. Parole inilah
yang diamati langsung oleh para linguis. Sedangkan
language adalah satu kemampuan berbahasa yang
ada pada setiap manusia yang sifatnya pembawaan.
Pembawaan ini pun harus dikembangkan melalui
stimulus-stimulus. Jika dikaitkan dengan istilah-
istilah dari Ferdinand de Sausser, maka yang menjadi
objek dalam linguistik adalah hal-hal yang dapat
diamati dari bahasa yaitu parole dan yang
melandasinya yaitu langue.
Bagi linguis, pengetahuan yang luas tentang
linguistik tentu akan sangat membantu dalam
menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.
Seorang linguis dituntut untuk dapat menjelaskan
berbagai gejala bahasa dan memprediksi gejala
berikutnya. Bagi peneliti, kritikus dan peminat sastra,
lingu- istik akan membantu mereka dalam
memahami karya-karya sastra dengan lebih baik.
Bagi guru bahasa pengetahuan tentang seluruh
subdisiplin linguistik fonologi, morfologi, sintaksis,
dan semantik sangat diperlukan.
Sebagai guru bahasa, selain dituntut untuk mampu

Pengantar Semantik & Pragmatik 17


berbahasa dengan baik dan benar mereka juga
dituntut untuk da pat menj elas kan masa lah dan
gej ala- geja la b ahas a. Pengetahuan tentang
linguistik akan menjadi bekal untuk melaksanakan
tugas tersebut.
Bagi penyusun kamus, pengetahuan tentang
linguistik akan sangat membantu dalam
menjalankan tugasnya. Penyusun kamus yang baik
harus dapat memahami fonem- fonem bahasa yang
akan dikamuskan, penulisan fonem tersebut, makna
seluruh morfem yang akan dikamuskan dan
sebagainya.
Para penyusun buku pelajaran yang akan disusun
harus m e ng g una k a n k a li m a t y a ng s es
ua i d e ng a n t i n gk a t pemahaman siswa yang
akan membaca buku tersebut. Di samping itu mereka
harus mampu menyajikan materi dengan kosakata
dan kalimat yang tepat sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman. Linguistik akan sangat bermanfaat
bagi mereka.
Sebagai sebuah gejala yang kompleks, bahasa
dapat diamati atau dikaji dari berbagai segi. Hal ini
melahirkan berbagai cabang linguistik. Berdasarkan
segi keluasan objek kajiannya, dapat dibedakan
antara linguistik umum dan linguistik khusus.
Berdasarkan segi keluasan objek kajiannya, linguistik
dibedakan menjadi dua yaitu linguistik sinkronis dan
linguistik diakronis. Berdasarkan bagian-bagian
bahasa mana yang dikaji, linguistik dapat
dibedakan menjadi linguistik makro dan linguistik
mikro yang sering juga diistilahkan dengan
makrolinguistik dan mikrolinguistik.
Berdasarkan tujuannya, linguistik dapat
dibedakan antara linguistik teoritis dan linguistik
serapan. Berdasarkan alirannya linguistik dapat
diklasifikasikan menjadi linguistik
tradisional, linguistik struktural, linguistik
transformasional,

18 Dr. Surastina, M.Hum


linguistik generatif, linguistik relasional, dan
linguistik sistematik. Di samping cabang-cabang
linguistik di atas, pembahasan fonetik dan fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik sebagai cabang
linguistik.
L i ng ui st i k t r a ns f o rm a s i m e la h i rk a
n t a t a b a ha s a transformasi generatif grammer
yang sering disebut dengan istilah tata bahasa
transformasi atau tata bahasa generatif. Tokoh
linguistik transformasi yang terkenal adalah Noam
Chomsky dengan bukunya Syntactic Structure (1957).
Buku tersebut terus diperbaiki oleh Chomsky
sehingga terlahir buku kedua yang berjudul Aspect of
the Theory of Sintax.
Chomsky menyatakan bahwa setiap tata bahasa
dari suatu bahasa merupakan teori dari bahasa itu
sendiri. Syarat tata bahasa menurutnya adalah:
pertama, kalimat yang dihaislkan oleh tata bahasa itu
harus dapat diterima oleh pemakai tata bahasa
tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-
buat. Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk
sedemikian rupa sehingga satuan atau sama istilah
yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala
bahasa tertentu saja, dan semuanya harus sejajar
dengan teori linguistik tertentu.
Selain hal di atas konsep dari Chomsky yang
populer h i ng g a s e k ar a n g a d al a h i s t il a h
d a n k o m pe t e ns i , d a n performasi.
Kompetensi adalah pengetahuan yang dimiliki
pemakai bahasa mengenai bahasanya. Hal ini
tersimpan dalam benak para pengguna bahasa.
Sedangkan performasi adalah penggunaan suatu
bahasa dalam keadaan nyata (situasi
sesungguhnya). Kedua konsep ini kiranya sejalan
dengan konsep langue dan parole yang dikemukakan
De Saussure.
Menurut teori semantik generatif, struktur
sintaksis dan semantik dapat diteliti bersamaan
karena keduanya adalah
satu. Struktur semantik ini serupa dengan logika,
berupa

Pengantar Semantik & Pragmatik 19


ikatan tidak berkala antara predikat dengan
seperangkat argumen dalam suatu proposisi.
Menurut teori ini argumen adalah segala sesuatu
yang dibicarakan, predikat adalah semua yang
menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat,
keanggotaan dan sebagainya. Jadi dalam
menganalisis sebuah kalimat, teori ini berusaha untuk
menguraikannya lebih jauh sampai diperoleh predikat
yang tidak dapat diuraikan lagi.
Makna juga berhubungan dengan bentuk. Apakah
suatu ungkapan dapat berbentuk bahasa tulisan
atau berbentuk bahasa lisan? Apakah seperti dalam
bahasa Inggris bahwa dalam suatu kata dapat
berupa bentuk lampau (past) dan bentuk sekarang
(present), misalnya: sing, song, singing, dan lain-lain.
Atau dalam kata-kata juga lebih dari satu bentuk,
seperti: man, men, man’s, men’s, yang dapat
merupakan bentuk tunggal, jamak, dan milik.
Contoh:
Bank : yang berarti bank sebagai instansi keuangan
Bank : yang berarti tepi sungai

Bahasa memiliki kata yang meliputi bentuk dan


makna. Arti kalimat tidak hanya tergantung dari
kata-kata yang menyusunnya tetapi juga bagaimana
kata-kata itu disusun.
Contoh:
It was raining yesterday (kemarin hujan)
 Was it raining yesterday? (hujankah
kemarin?) Atau
 John mengagumi Mary
 Mary mengagumi John

Makna juga dipengaruhi oleh karakter pemakaian,


apakah berupa pernyataan atau berupa
pertanyaan. Seperti pada

20 Dr. Surastina, M.Hum


contoh berikut:
 Olahraga bagus untuk anda.
 Jam berapa makan siangnya?

Tetapi ada bahasa alami yang tidak termasuk


dalam pernyataan atau pertanyaan, seperti:
 Exercise is good for you?

Ini adalah contoh kalimat yang maknanya


mengalami perubahan karena intonasi yang
seolahkal tanya yang bisa berarti surprise (rasa tak
percaya/kaget).
Ada beberapa teori tentang makna yang
berusaha menjawab pertanyaan: apa yang dimaksud
dengan makna?
a. Teori Referensia/makna denotasi
Yaitu makna sebuah ungkapan langsung
yang merujuk pada apa yang ia wakili atau
tuju. Contohnya kata ‘anjing’ akan merujuk
pada hewan anjing pada umumnya dan tidak
pada lainnya.
b. Teori ideasional/makna mental
Yaitu makna sebuah ekspresi yang
merupakan ide atau konsep yang ada dalam
pikiran manusia yang b e rk a i ta n de n g
an e ks p r es i at a u uj a ra n ya n g
disebutkan.
c. Teori Behavioris
Yaitu makna sebuah ekspresi yang stimulus
atau respon atau juga gabunga dari
keduanya.
d. Teori makna dalam penggunaan
Yaitu makna ujaran yang sangat ditentukan
oleh penggunaannya dalam bahasa.
e. Teori verifikasi
Yaitu makna ujaran ditentukan oleh verifikasi
dari

Pengantar Semantik & Pragmatik 21


kalimat dan proposisi yang
mengikutinya. f. Teori Truth-
conditional
Yaitu makna ujaran yang merupakan
kontribusi ujaran terhadap kondisi nyata dari
kalimat yang ada
ujaran di dalamnya.

22 Dr. Surastina, M.Hum


BAB II MASALAH
KELOGISAN

Bada bagian ini akan diperkenalkan alat-alat


konseptual dasar yang dijelaskan dengan konsep-
konsep logis tentang masalah-masalah semantik dan
pengetahuan-pengetahuan yang mendasari
terbentuknya makna dalam suatu bahasa.

A. Argumen dan Predikat


Hal yang mendasar dan perlu dipahami pada
logikal dan semantik adalah argumen dan predikat.
Argumen adalah orang atau melakukan atau
diperlakukan dalam satu kalimat. Sedangkan
predikat adalah perlakuan yang dilakukan oleh
argumen. Misalnya, John is tall, maka kita jelaskan
bahwa John adalah argumen, is tall adalah predikat.
Contoh lain, John likes Merry, maka John dan Merry
adalah argumen. Sementara like adalah predikat.
Pada kalimat John gave Merry a Rose, trerdapat tiga
argumen yaitu John, Merry, dan a rose, sedangkan
gave adalah predikat. Argumen bisa jadi lebih atau
kurang kompleks dalam internal struktur kalimat,
misalnya John was surprised that the man was tall.
Argumen : (i) John (ii) that the man was tall
Predikat : was
surprised Argumen :
(ii) the man Predikat
: was tall

Pengantar Semantik & Pragmatik 23


B. Denotasi, Referensi, Intensi dan Ekstensi
Bahasa digunakan untuk berkomunikasi tentang
benda- benda, kejadian-kejadian, dan menyebutkan
hal-hal yang ada di dunia. Salah satu cara
pendekatan dalam studi makna adalah usaha untuk
menghubungkan pernyataan-pernyataan dalam suatu
bahasa dengan aspek-aspek yang ada di dunia. Hal
ini disebut sebagai pendekatan makna
ekstensional. Misalnya, bila saya berkata ‘Kucing itu
lapar,’ maka saya berasumsi bahwa makna kucing di
sini adalah kucing secara umum, yaitu kucing yang
berkeluarga dengan singa, kucing yang binatang buas
dan lain-lain.
Pendekatan yang lain yaitu pendekatan makna
inten- sional. Misalnya, kata-kata kucing tadi,
mengapa kita memakai kata kucing, mengapa kita
tidak memakai kata pus atau si manis, karena ada
perbedaan antara kata kucing dan kata pus atau si
manis. Kucing umum, sementara kata pus atau si
manis bermakna khusus (kucing saya).

C. Kalimat, Pernyataan, Anak Kalimat dan Proposisi


1. Makna kalimat, kondisi sebenarnya isi
proposisional Kalimat adalah suatu unit tata
bahasa yang terdiri atas bentuk-bentuk kata yang
dibentuk dalam struktur kalimat khusus dan
mengandung arti. Kalimat dapat berstruktur
lengkap dan dapat berstruktur tidak lengkap,
tetapi secara implisit bermakna lengkap.
A : Katakan sesuatu yang
manis! B : Coklat.

Pada kalimat dialog A berstruktur lengkap


sedangkan dialog B berstruktur tidak lengkap
tetapi bermakna lengkap (Saya suka coklat).

24 Dr. Surastina, M.Hum


2. Arti
Pernyataan
Seseorang tidak bisa membuat satu pernyataan
dengan hanya memproduksi suatu kalimat dalam
bentuk ragam lisan. Seorang siswa dalan kelas
bahasa, misalnya mem- praktikkan tensis dalam
bahasa Inggris, berkata:
The cat sat on the mat.
The cat sits on the
mat. The cat will sit or
the mat.

Siswa tersebut tidak sedang membuat


pernyataan- pernyataan. Syarat pertama untuk
sebuah pernyataan adalah harus ada proposisi
yang harus diekspresikan. Syarat kedua harus
ada komitmen yang tepat dalam peletakan
proposisi.
a.
Proposisi
Suatu proposisi sederhana harus memiliki
arti (tersurat) atau hubungan dua atau lebih
arti (tersirat). Apakah strukturnya benar atau
tidak yang terpenting adalah proposisi harus
diekspresikan.
Pada ‘The cat sat on the mat’ secara struktur,
kalimat tersebut benar. Tetapi secara makna
akan benar bila the cat dan the mat
mempunyai arti yang spesifik.
b. Comitmen
Epistemik
Suatu proposisi sebenarnya tidak
mengkomunikasi- kan apapun. Proposisi
bukan bagian dari pengeta- huan. Proposisi
akan bermakna bila telah bergabung dengan
kata lain dan akan menjadi penting untuk
membatasi kata-kata yang dibatasinya.
c. Proposisi tidak
lengkap
Proposisi kadang kala tidak diucapkan secara
lengkap o l eh s i p e mb i c ar a te t a pi s
i p e nd e n ga r ak a n
Pengantar Semantik & Pragmatik 25
membentuk sendiri proposisi yang tidak
lengkap tersebut dalam alam pikirannya.
Dalam hal ini tidak ada komitmen epistemik
yang tepat dalam bahasa lisan.
3. Makna
Anak kalimat tidak akan bermakna lengkap bila
tidak berhubungan dengan kalimat yang lain.
Jadi secara struktur anak kalimat tidak lengkap,
tetapi secara makna anak kalimat tersebut
lengkap karena berhubungan dengan kalimat
lain.
4. Non declarative
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang tidak dapat
berdiri sendiri karena kata keterangan yang
seharusnya ada tetapi tidak disebutkan.
A : Hari apa besok? (pada saat bertanya
adalah hari
Sabtu
)
B : Besok hari
Minggu.

Pada dialog tersebut, A tidak menyebutkan hari


apa pada saat A berbicara.

E. Kelas Logikal
1. Hubungan-hubungan Kelas
a. Identiks
(kesamaan)
Dua kelas C1 dan C2 bisa dikatakan identik
(sama) bila sesuatu yang dimiliki oleh C1 juga
dimiliki oleh C2 demikian juga sebaliknya.
Misalnya, ke;as dari kata ayah (father) dengan
kelas orang tua laki-laki (male parent) adalah
kalimat identik (sama).
b. Inclustion
(inklusi)
Kelas C1 dikatakan termasuk kelas C2 jika
segala

26 Dr. Surastina, M.Hum


sesuatu yang ada pada C2 adalah juga bagian
dari C1 tetapi tidak sebaliknya. Contohnya
kelas hewan termasuk kepas anjing. Anjing
adalah sub kelas dari hewan dan hewan
adalah super kelas dari anjing.
c. Disjungsi
(pemisahan)
Kelas C1 dan C2 disebut terpisah jika ada
bagian C1 yang juga merupakan bagian C2,
misalnya benda berwarna merah akan
terpisah dengan benda yang berwarna hijau.
d. Interjeksi
(persimpangan)
Kelas C1 dan C2 dikatakan bersimpangan jika
mereka merupakan bagian satu sama lain
tetapi setiap bagian bukan merupakan milik
salah satu dari yang lain. Misalnya: kelas
benda warna merah dan kelas lingkaran
akan bersimpangan dalam istilah mode.
e. Union
(perpaduan)
Kombinasi bagian-bagian dari dua (atau lebih)
kelas disebut union (perpaduan) dari dua (atau
lebih) kelas. Jadi, perpaduan kelas anjing
dan kelas kucing merupakan kelas dari
semua bagian-bagian yang ada pada anjing
dan kucing.
2. Hubungan Kelas dan Hubungan Proposisional
Ada hubungan yang jelas antara hubungan kelas
yang dijelaskan di atas dengan hubungan
proposisi yang dijelaskan kemudian. Misalnya, it
is a dog (ini anjing) berkaitan dengan it is an
animal (ini hewan) dan ber- hubungan dengan
kenyataan bahwa kelas anjing adalah sub kelas
dari kelas hewan.
3. Mapping (pemetaan)
Kadangkala terjadi bahwa bagian satu kelas
mempunyai sayu hubungan yang bersesuaian
dengan satu atau lebih

Pengantar Semantik & Pragmatik 27


bagian-bagian dari sebuah kelas yang pararel.
Hal ini disebut mapping atau pemetaan. Sebagai
contoh, telah diketahui bahwa sidik jari manusia
tidak ada yang sama. Jadi, kelas setiap manusia
dan kelas sidik jari mempunyai mapping relation
(hubungan pemetaan) antara dua kelas tersebut.
Pada setiap bagian dari satu kelas bersesuaian
dengan bagian yang khusus pada kelas yang lain.

F. Hubungan-hubungan logis
Konsep penting lain yang dipinjam dari istilah
logika adalah hubungan antara bagian-bagian yang
ada. Bagian- bagian tersebut merupakan hal-hal yang
terdapat pada objek, masyarakat, tempat, gagasan,
dan hubungan tersebut bisa menjadi sesuatu;
‘Sandra dari’ ‘lebih keicl dari’, ‘bermain dengan’
logisnya berhubungan dengan.
Hubungan logis tersebut bisa dikelompokkan
menjadi empat bagian: transivity (kata kerja
transitif), symetry (simetri), refleksivity (refeksi),
converseness (kebalikan).
1. Transitivity (Transitif)
A mempunyai hubungan transitif jika A
mempunyai hubungan khusus dengan B dan C
dan selanjutnya berarti A mempunyai hubungan
dengan C. bila kita anggap A, B dan C adalah
manusia dan hubungan antar ketiganya adalah
‘lebih tinggi’ maka A lebih tinggi dari B, B lebih
tinggi dari C, jadi A tentu saja lebih tinggi dari C.
A mempunyai hubungan intransitive bila A
mempunyai hubungan dengan B dan b
mempunyai hubungan ke C, tetapi secara logika
tidak mungkin A mempunyai hu- bungan dengan
C. misalnya dalam hubungan ‘ibu dari’, jika A ibu
dari B dan B dari C, maka tidak mungkin A ibu
dari C.

28 Dr. Surastina, M.Hum


2. S i (simetri)
m m e t r y

Suatu hubungan simetri adalah seperti A


mempunyai hubungan yang khusus dengan B
dan B mempunyai hubungan yang khusus pula
terhadap A. misalnya A berdekatan dengan B,
tentu saja B berdekatan dengan A. Suatu
hubungan asimetrik bila A berhubungan dengan B
tetapi B tidak ada hubungan yang sama dengan A
tetapi ada juga hubungan yang bukan simetri dan
asimetrik. Misalnya, ketertarikan jenis kelamin.
Hubungan ini kita sebut hubungan non simetrik.
3. Refleksivity (refeksi)
Suatu hubungan refreksi jika sesuatu ada
hubungan dengan hubungan itu sendiri.
Misalnya, hubungan
‘bernama sama dengan’, ‘berumur sama dengan’
dan lain- l a in . Hub ung a n s a m a d e ng a n
t e r se b ut k i ta s eb ut hubungan infeksif.
4. Coperseness (kebalikan)
Coperseness (kebalikan0 adalah dua hubungan
yang kebalikan. Jika satu memberikan misalnya:
‘di atas’ dan
‘di bawah’. Jadi, bila A di atas B, maka pasti B di
bawah
A.

G. Perhitungan
1. Quantiviers (Penghitung)
Dalam hal ini fungsi proposisional dibatasi oleh
quantiviers (pembatas). Jadi predikat dalam
proposisi diaplikasikan pada argumen-argumen
(pernyataan). Quantiviers dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu eksistensial dan universal
quantivier.
Ekstensial quantivier seperti dicontohkan di
bawah ini;
Diketahui misalnya X1
bersin

Pengantar Semantik & Pragmatik 29


Tipe ini bisa diekspresikan secara logika 3 x
(bersin (x))
Bila diterjemahkan X adalah seseorang bersin,
maka logika bahasanya adalah terdapat paling
tidak satu individu X sedemikian hingga X adalah
seseorang dan X bersin.
3 x (bersin (X) dan man
(X)).
Universal quantivier berhubungan dengan bahasa
pada umumnya, misalnya: semua, setiap. Misalnya,
anjing adalah hewan, semua X adalah hewan, X
adalah seekor anjing berkaitan dengan X adalah
seekor hewan maka X (anjing (X) animal (X)).

2. Secope (Keleluasaan)
Dalam kalimat: Marry menjambak rambut John dan
menciumnya la gi . Ki t a t i d ak t a hu t an p a
m e l ih a t ko n t ek s ya n g mengikutinya,
apakah kata ‘lagi’ berlaku untuk kata mencium
atau juga untuk kata menjambak atau
keduanya.Jadi, secope di sini adalah kalimat yang
mempunyai makna ambigu karena ada kata
hubungan yang kurang jelas fungsinya. Pada
kalimat Wanita dan orang asing harus mendaftar
kepada polisi. Kita tidak tahu apakah wanita juga
harus mendaftar pada polisi atau orang
asing saja.

30 Dr. Surastina, M.Hum


BAB III
TIPE-TIPE DIMENSI

A. Pendahuluan
Pada bab ini akan dijelaskan jangkauan macam-
macam makna dalam suatu bahasa. Sebelum
membahas lebih jauh kita harus memahami apa yang
dimaksud dengan makna.
Makna dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang dipengaruhi oleh hubungan normatif dari
ekspresi-ekspresi ketatabahasaan. Sedangkan,
hubungan normatif adalah suatu konsep yang
menggunakan kombinasi dari beberapa elemen
ketatabahasaan, bisa dikatakan bahwa makna adalah
sesuatu yang dipelajari dengan mengamati hubungan
interaksi antara elemen yang satu dengan elemen
yang lain, dalam bentuk konstruksi yang lebih besar
adalah kalimat. Jadi, bila ekspresi berbeda makna
maka konteks melatarbelakangi pasti berbeda. Begitu
juga bila dua ekspresi bermakna sama konteks yang
melatarbelakanginya pun akan sama.
1. P en y i mp a n ga n Se m a nt i k v e r sus pe
n y im p a ng a n
Tatabahasa
Dalam hubungan dengan makna kita bisa
memisahkan penyimpangan semantik dari
penyimpangan ketatabahasaan. Kriteria yang paling
sering ditemukan dalam pemisahan kedua tipe
penyimpangan tersebut adalah corribility (kebena-
ran); corribility mengklaim bahwa penyimpangan
ketata-

Pengantar Semantik & Pragmatik 31


bahasaan adalah secara tipikal dapat dibenarkan,
sedangkan penyimpangan yang lain tidak dapat
dibenarkan.
2. Tipe-tipe Penyimpangan (anomaly)
Di bawah ini ada beberapa tipe penyimpangan, akan
dijelaskan secara detil pada bab selanjutnya.
a. Pleonasme
p le on as mo a d al ah k al im a t at au e k
sp re si y an g berlebih-lebihan.
Misalnya: John melihat dengan
matanya.
Dengan matanya dianggap berlebihan karena
siapa- pun tahu kalau melihat pasti dengan
mata.
b. Dissonance (ketidakcocokan)
Dissonance adalah ketidakcocokan
penggunaan kata- kata.
c. Zeugma
Zeugma adalah usaha untuk membuat satu
ekspresi untuk dua semantik pada saat yang
sama.
Misalnya: Marry memetik mawar yang ia
tanam di taman setahun yang lalu.
d. Improbability (ketidakmungkinan)
Improbability adalah ekspresi-ekspresi yang
tidak mungkin terjadi.
Misalnya: Singgasana dikuasai oleh seekor
baboon (monyet besar) yang membawa pistol.
Biasanya kita merespon kalimat-kalimat
tersebut dengan kata-kata ‘Saya tidak
percaya, ‘wow luar biasa’, dan lain-lain.

B. Makna Deskriptif dan Nondeskriptif


Ciri-ciri makna deskriptif adalah sebagai berikut:
a. makna suatu kalimat diperoleh dengan tidak mem-

32 Dr. Surastina, M.Hum


pertimbangkan apakah proposisi yang
diekspresikan betul atau salah.
b. Makna suatu ekspresi harus berkaitan dengan
acuan konteks proposisi sebelumnya.
c. Ada jarak tempat dan waktu antara
pembicara dan apa yang ia katakan, sehingga
makna dalam suatu pembicaraan akan sangat
bergantung dengan situasi jarak tempat dan
waktu.
d. Makna bisa diambil dari konsep-konsep
pengalaman yang pernah dialami sehingga
pengalaman tersebut dapat dijadikan acuan
untuk makna suatu ekspresi.
e. Aspek deskriptif dari makna suatu kalimat
tidak berlaku pada suatu yang berpotensi
negatif atau pertanyaan suatu jawaban dari
teman bicara seperti
‘itu bohong’ atau ‘itu tidak benar’, target dari
makna deskriptif berada dalam lingkup
pernyataan.

C. Dimensi-dimensi Makna Deskriptif


1. Dimensi Instrinsik
Dimensi intrinsik adalah suatu elemen property
semantic yang mempengaruhi dirinya sendiri
tanpa tergantung pada elemen acuan yang lain.
a. Quality
(kualitas)
Quality adalah dimensi yang sangat penting
dalam makna deskriptif. Dimensi kualitas
adalah merupakan perbedaan antara: merah
dan biru, kucing dan anjing, apel dan jeruk, lari
dan jalan, benci dan sayang, di sini dan di
sana, dan lain-lain.
b. Intensity
(intensitas)
Dimensi makna intensitas sangat beragam
tanpa mengubah kualitas, misalnya seseorang
akan berkata

Pengantar Semantik & Pragmatik 33


besar (large) dan gede (huge) berbeda secara
kualitas. Misalnya:
Itu tidak hanya besar (large) tetapi gede
(huge); maksudnya tidak hanya besar tetapi
sangat besar.
Dari contoh tersebut kita tahu bahwa gede
dan besar berlainan makna secara kualitas
walaupun artinya sama: besar.
c. Specifcity (kekhususan)
Dimensi deskriptif kekhususan menunjukkan
jenis
property
logika.
Misalnya:
Itu anjing, secara umum terkait dengan dia
adalah seekor anjing.
Dari hal tersebut kita ketahui bahwa anjing
lebih khusus daripada hewan.
d. Vaqueness (kesamaan)
Dimensi Vaqueness adalah penggunaan kata
yang masih samar, artinya, misalnya
seseorang berkata
‘saya melihat reptil’. Kata reptil di sini tidak
jelas maksudnya, apakah yang dia maksud
adalah ular atau hewan reptil yang lain.
Dimensi vaqueness dapat dibagi dua, yaitu
pertama defnedness (ketidaktegasan) makna dari
proposisi tidak tegas maksud dan tujuannya, atau
terlalu banyak pengertian di dalamnya. Misalnya:
umur paruh baya dan umur lima puluhan, kedua
istilah tersebut diperuntukkan untuk makna yang
sama, tetapi artinya tidak jelas (tersamar). Ke dua
ada lah le xne ss (salah kaprah). Sub dimensi ini
dipergunakan secara luas tetapi secara makna
penggunaan hal tersebut salah.
Misalnya:
Para pelayat melingkari area
pemakaman.

34 Dr. Surastina, M.Hum


Makna melingkari dalam kalimat tersebut
bukan berarti melingkari membentuk bulatan.
e. Basicness (dasar)
Dimensi ini mempertimbangkan makna kata
daripada makna yang lain. Artinya ada
proposisi yang lebih dasar dibandingkan
dengan proposisi lain. Suatu perbedaan
pendekatan bahasa dan makna terjadi antara
antar berhubungan erat dengan pengalaman
kehidupan sehari-hari. Dari pengalaman
tersebut kata dasar bisa terbentuk, misalnya
kata ‘dingin’ bisa jadi hasil dari rasa yang
dialami secara langsung, tetapi makna kata
yang membatasi kata tersebut sebagai
adjektif tidak bisa dihubungkan dengan
pengalaman yang dialami.
Misalnya: Sangat/cukup/tidak terlalu dingin.
Perbedaan yang dibuat di sini sesuai dengan
makna konkret sebagai lawan dari makna
abstrak.
Makn a dalam fi losof i bahas a diarti kan
seb agai kumpulan kata, dikenal sebagai kosakata.
Hasil pengamatan yang maknanya sesuai dengan
hubungan kata-kata tersebut dengan keadaan
lingkungan yang diamati. Makna kata mestinya
tidak berhubuungan dengan makna kata atau
kumpulan kata lain. Kita bisa mengambil item-item
kosakata yang diamati kepada kata yang lebih dasar
atau kata yang mendasari kosakata tersebut. Dengan
kata lain bahwa kata konkret (bisa diamati) adalah
kata dasar akan dipelajari lebih dahulu, bahkan
mungkin lebih dahulu muncul dalam
perkembangan bahasa manusia. Ahli linguistik
kognitif percaya bahwa pengetahuan dibangun dari
yang konkret ke yang abstrak, dan domain konkret
mendasari komain abstrak.
f. Viewpoint (sudut pandang)

Pengantar Semantik & Pragmatik 35


Sejumlah pandangan linguistik menjadikan
makna tertentu berdasarkan sudut pandang
dimana atau saat apa ekspresi tersebut
terjadi. Seperti kata ‘itu’, ‘ini’,
‘di sini’, ‘di sana’, ‘sekarang’, ‘kemudian’,
dan lain- lain akan bermakna sama bila sudut
pandang pem- bicara sama dengan sudut
pandang pendengar. Misalnya,
Buku itu di atas meja, semakna bagi
pembicara dalam konteks tertentu, dan akan
semakna dengan Buku ini di sini, bila buku
yang dimaksud sama dan tergantung pula
dengan posisi (baik tempat maupun waktu) si
pembicara.
Perhatikan perbedaan antara a, b, c,
dan d. a. Desa itu di sebelah
bukit.
b. Desa di sebelah lain
bukit. c. Desa itu di atas
bukit.
d. Desa itu di sekitar sebelah lain
bukit.

Jelas bahwa keempat kalimat tersebut


menjelaskan informasi yang sama, tetapi ada
perbedaan sudut pandang secara implisit. (a)
memberikan informasi yang disebut p en j e la s a
n s udut pa n d an g be b a s, p o si s i d e s a i t
u. (b ) memberikan pada kita syarat pengetahuan
rujukan yang mengandung banyak tafsiran (di
sebelah dari apa). (c) dan (d) menggunakan sudut
pandang yang berbeda tetapi keduanya mengambil
sudut pandang yang sama dari seseorang yang
berjalan-jalan di desa dari lokasi si pembicara. Dala
hal ini (c) pembicara pernah mengadakan
perjalanan ke atas bukit, sementara (d) si
pembicara pernah mengadakan perjalanan di sekitar
bukit.

36 Dr. Surastina, M.Hum


2. Dimensi Relatif
Pada tiga bagian berikut kita akan melihat
parameter- parameter yang tidak terlalu
berhubungan dengan makna tetapi berhubungan
dengan bagian-bagian semantik yang merupakan
bagian-bagian bentuk pengertian dari suatu leksikal
sempurna.
a. Necesity and Expectekness (kebutuhan dan
harapan) Parameter pertama adalah
kebutuhan, pandangan sederhana dari
parameter ini adalah membuat suatu d i ko t o
mi y an g te r j ad i an t a ra k eb ut uh a n
d a n hubungan ketergantungan logis antar
kalimat dan m en gg una ka n k et er k ai ta
n unt uk me mut us ka n apakah bagian
(kalimat) dibutuhkan atau tidak. Misalnya,
kita bisa katakan bahwa ‘menjadi seekor k
ew a n’ ad a la h s uat u k e b ut uha n d a
ri ‘a n ji n g’ , sementara ‘kemampuan untuk
menggonggong bukan suatu kebutuhan.
Contoh
:
X adalah anjing berkaitan dengan Y adalah
seekor hewan.
X adalah anjing tidak terkait dengan X bisa
meng- gonggong.
b. Suficiency
(kebercukupan)
Suficiency adalah salah satu bagian dari
necessity (dimensi kebutuhan), kita secara
normal mengatakan sesuatu dalam bentuk
suficiency (cukup/efisien) dalam
menjelaskan kelompok yang terdiri atas
bagian- bagian. Misalnya, cukup dengan
mengatakan pria dan kuda kita secara efisien
(cukup) unutk menggambar-
kan suatu
kejantanan.

Pengantar Semantik & Pragmatik 37


c. Salience (keterpentingan)
Sesuatu akan penting berdasarkan latar
belakang, dan kekuatan lebih dalam
memperoleh perhatian. Hal ini akan terlihat
bila salah satu elemen linguistik ber- hadapan
dengan elemen linguistik yang lain dalam
suatu ekspresi yang lebih besar. Salah satu
cara dalam menafsirkan keterpentingan ini
adalah bagaimana cara termudah dalam
memperoleh informasi (dalam suatu kalimat).
Jelasnya, bagian termudah dalam
memperoleh informasi tersebut akan
memainkan bagian lebih besar dari proses
semantik daripada bagian yang lebih sulit
dalam memperoleh informasi- nya.

D. Dimensi Nondeskriptif
1. Expressive Meaning (makna yang bersifat
menyatakan perasaan)
Perhatikan perbedaan antara A
dan B: A : Gosh! (Wah!)
B : I am surprised (Saya terkejut)

Kalimat A adalah kalimat subjektif tidak


menghadirkan suatu kategori konseptual kepada
pendengar. Kata tersebut hanya mengekspresikan
perasaan emosi yang sama halnya dengan meongan
suara kucing atau tangisan bayi. Kata tersebut juga
tidak bisa direspon, misalnya dengan kata
‘benarkah?’ atau ‘kamu bohong’ yang mungkin saja
dapat dilakukan pada kalimat B.
Kalimat A juga akan berubah makna bila
diucapkan dengan cara yang berbeda, misalnya
lebih keras atau lebih
panjang. Kalimat B mengekspresikan suatu proposisi yang

38 Dr. Surastina, M.Hum


bisa direspon dengan pertanyaan atau sangkalan
atau diekspresikan oleh orang yang sama pada saat
atau tempat yang berbeda tetapi bermakna sama.
2. Dialek dan Tinggi Rendah Suara Menimbulkan
Makna
P er b e da a n d i a le k ad a l ah p er b e da a
n d a l am s ua t u penggunaan bahasa berdasarkan
pembicara, dan tinggi rendah suara adalah
perbedaan dalam suatu percakapan suatu
komunitas berdasarkan situasi dimana komuniyas itu
berada. Kedua perbedaan ini dapat menimbulkan
makna (baru) dari suatu kata.
Ada tiga tipe dialek utama, yaitu dialek yang
bersifat geografis, dialek yang bersifat temporal dan
dialek yang bersifat sosial. Dialek yang bersifat
geografis adalah tipe dialek yang menjelaskan
dirinya sendiri. Dialek yang bersifat temporal
adalah tipe dialek yang digunakan oleh pembicara
berdasarkan kelompok umur. Dialek sosial adalah
dialek yang digunakan oleh pembicara berdasarkan
status sosial.
Sedangkan bagian dari tinggi rendahnya suara
dibagi dalam feld (tempat), mode (cara) dan style
(gaya bahasa). Field (tempat) berhubungan dengan
wilayah dimana dialek itu berada, misalnya dokter
berbicara dengan dokter yang lain akan
menggunakan istilah kedokteran, misalnya tyerxia
untuk istilah umum fever (demam). Mode
berhubungan dengan perbedaan antara karakteristik
bahasa dalam suatu ragam yang berbeda. Misalnya,
ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis, ragam
bahasa zaman dahulu, dan ragam bahasa telegram
atau e-mail. Style (gaya bahasa) berhubungan
dengan dialek resmi atau tidak resmi, misalnya
mangkat lebih resmi bila
dibandingkan dengan meninggal
dunia.

Pengantar Semantik & Pragmatik 39


E. Memahami Makna Kata
Bagaimanakah seseorang dapat memahami
makna kata? Untuk beberapa kata, khususnya kata
benda seperti ‘meja’ da n ‘k urs i’ d ala m ba has a
In ggr is a da pend apa t ya ng mengungkapkan
bahwa kata-kata itu maknanya sebagai teori m ak n a
r e f er e n si a l y a n g t e la h di s e but k an d al
a m b a b sebelumnya.
Pendapat lain mengungkapkan bahwa kata-kata
itu bisa memiliki makna yang berbeda-beda sesuai
dengan fungsinya. Beberapa teori telah mengikuti
teori ini yang akan diterapkan dalam linguistik sastra
dan filosofi semantik. Tidak ada alasan yang
meragukan ketika suatu kata akan dijabarkan seperti
anjing dan kucing, atau meja dan kursi yang pada
umumnya kata-kata itu memiliki makna yang luas
untuk dijabarkan tidak hanya melalui makna
referensial tapi juga bisa dijadikan makna alternatif
dari makna leksikal.
Kata merupakan unit ujaran yang bebas dan
mempunyai makna. Dalam bahasa, kata dapat
mengungkapkan pikiran, perasaan, emosi,
perlakuan dan kepribadian manusia.
Perbendaharaan kata penting untuk menjalin
komunikasi yang sempurna. Semakin banyak kata
dikuasai oleh seseorang, semakin banyak ide atau
gagasan yang mampu untuk diungkapkannya.
Dalam kajian bahasa, bidang yang mengkaji dan
menganalisis makna kata dalam ayat dikenal
sebagai semantik. Terlebih lagi kita bisa
membedakan antara makna denotasi dan makna
referensial. Sebuah kata memiliki makna referensial
kalau ada referensinya atau acuannya. Kita juga akan
menemukan makna lain dari makna leksikal seperti
kata- kata ‘meja’ dan ‘kursi’ yang kita sebut dengan
nilai rasa suatu bahasa. Dimana antara nilai rasa
suatu bahasa dan makna
denotasi saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

40 Dr. Surastina, M.Hum


Pertanyaan yang harus digarisbawahi adalah
apakah beberapa kata yang lain memiliki kata dasar.
Sangat beralasan jika kita membahas tentang
masalah ini. Seperti contohnya, kata ‘anak anjing’,
ada yang menyebutkan ‘puppy’ yang artinya adalah
anjing kecil. Ini adalah cara lain ketika kita
menjelaskan kepada anak-anak yang ingin belajar
bahasa Inggris (asumsi bahwa mereka sudah
memahami arti dari kata
‘anjing’ dan ‘kecil’). Mengacu pada setiap kata yang
memiliki kata dasar, apakah ada kata asli yang dapat
mengartikan kata dasar, sehingga ada kemungkinan
kosakata lain memiliki makna yang sama.
Menurut kamus standar dalam dua bahasa
biasanya menjelaskan arti kata dengan
menyuguhkan arti susunan linguistik yang berbeda-
beda dimana objek dari suatu bahasa digunakan oleh
si pengguna bahasa itu sendiri. Format seperti ini
dapat ditemukan dari kamus ke kamus. Terlihat juga
dari tingkatan kelas suatu kata dengan kata yang
lain, disebut dengan fungsi kata atau bentuk kata
non leksikal, seperti preposisi (of, in dan sebagainya)
atau dengan penggunaan artikel (the, a, an). Namun
format ini akan sangat sulit untuk menjabarkan dari
makna suatu kata karena adanya makna gramatikal
yang lebih berperan daripaa makna leksikal. Makna
gramatikal adalah makna yang dapat berubah sesuai
dengan k on t e ks p em a k ai a n . K a ta t er s e
but me n g al a m i p r os e s g ra m a ti k a li s a si
p ad a pe m a je m uka n , i m b uh a n d a n
pengulangan. Pada bab ini, kita fokus pada kata yang
memiliki makna leksikal, leksim yang memiliki bagian
kata dari kata benda, kata kerja, kata sifat, dan
bagian-bagian dari kata keterangan. Makna leksikal
adalah makna yang tetap tidak berubah-ubah sesuai
denganmakna yang ada di kamus.
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil memiliki dua

Pengantar Semantik & Pragmatik 41


aspek, yakni aspek bentuk dan ekspresi dan aspek isi
atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang
dapat dicerna oleh pancaindera, baik didengar
maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang
menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran
pendengar atau pembaca karena rangsangan atau
stimulus aspek bentuk tadi. Contohnya kata ‘anjing’,
dalam bahasa kamus dikaitkan bahwa anjing adalah
bagian dari spesies dan genus yang sama dengan
hewan pemakan daging.
Di sini penulis ingin menitiktekankan arti kata
‘anjing’ dengan membandingkan secara makna
denotasi dan makna nilai rasa.
Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya
yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna
pada kalimat yang denotatif tidak mengalami
perubahan makna. Makna denotasi ialah makna kata
yang tersurat. Makna konotasi juga disebut makna
emotif atau makna evaluatif. Terdapat kata-kata
sinonim yang memiliki makna denotasi yang sama
tetapi makna konotasi yang berbeda. Namun ada
beberapa hal yang harus dijadikan acuan dalam
mengartikan nilai rasa.
Pertama, nilai rasa suatu bahasa merupakan
bagian dari hubungan interleksikal dan intralingual.
Dengan kata lain, hubuungan antara keduanya
dapat digunakan di dalma kalimat yang sama. Nilai
rasa suatu bahasa dapat dibedakan dengan jelas dari
makna denotasi. Perbedaan antara nilai rasa suatu
bahasa dan makna denotasi dapat diterapkan dalam
ekspresi makna bahasa yang berbeda-beda
seperti kata
‘leksim’, ‘kata’ atau ekspresi linguistik.
Contohnya, kata
‘binatang’ memiliki makna yang sama dengan anjing
atau dengan makna hewan yang lainnya.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan

42 Dr. Surastina, M.Hum


atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa
pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada
apa yang didengarnya, d en g a n k a ta l ai n re s
p on s ak a n m un cul be r d as a r ka n
stimulusnya.
Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan
dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan
serangkaian kata yang mengusung amanat. Makna
kata merupakan hubungan antara bentuk dengan
sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang
bunyi dengan sesuatu yang ada acunya. Kata anjing
merupakan bentuk atau ekspresi ‘sesuatu yang diacu
oleh kata anjing’ yakni ‘seekor binatang yang larinya
kencang dan galak.’ Kedua istilah yang disebut
referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan
menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua
macam yakni makna denotatif dan makna nilai rasa.
Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan
dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak
menimbulkan intepretasi tambahan. Makna denotatif
disebut juga dengan istilah makna denotasial, makna
kognitif, makna konseptual,makna ideasional, makna
referensial,atau m ak n a p r op o s io n a l (K er a f ,
2 0 0 2: 2 08 ). Di s e b ut m ak n a denotasional,
konseptual, referensial dan ideasional karena makna
itu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu
dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena
makna itu berhubungan dengan kesadaran,
pengetahuan dan me- nyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis
h ar us ha t i- ha t i da l am m e mi l ih k a ta y a
ng d i gun ak an . Sebenarnya memilih kata-kata
bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih
kata-kata bermakna konotatif.
Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan
menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata
dengan

Pengantar Semantik & Pragmatik 43


barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan
sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu
dari barang yang diwakilinya.
Kedua, makna denotasi dan nilai rasa suatu
bahasa memiliki persamaan dalam penerapan
kedalaman makna leksikal. Contohnya, ‘anjing
domestik’ merupakan komposisi ekspresi makna
leksikal. Secara teknisnya, makna denotasi dan nilai
rasa suatu bahasa merupakan kesatuan dari fungsi
bahasa.
Ketiga, makna denotasi dan nilai rasa suatu
bahasa tidak hanya saling ketergantungan antara
yang satu dengan yang lainnya. Semakin besar
makna denotasi, maka semakin kecil p ul a m a kn a
n i l ai ra s a s ua t u b ah a sa , d a n s e ba l ik n
ya . Contohnya, makna kata denotasi dari ‘binatang’
memiliki makna yang lebih luas dari kata ‘anjing’
(semua anjing adalah binatang, tetapi tidak semua
binatang adalah anjing), tapi nilai rasa dari kata
‘binatang’ lebih spesifik daripada kata-kata
‘anjing’ yang memiliki makna
sempit.
Terakhir, dalam berkomunikasi setiap orang
mengguna- kan kata (bahasa). Para linguis sampai
sekarang masih mem- perbincangkannya karena
belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah
kata bisa digunakan olehe para tatabahasa- wan
tradisional. Menurut mereka, kata adalah satuan
bahasa yang memiliki satu pengertian atau kata
adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi,
dan memiliki satu arti. Para tatabahasawan
struktural, penganut aliran Bloomfield
menyebutnya morfem. Batasan kata yang dibuat
Bloomfield sendiri yakni kata adalah satuan bebas
terkecil.
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah
pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang
digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam
berkomunikasi harus saling

44 Dr. Surastina, M.Hum


memahami atau saling mengerti, baik pembicara
maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam
sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata
mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide.
Dengan kata lain kata adalah media yang digunakan
untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada
orang lain. Menurut Keraf (2002: 21), ‘Kata-kata
ibarat pakaian yang dipakai pikiran kita. Tiap kata
memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus
mengetahui jiwa, agar ia dapat menggerakkan orang
lain dengan jiwa dari kata-kata yang dapat
digunakannya.’

F. Ekspresi yang Mendasar dan Tidak


Mendasar
M en ur ut R us s e l d i ny a t ak a n b a h wa
k ar a k te r i st i k k ej er n ih an da n c ar a m en
ge mb a ng ka n k at a -k at a y an g mendasari
prinsip menarik membuat formulasinya perbedaan
sangat menarik. Objek kata-kata yang didefinisikan
secara logis sebagai kata-kata yang memiliki makna
dal isolasi dan psikologis sebagai kata-kata yang
telah dipelajari tanpa sebelumnya telah mempelajari
kata-kata lainnya.
Menurut Russel (1940: 62-63) kata-kata yang ada
dalam kamus kontras adalah kata-kata yang telah
ditentukan secara logis dan psikilogis lebih mendasar
pada kata benda. Pada keterangan yang paling
otentik secara eksplisit definisi tersebut akan
melibatkan menunjuk pada satu atau lebih entitas
yang dilambangkan pada kata-kata.
Contoh:
1. Ini adalah sebuah benda.
Benda tersebut menunjuk pada satu atau lebih kata
‘kambing’.
2. Itu adalah kambing.
Definisi dari kata benda yang menjelaskan makna kata

Pengantar Semantik & Pragmatik 45


yang kontras dengan kata-kata dan kamus
sepenuhnya masalah denotasi, harus dipandang
sebagai sebuah contoh dan beberapa kelas, tetapi
juga harus tahu sebelumnya atau dapat menyi
mpulkan ke benaranny a dari ke las yang s
edang dicontohkan, setiap kelas entitas contoh yang
berpotensi set kelas terbatas. Contoh: Fido adalah
kelas member anjing, itu juga tanpa batas waktu
banyak subkelas (spenils, anjing dengan telinga
terkulai, anjing dengan rambut coklat kemerahan,
dan lain-lain, dan tanpa batas waktu banyak kelas
yang lebih besar entitas pada anjing sebuah subkelas
misalnya (mamalia, binatang berkaki empat makhluk
entitas fisik dan lain-lain), dan yang paling penting
dari semua, tanpa batas waktu kelas entitas yang
sedikit, jika ada anjing-anjing yang lain, banyak
anjing yang tidak mungkin milik (misalnya, ponsel
classof entitas yang membuat suara dikenali dan
membuat anak kecil dengan kenikmatan sebuah
kelas juga mencakup mummy, daddy, penyedot debu
dan lain-lain).
Sekarang mari kita membicarakan yang disebut
Russel sebagai kondisi pada ekspresi dasar yang
artinya mereka harus logis dan psikologis independen
dari arti ekspresi lain. Ahli yang berbeda
memberikan gagasan tentang kelas yang
dimaksudkan untuk dicontohkan oleh entitas
diindikasikan menggunakan dasar ungkapan lain atau
non dasar yang terlait dalam arti untuk kata yang
sedang didefinisikan. Contoh:
1. Jika seseorang mengatakan tidak.
2. Hewan itu adalah anjing.
3. Penyedot debu atau karpet jika satu kata.
4. Itu adalah kambing – bukan kucing.

Pada contoh di atas akan menarik perhatian si


penerima unutk fitur kedua fenomenal dan fungsi
yang membedakan

46 Dr. Surastina, M.Hum


antara anjing dengan kucing. Singkatnya definisi
tersebut jauh lebih mungkin berhasil jika kondisi
atomisity dijatuhkan. Pokoknya terlepas dari
apakah pada prinsipnya adalah mungkin untuk
mempelajari denotasi satu ungkapan yang
berhubungan dalam arti tampak jelas bahwa manusia
tidak terlepas dengan cara ini dalam praktiknya.
Mereka tidak seperti anak-anak yang pertama
belajar mengenal warna seperti warna cokelat dan
merah muda. Russel mengklaim bahwa kata dasar
didefinisikan sebagai psikologis, dalam hal ini
dipahami untuk membuat referensi dengan akuisisi
bahasa oleh anak-anak dalam kondisi normal, maka
rasa dan denotasi tentang apa yang dianggap
mungkin sebagai kata dasar dalam psikologis tidak
independen satu sama lain. Contoh: dari bahasa
Inggris termasuk manusia, anjing, kuning, keras,
manis, berjalan, berlari, makan, minum, atas, bawah,
di, dan, sebelum, sesudah, semua ini dianggap
masuk akal oleh rasionalis dalam empiris perdebatan
sebagai kata-kata yang maknanya mungkin diperoleh
atas dasar pengetahuan yang ditransmisikan secara
biologis bawaan berinteraksi dengan pengalaman.
Jelas jika argumen beberapa paragraf terakhir
diterima tidak dapat kita satukan. Russel mengatakan
bahwa ungka- pan-ungkapan dasar adalah mereka
yang sepenuhnya ditentukan oleh denotasi dan
non ekspresi dasar adalah mereka yang masuk akal.
Pada pengertian yang kedua dalam kehidupan
sekari-hari kata-kata ‘anjing atau serigala’
diperlukan lebih mendasar daripada kata-kata yang
kurang dikenal seperti kata ‘mamalia’ atau hewan
peliharaan.

G. Makna Alam
Kebudayaan
Para penutur bahasa Inggris atau bahasa lain sering

Pengantar Semantik & Pragmatik 47


terkejut ketika diberitahu bahwa ada leksem dalam
bahasa mereka yang tidak dapat disesuaikan dengan
setara leksem deskripsi dalam bahasa lain. Namun
memang tidak seharus- nya berpikir bahwa itu hanya
kata-kata yang menunjukkan budaya atau geografi
kelas entitas (misalnya: kata kuil, bu- merang,
museum, menara, dan sebagainya). Deskripsi mereka
yang tidak memiliki padanan dalam bahasa lain.
Ada banyak salju di Greenland, tidak ada
kelangkaan pasir di Gurun Australia, dan unta yang di
sebagian besar negara- negara Arab. Tidak ada satu
kata umum untuk salju di Eskimo, tidak ada kata
untuk pasir dalam banyak bahasa-bahasa asli
Australia, tidak ada kata unta dalam bahasa Arab.
Pada contoh-cpntoh di atas kini telah menjadi biasa
dan secara luas dikutip dalam buku-buku teks
linguistik.
Perlu dilihat dari contoh apa yang kita anggap
sebagai bahasa eksotis. Meskipun kesan yang
mungkin diberikan oleh kamus dwibahasa standar,
seperti kata bahasa Inggris umum sebagai ‘coklat,
monyet, kursi, kendi, karpet.’ Tetapi bahasa ironi tidak
sama jika diterjemahkan dalam kebiasaan bahasa
Perancis, keluar dari kontek tanpa menambah atau
meng- urangi dari pilihan yang berubah-ubah.
Menurut konteks
‘coklat’ yang diterjemahkan dalam kebiasaan bahasa
Perancis kadang-kadang menjadi ‘membakar’ dan
kadang ‘maron’ belum lagi ‘beige’ dan kata-kata
serupa yang lebih spesifik. Bahkan ada kata lain
dengan mengacu pada sepatu pria, ketika coklat (kita
tahu bahwa warna ini mengacu pada warna terang)
mungkin akan diterjemahkan dengan ‘jaune’ yang
biasanya artinya kuning. Perbedaan leksikal antara
bahasa-bahasa sering dirangkumkan oleh ahli bahasa
digeneralisasi sebagai berikut: setiap bahasa
membagi atas dunia atau realitas dengan
cara sendiri. Perumusan yang lebih kontroversial
dari titik

48 Dr. Surastina, M.Hum


yang sama, kebiasaan beberapa tahun terakhir
terkait dengan nama-nama linguis Amerika Erward
Sapir dan Benjamin Lee Whorf, adalah apa yang kita
anggap sebagai dunia, atau kenyataan, sebagian
besar adalah kategori produk yang dipaksakan.
Sebagian besar penutur bahasa Inggris akan
mengalami kesulitan dalam menentukan karakteristik
yang menentukan jenis alam dilambangkan dengan
kata ‘anjing’, bahwa denotasi dan ‘anjing’ adalah
seperti kata-kata lain yang menunjukkan alam dan
budaya. Jenis ini agak kabur dan tidak tentu bahwa
ketika memutuskan apakah seorang individu (atau
kelas tertentu entitas) adalah salah satu anggota
atau subkelas dan pertanyaan sejenis di alam
misalnya, dalam pengadilan hukum atau untuk
tujuan yang scentifik keputusan biasanya
dipercayakan kepada ahli.
Penutur bahasa biasanya beroperasi dengan apa
yang telah disebut dengan prototipe (atau
stereotipes) apa yang ingin mereka rujuk sesuai
dengan prototipe. Contoh prototipe untuk ‘anjing’
mungkin akan lebih sesuai dengan definisi Longman,
yang berlawanan dengan definisi pada bagian Collin
yang umum berkaki empat, menyukai daging.
Binatang terutaman salah satu dari banyak varietas
yang digunakan oleh manusia sebagai pendamping
atau untuk berburu, bekerja, menjaga dan
sebagainya.
Karena prototipe pengertian semantik sering
digabungkan dengan jenis alam, sedangkan secara
historis jenis alam ini terkait dengan filosofis realism,
ada titik yang serupa harus dibuat tentang
kognitivisme dan realisme. Sebagaimana telah kita
lihat pengertian semantik prototipe pada awalnya
pada bagian leksikal, semantik dapat dalam definisi
kata-kata yang
menunjukkan jenis alam, seperti anjing, harimau,
lemon.

Pengantar Semantik & Pragmatik 49


Tapi pada bagian ini tidak ada alasan untuk
mengatakan bahwa arti dari kata-kata seperti alam
berbeda secara kualitas dari makna kata-kata yang
menunjukkan jenis budaya. Dan pengertian tentang
semantik prototipe telah diterapkan oleh linguistik
tidak hanya untuk kata benda yang menunjukkan
jenis budaya (seperti bujangan, cangkir, atau kursi)
tetapi untuk berbagai subkelas dari kata kerja
dan kata sifat,
termasuk warna dan istilah.

50 Dr. Surastina, M.Hum


BAB IV
KOMPOSISIONALITAS dan
DEKOMPOSISI

A. Prinsip Komposisionalitas
Dalam bab ini akan dibicarakan bagaimana
makna-makna berkombi nasi bersama mem
bentuk makna ya ng lebih kompleks. Kita mulai
dengan memperhatikan prinsip-prinsip dasar
interpretasi dari suatu ekspresi linguistik yang
kompleks yang disebut dengan prinsip-prinsip
komposisionalitas, yaitu: makna dari suatu bentuk
kompleks secara gramatikal adalah suatu fungsi
komposisi makna dari unsur-unsur utama
ketatabahasaannya. Prinsip di atas mempunyai tiga
syarat pernyataan:
1. makna suatu ekspresi kompleks
ditentukan oleh makna unsur-unsur
utamanya.
2. Makna suatu ekspresi kompleks bisa
ditafsirkan dari aturan umum dari makna
unsur-unsur utamanya.
3. S e ti a p un s ur - uns ur ut a m a ke
ta t a ba h a sa a n mempunyai suatu makna
yang menyumbang makna terhadap makna
secara keseluruhan.
Syarat (2) masuk pada syarat (1), tetapi syarat (1)
harus benar tanpa harus syarat (2) menjadi benar.
Syarat (3) merupakan syarat utama dari syarat (1)
dan (2). Pokok pikiran dari prinsip-prinsip ini
berasal dari asumsi pokok yang
pertama, suatu bahasa mempunyai suatu jumlah
kalimat

Pengantar Semantik & Pragmatik 51


gramatis yang tak terbatas. Kedua bahwa bahasa
mempunyai eksplorasi ungkapan yang tak terbatas
pula

B. Struktural Semantik
Kata-kata tidak dapat didefinisikan secara bebas
terhadap kata-kata yang lain. Mereka saling
membatasi dan ber- hubungan. Dilihat dari sudut
pandang struktural semantik, makna bahasa (struktur
kosakata) dapat dianggap sebagai sebuah jaringan
hubungan indera, dimana setiap untai me- rupakan
salah satu relasi dan masing-masing simpul dalam
makna yang berbeda.
Kata kuncinya adalah ‘struktur’ dan ‘hubungan’,
masing- masing dalam konteks menentukan yang
lain. Kata ‘struktur’ (m el a l ui k at a si f a t y a ng
s es ua i ‘ s t ruk t ur a l ’) i ni t el a h memberikan
label – strukturalisme – yang membedakan dari pra
modern linguistik dengan modern linguistik. Banyak
sekolah linguistik struktural dan beberapa dari
mereka, sampai saat ini, belum banyak terkait
dengan semantik. Saat ini, bagaimanapun,struktural
semantik (dan lebih khusus lagi struktural leksikal
semantik) adalah sebagai struktural fonologi dan
morfologi struktural telah lama. Tetapi apakah
struktural semantik itu? Itulah pertanyaan yang kami
ambil di bagian berikut.
Strukturalisme bertentangan dengan atomisme.
Dengan demikian, ini adalah gerakan yang sangat
umum, atau sikap, di abad keduapuluh pemikiran,
yang telah mempengaruhi banyak disiplin akademis.
Telah cukup berpengaruh dalam ilmu-ilmu sosial dan
linguistik, semiotika dan kritik sastra (dan di berbagai
kombinasi dari dua atau ketiga interdisipliner).
Singkat tentang semantik struktural yang diberikan
di sini
adalah terbatas pada apa yang dijelaskan, lebih lengkap,

52 Dr. Surastina, M.Hum


sebagai linguistik strukturalis semantik, yakni
pendekatan untuk linguistik semantik (dan seperti
akan kita lihat, ada beberapa) yang didasarkan pada
prinsip-prinsip struktura- lisme. Semantik struktural,
dalam pengertian ini, tumpang tindih dengan jenis
lain struktural, atau strukturalis, semantik:
kebanyakan khususnya, di pos Saussurean tradisi,
dengan bagian-bagian sastra semiotik dan semantik.
Di sini, seperti tempat lain, ada kepalsuan tertentu
batas-batas disipliner.
Definisi yang telah diberikan dalam semantik
struktural, menkipun sengaja dibatasi linguistik
semantik, tidak pernah lebih luas daripada definisi
yang banyak akan memberikan dan mencakup
banyak pendekatan semantik linguistik yang tidak
secara lisan sebagai ‘struktur semantik’ dalam
literatur. Pertama-tama, untuk alasan historis label
‘semantik struktural’ biasanya terbatas untuk leksikal
semantik. Dengan melihat ke belakang sejarah
seseorang dapat melihat bahwa keterbata- san ini,
untuk mengatakan paling tidak, paradoksal. Salah
satu yang paling dasar dan prinsip-prinsip yang
paling umum adalah linguistik struktural bahasa
sistem terintegrasi, yang tidak gramatikal, leksikal,
dan fonologis adalah saling bergantung. Maka orang
tidak dapat masuk akal membahas struktur bahasa
kosa kata (atau leksikon) tanpa secara eksplisit
maupun implisit memperhitungkan dari struktur.
Alasan utama mengapa istilah ‘struktur semantik’
pada umumnya terbatas pada semantik leksikal
adalah bahwa dalam bagian awal abadini istilah
semantik (dalam linguistik) adalah dengan bersama
dibatasi. Ini tidak berarti, bagaimana- pun, bahwa
ahli bahasa generasi sebelumnya tidak peduli
dengan apa yang sekarang kita kenal sebagai non-
leksikal, dan lebih terutama tata bahasa, semantik.
Sebaliknya, tata
bahasa tradisional, baik sintaksis dan morfologi,
terutama

Pengantar Semantik & Pragmatik 53


semantik secara eksplisit didasarkan pada
pertimbangan: pada kajian tentang apa yang sedang
ditangani dalam buku ini di bawah rubrik makna
kalimat, tapi makna gramatikal kategori dan
konstruksi telah diselesaikan secara tradisional,
‘infeksi’ dan ‘pembentukan kata’ (sekarang disebut
derivation). Strukturalisme tidak memiliki seperti
yang meluas atau sebagai awal berpengaruh pada
kajian makna, baik leksokal atau non leksikal, seperti
yang terjadi pada kajian bentuk (fonologi dan
morfologi).
Istilah ‘struktur semantik’ memiliki cakupan yang
lebih sempit daripada seharusnya dalam
pembahasan, lebih ke titik mengapa pendekatan
struktural semantik diidentifikasikan. Dengan
demikian, masih belum juga diwakili sebagaimana
mestinya di sebagian besar buku linguistik. Pada saat
istilah
‘struktural semantik’ digunakan secara luas di Eropa
pada tahun 1950-an, istilah yang lebih umum
‘struktur linguistik’ te lah men jad i s ang at e rat
te rka it d i A mer ika Ser ika t. Pembatasan dalam
banyak hal yang dikenal sebagai Bloom- fieldian atau
pasca Bloomfieldian linguistik. Salah satu yang
membedakan versi linguistik struktural ini adalah
dengan perbandingan kurang perhatian pada
semantik. Lain pe- nolakannya terhadap perbedaan
antara sistem bahasa baik penggunaan sistem
(perilaku) atau produk dari penggunaan sistem
(ucapan-ucapan). Rehabilitasi semantik dalam
berpikir sebagai linguistik Amerika arus utama tidak
terjadi sampai pertengahan tahun 1960-an, dalam
periode klasik Chomsky tata bahasa yang generatif
dan ketika hal ini terjadi, kalimat itu berarti makna
leksikal yang perhatian khusus untuk ahli tata bahasa
generatif, di satu sisi dan semantik formal di lain
sisi.
Meskipun sekolah linguistik Bloomfieldian ini relatif tidak

54 Dr. Surastina, M.Hum


tertarik dalam kasus tertentu, ada tradisi lain di
Amerika Serikat yang sangat mewakili kalangan
antropologis ahli bahasa di tahun 1940-an yang
berasal dari Erward Sapir. Sapir menyebutkan
sehubungan dengan apa yang sering disebut sebagai
hipotesis Sapir-Whorf: bahwa setiap bahasa seolah-
olah hukum tersendiri, bahwa setiap bahasa memiliki
struktur unik dari kategori gramatikal dan leksikal,
dan menciptakan sendiri realitas konseptual dan
mengesahkan kategori struktur khusus ini pada dunai
sensasi dan pengalaman.
Tidak ada sangkut paut diperlukan antara
linguistik semacam ini (atau anti-universalisme) dan
prinsip-prinsip penting strukturalisme. Hal ini tidak
hanya terjadi, tetapi hal tersebut dapat
diperdebatkan bahwa Sapir sendiri tidak
berkomitmen untuk bersi relativistik yang kuat dari
hipotesis Sapir-Whorf. Memang, mereka
bertanggung jawan untuk mempromosikan di
Amerika Serikat strukturalis semantik leksikan jenis
tertentu, analisis komponensial, salah satu fitur yang
dioperasikan dengan satu set komponen atom makna
leksikal yang diasumsikan bersifat universal.
Karena banyak sekolah linguistik struktural, jadi
ada banyak sekolah semantik struktural (leksikal-non
leksikal). Namun kita akan memusatkan perhatian
pada pendekatan leksikal semantik yang barus saja
disebut: komponensial analisis, yang merupakan
sebuah metode analisis yang umum bagi beberapa
sekolah tersebut.
Analisis komponensial yang didasarkan pada
semacam a to mi sm e, m un gk i n ta mp ak ny a
ti da k s ej al an d en ga n strukturalisme. Tapi
tidak selalu demikian. Yang paling penting adalah
apakah atom makna ke dalamnya makna kata- kata
yang dianalisis atau factorized, dianggap sebagai
yang
logis dan secara epistemologi terlepas satu sama lain.
Beberapa

Pengantar Semantik & Pragmatik 55


praktisi dari analisis komponensial mengambil
pandangan ini, yang lain tidak. Namun kedua
kelompok akan cenderung untuk menekankan fakta
bahwa semua kata dalam bidang semantik yang
sama didefinisikan dalam hal hubungan struktural
yang mereka kontrak dengan satu sama lain, dan
mereka akan melihat analisis komponensial sebagai
sarana untuk menjelaskan hubungan ini. Inilah
penekanan pada bahasa-bahasa sebagai struktur
relasional yang merupakan esensi dari strukturalisme
dalam kebahasaan.
Sebagaimana kita lihat dari sudut pandang ini,
analisis komponensial dalam semantik leksikal
adalah seolah-olah struktur yang berlipat ganda
(dengan cara yang sama yang khas-fitur analisis
dalam fonologi juga dua kali lipat struktu- ral). Ini
mendefinisikan arti kata-kata, secara bersamaan,
dalam hal eksternal, interleksikal, struktur
relasional, bidang semantik dimana semantik
dihabiskan terurai terkait dengan kata-kata atau
makna kata-kata sebagai unit dan juga dalam
kaitannya dengan internal, intraleksikal dan seolah-
olah molekular, struktur relasional dimana apa yang
disebut atom kata yang berfungsi sebagai unit.

C. Analisis
Komponensial
Salah satu cara untuk memformalkan atau benar-
benar membuat tepat, hubungan perasaan yang
berlaku antara makna adalah melalui analisis
komponensial. Sesuai namanya, analisis ini
mengartikan sebuah makna menjadi bagian-bagian. Is
til ah al ter nat if un tuk an al isi s k om pon ens
ial a dal ah dekomposisi leksikal. Mari kita mulai
dengan contoh di bawah ini.
Kata-kata ‘anak perempuan’, ‘manusia’, dan ‘wanita’

56 Dr. Surastina, M.Hum


semua menunjukkan manusia. Oleh karena itu kita
dapat menguraikan secara luas arti dari masing-
masing faktor yang umum yaitu ‘human’ dalam
bahasa Inggris yang artinya manusia. Demikian pula
kita dapat mengartikan secara luas arti dari kata
‘anak laki-laki’ dan ‘pria’ dengan kata yang umum
yaitu ‘laki-laki dan dari ‘gadis’ dan ‘wanita’, yang
umum adalah ‘perempuan’. Sedangkan ‘pria’ dan
‘wanita’, mereka bisa dikatakan sebagai salah satu
faktor arti komponen
‘dewasa’, berbeda dengan ‘anak laki-laki’ dan ‘gadis’
yang kurang dewasa (atau sebaliknya). Rasa dari
masing-masing kaya dengan demikian dapat diwakili
sebagai produk tiga faktor:
1. man = manusia x laki-laki x dewasa
2. woman = manusia x perempuan x dewasa
3. boy = manusia x laki-laki x non-dewasa
4. girl = manusia x perempuan x non-dewasa

Sengaja digunakan tanda perkalian untuk


menekankan f ak t a b a h wa i ni d im a k sud k an
a ga r di a n gg a l s e b ag a i persamaan
matematis yang tepat, dimana istilah ‘produk’ dan
‘faktor’ berlaku persis seperti yang mereka lakukan
dalam, misalnya, 30 = 2 x 3 x 5. Apakah persamaan
tersebut benar secara empiris adalah masalah lain.
Komponen perasaan umumnya tidak diwakili oleh
ahli bahasa dalam cara yang telah mereka
perkenalkan. Mereka mengatakan bahwa ‘manusia’
adalah produk dari ‘manusia’,
‘laki-laki’ dan ‘dewasa’, itu lebih lazim unutk
mengidentifikasi faktor-faktor sebagai MANUSIA,
LAKI-LAKI dan DEWASA. Ini bukan hanya masalah
tipografi. Dengan konvensi, ibukota negara kecil
digunakan untuk merujuk kepada pengertian
universal diduga komponen darimana indera kalimat
dalam

Pengantar Semantik & Pragmatik 57


bahasa alami tertentu dibangun. Sebagian besar
daya tarik a n al i s is k om p o ne n s ia l be r a
sa l da r i k e m un g k in a n mengidentifikasi
universal seperti komponen rasa dalam struktur
leksikal bahasa yang berbeda. Mereka sering
digambarkan sebagai atom dasar dalam konsep arti
‘dasar’ yang dominan dalam tradisi filsafat.
Kemudian adalah, apa hubungan antara HUMAN dan
‘human’, antara MALE dan ‘male’ dan seterusnya? Ini
adalah p er t a ny a a n p e nt i n g s e ca r a t e r
or i t is . In i ti d a k d a pa t diasumsikan tanpa
argumen bahwa MALE harus sama dengan atau
setara dengan ‘laki-laki’, bahwa diduga komponene
analisis universal MALE identik dengan ‘laki-laki’.
Namun itu hanya pada asumsi ini (dalam
standar ketentuan peraturan yang lebih eksplisit
penafsiran) bahwa dekomposisi dari ‘manusia’ ke
dalam MALE, ADULT, dan HUMAN dapat ditafsirkan
sebagai mengatakan apa-apa tentang arti
hubungan yang memegang di antara Inggris dengan
kata-kata ‘man’, ‘laki-laki’, ‘manusia’ dan ‘dewasa’.
Karena itu kami akan membuat asumsi yang
membuka pertanyaan yang jelas: mengapa harus
bahasa Inggris, atau bahasa alam lainnya memiliki
status istimewa sebagai metalanguage untuk
analisis semantik dari semua bahasa?
Sekarang kita akan mengembangkan dormalisasi
sedikit lebih jauh. Pertama-tama, kita dapat abstrak
komponen negatif dari ‘non-dewasa’ dan
menggantikannya dengan operator negatif, karena
hal ini didefinisikan dalam logika proporsional standar
‘-‘. Cara lainnya, kita dapat membedakan positif dan
negatif dari dua nilai variabel +/- DEWASA (plus atau –
minus DEWASA), yang kedua nilai + dan – DEWASA.
Ahli bahasa Chomsky bekerja dalam kerangka tata
bahasa generatif telah
biasanya dibuat menggunakan jenis kedua ini
notasi. Kami

58 Dr. Surastina, M.Hum


sekarang memiliki sebagai dasar, mungkin atom,
komponen DEWASA, bersama dengan
komplementer ADULT. Jika MALE dan FEMALE juga
saling melengkapi, kita dapat mengambil salah satu
dari mereka sebagai dan bentuk yang lain dari itu
dengan cara negasi – operator yang sama.
Tetapi di antara mereka yang lebih mendasar dari
yang lain, lebih baik di nature atau budaya?
Pertanyaannya teoritis yang cukup menarik adalah
jika kita sungguh-sungguh peduli dengan arti
komponen universal. Hal ini pada prinsipnya dapat
dibayangkan bahwa tidak ada jawaban yang berlaku
universal. Apakah itu cukup jelas, bagaimanapun,
adalah bahwa sejauh kosakata bahasa Inggris yang
bersangkutan, biasanya MALE bahwa orang yang
ingin memperlakukan sebagai lebih umum, di satu sisi
lebih mendasar. Feminis mungkin lebih benar, bahwa
fakta ini dijelaskan secara budaya. Bagaimanapun,
ada pengecualian dijelaskan secara kultural:
‘perawat’, ‘secretary’, dan lain-lain, di antara kata-
kata yang biasanya melambangkan manusia. Goos
(bebek), sapi,dan dalam hal tertentu di antara kata-
kata denotatif hewan peliharaan. Adapun MANUSIA,
hal ini kontras dengan seluruh rangkaian apa yang
dari satu sudut pandang sama-sama komponen
dasar. Mari kita menyebut anjing, kucing, dan lain-
lain. Mereka sama-sama dasar dalam bahwa mereka
dapat dianggap sebagai properti yang melambangkan
definisi jenis alam kompleks.
Sebelumnya kita menggunakan tanda perkalian
untuk melambangkan operasi dengan menggunakan
komponen yang digabungkan. Kini kita akan
mengganti proposisi ini dengan kata hubung ‘dan/&’,
kita dapat menulisulang analisis
‘manusia’, ‘wanita’, ‘anak’, ‘girl’,
sebagai:
1. MAN = MANUSIA & LAKI-LAKI & DEWASA
2. WOMAN = MANUSIA & PEREMPUAN & DEWASA

Pengantar Semantik & Pragmatik 59


3. BOY = MANUSIA & PRIA & NON DEWASA
4. GIRL = MANUSIA & PEREMPUAN & NON DEWASA
Dan untuk ini kita bisa menambahkan:
5. CHILD = MANUSIA & NON DEWASA
Agar jelas perbedaan antara tidak adanya
komponen dan negasi ketiadaan - MALE dari
representasi arti ‘anak’ membedakan ‘anak’ dari
‘gadis’. Seperti untuk kuda, domba, banteng, sapi dan
banyak kata-kata, bisa dianalisis dengan cara yang
sama dengan menggantikan yang berhubung
dengan domba, sapi dan lain-lain sebagai kasus
mungkin, untuk MANUSIA.
Ada beberapa alasan untuk memperkenalkan
konsep dasar teori ofset. Pertama mereka adalah
implisit, meskipun jarang dibuat eksplisit, dalam
presentasi lebih informal analisis komponensial.
Kedua, mereka dipahami dengan baik dan tepat
telah dirumuskan dalam logika matematika modern,
dan sebagaimana akan lihat, mereka memainkan
peranan penting dalam sistem yang paling
berpengaruh semantik formal. Akhirnya, mereka
memungkinkan kita untuk memberikan interpretasi
yang sangat tepat untuk istilah ‘produk’ ketika kita
mengatakan bahwa arti dari sebuah makna adalah
produk dari komponen dan faktor.
Untuk lebih rincinya, istilah produk diganti dengan
istilah yang lebih teknis fungsi komposisi, yang
sekarang banyak digunakan di semantik resmi. Untuk
mengatakan bahwa arti da ri se buah ka ta ad ala
h sua tu ko mp osi si fung si da ri komponen
pengertian adalah untuk menunjukkan bahwa
nilainya sepenuhnya ditentukan oleh nilai komponen
dan definisi operasi dengan cara menggabungkan
mereka.
Untuk mengatakan bahwa arti dari sebuah kata adalah
teori himpunan fungsi dari pengertian komponen adalah

60 Dr. Surastina, M.Hum


dengan mengatakan bahwa itu adalah fungsi
komposisi dari jenis yang sangat sederhana. Gagasan
compositionality adalah mutlak, pusat semantik
formal modern. Demikian juga dengan pengertian
matematis istilah ‘function’. Semua orang yang telah
menguasai dasar-dasar menetapkan daar teori di
sekolah akan terbiasa dengan prinsip
compositionality dan dengan konsep matematika
fungsi komposisi sudah, meskipun mereka mungkin
belum pernah bertemu dengan sebenarnya istilah
‘compositionality dan function sampai sekarang.
Harus jelas, misalnya bahwa ungkapan aljabar
sederhana seperti y =
2x + 4 memenuhi definisi composi fungsi
nasional yang di be rik an di a tas d ala m bah wa
ni la i n um eri k dar i y, sepenuhnya ditentukan
oleh apa pun nilai numerik yang d it ug as k a n un
tuk x d i s a t u s i si , da n ol e h a r i tm a t ik a
penjumlahan dan perkalian di sisi lain.
Sejauh ini makna digunakan untuk
mengilustrasikan prinsip-prinsip analisis
komponensial semuanya dadapt dilihat sebagai
properti menunjukkan kata-kata. Mereka yang
sebanding dengan apa yang disebut oleh ahli logika
sng predikat memiliki satu tempat yang harus diisi,
seolah-olah agar mereka digunakan dalam sebuah
bentuk proposisi. Misalnya, jika ‘Yohanes’ adalah
terkait dengan satu-satunya predikat ‘anak’ dan kalau
kosong semantik kata sandang tak tentu a adalah
bentuk yang ditambahkan sebelum anak laki- laki
(sehingga ‘anak’ dalam bentuk komposit adalah laki-
anak laki adalah pelengkap dari kata kerja
‘menjadi’), hasilnya adalah kalimat deklaratif
sederhana yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan proposisi ‘John adalah seseoranglaki-
laki’.
Kata lain, terutama kata kerja transitif (misalnya memukul,
membunuh), paling preposisi, dan kata benda
seperti ayah,

Pengantar Semantik & Pragmatik 61


ibu dan lain-lain adalah dua tempat predikat
relasional mereka menyatakan hubungan yang
berlaku antara dua entitas yang disebut oleh
ekspresi yang mengisi dua tempat. Ini berarti b ah
w a d ek om p os i si me r ek a h ar us m em p er
hi t un g ka n directionally dari hubungan.
Contoh
:
6. BAPAK = ORANG TUA & MALE
Tidak memadai dalam hal itu tidak membuat
eksplisit fakta bahwa ayah adalah dua tempat (dua
istilah) relasi atau mewakili directionally. Ini dapat
dikembangkan dengan menambahkan variabel di
tempat-tempat yang sesuai:
7. BAPAK = (x y)PARENT & (x)
MALE
Yang mengungkapkan fakta bahwa orangtua
(ayah) adalah sebuah relasi dengan dua tempat yang
terisi (xy) dan bahwa x adalah induk dan y adalah
laki-laki. Hal ini tidak hanya membersihkannya dari
relasi langsung (dalam urutan relatif variabel xdan y).
Hal ini juga memberitahu kita bahwa jenis kelamin x
tidak relevan.
Ada kompilasi lain. Yang terpenting dari semua
adalah p e rl un ya m em p e rk e n al k a n d a l
am r ep r e se n t as i ra s a mempertahankan
lexemes struktur hirarkis yang mencermin- kan
struktur sintaksis konten of sentences proposisional.
Sebagai contoh: ‘memberi’ lebih atau kurang masuk
akal dianalisis sebagai satu dua struktur tempat
mendatang (y, z) MEMILIKI tertanam di dalam dua
lain struktur tempat (x, *) SEBAB dimana tanda
bintang menunjukkan tempat dimana harus ditanam:
8. (x (y, z) MEMILIKI)
CAUSE
Hal ini bisa-bisa dibaca sebagai makna
(pertanyaan yang tegang ditinggalkan satu sisi) x
menyebabkan y memiliki z,
dan ‘membunuh’ dapat dianalisis juga sebagai satu
struktur

62 Dr. Surastina, M.Hum


tempat tertanam di dalam penyebab yang sama dua
tempat struktur:
9. (x, (y) DIE) CAUSE
Yang dapat dibaca sebagai ‘x cause untuk die’.
Hubungan semacam ini mengandaikan sebuah
sistem yang jauh lebih kuat dari formalisasi daripada
seo operasi teori cukup, pada prinsipnya untuk
contoh yang digunakan sebelumnya pada bagian ini.

D. Komponen Dasar untuk Analisis Empiris


Untuk mengatakan bahwa analisis komponensial
dapat diformalkan adalah masalah yang sangat
berbeda dari mengatakan bahwa secara teori yang
menarik atau sesuai dengan fakta-fakta
sebagaimana mereka menampilkan diri kepada kita
dalam kehidupan nyata. Teori motivasi dan validitas
empiris menimbulkan pertanyaan dari tatanan yang
berbeda dari yang berkaitan dengan formalisasi
analisis komponensial cukup jelas. Menyediakan ahli
bahasa, pada prinsipnya dengan sistematik dan
ekonomis mewakili perasaan hubungan yang
berlaku dalam bahasa tertentu dan d e ng a n a s
ums i ba h w a k o mp o n en - k om p o ne n be r s
if a t universal di seluruh bahasa. Tetapi banyak dari
teori ini motivasi adalah mengikis bila kita melihat
lebih teliti pada analisis tertentu. Pertama-tama ada
masalah memutuskan yang mana dari dua indera
dasar dibahas dalam bab sebelum- nya harus
menentukan pilihan dari atom diduga komponen
universal.
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa apa yang
mendasar dalam arti maksimal umum juga mendasar
dalam sehari- hari pemikiran dari sebagian besar
pengguna bahasa. Selain
itu, dapat dibuktikan bahwa jika seseorang selalu ekstrak

Pengantar Semantik & Pragmatik 63


komponen-komponen yang dapat diidentifikasi dalam
jumlah besar pengguna bahasa. Selain itu dibuktikan
bahwa jika seseorang selalu ekstrak komponen-
komponen yang dapat diidentifikasi dalam jumlah
terbesar lexemes, orang akan sering berakhir
dengan kurang ekonomis dan kurang analisis
sistematis dari lexemes tertentu akan terjadi jika satu
dianalisis masing-masing lexeme pada istilah sendiri.
Adapun validitas empiris komponensial analisis,
tidak sulit untuk menunjukkan bahwa ini lebih nyata
daripada kenyataan. Sebagai contoh, analisis ‘anak
laki-laki’, ‘gadis’ dan
‘anak’ yang diberikan pada bagian sebelumnya,
mengatakan kepada kita bahwa semua anak laki-laki
dan gadis adalah anak-anak. Tetapi ini tidak benar:
proposisi diungkapkan dengan mengatakan: Yohanes
adalah seseorang laki-laki dan Jane adalah seseorang
gadis tidak berarti proposisi diungkap- kan dengan
mengatakan: John dan Jane adalah anak-anak (yang
relevan, non relasional, arti ‘anak’).
Dan tidak ada gunanya berdebat bahwa ini adalah
masalah penggunaan, bukan makna dari ‘anak’ atau
sebagai alternatif dari makna atau nonliteral dari
berbagai aspek makna selain pengertian. Ungkapan
bahasa Inggris ‘anak laki-laki’ dan
‘anak perempuan’ tidak secara deskriptif sinonim
dengan
‘anak laki-laki’ dan ‘anak perempuan’. Paling tidak,
oleh karena itu, sesuatu yang hanya ditambahkan ke
analisis untuk menangkap fakta ini. Dan bagaimana
dengan analisis arti
‘anak’ dan ‘gadis’ dalam kaitannya dengan
bahwa dari
‘manusia’ dan ‘wanita’? pertama-tama baik proposisi
‘anak itu sekarang sudah dewasa atau gadis itu
sekarang menjadi dewasa muncul dalam cara
apapun.
Bagaimana kemudian dalam kasus ini, apakah pengertian
hipotesis komponen universal dewasa berhubungan
dengan

64 Dr. Surastina, M.Hum


‘orang
dewasa’?
Kedua, ada kenyataan bahwa dalam banyak konteks,
‘gadis’ dan ‘wanita’ tidak digunakan sebagai
kontradiksi dimana sebagai ‘anak’ dan ‘manusia’,
meskipun mereka mungkin tidak kontradiksi dalam
arti sempit, yang pasti lebih tajam bertentangan
satu sama lain daripada ‘gadis’ dan
‘wanita’. Akhirnya tidak ada yang lebih jelas dan
relatif objektif kriteria logika atau budaya
kedewasaan-kematangan seksual, mayoritas hukum,
ekonomi, dan kemerdekaan sosial, dan lain- lain,
adalah relevan kecuali dalam konteks tertentu,
pengguna- an deskriptif dari ‘laki-laki’ daripada
‘anak laki-laki’ atau
‘perempuan’ daripada
‘gadis’.

E. Dekomposisi
Leksikal
Hal ini kadang-kadang menyatakan bahwa bagian
kecil semantik dalam bahasa alami adalah arti dari
item leksikal.
1. Bagian kesamaan
Salah satu alasan adalah intuisi bahwa sepasang
kata mungkin secara terpisah mirip dalam arti dan
sebagainya berbeda. Ada kemungkinan tertentu
dalam membuat situasi seperti halnya dalam
komponen arti yang umum terhadap dua kata dalam
pertanyaan umpama, dan beberpa ada yang tidak
dijelaskan.
2. Korelasi
Contoh dalam bagian yang sama yang terdapat
pada sebagian besar leksikal dekomposisi adalah
hubungan. Dimana tujuan komponen dapat dilihat
pada bagian yang terpisah satu sama lainnya.
3. Ketidaksinambungan
Dalam beberapa kasus terdapat banyak bukti ;angsung

Pengantar Semantik & Pragmatik 65


dalam fungsi yang jelas pada porsi arti. Dalam
bentuk ketidaksinambungan dalam beberapa jenis
struktur semantik.
Contoh berikut akan membuat poin ini lebih
jelas: Ambiguitas pada kalimat:
Saya hampir membunuhnya (saya telah
melaksanakan tindakan).
I almost killed her (I was on the point of carrying
out an action).
4. Kalimat paralel sederhana dan paralel
majemuk
Dalam banyak kasus, bentuk sederhana secara
gramatikal memiliki kelengkapan semantik yang
sangat mirip atau paralel terhadap bentuk majemuk.
Perhatikan pada kata false dan untrue. Dalam hal ini
kata untrue memiliki persepsi tidak dan benar. Bisa
dikatakan, untuk mengungkapkan dengan
perbedaan morfem sehingga arti kata untrue
dikategorikan sebagai kata yang kompleks.

F. Aspek-aspek Dekomposisi Leksikal


1. Analisis yang terlalu terburu-buru: pada sajian abstrak
B e be r a pa a na l i si s ko m p on e n t e l ah
t er d a pa t pa d a penjelasan awal bahwasanya
ia sangat serampangan dan mengabaikan nuansa
arti. Contohnya:
Boy = (MANUSIA) (LAKI-LAKI)
(MUDA) Girl = (MANUSIA) (LAKI-
LAKI) (MUDA)
2. Analisis buatan
Sudah dijelaskan pada bab yang lalu bahwa
beberapa pasang kata seperti stalion: horse, wear
= memakai seperti were hubungan hiponimnya
adalah pada maksudnya, sehingga salah satu
tergantung pada istilah yang lain.
3. Universal lawan komponen bahasa spesifik
Banyak sistem komponen analisis di perguruan
tinggi

66 Dr. Surastina, M.Hum


yang bertujuan pada aturan komponen semantik
dalam arti yang diungkapkan melalui
sebagian kapasitas p e mi k i ra n ba h a sa y
an g o le h ka r e na i tu c uk up
menggambarkan bahasa alami manusia.
4. Keterbatasan dan kelemahan
Terdapat ketidaksesuaian mendasar antara tujuan
pada keterbatasan dan kelemahan dalam
komponen analisis, dan perbedaan teori yang
berusaha untuk mengatasi konfik dengan cara
yang berbeda.
5. Pasangan
Beberapa sistem analisis komponen tersaji
beberapa pasangan secara alami dalam
komponen semantik. Oleh karena itu dapat
dikatakan dapat dikatakan bahwa komponen
satu dari dua nilai, ‘+’ atau ‘-’, dalam sistem ini
penyajian diasosiasikan secara bersama-sama.
6. Bagaimana mengkombinasikan komponen?
Hampir semua sistem dari dekomposisi leksikal
tidak secara jelas menerangkan tentang
bagaimana meng- kombinasikan komponen ke
dalam bentuk unit-unit yang lebih luas.
7. Apakah alternatif pada dekomposisi leksikal?
Pertanyaan sepatutnya ditujukan pada poin
apakah terdapat alternatif dalam komponen
semantik: dapat-kah kita mengerjakannya tanpa
analisis semantik. Tidak ada jawaban yang
sederhana untuk pertanyaan ini. Pada beberapa
fenomena ada beberapa hal yang mirip untuk
dijadikan sebuah alternatif. Contohnya kasus
pada
permintaa
n.

Pengantar Semantik & Pragmatik 67


BAB V
MAKNA LEKSIKAL DAN
VARIASI KONTEKSTUAL

A. Hakikat Makna
Kata
Di dalam pengantar deskriptif semacam ini, tidak
dapat dihindari bahwa makna kata akan tampak luas,
bahkan di bidang yang formal. Makna kata pada
umumnya dibiarkan saja tidak dianalisa, atau
dibatasihanya pada kerangka sederhana dari
makna itu sendiri.
Apakah Kata
itu?
Terdapat banyak sekali pembahasan tentang
hakikat kata sebaga i unit gra matika, ba hkan
terla lu banyak untuk dirangkum di sini. Sebagian
besar dari pembahasan itu tidak relevan dengan
pokok pembicaraan kita sekarang. Pokok diskusi kita
menolak adanya sebuah definisi yang persis.
Mungkin pendekatan terbaik adalah pendekatan yang
bersifat prototypical.
Seperti apakah kata yang bersifat prototypical itu?
Untuk tujuan kita, pengkarakteristikan klasik
sebagai ‘elemen minimal yang dapat berubah
bentuk’ akan dapat digunakan. Hal ini memunculkan
dua sifat sebagai atribut dari kata yang bersifat
prototipikal, yaitu:
a. Ia dapat dipindah-pindahkan di dalam
lingkup kalimat, atau paling tidak letak
relatifnya terhadap konstituen lain dapat
diubah dengan cara menyisip-
kan material baru.

68 Dr. Surastina, M.Hum


b. Ia tidak dapat diselingi atau bagian-
bagiannya di- susun ulang.
Dengan kata lain, dalam membuat perubahan
terhadap kalimat kita harus memperlakukan kata
sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mari
kita lihat bagaimana hal ini berlaku. Perhatikan
kalimat (1) sebagai contoh:
(1) The government is strongly opposed to
denationali- zation (Pemerintah secara keras
menentang de- nasionalisasi)
Penyusunan ulang akan tampak pada kalimat (2)
sampai (4) (2) The goverment is opposed to
denationalization- strongly (Pemerintah
menentang denasionalisasi-
secara keras)
(3) What the government is strongly opposed
to is denationalization (Apa yang secara keras
ditentang pemerintah adalah denasionalisasi)
(4) It is denationalization that the government is
strongly opposed (Adalah denasionalisasi yang
ditentang keras oleh pemerintah).
Dan kemudian untuk penyisipan materi baru adalah
sebagai berikut:
(5) The (present) government is (very) strongly
(and implacably) opposed to (not only) to
(creeping) denationalization, but …. Etc.
(Pemerintah (saat ini) menentang dengan
(sangat) keras (dan bersikap kepala batu)
terhadap denasionalisasi (laten), tetapi
…… dst)
Perlu dicatat bahwa letak penyisipan yang
mungkin dilakukan adalah diantara kata. Kata yang
satu dan yang lainnya, tentu saja, dipisahkan oleh
spasi di dalam tulisan,
sedangkan di dalam ujaran tidak selalu dipisahkan oleh jeda

Pengantar Semantik & Pragmatik 69


hening. Kata juga memiliki karakteristik struktur internal.
Sebuah kata memiliki hanya satu akar leksikal. Ide
ini akan tampak lebih jelas dengan contoh di bawah
ini. Akar leksikal dari kata-kata di bawah ini ditulis
dengan huruf kapital.

GOVERNment reORDERing
STRONGly deNATIONALization
OPPOSed TYPically CLEARly LEXical

Beberapa kata dalam Bahasa Inggris, seperti


HEDGE- HOG, BUTTER-FLY dan BLACK-BOARD
kelihatannya memiliki lebih dari satu akar leksikal.
Kata semacam ini bersifat pengecualian. Dan untuk
banyak kata jenis ini, dapat kita katakan bahwa
secara semantik mereka bukanlah kata yang berdiri
sendiri secara terpisah, membentuk suatu akar
gabungan (fused root). Banyak kata yang lainnya
tidak memiliki akar sama sekali. Kata jenis ini disebut
gramatical word (kata gramatikal). Contohnya dalam
bahasa Inggris adalah she, and dan of.
Pada titik ini, tidaklah terlalu presisi dalam
mendefinisikan kata. Di satu sisi, kata obey, obeys,
obeyed dalam bahasa Inggris akan dirasa sebagai
kata yang berbeda. Tetapi di sisi lain, mereka adalah
bentuk yang berbeda dari satu kata yang sama (jika
anda membuka kamus, kata-kata di atas tidak akan
muncul dalam entri yang berbeda). Sementara, kata
obey dan disobey adalahd ua kata yang berbeda
dilihat dari kedua sudut pandang di atas, dankata
bank (tebing sungai) serta kata bank (yang
berhubungan dengan uang) dilihat dari susunan
hurufnya adalah dua kata yang sama, tetapi dua kata
ini akan muncul dalam entri yang berbeda dalam
kamus. Jadi, dilihat
dari sudut pandang kedua, dua kata ini berbeda.

70 Dr. Surastina, M.Hum


U nt uk t uj ua n pe m b ah a s an k it a , m a
k a k i ta a ka n membedakan dua istilah yaitu
bentuk kata (word form) dan lexemes. Bentuk kata,
sesuai dengan namanya, dicirikan dari bentuknya
(baik bentuk fonologisnya maupun tulisannya),
sedangkan lexemes merupakan pengelompokan satu
bentuk kata atau lebih, yang dicirikan oleh akar
katanya. Jadi, kata run, runs, running dan ran adalah
bentuk kata yang masuk ke dalam satu lexeme yaitu
run. Kata walk, walks, walking, dan walked tergolong
ke dalam satu lexeme tersendiri yaitu walk.
Perbedaan dari kelompok kata yang pertama adalah
akar katanya. Sama halnya dengan kata obey, obeys,
obeying, dan obeyed tergolong sebagai satu lexeme
tersendiri, dan kata disobey, disobeys, disobeyed,
dan disobeying juga masuk ke dalam lexeme
tersendiri. Meskipun akar kata dari kedua kelompok
bentuk kata di atas adalah sama, mereka masuk ke
dalam lexeme yang berbeda karena adanya
derrivational afxs dis-.

B. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal


Seringkali orang membuat perbedaan antara
makna leksikal dan makna gramatikal. Terdapat
bahaya dalam dikotomi ini. Tetapi di dalam realita
terdapat skala yang bervariasi dari istilah leksikal
dan gramatikal. Kita dapat membagi unit gramatikal
menjadi close-set item dan open set item. Contoh
dari close set item emmiliki karakteristik seperti di
bawah ini:
a. mereka tergolong ke dalam kelompok
substitusi yang kecil
b. fungsi pokoknya adalah untuk
mengartikulasikan struktur gramatikal
kalimat.
c. Mereka mengalami perubahan secara sangat lambat,
sehingga di dalam kehidupannya, seseorang tidak

Pengantar Semantik & Pragmatik 71


akan menyadari adanya penghilangan bentuk
atau pemunculan bentuk baru di dalam
bahasa mereka (contohnya di dalam Bahasa
Inggris, penanda tenses dan determiner
selama ini tidak pernah mengalami
perubahan).
Sekarang kita bandingkan dengan karakteristik
open set item di bawah ini:
a. mereka termasuk ke dalam kelompok
substitusi yang relatif besar (terutama jika
kemungkinan semantik dikesampingkan)
b. terdapat pergantian yang sangat serign di
dalam kelas substitusinya, sehingga di dalam
kehidupan suatu generasi, terdapat
penghilangan dan pemunculan kata baru
(ambil contoh ‘perkembangbiakan’ kata di
dunia antariksa dan komputer dewasa ini).
c. Fungsi utamanya adalah membawa makna.
Baik close set item maupun open set item
keduanya membawa makna, tetapi fungsi mereka
yang berbeda menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan karakteristik makna yang mereka bawa.
Untuk dapat berfungsi dengan baik sebagai
sebuah elemen gramatikal, sebuah close set item
harus mampu berkombinasi dengan sejumlah besar
kata dasar tanpa menimbulkan kejanggalan
(anomali), dan agar hal ini bisa dilakukan, sebuah
close set item harus memiliki makna yang feksibel
dan cukup luas. Sehingga makna seperti ‘past’,
‘present’, dan ‘future’ dalam bahasa Inggris, yang
dapat muncul bersamaan dengan verba manapun,
serta kata ‘one’ dan ‘any’ yang dapat muncul
bersamaan dengan sejumlah besar nomina,
merupakan contoh prototipikal dari makna
gramatikal.
Sementara itu, tidak terdapat batasan dan kekhususan dari

72 Dr. Surastina, M.Hum


makna yang dapat dibawa oleh sebuah open set
item. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya
keharusan adanya makna tertentu yang harus
muncul atau keharusan bahwa kata itu harus muncul
bersamaan dengan kata apa. Oleh karena itu, sebuah
open set item memikul sendiri kandungan makna dari
ujaran. Mengingat kekayaan maknanya dan
ketidakterbatasan jumlahnya, open set item masuk
ke dalam struktur-struktur sintagmatik dan
paradigmatik.
Sebuah content word (umumnya adalah nomina,
verba, ajetiva, dan adverbia) secara prototipikal
memiliki satu open set morpheme (biasanya disebut
the root morpheme) dan dapat pula memiliki satu
atau lebih close set item dalam bentuk afiks.
Semantik leksikal merupakan studi tentang makna
content word, dan pada prinsipnya berorientasi pada
makna close set item. Akan tetapi garis pemisah
yang ketat di antara keduanya mustahil untuk dibuat
mengingat makna dari dua jenis elemen ini saling
berinteraksi dengan cara yang sangat kompleks.

C. Makna Kata dan Makna


Kalimat
Secara umum, makna kata bukanlah jenis unit
semantik dimana seseorang dapat berkomunikasi
dengannya dengan basis individual, kecuali
komponen makna yang lain bersifat implisit. Sebuah
kata, jika ia sendirian, tidaklah berkata apa- apa,
maksudnya tidak menyampaikan ‘sebuah pikiran
yang utuh’. Untuk tujuan itu, dibutuhkan sebuah
entitas semantik yang lebih kompleks, yang tentu
saja dibangun dari kata. Entitas semantik tersebut
memiliki kompleksitas proposisi (argumen +
predikat). Kata (dan morfem, pada level yang lebih
mendasar) merupakan unsur pembentuk dari struktur
yang lebih kompleks ini.

Pengantar Semantik & Pragmatik 73


D. Istilah ‘Makna Kata yang Mungkin’ (Possible Word
Meaning)
Ada manfaatnya diajukan pertanyaan, apakah
terdapat batasan pada makna yang mungkin bagi
kata. Kita akan melakukan pendekatan terhadap
permasalahan ini melalui dua tahapan. Pertama, kita
akan bertanya apakah ada batasan yang bersifat
universal, kemudian kita akan bertanya mengenai
apakah ada batasan yang spesifik pada bahasa
tertentu.
Pertama, mari kita jawab pertanyaan pertama.
Apakah mungkin terdapat sesuatu yang tidak pernah
menjadi makna kata? Mungkin pertanyaan ini akan
membatasi kita pada istilah yang diungkapkan oleh
suatu kombinasi kata. Sebuah bahasa memiliki kata
adalah karena di dalam budaya tempat bahasa itu
berada terdapat makna yang harus dikomunikasi- kan
atau dilambangkan oleh kata itu. Artinya, jika di
dalam sebuah budaya terdapat ide atau hal
(nosi/notion) yang perlu dilambangkan oleh suatu
kata, maka akan ada kata untuk ide atau hal (nosi)
itu. Sebagai contoh, mungkin akan ganjil jika kita
mendengar bahwa bersikap tidak patuh kepada Dewa
Matahari akan dikenakan sanksi. Hal ini disebabkan
konsep Dewa Matahari tidak terdapat dalam
keyakinan religius kita. Jadi jelas bahwa cakupan
ketidakmungkinan makna kata jenis ini (hampir) tidak
terbatas.
Sekarang mari kita lihat contoh kasus yang
berbeda. Perhatikan kalimat :
(a) The woman drank the wine slowly (Wanita itu
meminum anggur pelan-pelan).
Nosi ‘drink slowly’ (meminum pelan-pelan) dapat
dengan mudah dileksikalkan (diekspresikan)
dengan sebuah kata
tunggal dalam Bahasa Inggris misalnya quaf dan sip. Begitu

74 Dr. Surastina, M.Hum


juga kata drink wine juga bisa diungkapkan dengan
sebuah kata tunggal. Kata drink sendiri dalam
Bahasa Inggris juga memiliki makna meminum
minuman beralkohol. Misalnya dalam kalimat Mary
doesn’t drink. She’ll just have an orange juice (Mary
tidak minum (minuman beralkohol). Dia akan
memesan jus jeruk saja). Jadi dalam hal ini kita
memasuki ranah imposibility (ketidakmungkinan)
bukan implausibility (ketidak masuk-akalan).

E. Kalimat Bermakna dan Tak


Bermakna
Kebutuhan untuk menggambar perbedaan antara
kalimat dan ucapan-ucapan diperkuat oleh diskusi
tentang gramatikal, akseptabilitas dan
kebermaknaan. Memang bahwa beberapa kalimat
yang kebermaknaan yang berarti dan lainnya berarti,
dasar apa yang kita miliki untuk menggambarkan
secara teoritis perbedaan antara keua jenis kalimat?
Apakah per- bedaannya tajam? Apakah hanya ada
satu jenis kebermak- naan?
Apa yang dapat digambarkan sebagai teori
kebenaran berbasis arti kalimat telah sangat
berpengaruh di zaman modern. Awalnya semantik
folosofis, kemudian semantik linguistik. Kalimat
bermakna jika dan hanya jika memiliki nilai kebenaran
tertentu. Dalam merumuskan teori verivicationist
makna (atau kebermaknaan dengan cara ini, tidak
hanya antara kalimat dan ucapan-ucapan, tetapi juga
antara proporsi dan konteks proporsional, di satu sisi,
dan antarakebenaran nilai dan kondisi kebenaran
lainnya.
Alasan untuk menggambar perbedaan ini akan
dijelaskan di bawah ini.
Seperti yang akan kita lihat, teori verifiationis dalam
bentuk yang semula diajukan telah ditinggalkan oleh
sebagian

Pengantar Semantik & Pragmatik 75


besar filsuf bahasa. Karena itu bab ini memberikan
penjelasan tentang teori kebenaran bersyarat makna.
Jauh lebih mudah untuk memahami kebenaran teori
bersyarat dari makna dan untuk melihat kekuatan
dan kelemahan jika ada yang tahu sesuatu tentang
pendahulunya, dalam teori verificationis dan konteks
filosofis dimana verificationism muncul. Bahwa ada
hubungan antara makna dan kebenaran hampir jelas
dan telah lama diambil untuk diberikan oleh para
filsuf.

F. Kegramatikalan, Akseptabilitas dan


Kebermaknaan
Beberapa ucapan-ucapan, aktual atau potensial
yang baik tata bahasa dan bermakna, lain gramatikal
dan tak berarti, namun orang lain meskipun
sepenuhnya tata bahasa dan mungkin juga
bermakna adalah karena berbagai alasan, tidak dapat
diterima.
Untuk mengatakan bahwa ujaran tidak dapat
diterima adalah untuk menyiratkan bahwa
terucapkan dalam konteks normal selain yang
melibatkan referensi metalinguistik kepada mereka.
Banyak ucapan seperti itu tidak bisa diterima
untuk alasan sosial budaya. Misalnya dalam
masyarakat yang berbahasa Inggris tertentu, atas
penggunaan kata kerja ‘mati’, bukan eufemisme
beberapa seperti ‘meninggal’, sehbungan dengan
anggota pembicara atau keluarga dekat
pendengarnya. Jadi, ucapan penuh dan bermakna
gramatikal.
1. Ayahnya meninggal tadi malam.
Mungkin sepenuhnya dapat diterima, tetapi
tidak sama gramatikal dan sama yang
bermakna.
2. Ayah saya meninggal tadi malam.
Pada beberapa kebudayaan mungkin tidak
dapat diterima untuk inferior sosial untuk
mengatasi sosial

76 Dr. Surastina, M.Hum


yang lebih unggul dengan kata ganti orang
kedua (anda) padahal akan sangat diterima
untuk seorang atasan untuk alamat rendah
atau sama dengan kata ganti dalam
pertanyaan: ini adalah kasus dalam banyak
kebudayaan. Ucapan dan arti yang sama akan
diterima dalam beberapa konteks tapi tidak
pada or ang l ain . A da ba nya k d im ens i
b uda ya ya ng bergantung seperti
penerimaan. Beberapa dari mereka yang
dikodekan dalam tata bahasa dan kosakata
dari bahasa tertentu. Berikut ini agak berbeda
dari dimensi- dimensi dari penerimaan yang
ada hubungannya dengan rasionalitas dan
koherensi logis.
Contoh
:
3. Saya percaya bahwa hal itu terjadi karena
tidaklah mungkin.
Mungkin dianggap tidak bisa diterima dari
sudut p a nd a n g i n i. M em a n g j i k a
d i uc a p ka n ak a n memprovokasi respon:
4. Itu tidak masuk akal.
Apa yang membuat (3) tidak dapat diterima,
dalam konteks sebagian besar adalah kenaytaan
bahwa pembicara tampaknya menarik perhatian
irasionalitas sendiri, dan ini merupakan hal yang
aneh yang harus dilakukan dalam keadaan paling
normal. Namun ucapan-ucapan tersebut
sepenuhnya diterima dalam konteks tertentu.

G. Masalah Utama Semantik Leksikal


Ahli linguistik dengan kometmen teoretikal yang
berbeda akan memberikan pandangan yang berbeda
mengenai tugas dari semantik leksikal. Berikut ini
adalah rangkuman yang

Pengantar Semantik & Pragmatik 77


secara teoretis relatif netral.
1. Deskripsi Isi
Menjelaskan konten merupakan tugas yang
paling jelas: bagaimana kita menjelaskan apa
yang dimaksud dengan makna dari kata?
2. Variasi Kontekstual
Bagaimana kita membuat karakteristik
mengeani makna kata, kita pasti dipaksa
untuk menghadapi fakta bahwa maksud
semantik dari sebuah makna kata dapat
sangat bervariasi dari satu konteks ke
konteks yang lainnya. Terdapat berbagai
pendekatan yang bergantung pada teori
untuk menghadapi permasalahan ini. Akan
tetapi fakta mengenai variasi di atas tidak
akan hilang. Variasi tersebut tetap harus
dijadikan bahan pertimbangan. Variasi tidak
bersifat a ca k : p e m ba h a sa n ya n g
b a i k a k an d ap a t mengidentifikasi dan
menjelaskan pola variasi.
3. Kaitan Rasa (sense relation) dan Struktur di dalam
Leksiko
n
Pola yang regular muncul tidak hanya pada
sifat alamiah dan distribusi alamian dari
sebuah kata di dalam konteks yang berbeda,
tetapi juga di dalam kata yang berbeda di
dalam konteks yang sama. Hal ini akan
menghasilkan pengelompokan kata-kata
secara terstruktur di dalam kosa kata
berdasarkan hubungan makna yang terjadi
secara berulang-ulang.
4. Makna Kata dan Properti Sintaktik
Pertanyaan pentingnya adalah, apakah dan
sejauh mana properti sintaktik kata
bergantung pada,d an dikendalikan oleh,
makna kata tersebut. Tetapi
terdapat banyak pandangan di dalam
topik ini.

78 Dr. Surastina, M.Hum


H. Pendekatan Terhadap Semantik Leksikal
1. Pendekatan Satu Tahap versus Pendekatan Dua Tahap
Garis pemisah utama yang memisahkan
semantikal adalah pertanyaan apakah sebuah
perbedaan dapat dibuat antara semantik dan
pengetahuan ensiklopedik. Mereka yang meyakini
bahwa pemisahan semacam ini dapat dilakukan
seringkali membuat sebuah analogi dengan foneitk
dan fonologi. Manusia dapat membuta dan belajar
mengenali variasi yang hampir tak terbatas dari
bunyi ujaran, tetapi di dalam suatu bahasa tertentu
hanya sejumlah tertentu dari b un y i uj a ra n te r
s eb ut y a n g m e mi l i ki f un g s i un tuk
menyampaikan makna, atau masuk ke dalam
hubungan kompleksitas yang sistematis.
Pendukung pandangan level tunggal mengklaim
bahwa tidak ada basis arbitrer untuk menetapkan
aspek makna (atau pengetahuan) ke dalam
‘semantik’ atau sisi ‘ensiklopedik’ dari di kot omi ya
ng ber imb ang ya ng lol os tan pa mel ewa ti
penelitian, paling tidak penelitian yang sepintas.
2. Pendekatan Monosemik dan Polisemik
Poin dari isu, dalam hubungannya dengan
perbedaan antara pendekatan monosemik dan
polisemik adalah ada berapa banyak makna yang
harus bersifat atributif terhadap sebuah kata. Tidak
ada perselisihan mengenai kasus-kasus homonimi
yang jelas, misalnya kata bank dalam Bahasa Inggris
(yang bermakna tebing dan sekaligus juga bermakna
tempat menyimpan uang), dimana tidak terdapat
kemungkina cara untuk menyatakan bahwa satu
makna terambil dari makna yang lain.
Pendekatan polisemik menolak asumsi bahwa
perluasan makna kata tidak perlu dicatat di dalam
leksikon. Alasan
mendasar dari pendapat ini adalah bahwa aturan leksikal

Pengantar Semantik & Pragmatik 79


hanya memerinci perluasan yang mungkin dari akan,
dimana hanya beberapa dari aturan leksikal tersebut
mengalami proses konvensionalisasi dan tergabung
ke dalam leksikon: aturan leksikal yang lain memiliki
kemungkinan, dan dapat muncul sebagai bentuk
yang mungkin satu kali, akan tetapi terdapat sebuah
perbedaan yang jelas antara leksikal yang pertama
dan yang kedua di atas.
3. Pendekatan
Komponensial
Cara pendekatan makna yang muncul paling
dahulu dan yang merupakan yang paling banyak
menyebar adalah menganggap bahwa makna dari
sebuah kata terbentuk dari unit makna yang lebih
kecil, lebih bersifat mendasar dan tidak dapat
dipecah lagi, agak mirip dengan analogi struktur
atom dari sesuatu (meskipun insipirasi langsung dari
proposal pertama pada bahasan ini bukanlah bersifat
fisika, melainkan fonologi). ‘Atom semantik’ ini
dikenal dengan berbagai istilah seperti senes, fitur
semantik, komponen semantik, penanda semantik,
prima semantik (ini hanyalah sedikit dari istilah-
istilah tersebut).
M un g k in , pe r n ya t a an p er t a ma d
ar i pr o g ra m komponensial untuk semantik di
dalam linguistik modern adalah yang diungkapkan
Hjelmslev (1961). Ia meyakini sebagai hal yang
prinsip bahwa sisi makna dari lambang linguistik
harus menunjukkan prinsip-prinsip pembangun
struktur yang sama dengan sisi bunyi dari linguistik.
Baginya, ide mengenai reduksi merukapan hal pokok
yang penting.
Se bua h p end eka tan ko mpon ens ial be rke
mba ng di Amerika, tampaknya berkembang
sendiri, terpisah dari perkembangan pendekatan
yang sama di Eropa. Pertama kali proses
perkembangan ini tampak pada para ahli linguistik
antropologis dan mencetak sukses yang signifikan
dalam

80 Dr. Surastina, M.Hum


mengurangi kompleksitas sistem kinship, yang
sebelumnya sukar ditembus, menjadi kombinasi
kelompok fitur yang jumlahnya terbatas.
Sebuah versi baru yang dipelopori oleh Katz dan
Frodor (1963) muncul dalam masa awal
berkembangnya teori grammar generative milik
Chomsky.
V e rs i ya n g e k s tr e m d a r i p e n de k a
ta n se m a nt i k komponensial dapat dilihat pada
karya Wierzbicka (1996). Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang sangat orisinil. Ia bukan merupakan
cabang dari pendekatan-pendekatan yang telah
dijelaskan di atas. Pendekatan ini mengambil
inspirasi dari karya filsafat yang ada sebelumnya,
terutama karya Leibniz (1903). Isi dari pendekatan
Wierzbicka adalah bahwa terdapat sekumpulan atom
semantik yang jumlahnya sangat sedikit, yang
dengan semantik atom tersebut sekian banyak
kemungkinan makna dapat diungkapkan.
4. Pendekatan
‘Holist’
Pendekatan ini merupakan konsep dari para
komponen- sialis, bahwa makna dari sebuah kata
dapat dis-pesifikkan secara terbatas, terpisah dari
makna kata-kata lain di dalam sebuah bahasa
tersebut. di antara para ahli filsafat bahasa,
pendekatan ini dikenal dengan istilah pandangan
lokalis (localist view).
Bagi seorang penganut paham lokalis, variasi
kontekstual dapat muncul akibat aturan-aturan
interaksi dengan konteks.
5. Pendekatan
Haas
Saya pertama kali belajar semantik dari W Haas (1962,
1964). Pandangan idiosinkratik Haas tentang makan
diambil dari salah satu aspek dari karya Wittgenstein,
yaitu ‘kegunaan’ teori makna. Teori ini terangkum di
dalam diktum ‘Jangan
mencari makna, carilah kegunaannya’. Dengan
kata lain,

Pengantar Semantik & Pragmatik 81


makna dari sebuah ungkapan adalah kegunaan dari
untuk apa ungkapan tersebut diucapkan. Haas
memberikan corak yang bersifat personal terhadap
pandangan ini. Corak ini terinspirasi dari diktum J.R.
Firth: ‘Kata dapat diketahui dari kata-kata lain yang
sering ada bersamanya.’
6. Pendekatan
Lyons
Variasi kedua dari Holisme dikemukakan oleh
Lyons (1977). Saripati dari pendekatan ini adalah
pandangan Saussurean bahwa makna tidak bersifat
substantif melainkan relasional. Lyons menyatakan
bahwa sense dari item leksikal terdiri dari
sekelompok hubungan sense yang disingkat oleh
item tersebut dengan item lain yang berpartisipasi di
bidang yang sama. Hubungan rasa (sense relation),
menurut Lyons, bukanlah hubungan antara satu
sense yang independen dengan sense independen
lainnya. Ia berkata bahwa suatu sense tersusun di
luar sense relation. Jadi, sebagai contohnya, kata
horse (kuda) harus dilihat sebagaimana ditampilkan
pada diagram di bawah.

82 Dr. Surastina, M.Hum


Di dalam sistem semacam ini, hubungan yang
ada men- jadi spesifik, misalnya ‘merupakan jenis
dari’ (horse/animal),
‘merupakan bagain dari’ (mane/horse), ‘merupakan
tempat tinggal dari’ (stable/horse). Mengingat kata
yang diilustrasi- kan juga memiliki relasi dengan kata
lain selain horse, makna lengkap dari horse
merupakan jaringan yang kompleks yang mungkin
meliputi keseluruhan leksikon.
1. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan
pendekatan level tunggal dan mengidentifikasi
makna kata dengan konsep- konsep yang memiliki
akses terhadap makna tersebut di dalam sistem
kognitif. Di antara para pakar linguistik kognitif,
model prototipe dari struktur konsep masih belum
menetap.
Asal mula dari pendekatan prototipe dapat dilacak
dari karya Wittgenstein (1972). Wittgenstein dipuji
sebagai orang pertama yang menantang pemikiran
tentang kategori natural dari para pengikut
Aristoteles. Pandangan Aristotelian (necessary and
sufcient). Ia mengajukan contoh kata GAME
(pertandingan). Ia menantang para pembaca
tulisannya untuk memberikan kriteria yang
diperlukan dan memadai untuk sesuatu yang bisa
disebut game (pertandingan). Tidak satupun saran di
bawah ini yang memiliki sifat kriterial.
Melibatkan aktivitas fisik
Memiliki pihak yang menang dan pihak yang kalah
Dimainkan sebagai hiburan
Memiliki aturan, dll.

Tidak satupun dari pernyataan di atas bersifat


eksklusif hanya untuk game, ataupun diperlukan agar
sesuatu dapat disebut game. Wittgenstein
mengajukan konsep family resemblace (kemiripan
keluarga): bahwa para anggota dari

Pengantar Semantik & Pragmatik 83


sebuah keluarga pada umumnya memiliki kemiripan
satu sama lain dalam berbagai hal, tetapi tidak ada
suatu sifat yang dimiliki oleh semua anggota
keluarga, bahkan mungkin ada satu anggota keluarga
tersebut dapat dihubungkan satu sama lain dengan
adanya rantai kemiripan. Meskipun penting untuk
memecahkan kuatnya cengkeraman teori Aristotelian,
ide ini tidak begitu bermanfaat dalam analisis
semantik.
2. Pendekatan
Formal
Pendekatan formal terhadap semantik
berusaha untuk mengungkapkan fakta makna melalui
formalisme yang ketat, leb ih di suka i jik a leb ih
de kat denga n sta ndar logi ka. Pendekatan ini
meliputi ke-eksplisit-an yang lebih besar, hipotesis
yang dapat diuji, hubuungan yang lebih mudah
dengan sintaksis, serta dapat diimplementasikan
dengan mesin.
Mereka yang kurang simpati dengan
pendekatan ini selalu menunjuk pada adanya aspek-
aspek signifikan dari semantik yang selalu bervariasi,
serta sedikitnya capaian yang diperoleh oleh
pendekatan ini. Para penganut pendekatan formal
tampaknya tidak akan mendapat tempat yang
mengungguli pendekatan lain dalam karya-karya
mereka, dimana karya tersebut cenderung mengarah
kepada kekayaan
deskriptif
tertentu.

84 Dr. Surastina, M.Hum


BAB VI VARIABILITAS
KONTEKSTUAL MAKNA KATA

Saat dihadapkan dengan makna kata, kami


menghadapi permasalahan yang serius, yaitu
interpretasi yang kami berikan pada sebuah bentuk
kata dapat bervariasi dari satu konteks ke konteks
yang lain. Variabel yang dapat dilihat sangat
beragam, mulai dari yang paling kasar, dengan
sangat sedikit atau tidak adanya hubungan yang jelas
antar kalimat, misalnya dalam kalimat He moored
the boat to the bank (Ia menambatkan perahu ke
tebing); bank = tebing, dengan kalimat He is the
manager of a local bank (Dia adalah manajer sebuah
bank lokal); bank = berkaitan dengan uang, sampai
kepada kalimat yang berbeda namun secara intuitif
berkaitan, misalnya dalam kalimat My father’s firm
built this school (Perusahaan ayah saya membangun
sekolah ini). Di sini kata school menunjuk pada
bangunan fisik sekolah, dengan kalimat John’s school
won the Football Charity Shield (Sekolah John
memenangkan piala Football Charoty Shield), di sini
kata school berarti sekelompok orang tertentu di
dalam sekolah.
Permasalahan semacam ini bersifat endemik pada
kosa kata di bahasa manapun. Permasalahan ini
mendorong kita pada pertanyaan apakah kata pada
dasarnya memiliki makna yang majemuk? Bagaimana
kita menetapkan komponen apa
yang membangun makna? Apakah makna memiliki
jumlah

Pengantar Semantik & Pragmatik 85


yang tetap? Bagaimana makna saling berkaitan satu
sama lain? Bab ini akan berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan semacam ini.

A. Aspek-aspek
Perbedaan
1.
Discreteness
a. Tes Identitas
Kriteria pertama diberi nama tes identitas.
Perhatikan kalimat berikut:
(1) Mary is wearing a light coat, so is Jane.
Secara intuitif kata light memiliki dua makna
yang berbeda. Light berarti terang dan light
berarti ringan. Dengan memperhatikan
makna di atas, terdapat empat situasi
berkaitan dengan mantel (coat) Mary dan Jane.
(i) Mantel Mary dan Jane dua-duanya berwarna
terang, (ii) Mantel Mary dan Jane dua-duanya
ringan, (iii) Mantel Mary terang sedangkan
mantel Jane ringan; (iv) Mantel Mary ringan
sedangkan mantel Jane terang. Identitas
bacaan akan menjadi lebih jelas jika kata light
disebutkan dua kali.
(2) Mary is wearing a light coat. Jane is wearing a
light coat too, as a matter of fact. However,
whereas Mary;s coat is light in color but
heavy, Jane’s is dark in color but lightweight.
b. Kondisi Kebenaran Independen (Independent Truth
Conditio
n)
Kriteria kedua untuk dua bacaan (kalimat)
yang berbeda adalah kondisi kebenaran
independen. Tes yang baik untuk kondisi ini
adalah apakah isi kalimat dapat dibayangkan,
dimana sebuah pertanyaan ya/
tidak yang menggunakan kata-kata yang
relevan

86 Dr. Surastina, M.Hum


dapat dijawab dengan jawaban ya dan
jawaban tidak. Di dalam kalimat Mary is
wearing a light coloured, heavyweight coat.
Jika seseorang bertanya Were you wearing a
light coat? Mary bisa menjawab dengan jujur
yes, I was wearing my pale green winter coat
(Ya, saya memakai mantel hijau saya), atau
No, I was wearing my thick winter coat (Tidak,
saya memakai mantel musim dingin yang
tebal).
c. Relasi-Rasa Independen (Independent Sense
Relation) Indikator ketiga adalah relasi
rasa independen (independent sense
relation). Sebagai contoh, untuk kalimat
dengan kata light di atas, masing-masing
makna yang berbeda dari kata ini memiliki
lawan kata yang berbeda pula, yaitu dark
(gelap) dan heavy (berat). Fakta bahwa kedua
lawan kata ini tidak memiliki kaitan satu
sama lain akan memperkuat perbedaan
antara keduanya.
d. Otonomi
P ad a da s a rn y a o t o no m i m e n ga c u
p a d a d a pa t digunakannya bentuk kata
dalam satu rasa (sense) dimana bentuk yang
lain dibutuhkan secara eksplisit. Perhatikan
dua penggunaan kata dog, yang berarti
‘spesies camine’ dan ‘pejantan spesies
camine’. Pada kalimat I prefer dogs to bitches
(saya lebih menyukai anjing jantan (dogs)
dibandingkan dengan anjing betina (bitches),
secara umum ada nilai rasa (sense) akan
mengarah pada anomali semantik (coba ban-
dingkan dengan I prefer apples to fruits (saya
lebih menyukai apel dibandingkan buah-
buahan), tetapi kalimat ini sebenarnya normal.
Contoh ini menunjuk-
kan bahwa nilai rasa (sense) yang spesifik
memiliki

Pengantar Semantik & Pragmatik 87


otonomi (kata dog memiliki interpretasi
spesifik yaitu anjing jantan.
2. Antagonisme
Bacaan dengan makna yang ambigu, seperti
ban k, menujukkan satu properti lagi selain
discreteness. Kriteria ini disebut antagonisme.
Perhatikan kalimat yang me- mungkinkan
munculnya dua interpretasi yang berbeda, We
fnally reached the bank (Kami akhirnya mencapai
bank/ tebing sungai). Tidak mungkin kita dapat
memfokuskan interpretasi seseorang pada dua
makna sekaligus. Pada penggunaan sehari-hari,
biasanya pem-bicara memiliki interpretasi
(reading) yang sama berdasarkan konteks yang
ada. Jika tidak mungkin bagi pendengar untuk
memilik di antara dua interpretasi (reading),
ujaran akan diartikan secara salah, dan untuk
mengartikan ujaran dengan benar pendengar
butuh klarifikasi lebih jauh.
Kita dapat menduga bahwa reading yang
antaginistik memiliki sifat ipso facto, dan
antagonisme merupakan perbedaan makna pada
tingkatan tertinggi.

B. Nilai Rasa
1. Establishment
Hampir pasti bahwa semua kata memiliki potensi
untuk dapat digunakan dengan makna selain
makna bawaannya (yaitu makna yang akan langsung
terbayang di benak tanpa adanya bantuan
informasi kontekstual). Contoh seperti kalimat di
bawah ini dapat diperbanyak sampai tidak terbatas.
(1) a. John ordered a pizza (John memesan sebuah
pizza.
b. The pizza doesn’t look too happy with what
he’s been given (pizza itu/penjual pizza itu
kelihatan tidak
terlalu senang dengan apa yang diberikan kepadanya)

88 Dr. Surastina, M.Hum


(2) a. Some of the guests are wearing roses,
some carnations (beberapa tamu memakai
mawar, beberapa yang lain memakai anyelir)
b. The carnations are to sit on the left (yang
memakai anyelir harus duduk di sebelah kiri)
(3) a. “I’am off to lunch,” said John (“saya keluar
untuk makan siang,” kata John).
b. “This is my lunch,” said John, waving a five
pounds note (“Ini makan siang saya,” kata
John sambil melambaikan uang kertas lima
pound) meskipun hampir pasti orang tidak
akan mengalami kesulitan memahami kalimat
(b), tidak akan ada orang yang berfikir untuk
memasukkan makna kata pada (b) ke dalam
entry kamus, atau untuk mencarinya di dalam
kamus. Juga tidak ada alasan untuk berfikir
bahwa kata-kata tersebut tersimpan secara
permanen di dalam leksikon mental
seseorang. Meskipun begitu, pada kasus di
bawah ini, dapat kita katakan bahwa dua
interpretasi (reading) terdapat secara
permanen di dalam leksikon mental.
(4) a. John planted five roses (John menanam lima (benih)
mawar
)
b. John picked five roses (John memetik lima
(kuntum)
mawar
)
(5) a. That must an uncomfortable position to
sleep in (itu (pastilah posisi badan secara
fisik) yang tidak nyaman untuk tidur)
b. What’s your position on capital punishment?
(apa posisi (posisi/peran) anda pada capital
punishment?)
Dua kata pada kalimat di atas dapat disebut sebagai
established, dan kata-kata pada kelompok kalimat sebelumnya

Pengantar Semantik & Pragmatik 89


disebut sebagai non-established. Untuk kata yang
disebut ambigu, paling tidak harus terdapat dua
established senses (nilai rasa yang
established/mapan).
2. Motivasi: Polisemi dan
homonimi
Terdapat beberapa jenis hubungan yang jelas
terlihat di antara beberapa pemahaman teks
(reading). Hubungan tersebut juga bisa bersifat
arbitrer. Sebagai contoh, sejumlah orang cenderung
berfikir secara intuitif untuk membedakan kata bank
(yang berhubungan dengan uang) dengan bank (yang
berhubungan dengan sungai), meskipun hubungan
antara bank (uang) dengan blood bank (bank darah)
tidak terlalu sulit untuk ditafsirkan (dua-duanya
berhubunugan dengan penyimpanan sesuatu yang
berharga). Dalam hal kata bank (yang berhubungan
dengan uang) dengan bank (yang berhubungan
dengan sungai) kita dapat katakan bahwa kedua kata
tersebut menunjukkan sifat homonimi. Dan kedua
kata itu kita sebut homonim. Artinya adalah terdapat
dua kata berbeda yang memiliki properti formal yang
sama ( secara fonologis dan secara tulisan).
Apabila terdapat hubunugan antar makna,
misalnya dalam kata position dalam (5a) dan (5b),
kita menyebutnya polisemi. Tentu saja tingkatan
keterkaitan antara dua reading membentuk skala
yang bersifat kontinyu. Dan tidak terdapat garis
pemisah yang tajam antara keterkaitan dan
ketidakterka- itan dua reading. Individu yang berbeda
cenderung memiliki penilaian yang berbeda pula
mengenai apakah dua kata memiliki keterkaitan atau
tidak. Meskipun begitu, tidak berarti bahwa
memisahkan antara polisemi dengan homonim
menjadi tidak berguna. Terdapat banyak kondisi
dimana perbedaan itu jelas terlihat. Ingat bahwa
homonim hanya
terjadi pada established reading (pemahaman
teks/pemahaman

90 Dr. Surastina, M.Hum


yang bersifat tetap/mapan).
3. Sumber Non-leksikal dari Ambiguitas
Di sini ambiguitas disajikan sebagai fenomena
leksikal. Akan tetapi juga ditekankan bahwa terdapat
sumber-sumber l ai n da r i a m b ig ui ta s . S a l
ah s at u sum b er m un c uln y a ambiguitas,
tentu saja, adalah sintaksis. Misalnya pada kalimat
mary saw the man with telescope (Mary melihat
seorang pria menggunakan teleskop, atau Mary
melihat seorang pria memegang sebuah teleskop).
Banyak ambiguitas sintaktik muncul disebabkan
oleh alternatif kemungkinan struktur konstituen.
Seperti pada kalimat di atas, frase with telescope
memiliki dua kemungkinan struktur. Pertama, ia
merupakan adverbial yang menerangkan kata kerja
saw (melihat). Kedua, ia bisa menjadi frase preposisi
yang menerangkan kata benda thr man (pria itu).
Karena terdapat identity constraint (penghambat
identitas) pada kalimat di atas, maka sebuah
coordinated item pastilah memiliki letak yang sama di
dalam struktur konstituen. Maka kalimat (6) di bawah
ini hanya memiliki satu pemahaman (reading).
(6) Mary saw the man with telescope and bowler hat
(Mary melihat seorang pria yang memegang
teleskop dan memakai topi bowling/tidak
mungkin dipahami sebagai ‘Mary melihat
seorang pria menggunakan teleskop dan topi
bowling).

C. Keragaman Polisemi
Terdapat hubungan antara nilai rasa (sense) pada
polisemi. Terdapat banyak cara untuk
mengelompokkan sense. Kita akan mulai dengan
mengelompokkan hubungan linear dan non- linear.

Pengantar Semantik & Pragmatik 91


1. Hubungan Linear
Polisemi
Terdapat hubungan linear jika satu kata
merupakan pengkhususan makna dari kata yang lain.
Atau dengan kata lain, kata pertama merupakan
makna umum dari kata yang kedua dalam polisemi.
a. Autohiponimi
Autohiponimi muncul ketika sebuah kata
memiliki makna bawaan, dan pemahaman (
reading) yang dipersempit secara kontekstual
dimana ia menunjuk p a da s ub - j en i s d a
r i m a kn a ba w a an k at a it u.
Contohnya adalah kata dog (anjing) yang
memiliki makna bawaan ‘anjing’ (Cat and dog
owners have a register their pets, Para pemilik
kucing dan anjing harus mendaftarkan hewan
peliharaannya) dan makna yang dipersempit
‘anjing jantan’ (This is not a dog. This is a
bitch, Ini bukan anjing jantan (dog), ini anjing
betina).
b. Automeronimi
Automeronimi muncul dengan cara yang
mirip dengan autofonimi. Bedanya, reading
yang lebih spesifik merujuk pada sub-bagian,
bukan sub-jenis, dari makna umumnya.
Contoh kata ‘pintu’ yang bisa berarti sebuah
benda yang terdiri dari daun pintu, engsel,
kusen, dan handel pintu, misalnya dalam
kalimat ‘Ia berjalan melewati pintu itu.’ Kata
pintu juga bisa berarti ‘daun pintunya saja’,
misalnya dalam kalimat ‘Lepaskan pintu itu
dari enselnya.’
c. Autosuperordinasi
Contoh dari autosuperordinasi adalah
penggunaan kata man yang berarti manusia
(laki-laki dan perem- puan). Contoh lainnya
adalah penggunaan kata yang
makna bawaannya merujuk pada laki-laki
untuk

92 Dr. Surastina, M.Hum


merujuk pada laki-laki dan perempuan
sekaligus, atau sebaliknya.
Contoh, a field full of cows (padang rumput
yang dipenuhi sapi-maksudnya semua sapi,
jantan dan betina. Makna bawaan dari kata
cow adalah sapi betina).
d. Autoholonimi
Autoholonimi agak sulit dibedakan dari
automero- nimi. Kesulitan ini muncul karena
perbedaan adanya mak na b awaa n ya ng b
erbe da d i ko ntek s ya ng berbeda. Contoh
autoholonimi adalah kata lengan [ada kalimat
‘Lengannya terluka ketika perang’ (di sini
tidak berarti seluruh lengannya terluka, tentu
hanya titik tertentu pada lengannya).
Bandingkan dengan kalimat ‘Ia kehilangan
lengannya ketika perang’ (lengan di sini
berarti satu bagian utuh dari lengan, bukan
sebagian saja).
2. Polisemi Non-
linear a.
Metafora
Penjelasan detil mengenai metafora akan
dibedakan di bab lain. Si sini secara singkat
dijelaskan bahwa me- tafora adalah
penggunaan figuratif kata berdasarkan
kemiripan. Berikut ini adalah contoh metafora:
Posisi ini tidak nyaman untuk
tidur.
Ini adalah posisi yang bagus untuk melihat
prosesi. John memiliki posisi yang bagus di
ICI.
Apa posisi anda di keanggotaan
EU?
Anda telah menempatkan saya pada posisi
yang sulit. Kau harus memposisikan dirimu
sehingga dia tidak
bisa
kehilanganmu.

Pengantar Semantik & Pragmatik 93


b. Metonimi
Metonimi adalah kata figuratif berdasarkan
asosiasi. Berikut ini adalah contohnya:
There are too many mouth to feed (Terlalu
banyak mulut yang harus diberi makan
(mouth-mulut berarti orang). Don’t talk wth
your mouth full (Jangan berbicara dengan
mulut penuh)
John has his own wheels (John memiliki
kendaraan sendiri-wheels/roda berarti
kendaraan)
One of the wheels fell off (salah satu
rodanya lepas)
Joan married a man with large bank account
(Joan menikah dengan pria yang memiliki
banyak uang-bank account/ rekening di bank
berarti pria dengan banyak uang) Jane has a
bank acoount (Jane memiliki rekening di bank)
He is the voice of a the people (dia adalah
suara rakyat- suara/berarti aspirasi)
Has aloud voice (dia memiliki suara yang
keras)
c. Lain-lain
Untuk beberapa makna polisemi, agak sulit
untuk menentukan apakah dia termausk
metafora atau metonimi.
Contohnya adalah kata-kata penanggalan
yang me- rujuk pada periode waktu, misalnya:
Saya akan pergi selama satu bulan. Kata bulan
tidka merujuk pada bulan dalam kalender
tetapi dimulai pada hari ketika berangkat
dan berakhir empat minggu kemudian.
3. Polisemi Sistematik
Sejumlah polisemi bersifat sistematik. Artinya
polisemi itu terjadi di dalam rentangan leksikal. Di
dunia semantik, munculnya polisemi semacam ini
dapat diprediksi. Mungkin
yang agak sulit diprediksi adalah metafora. Tampaknya tidak

94 Dr. Surastina, M.Hum


ada keharusan adanya sifat sistematik pada
metafora. Misalnya penggunaan metafora
menggunakan kata kepala merujuk pada bagian atas
sesuatu, sedangkan kaki merujuk pada bagian bawah
sesuatu (atau sebaliknya).
Foot of mountain head of mountain kaki
gunung puncak gunung
Foot of treehead/crown of tree bagian bawah pohon/
atas pohon

Metafora yang paling sistematik, dan mungkin


yang paling dasar, adalah yang bersifat sangat
natural sehingga ia tidak tampak seperti sebuah
metafora.
Misalnya pada contoh up is more/down is less (ke
atas itu lebih dan ke bawah itu kurang), maksudnya
jika seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu
naik/meningkat (misalnya harga, popularitas,
harapan, dll), maka hampir dipastikan terdapat pula
kemungkinan untuk turun.
Metonimi bersifat sangat sistematik, berikut ini
adalah beberapa contoh:
Spesies pohon (tree)/ jenis-jenis kayu (wood) beech/walnut/
oak
Fruit (buah)/spesies pohon (tree)apel, pir, cherry
Flower (bunga)/plant (tumbuhan)rose, dafodil,
azalea Animal (hewan)/meat (daging) rabbit
(kelinci)/chicken (ayam)/armadilo

Pada polisemi linear juga terdapat sifat


sistematis. Misalnya kata dog (anjing). Situasinya
adalah ketika sebuah kategori memiliki sub-divisi
yang bersifat biner, dan hanya satu dari sub-divisi itu
yang memiliki nama, kemudian istilah induknya
akan berkembang menjadi pemahaman teks

Pengantar Semantik & Pragmatik 95


(reading) yang lebih spesifik untuk mengisi tempat
yang kosong. Jadi, dalam contoh kata dog, terdapat
sub-divisi biner, jantan dan betina. Hanya satu sub-
divisi yang memiliki nama yaitu bitch (anjing betina).
Kemudian kata induk, yaitu dog, menempati sub-
divisi yang kosong (jantan) dan berkembang menjadi
reading yang lebih spesifik yaitu anjing jantan.

D. Antara Polisemi dan


Monosemi
Di dalma banyak contoh perbedaan kontekstual
dari makna sebuah kata. Sebuah pemisahan yang
tajam dapat ditarik antara ‘satu makna’ dan ‘banyak
makna’, dengan istilah lain, antara monosemi dan
polisemi. Akan tetapi perbedaan ini terlalu mentah.
Terdapat banyak tingkatan perbedaan berkaitan
dengan dunia makna, namun harus dibedakan dari
modulasi kontekstual. Berikut rinciannya.
1.
Faset
Perhatikan contoh di bawah ini:
(1) Please put this book back on the shelf
(Tolong letakkan kembali buku ini di rak)
(2) I find this book unreadable (Menurut saya,
buku ini tidak layak dibaca)

Pada kalimat pertama, kata ‘buku’ merujuk


kepada benda fisiknya, sedangkan kalimat kedua
merujuk pada teks yang ada di dalamnya. Meskipun
menyampaikan perbedaan makna (antagonisme), dua
kalimat di atas bukanlah ambiguitas dalam artian
yang biasa; dua kalimat di atas bisa diartikan tanpa
menimbulkan masalah, dan tanpa menimbulkan
kesan permainan kata.
(3) Put this book back on the shelf. It is unreadable (Letakkan
kembali buku ini di rak. Ini tidak layak
dibaca)

96 Dr. Surastina, M.Hum


Pemahaman teks (reading) kalimat di atas disebut
facet. Kita bisa menyebutnya text facet (permukaan
teks) atau tone facet (permukaan nada). Penyebutan
istilah di atas mudah- mudahan dapat dengan
sendirinya menerangkan maknanya.
2. Perspektif
Terdapat jenis lain dari perbedaan antara dua
reading (pemahaman teks) yang menunjukkan
discreteness tanpa adanya antagonisme dan tanpa
autonomi. Jenis perbedaan ini disebut perspektif
cara yang mudah untuk menerangkan perspektif
adalah dengan analogi. Perspektif sama seperti
melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda,
dari depan, dari belakang, dari samping, dari atas dan
lain-lain. Kesemua sudut pandang ini secara
perspektif berbeda tetapi pikiran kita menyatukannya
menjadi satu kesatuan konsep. Hal yang sama
terjadi pada makna. Sebagai contoh, kata house
(rumah) dapat dipandang sebagai sebuah karya
arsitektur, sebuah properti, sebuah hasil rekayasa
konstruksi. Masing-masing sudut pandang
menyebabkan transformasi profil akses yang
terhubung pada sebuah item leksikal house (rumah).
B e be r a pa d ar i pr o f il i ni m un g k in b
er b e da unt uk mengangkat fenomena
diskontinuitas. Misalnya sebuah frase ambigu tanpa
menggunakan item leksikal yang ambigu. A
delightful house (rumah yang menyenangkan), bisa
dilihat dari sudut pandang arsitektur menyenangkan
karena bentuknya yang indah secara arsitektural,
juga bisa dilihat dari sudut pandang fungsi rumah
sebagai tempat tinggal.
3. Subsense
Subsense adalah pemahaman teks ( reading)
dengan perbedaan (discreteness) dan antagonisme
pada tingkatan yang lebih rendah.
Contohnya adalah kata ‘pisau’ sebagai makna super-

Pengantar Semantik & Pragmatik 97


ordinat dari berbagai jenis pisau: pisau dapur, pisau
lipat, pisau daging, pisau makan. Makna bawaan dari
kata pisau adalah sesuatu yang digunakan untuk
memotong. Pada konteks tertentu, makna bawaan
dari kata pisau menjadi lebih khusus sesuai dengan
konteks tersebut. contoh, ketika sedang makan, Johny
menyobek-nyobek daging dengan tangannya. Dia
memiliki sebuah pisau saku di kantongnya, tetapi
bukan sebuah pisau makan.
Ibu : Johny, gunakan
pisaumu! Johny : Saya
tidak punya, Bu.
Respons Johny pada dialog di atas sudah benar.
Pada konteks ini, Johny tidak perlu spesifik. Pada
konteks ini, kata pisau berarti ‘jenis pisau yang
digunakan ketika makan’.
4. Sense
spectra
Subsense berfugnsi layaknya sense pada
kelompok katanya, akan tetapi subsense tidak dapat
diakses dari luar kelompok kata tersebut. fenomena
lain yang mirip adalah sense lokal (local sense).
Kedua istilah ini memiliki sifat spesifik pada kelompok
katanya. Perbedaannya adalah bahwa (i) local sense
menunjuk pada sebuah kontinuum semantik, (ii)
tingkatan antagonisme di antara dua pemahaman
teks reading tergantung pada seberapa jauh
pemahaman itu terpisah, pemahaman teks tersebut
berada di dalam sebuah spektrum, (iii) pemahaman
teks literal dan figuratif dapat diintusikan, (iv) tidak
ada pemahaman teks yang bersifat inklusif.
Contoh sense spectra adalah penggunaan kata
mouth (mulut). Makna literal dari mouth adalah mulut
dari hewan dan manusia, akan tetapi pemahaman
teks yang lain adalah perluasan metaforik dari kata
mouth. Salah satu pemahaman dengan makna
paling jauh (maksudnya paling jauh dari
makna literalnya) adalah mouth of river (mulut
sungai).

98 Dr. Surastina, M.Hum


E. Makna Kalimat dan Isi Proposisi
Kalimat-kalimat memiliki isi dalil yang sama jika
dan hanya jika mereka mempunyai kondisi-kondisi
kebenaran yang sama. Hal ini adalah dasar yang
telah disusun pada bab sebelmnya, dan kita akna
memasukkan prinsip tersebut seluruhnya. Kita juga
akan terus mengidentifikasi isi dalil dari sebuah
kalimat dengan pengertiannya dan untuk tujuan
sekarang dengan arti deskripsinya.
Sebuah bagian dari arti kalimat seperti kalimat-
kalimat yang biasa didefinisikan, yang bukan
merupakan bagian dari isi dalil adalah arti tematik.
Sebagai contoh kalimat-kalimat berikut, yang
berbeda dl arti tematik dan semua memiliki kondisi
kebenaran yang sama dan oleh karena itu isi dalil
yang sama:
1. Saya belum membaca buku ini;
2. Buku ini saya belum baca;
3. Ini adalah buku (yang) saya belum baca;
4. Buku ini belum dibaca saya.
Jadi lakukan hal yang sama pada kalimat berikut ini:
5. Seorang laki-laki sedang berdiri di bawah pohon apel;
6. Ada seorang pria sedang berdiri di bawah pohon apel.
Jenis arti ini disebut tematik karena ditentukan
oleh caar pembicara menyampaikan apa yang mereka
bicarakan tentang tema dari ucapan mereka,
berhubungan dengan perkiraan- perkiraan
kontekstual yang khusus. Seringkali apa yang
pembicara sampaikan sebagai tematik juga diberikan
di lain tempat dalam konteks kebenarannya diterima
karena sedang diketahui pada alamat-alamat yang
dituju atau dengan mudah diidentifikasikan oleh
mereka. Tepatnya, tidak ada arti yang jelas dari
kalimat 1-4, atau 5-6 pada satu sama lain yang
berbeda kalimat. Sebuah pandangan alternatif akan menjadi

Pengantar Semantik & Pragmatik 99


beberapa atau semua dari yang
berikut ini:
1a. Saya belum membaca buku ini;
2a. Buku ini saya belum baca;
3a. Ini buku (yang) saya belm baca;
4a. Buku ini belum dibaca oleh saya.

Beberapa bentuk dari kalimat yang sama, yang


memiliki bentuk kutipan tak ditandai secara
kontekstual dan gaya atau netral, bentuknya (1a),
(2a), dan (4a), jika tidak (2a) dan (1a) dianggap
tradisional sebagai bentuk-bentuk dari kalimat-
kalimat yang berbeda mungkin tidak lebih dari
sebuah konsekuensi dari kenyataan bahwa bahasa
Yunani dan bahasa Latin lebih jelas daripada bahasa
Inggris secara terinfeksi memiliki bentuk kata kerja
aktif dan pasif yang jelas. Karena untuk (3a) ini akan
jadi lebih dianggal secara tradisional sebagai sebuah
kalimat jelas, karena secara dangkal disusun dari dua
klausa. Dengan kesamaan bentuk.
5a. Seorang laki-laki sedang berdiri di bawah
pohon apel, Dibandingkan dengan
6a. Ada seorang laki-laki sedang berdiri di bawah
pohon. (6a) dibentuk setidaknya secara
dangkal dari dua klausa daripada sederhana
oleh karena itu merupakan gabungan.
Perbedaan antara kalimat sederhana dan
kalimat gabungan adalah sesuatu yang kita
akan lihat pada bagian berikutnya.
Poin terpenting yang diperhatikan di sini adalah
bahwa pertanyaan apakah (1a)-(4a) adalah bentuk-
bentuk dari kalimat yang sama atau dari dua atau
lebih kalimat-kalimat yang berbeda, bukanlah sebuah
masalah dari fakta yang dijawab oleh pengamat
atau intuisi. Tapi sebuah masalah dari
keputusan yang bersifat teori. Mungkin ada alasan-alasan

100 Dr. Surastina, M.Hum


yang baik untuk mengatakan bahwa (1a) dan (2a)
adalah bentuk dari kalimat-kalimat yang berbeda
(walaupun pikiran a h li s eo r a ng t at a ba h a sa
s e ca r a t r a di s i on a l m un gk i n mengambil
pandangan yang bertentangan), susunan kata
memainkan sebuah peran berstruktur yang penting
sekali dalam tata bahasa Inggris. Bahasa-bahasa
lainnya, bagaimana- pun peran out tidak berlaku
pada mereka.
Banyak teori sintatik tertentu yang tidak perlu kita
pelajari disini, adalah berat sebelah secara tipologi
dalam membuat teori menajdi aksiomatis bahwa
tidak ada dua ungkapan yang berbeda sama sekali
dalam susunan kata dapat menjadi bentuk-bentuk
dari kalimat yang sama.
Kebenaran ini sering dibangun dalam perumusan
dari tata bahasa generatif dengan mendefinisikan
kalimat sebagai seb uah r angka ian d ari b entuk
-bent uk. J ika s eseor ang menerima bahwa (1a)-
(4a) adalah semua bentuk dari kalimat yang sama,
yang memiliki bentuk kutipan (1a) ia akan berkata
bahwa arti tematik bukanlah bagian dari arti kalimat.
Pandangan ini mungkin ditentang. Kemudian
bahwa perbedaan diantara (1a) dan (2a) tidak mau
menggunakan struktur semantik atau tata bahasa
dan kalimat yang mana mereka adalah bentuk-
bentuk alternatif, tapi cukup dengan ungkapan dari
kalimat yang sana dalam satu susunan kata yang
ditetapkan secara kontekstual atau lainnya.
Persoalan-persoalan dari jenis seperti ini akan
memakan waktu kita dalam bagian 4, kita melihat
lebih dekat pada apa yang diliputi dalam ungkapan
dari sebuah kalimat. Untuk saat ini, hal ini cocok
untuk diperhatikan bahwa jenis dari pertanyaan
yang telah disangkutkan di bagian ini biasanya
diminta, daripada dengan pantas ditujukan, dalam
pekerjaan-
pekerjaan terbaru dalam semantik
linguistik.

Pengantar Semantik & Pragmatik 101


Arti tematik adalah jika keseluruhan sebuah
masalah dari arti ungkapan hanya beberapa, dan
dianggap sebagai sebuah bagian dari arti kalimat
yang dapat diperdebatkan. Tapi seperstinya hal
tersebut tidak perlu diperdebatkan jika jika hanya
menyangkut kriteria paling tepat untuk ciri-ciri
kalimat.
Bagaimanapun sebuah poin adalah jelas jika
merupakan bagian dari kompetensi bahasa
seseorang yang bisa untuk mengawasi dan
menerjemahkan variasi-varisi dari susunan kata dan
struktur tata bahasa dari jenis yang dicontohkan
dalam kalimat tersebut di atas. Ini juga bagian dari
kompetensi b a ha s a s e s eo r a ng y an g bi s a
un t uk m en g a wa s i d a n menerjemahkan
perbedaan-perbedaan dari beberapa variasi- variasi
dari susunan kata dan struktur tata bahasa. Oleh
karena itu kita tidak dapat menahan secara serentak
pada dua prinsip dasar berikut:
i. Kompetensi linguistik dibatasi untuk
pengetahuan struktur kalimat.
ii. Semua aspek dalam arti kalimat adalah kondisi
yang pasti terjadi
Jika kita ingin mempertahankan (i) kita harus
menerima sebuah gambaran yang lebih luas dari
struktur kalimat dari pada yang tradisional dan dalam
hal ini meninggalkan (ii). Kemungkinan lain, jika kita
berharap untuk mem-pertahankan (ii) kita harus
menerima baik sebuah gambaran yang lebih sempit
dari struktur kalimat daripada tradisional maupun
mengidentifikasi arti tematik menjadi sesuatu yang
lebih berarti.

F. Kalimat Sederhana dan Kalimat Gabungan


Sebuah kalimat sederhana dalam tata bahasa
tradisional tidak ada masalah, kita dapat
menggunakannya dengan cukup

102 Dr. Surastina, M.Hum


memuaskan dalam diskusi umum kita dari isi dalil
kalimat secara kasar dibandingkan dengan perbedaan
antara kalimat sederhana dan apa yang disebut
kalimat gabugan adalah perbedaan yang
digambarkan dalam logika antara dalil gabungan
dan sederhana. Dalil gabungan biasanya kompleks
dan adakalanya berupa campuran. Bagaimanapun itu
tampak lebih baik dalam konteks saat ini untuk
membakukan terminologi logika dan tata bahasa
sejauh mungkin. Gabungan memiliki keuntungan
lebih lanjut, karena hal tersebut terhubung secara
nyata antara campuran dan komponen.
Namun tidak ada perbedaan yang dapat
digambarkan secara jelas di antara jenis-jenis dan
dalil-dalil gabungan yang cocok, dalam hal yang
penting, perbedaan tata bahasa di antara kalimat
kompleks dan campuran. Sebagai contoh:
7. Jika ia lulus dalam tes mengemudinya, saya
adalah orang
Belanda.
Adalah kompleks, sedangkan
8. Baik saya lulus tes mengemudi atau tidak,
saya orang
Belanda.
Adalah campuran.
Dalil-dalil yang dinyatakan oleh dua kalimat di atas
dibentuk secara kalkulus dengan cara dari
implikasi dan disjungsi berturut-turut:
9. ‘p menunjukkan
q’ Sebaliknya,
dan
10. ‘Baik negatif (-p)
atau q’
Pada perpektif pertama, kedua dalil gabungan (9)
dan (10) terlihat sepertinya mungkin memiliki
perbedaan secara semantik. Tapi seperti yang telah
diterjemahlan oleh para ahli logika, mereka memiliki
kejadian yang pasti terjadi. Dapat
diterima bahwa ‘p’ menunjukkan ‘q’ dan baik –p
atau q

Pengantar Semantik & Pragmatik 103


memang membentuk jarak dari dalil-dalil yang
dapat ditegaskan dengan pengungkapan sampel
kalimat kompleks dan kalimat gabungan (7) dan (8)
yang juga mengikuti bahwa kalimat-kalimat dalam
pernyataan harus memiliki isi dalil yang sama. Selain
itu banyak penemuan seperti beberapa contoh
sebagai berikut:
11.Dia (laki-laki) miskin dan
jujur
12. Dia (laki-laki) miskin tapi dia
jujur
13. Walaupun dia miskin, ia
jujur
Banyak orang mungkin akan berkata bahwa
semua kalimat tersebut berbeda dalam arti tapi ada
kalimat kedua merupakan gabungan yang dekat
artinya dengan kalimat ketiga, sebuah kalimat
kompleks. Sekali lagi, walaupun dalil- dalil gabungan
dinyatakan oleh kalimat-kalimat ini secara alami
dipertahankan sepadan secara semantik.

1. Fungsi Kebenaran: Konjungsi dan


Disjungsi
Di bawah asumsi logis yang baku, dalil
gabungan dinyatakan dengan kalimat-kalimat seperti
contoh 11 dan 12 dipertahankan menjadi sepadan
secara semantik. Hal ini karena operasi-operasi
untuk dalil gabungan dibentuk diluar dalil sederhana,
dengan definisi fungsi kebenaran. Nilai-nilai
kebenaran dari dalil-dalil komponennya dan efek
spesifik dari tiap-tiap pengoperasian yang harus kita
perhatikan, yaitu konjungsi, disjungsi, negasi dan
implikasi.
Konjungsi (&) menciptakan sebuah dali gabungan ‘p & q’:
–p dan –q benar jika dan hanya jika antara p dan q
adalah benar. Disjungsi (V) menciptakan sebuah dalil
gabungan ‘p V q’: baik p atau –q benar jika dan hanya
jika p adalah benar atau q adalah benar (atau
keduanya benar). Negasi (~) men-
ciptakan sebuah dalil gabungan (~p) diluar dari dalil
sederhana

104 Dr. Surastina, M.Hum


(p). Dan ~p benar ketika p salah dan ketika p benar.
Implikasi
(®) menciptakan sebuah dalil gabungan (p ®q: p
menunjukkan
–q) adalah benar jika dan hanya jika (i) kedua p dan q
adalah benar, (ii) kedua p dan q adalah salah, atau
(iii) p salah dan q benar.
Pertanyaannya sekarang adalah, operasi mana
yang berhubungan dengan formasi dari kalimat
gabungan dalam bahasa alami adalah sama dengan
fungsi kebenaran? Kita akan membatasi
pembahasan pada kalimat campuran yang
dibentuk oleh cara-cara pengoperasian dari
konjungtif koordinasi dan disjungtif koordinasi.
Kalimat-kalimat yang biasanya dipakai untuk
membuat contoh implikasi dan negasi akan
diperlakukan dalam bagian-bagian berikut.
Pertama, definisi logis dari konjungsi dan
aplikasinya terhadap analisa semantik dari kalimat-
kalimat campuran dalam bahasa alami akan nampak
cukup jelas. Nampaknya perbedaan arti antara
kalimat-kalimat seperti contoh 11 dan
12, merupakan sebuah perbedaan yang dapat
dihubungkan dengan bentuk bahasa Inggris dan dan
tapi. Mari kita lihat betapa dekatnya klausal dan
koordinasi: klausa koordinasi dengan menggunakan
dan inia dalam jenis koordinasi konjungsi
ternetral dalam bahasa Inggris. Dan kejelasan
terdekat dalam dalil kalkulus pastilah konjungsi logis
(&). Bahkan dan- koordinasi bagaimanapun adalah
bermasalah dari pandangan fungsi kebenaran.
Seringkali dianggap terdapat beberapa jenis klausal
sementara antara situasi yang digambar- kan dengan
dalil-dalil komponen, seperti penyusunan klausa yang
menyatakan dalil-dalil tersebut terpercaya secara
semantik. Misalnya:
14. John terlambat sampai dan ketinggalan
kereta
15. John ketinggalan kereta dan terlambat
sampai

Pengantar Semantik & Pragmatik 105


Akan digunakan secara normal dalam berbagai
situasi berbeda. Untuk membuat poin ini ringkas, dan
di sini berarti
‘dan kemudian’ atau ‘oleh karena itu’. Secara jelas
jika dan memiliki arti, ini tidak sepadan dengan
penghubung untuk dalil konjungsi (&). Untuk p dan
q memiliki nilai-nilai kebenaran yang sama seperti q
& p.
Tapi apakah dan- merupakan koordinasi yang lebih
tepat dari klausa-klausa tepatnya memiliki arti ‘dan
kemudian’ atau
‘oleh karena itu? Alternatif tersebut bukan merupakan
isi dalil tapi menunjukkan sesuatu kecenderungan
umum kita dalam melekatkan aturan-aturan
komunikatif dari relevansi dan penyusunan.
Pada keadaan normal dan karena tak sanggup
lagi bertentangan dengan informasi kontekstual,
kita dapat menduga bahwa ungkapan ‘John
terlambat sampai dan ke- tinggalan kereta’, bahwa
terlambatnya John karena ia ketinggalan kereta,
walaupun tidak ada arti yang nyata dari kalimat yang
memberi kita informasi ini, karena kita berasumsi
bahwa pembicara tidak akan menyesatkan kita
dengan sengaja dan tak beralasan tidak
memperdulikan aturan yang ada. Hal ini tentunya
memungkinkan untuk memikirkan keadaan dalam
kalimat 14 dan 15 dapat diutarakan untuk
menegaskan dua kebalikan dari kenyataan yang tak
terhubung.
Tapi keadaan-keadaan ini harus agak spesial dan
akan jelas secara umum dari konteks ujaran. Oleh
karena itu apa yang kita pikirkan seperti lebih
normal atau konteks yang lebih biasa dalam ujaran
yang setiap orang mengujarnya baik contoh 14 atau
15 akan ditunjukkan, jika tidak dinyatakan kenyataan
bahwa ada beberapa jenis dari hubungan kasual
antara keterlambatan John tiba dan ketinggalan
keretanya.
Argumen ini telah digunakan oleh penganut dari
semantik

106 Dr. Surastina, M.Hum


yang kejadiannya pasti
terjadi.

2. Fungsi Kebenaran:
Implikasi
Implikasi atau implikasi materi biasanya
diterjemahkan d al a m b a h as a In g g ri s se b a
ga i ka l i ma t pe n g an d a ia n . Contohnya:
16. Jika Ana telah lulus tes mengemudi, orang
tuanya telah membelikan sebuah porsche.
Telah disebutkan di muka, dalil gabungan p ® q (p
menunjuk q) adalah benar dengan definisi tidak
hanya ketika p dan q memiliki nilai kebenaran yang
sama (keduanya benar atau keduanya salah), tapi
juga ketika p salah dan q benar. Jadi dalilnya
dinyatakan dengan –jika itu memiliki bentuk logika
dari ‘p menunjukkan q’ adalah benar tidak hanya (i)
jika Ana telah lulus mengemudinya dan
orangtuanya membelikan sebuah porsche (p & q),
tapi juga (ii) jika ia tidak lulus tes mengemudi dan
atau orangtuanya telah membelikan porsche (~p dan
q), dan (iii) Ana tidak lulus tes mengemudinya dan
orangtuanya belum membelikan porsche (~p dan
~q).
Banyak orang menemukan (ii) dan (iii) sebagai
paradoks. Tentu saja fakta bahwa beberapa dalil
yang salah (secara materi) menunjukkan setiap dalil
yang benar biasanya di- tujukan sebagai salah satu
dari implikasi paradoks. Poin kedua adalah nilai
kebenaran dari ‘p menunjuk q’ seperti ‘p dan q’,
adalah tidak terikat secara keseluruhan beberapa
hubungan kasual antara situasi yang digambarkan
oleh tiap-tiap dalil komponen. Sebagai contoh dalil
dinyatakan dengan
17. Jika nona Godiva memiliki mata biru, orangtua
Ann telah membelikannya sebuah porsche.
Akan benar jika orangtua yang dituju adalah orangtua
Ann dan dia (perempuan), pada beberapa
kesempatan pada

Pengantar Semantik & Pragmatik 107


ungkapan dalam kalimat, tentu saja membelikannya
sebuah porsche. Sekali lagi, banyak orang yang
menemukan paradoks ini. Lebih umum lagi mereka
menemukan paradoks di fungsi kebenaran dalam
sebuah implikasi yang dibuat-buat dengan
ketidakpaduan dari beberapa jenis koneksi kasual
antara situasi yang dituju pada dua dalil komponen,
p dan q. tentu saja memungkinkan untuk
menyarankan lebih atau kurang koneksi yang masuk
akal untuk dia klausa dalam beberapa k a li m a t p
e ng a n da i a n d a n d e n ga n ca r a d e m
ik i a menghilangkan keberadaan paradoks.

3. Fungsi Kebenaran:
Negasi
Negasi disimbolkan dengan ‘~’ yang dianggap
ahli logika sebagai operasi yang membentuk sebuah
dalil gabungan (~p) di luar dari dalil sederhana (p).
Sebaku mungkin bernilai ganda, definisi dari fungsi
kebenaran negasi jelas: kapanpun p benar, ~ p
adalah salah,d an kapanpun p adalah salah, ~ p
adalah benar. Negasi lebih baik rekursif, sehingga
negasi ~ p, hasil ~ ~ p yang sepadan dengan p (dua
negatif menjadi positif). Bagaimana logika baku dari
negasi berhubungan dengan arti dan menggunakan
kalimat negatif adalah bagian dari isi dalil kalimat?
Ada beberapa cara kalimat negatif dibentuk dalam
bahasa natural, bagaimanapun ada alasan untuk
mengatakan bahwa kalimat negatif adalah gabungan
secara tata bahasa yang bertentangan dengan
kalimat positif yang cocok, atau kalimat positif.
Kalimat yang tepat dari lawan kaya yang
berlawanan memiliki struktur klausa yang sama, dan
apa yang dapat kita identifikasikan paling mudah
dengan dalil negasi yang diaplikasikan dalam
klausa-klausa dan tidak berlanjut ke
seluruh kalimat. Tentu saja dalam banyak bahasa
(termasuk

108 Dr. Surastina, M.Hum


Irlandia dan Finlandia) lawan kata negatif dari sebuah
klausa ditandai bukan dengan unsur yang sama tidak
seperti bahasa Inggris, tapi dengan bentuk khusus
dari kata kerja atau predikat. Karena itu pepatah
tradisional menyatakan :negasi predikat adalah
sepadan dengan dalil negasi.
Tapi ada satu jenis negasi predikat yang jelas
sekali tidak sepadan dengan negasi seluruh dalil.
Contoh:
18. John tak
ramah.
Yang tidak sama dengan
19. John tidak
ramah
Menyatakan sebuah dalil tidak hanya kontradiksi
dengan dalil yang dinyatakan oleh
20. John
ramah.

Tapi ini bertentangan. Kenyataannya ‘John tidak


ramah’ sering digunakan dalam percakapan sehari-
hari seperti memiliki kesamaan dengan ‘John tak
ramah’. Dalam beberapa ungkapan ‘tidak ramah’
dengan nyata diinterpretasikan sebagai bentuk dari
tak ramah. Ada tiga cara mengatasi hal tersebut:
pertama, yang ditiadakan dalam formula tersebut
untuk menyatakan ada dua kalimat berbeda diwakili
dalam bahasa Inggris oleh ‘John tak ramah’ dan
mereka dibedakan sedikitnya pada pilihan. Cara
kedua untuk mengatakannya adalah ada satu
kalimat, dan out adalah ambigu secara stru- ktural.
Cara ketiga adalah menggambarkan perbedaan
antara arti kalimat dan arti ungkapan dan untuk
mengatakan bahwa John tak ramah adalah ambigu
tunggal yang dapat diujarkan dalam cara tertentu.
Hal tersebut memungkinkan untuk negasi ekspresi
nominal yang terjadi sebagai konstituen klausa.

Pengantar Semantik & Pragmatik 109


Contoh:
21. Tidak satu pun siswa membayar biaya masuk.
Menyatakan sebuah dalil yang dibedakan dari,
dan tidak memiliki (dalam konteks implikasi) dalil
dinyatakan dalam :
22. Siswa-siswa tidak membayar penuh uang masuk.
Negasi nominal jenis ini (tidak satupun siswa),
seperti negasi predikatif (tidak membayar), memiliki
sebuah efek dalam isi dalil yang terjadi dan adalah
prinsip dari fungsi kebenaran, tapi tidak dengan
mudah diformulasikan dalam logika dalil baku. Untuk
membedakan dengan negasi nominal dari jenis yang
dicontohkan dengan ‘tak satupun siswa’ di atas
menggunakan kata ganti negatif tak tentu seperti
‘tak satupun’ atau ‘tak ada’ atau secara semantik
nominal yang dapat dibandingkan dikenal dengan
kata sifat ‘tidak’, dengan jelas direfeksikan bahwa:
23. Tak seorang pun menelepon.
Menyatakan sebuah dalil yang bertentangan
dengan dalil yang dikatakan oleh:
24. Seseorang menelepon.
Padahal
25. Seseorang tidak menelepon.
Yang terlihat seperti kalimat negatif yang paling
sesuai dengan (24) dan dihubungkan dengan (25)
untuk menyatakan dalil ketidakbertentangan
gabungan,
26. Seseorang menelepon dan seseorang tidak menelepon.
Banyak ahli logika dan ahli linguistik telah
mengambil pandangan bahwa dalil dinyatakan
dengan 23, 24 dan 25 berbeda dalam bentuk logika
dari dalil yang dinyatakan dengan, misalnya:
27. John menelepon.
27a. John tidak menelepon.

110 Dr. Surastina, M.Hum


Analisa logika baku dari dalil 23, 24, dan 25
semua menggunakan pemberi sifat esensial dengan
atau tanpa negasi, sebagai masalah mungkin dan
mengatasi perbedaan semantik antara 23 dan 25
dalam istilah susunan relatif dari pemberi sifat
operator negasi.
Perbedaan paling penting dicatat antara kalimat negatif
23 dan 27a adalah ketika digunakan untuk membuat
per- nyataan, dihubungkan dengan jenis khusus dari
perkriaan eksistensial: bahwa itu membawa perkiraan
pembicara bahwa ada kebenaran beberapa
kesatuan yang lahir yang bisa ditunjukkan pada
ekspresi ini dengan tepat ‘John’.
Negasi adalah sebuah aplikasi yang muncul pada
ekspresi tunggal. Tapi ungkapan dalam soal ini bisa
sederhana atau gabungan. Dalam ~ p ungkapan
menggunakan operasi epkresi yang ada dalam
bidanngya yang sederhana, padahal ~ (p & q) adalah
gabungan.

G. Tipe Kalimat, Tipe Klausa dan


Modus
Kalimat dapat digolongkan menurut apa yang
disebut dengan tipe kalimat. Istilah imperatif dan
optatif berhubungan dengan indikatif, pengandaian,
dubitatif, bukti, dan lain-lain. Kalimat juga dapat
digolongkan menurut modus. Beberapa istilah dicatat
sebagai pengandaian, digunakan dalam respek istilah
pengandaian.
Ada hubungan antara tipe kalimat dan modus,
tapi tipe dan modus adalah dimensi terikat dari
struktur tata bahasa kalimat (dan klausa) yang yang
penting tidak membingung- kan antara keduanya.
Sebagai contoh dalam bahasa Latin:
28. Quid
faceret?
Yang termasuk kalimat pengandaian tidak sempurna,

Pengantar Semantik & Pragmatik 111


yang membedakan secara tata bahasa dan semantik dari:
29. Quid facibat?
Yang termasuk kalimat indikatif tidak sempurna. Contoh
28 dan 29 dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dalam berbagai konteks:

29a. Apa yang ia lakukan?


Atau
29b. Apa yang sedang ia lakukan?

Bahasa Inggris modern dalam banyak dialek


membuat beberapa perbedaan antara indikatif dan
pengandaian, bahkan dalam anak kalimat. Sebuah
kalimat indikatif ald sebuah kalimat (klausa) dalam
modus indikatif. Seperti sebuah kalimat imperatif,
kalimat indikatif atau kalimat optatif adalah sebuah
kalimat dalam inperatif, pengandaian atau modus
optatif dalam beberapa bahasa yang memiliki
beberapa atau semua modus.
Modus sering disandikan secara menyeluruh ke
semua bahasa di dunia yang mana kata kerjanya
adalah kepala/ pokok. Modus didefinisikan dengan
baik sebagai kategori yang menghasilkan
ketatabahasaan modus subjek dan jenis lain dari arti
ekspresi, termasuk beberapa bagian yang
sekarang umumnya ditunjukkan sebagai tekanan
illokusi. Setelah menetapkan perbedaan antara tipe
kalimat (dan tipe klausa) dan modus, perlu dicatat
bahwa tidak semua kalimat deklaratif ada dalam
modus indikatif.
Dalam bahasa Inggris ada dua subkelas
ketatabahasaan dari kalimat tanya yang tepat, yang
dapat diletakkan ke dalam penyesuaian dengan dua
subkelas dari pertanyaan: ‘ya –
tidak’, yang akan kita sebut dengan pertanyaan x. Kita akan

112 Dr. Surastina, M.Hum


membatasi perhatian kita pada apa yang ditunjukkan
sebagai kalimat tanya ‘ya-tidak’ seperti:
30. Apakah pintu terbuka?
Ini terhubung secara sistematik dalam istilah
struktur leksikal dan tata bahasanya, pada kalimat
deklaratif:
31. Pintu terbuka.
Tata bahasa sistematik dan hubungan leksikal
antara keduanya akan terlihat merefleksikan
sebuah hubungan semantik sistematik yang tidak
sedikit. Banyak pandangan menarik yang diambil
oleh Gottlob Frege, sarjana berkebang- saan Jerman
yang menghasilkan tugas akhir dalam filosofi bahasa
pada akhir abad kesembiln belas telah menjadi pusat
yang amat penting dalam merumuskan semantik.
Oleh karena itu tidak mengherankan jika
ditemukan bahwa beberapa bahasa tidak menyusun
tata bahasa per- bedaan antara mereka, dan kedua,
ketika mereka menyusun tata bahasanya, ahli tata
bahasa akan menentang seperti apakah hal itu
adalah kalimat tanya atau dubisitas yang
dinyatakan dengan penggolongan oleh ungkapan dari
kalimat dari tipe khusus dari modus khusus.
I n i m ung k i n k e ti k a h a n y a p e rb e d
aa n se m a nt i k dileksikalkan daripada
ditatabahasakan, yang diutarakan secara cukup jelas
untuk beberapa argumen yang disesuaikan secara
empirikal. Pada poin ini digunakan dalam analisis
inperatif dan non deklaratif lainnya, sebaik dalam
analisis
kalimat tanya dan kalimat dubitatif.

Pengantar Semantik & Pragmatik 113


BAB VII PARADIGMA
IDENTITAS DAN PARADIGMA
PENIADAAN

A. Hubungan Paradigma dari Identitas dan Isi


Untuk kesenangan dari eksposisi, kita akan
membagi pengertian hubungan paradigma ke dalam
dua kelas yang luas, yang pertama
mengekspresikan identitas dan isi di antaranya
arti-arti kata, kemudian yang kedua meng-
ekspresikan oposisi dan eksklusi, berikutnya kita akan
me- mulainya dengan bagian-bagian:
1. Hyponymy
Satu dari susunan hubunan bahasa yang paling
penting pada kosakata dari sebuah bahasa adalah
hiponymy, masukan yang bergantung pada apa yang
kita lihat arti dari ekstensi- onal. Hiponymy sering
ditemukan pada istilah yang mem- bawa serta
diantaranya kalimat-kalimat hanya berbeda pada
penghargaan dari kata yang sama yang telah
diujikan.
Sampai kapanpun hyponymy adalah sebuah
hubungan paradigma yang di dalamnya terdapat
konsekuensi stigmatik. Berikut ini ada beberapa
pernyataan hiponymy:
Apples and other fruits (apel dan buah
lainnya)
Fruits and other apples (buah dan apel
lainnya)
Apples are my favourite fruit (apel adalah buah
kesukaan saya)
Apples are my favourite pears (apel adalah pear kesukaan

114 Dr. Surastina, M.Hum


saya)
Fruits are my favourite apple (buah adalah
apel kesukaan saya)

Lain dari pada mencoba untuk menemukannya


pada istilah terpaksa dan kriteria yang mencukupi,
kemungkinan paling penting untuk menerangi jalan
pada pendekatan hiponymy adalah untuk
menyatakan bahwa ini adalah konsep rasional
dengan sebuah susunan prototype, yaitu satu
diantaranya adalah kebaikan yang cukup dan
kurangnya kebaikan.
Ketidakmungkinan merubahan dari anomali
seperti yang dikatakan bahwa sumber berita tidak
membuat pernyataan mereka pada istilah dari
hyiponymy, tetapi pada istilah taxonymy, yang
mana tidak ditemukan logika, dan tidak transmitif
apa yang sumber berita tidak setuju pada kasus
pertama dari dua kalimat pada pemasangan yang
berbeda.
2. Meronymy
Hubuungan lain dari isi adalah meronymy yaitu
refek dari bagian hubungan. Contohnya adalah: hand
fnger (tangan, jari), teapot, wheel: spoke cartengine,
telescoperlens, treenbranch dan lainnya. Dalam kasus
ini fnger = hand, fnger diucapkan seba- gai
meronym dan hand adalah holonym. Meronym
mem- perlihatkan ketertarikan paralel dengan
hyponymy. Dalam kasus yang kedua terdapat isi
tujuan yang berbeda ber- dasarkan pada satu jarak
atau pada pandangan intensional.
Tidak terdapat pengertian logikal sederhana dari
me- ronymy dalam istilah dari keikutsertaan antara
kalimat- kalimat yang terdapat pada hiponymy.
Meronymy dapat dikarakteristikkan pada istilah
dalam bingkai diagnosa normal
seperti: An x adalah sebuah bagiand ari a, y, Ay adalah XIXes

Pengantar Semantik & Pragmatik 115


dan lainnya:
A fnger is a port of a hand (jari adalah bagian
dari tangan)
A hand has fnger (tangan
mempunyai jari)
A hand is part of fnger (tangan bagian
dari jari) A finger has palms/wheels

Meronymy terkadang lebih memukul daripada


hiponymy, prinsipnya dapar dilihat sebagai
berikut:
a. Necessity
B e be r a pa b ag i a n y a ng h ar us m e r
ek a pe r o le h , meskipun jenggot bagian
dari wajah, jenggot tidak harus berada di
muka bisa juga pada tangan, sedang- kan jari
berada pada tangan. Necessity biasanya juga
dioperasikan pada tujuan yang salahm yaitu
beberapa bagian dari non-canomical jika tidak
terdapat bagian dari mereka.
b. Integrality
Beberapa bagian lebih integral keseluruhan
dari pada yang lainnya. Satu cara dalam
mendiagnosa integritas adalah dengan
memberikan pendapat bagaimana mudahnya
untuk menggambarkan bagian-bagiannya
sebagai penahanan keseluruhan.
Perbedaannya terlihat seperti membohongi
dan integritas dari bagian-bagian secara
keseluruhan. Terlihat lagi perubahan positif
antara integrality dan centrality pada
sepasang manifestasi dan meronymy.
c. Discreteness
Beberapa bagian dibagi secara jelas dari
bagian sistem mereka daripada yang lain.
Tampak dengan jelas saat
mereka memisahkan tanpa merugikan,
seperti bijak

116 Dr. Surastina, M.Hum


jika bagian-bagian itu pindah secara
keseluruhan dan independen, seperti sebuah
lengan yang respek terhadap tubuh, tetapi
beberapa bagian seperti ujung lidah, atau
lubang pada telinga kurang jelas dan
terpisah-pisah.
d. Motivation (motivasi)
Biasanya berbicara ‘good’ mempunyai bagian-
bagian fungis identifikasi dari beberapa jenis
dengan respek keseluruhan pada mereka,
sebagai contoh pegangan pada pintu adalah
untuk membuka dan menutup pintu, setir
pada mobil berguna untuk memindahkan
mobil secara pelan, ketajaman pada pisau
untuk memenuhi fungsi karakteristik
memotong dan lain- lain. Fungsi
motivasi/arahan adalah yang terpenting dari
sebuah bagian yang fisiknya tidak nyata, atau
ini hanya sebuah ketidakjelasan seperti pada
ujung lidah.
e. Congruence (kesesuaian)
Bagian-bagian dari kesesuaian adalah: jajaran,
fase dan tipe
(i) Jajaran (range) pada banyak kejadian jajaran
umum dari tipe meronym tidak sama dengan
holonym. Frekuensi yang terpenting tidak
sesuai pada kejadian yang pertama,
meronym lebih umum daripada holonym
tetapi lebih lengkap. Pada kejadian lain kita
akan membicarakan tentang super meronym
dari kedya, ketika dua jajaran melebihi batas.
Sebagai contoh: handle: knife, umbrella;
spout: teapot/watering; lens:
glasses/microscope, kesemuanya dari bagian
ini berbeda secara keseluruhan, seperti
ilustrasi contoh dari sebuah semi meronym,
berdasarkan handle: door,
terdapat pintu tanpa pegangan, dan
pegangan tidak

Pengantar Semantik & Pragmatik 117


dapat menahan pintu, jadi jajaran yang lain
tidak dapat menunjang satu sama lain.
(ii) Phase (fase)
Bagian dari kesluruhan kesesuaina pada fase
terjadi saat kasus prototypical. Mereka
melakukannya bersama-sama tetapi melihat
pada kejadian grapen: juice: ajine atau four:
bread tidak terlihat kesalahan pengucapan
bahwa grape juice (jus anggur) adalah bagian
dari wine atau tepung adalah bagian dari roti.
Tetapi ini tidak terlihat sama satu sama
lainnya. Harus lebih teliti pada kasus ini untuk
berbicara tentang bahan-bahan yang mana
untuk membuat sesuatu.
(iii) Type
Bagian prototypical dan keseluruhannya sama
dengan tipe/bagian ini konsisten pada
kebaikan yang artinya pada beberapa
kejadian pada bagian segmental (lengan,
siku, jari) dan bagian sistematis seperti (urat
saraf, tulang dan lain-lain)
Sangat menarik untuk dimengerti ‘bagian dari lembaran’
dengan merespon terhadap eriterra:
a). Necessity kriteria ini sulit diklasifikasikan,
tetapi tidak ada alasan mengapa sebuah fase
akan terpotong pada banyak jalan sebuah
lembaran individu tidaklah menjadi paksaan.
b). Integrality pada fase keseluruhan tidak
terdapat lembaran. Jadi kriteria ini tidak bisa
diaplikasikan.
c). diskretnes : lembaran diskret yang telah
mereka bentuk tidak relevan secara
keseluruhan, mereka tidak sesuai, sangat jelas
bahwa mereka tidak diskret.
d). motivation/motivasi/arahan: lembaran pada prinsip
arbiteary, fungsinya tidak nyata/tegas dengan
respon

118 Dr. Surastina, M.Hum


mereka
keseluruhan.
e). Congruence
(keseluruhan)
(i) range/jajaran: lembaran mempunyai
hubungan dari satu ke satu yang lain dengan
peranan mereka secara keseluruhan, yang
penuh dengan kesesuaian dengan respon
terhadap jajaran/tingkatan ini.
(ii) Fase: pengertian fase di sini diskrepansy di
antara lembaran-lembaran dan keseluruhan
selama periode tersebut saat keseluruhan
kanonikal ekses di sini tidak terdapat
lembaran yang dibentuk.
(iii) T i pe : le m b ar a n i n i s e l al u sa m a
d e n ga n ti p e ontologokal sebagai
keseluruhan mereka ini akan mungkin
ditambahkan bahwa lembaran tidak dapat
jatuh ke dalam kategori yang mampu
menjadi gambaran datangnya kata benda,
juga menjadi lembaran ekslusif dan konkret
dimana bagian ini tidak dapat menjadi satu.
Seperti hiponymy, kita dapat menafsirkan
bahwa sebuah konsep logika dari
meronymy menjadi transitif. Crus (1986)
berpendapat bahwa kesalahan pada transitif
telah dihubungkan dengan nyata antara
melampirkanbagian dari normal pada
keseluruhan mereka dengan segera dan
bagian integral (bagian ini tidak dapat
digambarkan).
3. Synonymy (Sinonim = persamaan kata)
Jika kita mengartikan sinonim sama artinya
dengan makna, kemudian dapat tumbuh menjadi
hubungan yang kurang menarik. Kita mengatakan
bahwa sinonim adalah kata- kata yang mempunyai
arti sama semantik/susunan bahasa, mengapa
banyak sinonim sangat frekuin? Karena kesamaan
arti akna terlihat fungsi ketidakmotivasian. Tiga tingkatan dari

Pengantar Semantik & Pragmatik 119


sinonim yaitu; absolute synonym, synonym
proposional dan synonym yang dekat.
a. Absolute Synonym (sinonim mutlak)
Berarti untuk melengkapi identitas dari arti
dan juga untuk mengetahui makna dan
mendapatkan isi kita harus spesifikasi bahwa
apa yang kita hitung adalah arti, sinonim
mutlak dapat ditemukan sebagai
persamaan dimana ekuinormal pada semua
konteks di antara persamaannya terkadang
berpendapat sebagai anggota atau kandidat
untuk sinonim mutlak dan untuk perbedaan
konteks sangat sulit ditemukan. Dengan
memberikan definisi tersebut, terdapat hanya
s at u pe r b ed a a n k o nt e k s y a it u
me n g in g i nk a n sepasang kata sebagai
sinonim mutlak.
b. Synonym proporsional
Dapat ditemukan dengan berpendapat dalam
istilah yang dibawa serta, jika dua leksikal
yang sama adalah sinonim proporsional,
mereka dapat digantikan pada banyak
pernyataan dengan kondisi kebenaran tanpa
efek pada propertinya. Pada cara lain dua
buah ka- limat yang berbeda tetapi hanya satu
yang merupakan anggota dari sepasang
sinonim proporsional dimana yang lainnya
telah menjadi member yang lain pada
sepasang pembawaan yang paling mengisi.
Perbedaan dalam pengertian synonym
proporsional adalah dengan definisi
paksaan atau keharusan mendefinisikan
melibatkan satu atau lebih aspek dari arti non
proporisonal yang terpenting adalah:
(i) perbedaan pada arti yang eksprestif
(ii) perbedaan dari tingkat stylist, dan
(iii) perbedaan dari lahan dari dua bahasa, biasanya

120 Dr. Surastina, M.Hum


yang terpenting lebih dari satu yang bermain
dalam saat yang sama.
Sinonim proporsional terlihat ada pada daerah
spesial yang signifikan, terletah pada area
tabu.
c. Near Synonymy (persamaan kata yang dekat)
Perlu digarisbawahi antara sinonim
proporsional dan persamaan kata terdekat
adalah biasanya pada prinsip yang jelas. Dua
poin dibuat pada jaringan luar: yang pertama
adalah penggunaan bahasa dan yang kedua a
da l a h t i da k ad a n ya k et i d ak c
ukup a n un tuk mengatakan bahwa di sini
terdapat sebuah skala dari jarak pada susunan
bahasa dan bahwa sinonim adalah kata-kata
yang mengandung arit penutup yang relatif.
Karakteristik atau ciri dari jenis perbedaan
yang tidak dapat menghancurkan sinonim
tidaklah mudah perbedaan antara persamaan
kata terdekat harus lebih kecil, di antara
perbedaan yang kecil dapat dihitung sebagai
berikut:
1. Posisi perbatasan pada skala dari tingkatan:
fog: mist, laugh: chukle, hot: scorching, big:
huge, disaster: catastrope, pull: heave, weep:
sob, etc.
2. menyertakan spesialisasi kata kerja pada
kata-kata, amble: stroll, chuckle: grgle, drink:
quaff
3. perbedaan aspek; calm: placid
4. perbedaan dari pusat prototipe, brave: coural, geous.

Sebagai contoh latar belakang utama perbedaan


seperti pretty (cantik) pada wanita, melawan
handsome (tampan) pada pria. Arti proporsional dari
keduanya adalah ‘good looking’ (enak dipandang).

Pengantar Semantik & Pragmatik 121


B. Ketidakserasian dan Pengklasifkasian
1. Ketidakserasian
Sangat sering sebuah superordinat (kata
umum) memiliki lebih dari satu hiponim (kata
khusus) yang dekat (contoh: tidak ada istilah
lanjutan), dan diantaranya, terdapat sekumpulan
istilah yang masing-masing dihubungkan ke yang
lainnya oleh hubungan ketidakserasian.
Sebuah contoh dari kumpulan istilah ini
merupakan jenis- jenis hewan (dibawah superordinat
hewan):
Superordinat : hewan
Hiponim : anjing, kucing, singa, domba, dsb
Superordinat : kuda
Hiponim : kuda jantan, kuda betina, anak kuda

Hubungan antara hiponim-hiponim ini adalah


sebuah hu- bungan yang penting dan khusus. Ini
bukanlah kesederhanaan arti yang sederhana. Seperti
hiponim yang dapat dianggap sebagai hubungan
pengadaan/pemasukan, ketidakserasian adalah
sebuah hubungan peniadaan. Ini paling mudah untuk
dipahami dalam perwujudan perluasannya;
ketidakserasian adalah istilah yang menunjukkan
kelas-kelas yang tidak memiliki anggota. Karena itu
seekor tikus bukanlah seekor anjing, kuda atau gajah.
Tidak ada di dunia ini yang secara bersamaan
merupakan kelas tikus dan anjing. Dari sudut
pandang yang tak disengaja, ini lebih sulit untuk
digambarkan, tetapi lebih mudah dalam hal istilah
gabungan yang jelas daripada taksonomi
(pengklasifikasian).
Perhatikan contoh kuda, kuda jantan, dan kuda
betina. Kuda = [HEWAN] [EQUINE]
Kuda jantan = [HEWAN] [EQUINE] [JANTAN]
Kuda betina = [HEWAN] [EQUINE] [BETINA]

122 Dr. Surastina, M.Hum


Da lam hal te rte ntu ki ta p erl u m eng ata
kan bah wa ketidakserasian dibedakan dari
superordinatnya yang umum oleh ciri-ciri semantik
(arti kata). Pencirian ini kurang memuaskan untuk
taksonomy, dimana tak ada ciri semantik yang jelas
yang dapat teridentifikasi.
Adalah penting untuk memahami bahwa hiponim
tidak perlu dalam keserasian pada pengertian di
atas. Sebagai contoh, ratu dan ibu, keduanya
merupakan hiponim dari wanita, tetapi tidak ada
yang dapat mencegah seseorang yang menjadi ratu
dan juga menjadi ibu secara bersamaan. Dalam
beberapa hal, keserasian dari hiponim jelas terlihat.
Sebagai contoh, noveldan buku bersmampul tipis,
kelihatannya serasi bila menjadi hiponim dari buku.
Meskipun demikian, sebuah studi baru-baru ini
menyatakan kalau kata-kata tersebut merupakan
hiponim dari kesatuan pengertian yang berbeda
dalam pengertian buku. Hiponim dari masing-masing
subunit adalah tidak sesuai dalam cara yang lama:
Superordinat : buku (buku besar dan berat)
Hiponim : buku bersampul tipis, buku
bersampul tebal
Superordinat : buku (teks)
Hiponim : novel, biografi, buku cetak

2. Co-taxonymy
Hiponimy, hubungan logis yang didefinisikan
oleh keperluan, dibedakan dari taksonomi, hubungan
konseptual yang cocok dengan X adalaj sejenis/setipe
Y. Dalam cara yang sama, ketidakserasian mungkin
memberikan penerjemahan yang logis, didefinisikan
oleh : F (X) secara sepihak yang memerlukan, bukan
F (Y). Contoh: Dia adalah seekor anjing,
diperlukan tetapi tidak diperlukan pada pada Dia adalah seekor

Pengantar Semantik & Pragmatik 123


kucing. Hubungan konseptual yang sesuai kemudian
disebut co-taxonymy. Ini didesain dalam bahasa yang
biasa oleh X merupakan jenis yang berbeda dari Y
dan Z. Pengklasifikasian tidak memerlukan
ketidakserasian secara tegas, cukuplah hal- hal yang
mendasar yang seharusnya ekslusif satu sama lain.
Perhatikan, contoh: Anggota-anggota dari Kelompok
Wanita kami datang dari semua jenis profesi: dokter,
guru, pengacara, ibu rumah tangga, siswa, wanita
tuna susila. Tidak ada alasan yang logis mengapa
seseorang ibu rumah tangga tidak dapat secara
bersamaan menjadi seorang pengacara atau seorang
siswa, tetapi secara mendasar ini bukanlah
masalahnya, namun pembentukan yang baik yang
berdasarkan intuisi dari daftar ordinat di atas.
Taksonomi dalam kombinasi dengan co-taksonomi
cocok dengan gaya perincian pengalaman yang
mendasar dan vital: bagain yang berturut-turut ke
dalam (secara mendasar) subkategori yang eksklusif
satu sama lain.
3. Co-
meronymy
Sebuah hubungan pengadaan yang paralel
terhadap sesuatu yang menghubungkan co-
taksonomi juga meng- hubungkan antara co-
meronym. Jika X dan Z adalah anggota meronym dari
Y, kemudian jika hubungannya adalah hu- bungan
yang sangat logis, tidak ada meronym dari Y yang
secara bersamaan merupakan meronym dari Z. Lebih
jelasnya, jika X dan Z adalah bagian dari beberapa
individu Y, lalu A adalah bagian dari X, secara sepihak
A bukanlah bagian dari Z. Dengan cara lainnya,
bagian dari anggota tidaklah saling melengkapi.
Hubungan yang logis dan tegas ini meng-
hubungkan antara potongan anggota, dan antara
potongan- potongan lainnya.
Namun jika kita menganggap meronymy sebagai konsep

124 Dr. Surastina, M.Hum


yang ditunjukkan, konsep ini sama sekali jelas seperti
yang dimaksudkan gambar ini. Khususnya batas-
batas dari bagiannya sering memperlihatkan derajat
kesamaran yang merusak hubungan logis yang
tegas. Perhatikan lengan atas dan lengan yang
rendah. Bayangkan jika kamu diperintahkan untuk
menunjukkan luas lengan atas, contohnya dengan
cara menunjuk, sekarang menunjukkan luasnya
lengan yang lebih rendah. Apakah kamu tidak
mengikutsertakan sikumu dalam kedua demonstrasi
tersebut? ketidaktentuan ini merupakan ciri dari
tulang sendi.
Kita telah melihat sejumlah kesejajaran
diantaranya, pada satu sisi, taxonim dan co-taxonim,
dan pada sisi lainnya, meronym dan co-meronym.
Lebih jauh kesejajaran yang demikian akan lebih
dijelaskan pada bab selanjutnya.
Secara berkelanjutan, tetapi dalam lompatan
yang berlainan, tak ada sesuatu yang lebih kurang
yang memiliki sebuah istilah lebih banyak atau lebih
sedikit dari tetangganya.

C. Lawan
kata
Setiap orang, bahkan anak-anak yang cukup
mudapun dapat menjawab pertanyaan seperti apa
lawan kata dari besar/ panjang/berat/atas/luar/dst?
Lawan kata mungkin satu-satunya hubungan
pengertian untuk menerima pengenalan leksikal
secara langsung dalam bahasa sehari-hari. Hal
tersebut dianggap kesederhanaan yang kognitif
dalam beberapa hal. Meskipun demikian, adalah
cukup sulit untuk mengetahui secara tepat terdiri dari
apakah lawan kata itu.
Poin-poin berikut mungkin sesuai (penjelasan
yang lengkap tidak akan diberikan di sini, lihat Cruse
1986 ).
(i) Binarity (berpasangan): lawan kata adalah tentu saja

Pengantar Semantik & Pragmatik 125


tidak serasi dengan definisi yang diberikan di
atas: X adalah panjang berarti X tidak pendek.
Namun mereka tidak hanya tidak serasi
Tidak ada tanda ketidakserasian yang
membatasi sejumlah istilah dalam
sekumpulan ketidakserasian, tapi hanya
terdapat dua anggota dari sekumpulan lawan
kata. Dengan demikian Binarity (berpasangan)
adalah sebuah prasyarat.
(ii) Inherentness (pembawaan): bagaimanapun
juga kita harus membedakan antara binarity
yang terjadi secara tidak sengaja dan yang
sudah merupakan pem- bawaan. Contohnya
ada dua kelas bus pada dimensi
‘decker’, bernama Single Decker dan Double
Decker. Mungkin ada alasan yang berkenaan
dengan sta- bilitas, tingginya jembatan, dan
sebagainya. Untuk ketiadaan Triple Decker,
tidak ada alasan yang logis. Sebagaimana
pula, hanya ada dua sumber panas untuk
memasak dalam rata-rata dapur pinggiran
kota, yaitu gas dan listrik. Dan hanya ada dua
jenis minu- man panas yang disediakan
setelah makan siang di Senior Common Room
(ruang umum senior) di Uni- versitas
Manchester, yaitu teh dan kopi.
Namun tidak ada yang lebih daripada usul
yang paling lemah pda lawan kata mengenai
single decker: double decker, gas: listrik, atau
kopi: teh. Ini dikarena- kan binarity terjadi
secara tidak sengaja dan bersifat pragmatis
daripada pembawaan. Sedangkan ke-
mungkinan perpindahan sepanjang sumbu X
linear secara logis dibatasi oleh dua hal;
binarity dari pa- sangan up : down (atas :
bawah) tidak dapat dijelas-
kan, dan mereka membentuk sebuah
pasangan lawan

126 Dr. Surastina, M.Hum


k at a ya n g m e m ua s k an . Bi n a ri t y
y a n g s uda h merupakan pembawaan dapat
dianggap sebagai ciri mendasar untuk lawan
kata.
(iii) Patency (kejelasan): binarity yang sudah
merupakan pembawaan diperlukan untuk
sepasang lawan kata yang mendasar namun
tidak mencukupi. Contohnya terdapat pada
senin : kamis. Namun mereka saka sekali tidak
seperti lawan kata. Apa yang berbeda di
antara keduanya dengan kemarin dan besok
yang menunjuk- kan sifat lawan laya yang
lebih menonjol? Kelihatan- nya pada senin
dan rabu, lokasi keduanya berada
berlawanan arah dengan waktu sumbu X yang
dekat dengan kamis (merupakan binarty dari
hubungan mereka) tidak dikodekan dalam
artinya, namun harus diambil kesimpulan,
sedangkan pada contoh kemarin dan besok
yang dekat dengan hari ini adalah bagian
yang menonjol dari artinya.
Dalam Cruse (1986) perbedaan ini dinyatakan
sebagai Latent binarity (binarity tersembunyi)
sebagai lawan dari patent binarity (binarity yang
tampak). Kejelasan dari hubungan yang
berpasangan dapat ditambahkan ke dalam daftar
ciri0ciri lawan kata yang mendaar.
Lawan kata secara leksikal berada di dalam
sejumlah tipe berbeda yang dapat dibedakan dengan
terang dan jelas, 4 prinsip dari lawan kata ini akan
dijelaskan di bawah ini:
1. Complementaries (pelengkap)
Pasangan berikut ini mewakili pelengkap yang
khas: mati >< hidup, benar >< salah, mematuhi ><
melanggar, di dalma >< di luar, melanjutkan ><
berhenti, mungkin >< tidak mungkin, diam ><
bergerak, jantan >< betina. Pelengkap
merupakan bentuk lawan kata yang sangat dasar dan

Pengantar Semantik & Pragmatik 127


menunjukkan binarity yang merupakan bentuk lawan
kata yang sangat dasar murni. Beberapa daerah
konseptual tertentu dipisahkan oleh istilah per-
lawanan ke dalam dua ruang terpisah yang eksklusif
satu sama lain, tanpa kemungkinan
‘duduk di atas pagar’. Karena itu jika sesuatu (dalam
daerah yang tepat) berada di satu ruang pemisah, ia
tidak dapat berada di tempat lainnya, dan jika
sesuatu tidak berada dalam satu satu ruang pemisah,
ia pasti berada di ruang lainnya (kriteria yang
terakhir ini membeda-kan pelengkap dengan
ketidakserasian). Jadi jika kita menganggap jika
daerah yang konseptual dari respon yang mungkin
dari perintah yang tepat (contoh, seseorang dimana
penebar berita memiliki kekuasaan di atas penerima,
aksi yang dibutuhkan yaitu yang mungkin dan belum
digunakan sebelumnya, si pene-rima dapat
mendengar dan memahami perintah dan
sebagainya), adalah jelas bahwa respon harus berada
di dalam kategori kepatuhan ataupun ketidak-
patuhan. Sebagaimana, sebuah kepemilikan yang ada
dalam dunia makhuk hidup pasti hidup atau mati,
dan sebuah objek yang konkrit pasti diam atau
bergerak. Pelengkap dapat didefinisikan dengan logis
dan jelas sebagai
berikut
:
f (x) berarti dan tidak berarti oleh bukan f (y)

Dari sini, dia mengikuti bahwa y atau x sepadan


secara logis dengan y atau bukan y, yang merupakan
pengulangan kata; baik y ataupun x tidak sepadan
dengan y ataupun bukan y yang merupakan sebuah
pertentangan. Karena itu proposisi ini baik benar atau
salah merupakan pengulangan kata, dan proposisi ini
baik tidak benar ataupun salah adalah sebuah
pertentangan. Sebagaimana telah kami amati
dengan hu- bungan pengertian lainnya, definisi
yang logis dari ke-

128 Dr. Surastina, M.Hum


lengkapan mungkin terlalu tegas. Beberapa
pasangan mungkin memuaskan definisi yang kuat
(contoh, melanjutkan (v.ing) >< berhenti (v.ing),
namun dalam kebanyakan hal kita harus
menambahkan sebuah pembendung dari beberapa
jenis, seperti ‘dalam keadaan normal’, atau
mungkin ‘secara mendasar’ meskipun ini tidak
terlalu lurus ke depan. Contohnya, baik tidak jantan
maupun tidak betina bukanlah penyimpangan yang
logis, bahkan untuk kepemilikan secara individu pada
spesies yang berjenis kelamin normal, memberi- kan
kemungkinan perkembangan yang berbeda atau
ketidak- normalan secara genetik dan sebagainya.
Sama benarnya dnegan baik tidak mati ataupun
hidup (adalah juga benar inti dari transisi dari
kehidupan berpendapat bahwa divisi secara ke ba
has aa n t aj am, m esk ipun pem et aan d ala m
rea li ty eksternalnya tidak menentu.
Apa yang saya maksud kemungkinan dari
pernyataan pengecualian, seperti zombifikasi (orang
yang tidak mati), atau negara penghisap darah, yang
tidak ada kematian ataupun kehidupan. Dia juga
seharusnya ditekankan bahwa sebenar- nya semua
pelengkap menunjukkan sifat-sifatnya hanya di dalam
daerah spesifik tertentu.
2. Antonymy (lawan
kata)
Lawan kata yang dipelajari secara luas adalah
lawan kata yang tidak diragukan lagi. (Perhatikan
kalau antonymy (lawan kata) sering digunakan
sebagai persamaan dari opposite (lawan kata); di
sini dia digunakan dalam pengertian yang terdekat
yang diperkenalkan oleh Lyons (1963). Antonym juga
berada di dalam beberapa kelompok yang
didefinisikan dengan baik secara dekat. Salah satu
dari ini memiliki sebuah tuntutan yang wajar untuk
menjadi ragam pusat, jadi ke-
lompok ini akan digambarkan secara detail, dan yang
lainnya

Pengantar Semantik & Pragmatik 129


akan disketsakan secara singkat.
a. Polar Antonyms (lawan kata yang
berlawanan) Berikut ini adalah cotoh dari
polar antonym:
Panjang >< pendek berat >< ringan tebal
>< tipis Cepat ><lambat kuat ><lemah
tinggi >< rendah Luas >< sempit besar ><
kecil dalam><dangkal

Ciri utama yang mendasar dari polar antonym


adalah sebagai berikut:
(i) kedua istilahnya digolongkan secara penuh,
dengan kata lain istilah-istilahnya normal
dengan rangkaian luas dari tingkat kata yang
menentukan sifat: sangat/ agak/ cukup/
sedikit/ panjang (pelengkap mem- perlihatkan
secara karakteristik keengganan untuk
digolongkan: sangat/ agak/ sedikit/ terlalu
mati)
(ii) m e re k a t e r ja d i s e c ar a no r m al d
al a m t i n gk a t perbandingan dan tingkat
paling: panjang, lebih panjang, paling
panjang; ringan, lebih ringan, paling ringan.
Namun, bahkan ketika digunakan dalam
tingkat positif, mereka perlu secara khas
diterjemah- kan secara berbanding dalam
hubungannya dengan beberapa nilai acuan.
Ini sering ditentukan secara ko ntek stua l, t
etap i da lam masa lah yang gag al
biasanya beberapa jenis nilai rata-rata untuk
kelas yang benar-benar ada dikodekan oleh
kepala kata benda. Jadi sebagai contoh,
sebuah syair yang panjang akan berada di luar
konteks, diambil untuk mengacu kepada
sebuah syair yang lebih panjang daripada
syair pada umumnya.
Oh Tuhanku! Tidakkah Tom tinggi?
Dalam semua kemungkinan akan membutuhkan poin

130 Dr. Surastina, M.Hum


acuan yang digambarkan dari konteks,
sebagai contoh, ‘tinggi untuk umurnya’,
‘tinggi sejak terakhir kali saya melihatnya’,
dan seterusnya.
(iii) Mereka mengindikasikan tingkat sifat fisik
yang tak berdimensi dan objektif, secara
kilogram, mil per jam, dan sebagainya. Salah
satu istilah, ketika diperkuat menyatakan nilai
yang meningkat lebih tinggi dari sifatnya
(sangat panjang berarti lebih banyak kesatuan
panjang dari pada panjang), sedangkan istilah
lainnya yang diperkuat menunjukkan nilai
yang lebih rendah dari sifatnya (sangat
pendek berarti lebih sedikit kesatuan panjang
daripada pendek).
(iv) Mereka tidak serasi, tetapi juga tidak melengkapi.
Karena itu, tidak juga panjang ataupun
pendek bukanlah sebuah pertentangan (itu
mungkin panjang rata-rata), bukan juga dia
juga panjang atau pendek adalah sebuah
pengulangan kata.
(v) Bentuk perbandingan berada dalam sebuah
hubungan yang berkebalikan (lihat di bawah
untuk informasi lebih lanjut mengenai
hubungan ini), secara spesifik, jika X dan Y
adalah antonym (polar = berlawanan), dan A
dan B merupakan kata benda, kemudian A
adalah lebih X dari B berarti B lebih ringan
daripada A).
(vi) Bentuk perbandingan dari kedua istilah
tersebut adalah sebanding, dengan kata lain,
penggunaan dalam perbandingan tidak
mensyaratkan jika istilah dalam tingkat
positif dapat diterapkan. Dengan demikian,
X lebih panjang daripada Y yang tidak
mensyaratkan bahwa X adalah panjang, sama
halnya
dengan lebih
pendek.

Pengantar Semantik & Pragmatik 131


(vii)Salah satu istilah tersebut menghasilkan
sebuah pertanyaan yang seimbang dalam
bentuk ‘seberapa X kah dia?’ dan sebuah kata
yang dibendakan secara seimbang.
Bandingkan ‘seperapa panjangkah dia?’ yang
hanya menanyakan tentang panjang tanpa
ada perkiraan lainnya, dan ‘seberapa
pendekkah dia?’ sama halnya dengan
panjangnya mengkhawatirkan saya tidak
menginformasikan kita mengenai apakah
‘dia’ panjang atau pendek, tetapi
kependekannya mengkhawatirkan saya
mengindikasikan bahwa ‘dia’ pendek.
Perhatikna istilah yang mengindikasikan lebih
dari sifat yang relevan menghasilkan
pertanyaan yang seimbang: seberapa
panjang/kuat/besar/tebal/ luas/cepatkah dia?
b. Equipollent antonyms (Antonim equipolen)
Dua jenis antonim lainnya dapat diteliti dengan
mudah berdasarkan keseimbangan atau kalau tidak
perbandingan mereka. Dalam hal antonim equipolen,
tidak ada kedua istilah yang seimbang (misalnya
keduanya dilakukan), dengan demikian, contohnya
lebih panas mensyaratkan ‘panas’ dan lebih dingin
mensyaratkan ‘dingin’. Untuk alasan ini, kedua
contoh berikut ini adalah janggal:
Kopi ini dingin, tetapi lebih panas dari
yang itu.
Kopi ini panas, tetapi lebih dingin daripada
yang itu. (Akan lebih normal untuk
mengatakan, lebih panas dan lebih sejuk,
berturut-turut, dalam situasi ini).

Tidak satupun istilah yang menghasilkan


pertanyaan netral bagaimana. Pasangan antonim
equipolen secara khas menyatakan mengenai indra
(panas >< dingin, pahit >< manis, menyakitkan ><
menyenangkan), atau perasaan (senang ><

132 Dr. Surastina, M.Hum


sedih, bangga akan >< malu akan).
c. O ve r l ap p i ng a nt o n ym s (a n t on i m
y a n g s a li n g melengkapi)
Dengan antonim yang saling melengkapi,
contohnya baik: buruk, suatu anggota menghasilakn
perbandingan yang seimbang, dan perbandingan
lainnya yang dilakukan :
John adalah seorang petenis yang hebat,
tetapi dia lebih buruk daripada Tom.
John adalah petenis yang sangat tidak
berguna, tetapi dia lebih baik daripada Tom.

Dalam hal ini, baik menghasilakn sebuah


pertanyaan bagaimana yang seimbang (seberapa
baguskah film itu?). semua pasangan antonim yang
saling melengkapi memiliki sifat berlawanan yang
bernilai sebagai bagian dari artinya:
Bagus >< buruk baik >< kejam pintar >< bodoh
Cantik >< biasa sopan >< kasar

Adalah tanpa terkecuali istilah yang bernilai positif


yang dihubungkan dengan penggunaan yang
seimbang. Antonim yang bersifat saling melengkapi
menjelaskan pelekatannya. Perhatikan contoh buruk :
bagus. Jika dua hal buruk berbeda dalam tingkat
keburukannya, sesuatu mungkin tanpa ke- ganjilan,
menggambarkan sesuatu lebih buruknya daripada
yang lainnya: cuaca tahun lalu buruk, tetapi tahun ini
lebih buruk; kekeringan tahun ini lebih buruk
daripada tahun lalu. Meskipun demikian, dari dua hal
yang buruk, tidak selalu mungkin untuk
menggambarkan sesuatu lebih baik daripada yang
lainnya. Cuacanya buruk tahun ini adalah baik,
tetapi? Kelaparan tahun ini lebih baik daripada tahun
lalu adalah janggal.
Prinsip umumnya yaitu hal-hal yang tidak buruk secara

Pengantar Semantik & Pragmatik 133


pembawaan (misalnya contoh-contoh bagus yang
mungkin) dapat digambarkan dengan menggunakan
lebih baik: hal-hal yang buruk secara pembawaan
hanya dapat digambarkan dengan lebih buruk,
terlebih lagi tidak dapat dipertanyakan dengan
menggunakan ‘seberapa baik…?’ (Seberapa baikkah
sakit giginya Mary?)
3. Reversives
(kebalikan)
Reversive merupakan kategori yang lebih luas dari
lawan kata searah yang termasuk arah lurus seperti
atas : bawah, ke depan : ke belakang, ke dalam :
keluar, utara : selatan, dan berikutnya dan
sepankang sumbu X, seperti atas : bawah (disebut
antipodal di dalam Cruse 1986). Reversive memiliki
kega njilan dalam m enyatak an perg erakan
(atau l ebih umumnya, perubahan) dalam arah yang
berlawanan, antara dua tempat pemberhentian.
Mereka adalah kata kerja.
Contoh yang snagat dasar menunjukkan
pergerakan secara harfiah, atau pergerakan yang
relatif, dalam arah yang berlawanan, bangkit :
jatuh, kemajuan : kemunduran, memasuki :
meninggalkan (perhatikan, meskipun demikian,
dalam masalah-masalah ini, adalah pergerakan arah
yang efektif secara keseluruhan dari tempat asal
menuju tempat tujuan yang diperhitungkan, tidak
bagian detail dari jalan yang dilewati diantaranya).
Keterbalikan atas contoh yang lebih abstrak terletak
dalam sebuah perubahan (transitif atau indtransitif)
dalam arah yang berlawanan antara dua tempat,
terikat : tak terikat, berpakaian : tak berpakaian,
bergulung : tak bergulung, naik : turun.
Menariknya, cara dari proses atau kegiatan
kelihatannya memiliki sedikit arti penting, paling tidak
dia tidak harus sama untuk dua proses atau kegiatan.
Contohnya, kegiatan menarik
sebuah ikatan simpul dalam seutas pita mungkin agak
berbeda

134 Dr. Surastina, M.Hum


dari kegiatan tidak mengikatnya ikatan simpul yang
sama. Apa yang dimaksud di sini adalah fakta yang
dalam suatu hal pita itu awalnya tidak terikat dan
akhirnya terikat (untuk yang terikat) dan di hal
lainnya, dia awalnya terikat dan akhirnya tidak
terikat (untuk yang tidak terikat).
4. Converse (pertentangan
kata)
Pertentangan kata sering dianggap sebagai
bagiand ari lawan kata yang searah. Perlawanan
kata juga secara berlawanan asas, terkadang
dianggap setipe dengan sinonim. Ada alasan yang
valid untuk kedua pandangan itu.
Ambil contoh:
p as a ng a n a t as > < b a wa h , da r i k e t i
ga o b je k ya n g dioerientasikan sebagai
berikut:
A
B
C

Kita dapat mengungkapkan hubungan antara A


dan B dalam dua cara: kita bisa mengatakan A
berada di atas B, atau B berada di bawah A. Padanan
kata yang logis antara dua ungkapan ini adalah apa
yang didefinisikan di atas dan di bawah sebagai
pertentangan. Tetapi karena keduanya dapat
menggambarkan situasi yang sama, sebuah situasi
yang ubik antara lawan kata. Ada beberapa poin
dalam memikirkannya sebagai sinonim yang
dikondisikan oleh susunan dari pendapat mereka.
Sekarang pertimbangkan, bagaimanapun, A dan C
dalam hubungannya dengan B: secara jelas A berada
di atas B dan C berada di bawah B, karena itu di atas
dan di bawah menyatakan orientasi dalam arah
lawan kata, dan merupakan lawan kata yang searah.
Pasangan kata yang bertentangan lainnya dengan arah

Pengantar Semantik & Pragmatik 135


yang menonjol yaitu: sebelum : berikutnya, di depan
: di belakang, meminjamkan : meminjam (barang
yang dipinjam/ dipinjamkan berpindah tangan dari
atau ke orang yang dinyatakan oleh subjek dari kata
kerja), mewariskan : me- warisi, membeli : menjual
(sebuah perubahan dua kali, di sini adalah uang dan
barang). Kealamian arah dari pasangan
pertentangan kata, bagaimanapun juga cukup sulit
terlihat (suami : istri, orang tua : keturunan,
pemangsa : mangsa), meskipun mungkin ada secara
lengkap.
Pertentangan kata mungkin digambarkan
sebagai dua tempat jika hubungan predikat yang
dinyatakan emiliki dua argumen (contoh-atas :
bawah) dan tiga tempat jika dia memiliki tiga
(contoh-meminjamkan : meminjam; A me- minjam B
dari C/C meminjamkan B ke A); membeli : menjual
adalah pertentangan kata yang memiliki empat
tempat yang dapat diperdebatkan. John menjual
mobil kepada Bill seharga
5000 pounds/Bill membeli mobil dari John seharga
5000 pounds.
Anggota dari pasangan pertentangan kata
mungkin tidak sama dalam hubunugannya dengan
rangkaian. Ini adalah masalahnya, contohnya,
dokter:pasien, karena dokter gigi, fisioterapis, dan
semacamnya juga memiliki pasien, dan ini merusak
hubungan logis yang tegas, meskipun dia tidak
membatalkan pasangan-pasangan yang demikian
menjadi pertentangan kata (di sini lagi, definisi yang
logis terlalu tegas). Kekurangan kesejajaran yang
sama dapat diamati dalam dosen
: siswa dan pemerkosa :
korban.
5. Markedness
(penandaan)
Ide dari penandaan sering diaplikasikan ke dalam
pa- sangan lawan kata:
Sebuah istilah ditandai sebagai istilah yang ditandai dan yang

136 Dr. Surastina, M.Hum


lainnya sebagai istilah yang tidak ditandai dari
lawannya . Sayangnya, konsep ini digunakan dalam
semacam cara yang berbeda oleh para ahli bahasa,
jadi adalah perlu untuk menjadi lebih spesifik. Lyons
(1977) membedakan tiga konsep utama penandaan,
yang mungkin atau tidak mungkin bertepatan dalam
sebuah contoh khusus atau jenis contoh. Yang
pertama adalah penandaan secara morfologi, dimana
custu anggota dari lawan kata membawa tanda
morfologi yang lainnya kekurangan. Tanda ini lebih
sering menjadi awalan negatif:
Mungkin >< tidak mungkin bahagia >< tidak
bahagia Baik >< tidak baik benar >< tidak benar
Moral >< amoral

Ide kedua dari penandaan adalah yang paling


menarik dalam hubungan saat ini. Lyons
menamainya penandaan semantik. Berdasarkan
konsep ini, istilah yang tidak ditandai adalah sesuatu
uang digunakan dalam konteks dimana lawan kata
yang normal berada di antara istilah-istilah yang
dinetralkan, atau yang tidak operasional. Dalam
konteks yang demikian, arti dari istilahnya adalah apa
yang umum ke;ada dua istilah lawan kata. Ambil
contoh ‘singa jantan : singa betina’. Dalam kalimat Si
singa jantan dan si singa betina sedang berbaring
bersama, pertentangan jenis kelamin dinetralkan, dan
kelompok itu mungkin mengandung baik jantan
maupun betina. Gagasan ini juga bisa diterapkan
dalam antonim. Karena itu, dalam pertanyaan netral
‘Seberapa panjangkah dia?’ kita dapat mengatakan
bahwa perbandingan yang normal antara panjang
dan pendek, yaitu skala panjang (perhatikan dalam
beberapa lawan kata-dikenal dengan
‘equipolent’-kedua istilah
ditandai).

Pengantar Semantik & Pragmatik 137


Ide penandaan terkakang diterapkan dalam istilah
lawan kata, dan terkadang menggunakan istilah-
istilah itu. Dengan demikian ‘Seberapa panjangkah
dia?’ (dengan intonasi permulaanpada panjang)
menghadirkan sebuah penggunaan yang tidak
ditandai dari istilah yang tidak ditandai panjang,
‘Seberapa panjangkah dia?’ (dengan intonasi
permulaan pada
‘seberapa’), menghadirkan sebuah penggunaan yang
ditandai dengan istilah yang sama, sebagaimana dia
mensyaratkan jika panjang lebih dari pendek.
Perhatikan jika penggunaan keseimbangan tidak
selalu dapat diterjemahkan sebagai tidak tertanda.
Sebagai contoh, dala hal perbandingan seperti
lebih pendek, meskipun dia seimbang, karena dia
tidak men- syaratkan dari penerapan pengertian dari
pendek, dia tidak ditandai, karena perbandingan
antara lebih pendek dan lebih panjang tidak
dinetralkan.
6. Polarity (sifat
berlawanan)
Gagasan lainnya yang sering diterapkan dalam
lawan kata adalah po larity (sifat berl awanan)
untuk ist ilah yang dinyatakan sebagai istilah
positif dan negatif. Gagasan ini digunakan dalam
semacam cara yang lebih besar daripada penandaan.
Berikut ini adalah yang utama:
(i) Sifat berlawanan secara morfologi: sebuah
istilah menghasilkan imbuhan negatif, yang
lainnya tidak.
(ii) Sif at b erlaw anan seca ra l ogis: pen
entua n si fat berlawanan yang logis
tergantung pada kenyataan bahwa suatu hal
negatif membatalkan yang lainnya. Jika John
tidak lagi tinggi, lalu John tinggi. Contoh yang
mendasar dari ini adalah benar >< salah.
Apakah
‘benar’ dianalisa sepadan dengan ‘tidak salah’, atau
apakah ‘salah’ diterjemahkan ‘tidak benar’? Yang

138 Dr. Surastina, M.Hum


manakah yang merupakan istilah negatif dan
yang mana yang positif? Kriteria untuk sifat
berlawanan yang logis memberikan jawaban
yang cepat:
Itu benar bahwa itu benar = itu
benar
Itu salah bahwa itu salah = itu
benar
Salah mengalami kebalikan ketika diterapkan
pada diri sendiri, yaitu istilah negatif.
Berikut ini adalah contoh yang lebih lanjut dari
fenomena yang sama:
Dia berhasil dalam
berhasil
Dia gagal untuk gagal
(kebalikan) Ukuran besar dari
kebesaran
Ukuran kecil dari kekecilan
(kebalikan)
Ini adalah contoh yang bagus dari sebuah buku
yang bagus.
Ini adalah contoh jelek dari buku yang jelek
(kebalikan) Dalam masing-masing hal ini, sesuatu
yang menghasilkan
kebalikan adalah anggota yang negatif dari
pasangan. (iii) Sifat berlawanan yang tiada
Sebuah istilah yang dihubungkan dengan
keberadaan sesuatu yang menonjol, dan yang
lainnya dengan ketidakadaannya. Pada
kriteria ini, hidup adalah positif dan mati
adalah negatif, karena sesuatu yang hidup
memiliki sifat yang menonjol seperti pergera-
kan, pergiliran, kesadaran, dan sebagainya
yang tidak dimiliki sesuatu yang mati. Menikah
adalah positif dan sendiri adalah negatif,
karena seorang yang menikah memiliki
seorang istri dan seseorang yang sendiri tidak
memilikinya (perhatikanlah kita memiliki tidak
menikah, tetapi tidak *tidak sendiri).
Berpakaian
adalah positif dan tidak berpakaian adalah
negatif,
Pengantar Semantik & Pragmatik 139
karena hasil akhir dari berpakaian
melibatkan keberadaan pakaian, sedangkan
hasil akhir dari tidak be rp ak ai an m el ib at
ka n ke ti da ka da an p ak ai an . Gagasan
ini dapat disamaratakan untuk memasukkan
‘kelimpahan relatif’ dan ‘kekurangan relatif’
(dari beberapa sifat yang menonjol).
Pergerakan ini mengizinkan kita untuk
menggolongkan panjang, berat, tebal, luas,
kuat, cepat dan sebagainya sebagai hal yang
positif dalam pengertian ini, karena mereka
menyatakan sebuah kelimpahan relatif dari
sifat yang menonjol seperti perluasan, berat,
kecepatan, dan sebagainya dibandingkan
dengan pendek, ringan, sempit, dan
sebagainya.
(iv) Sifat berlawanan yang bernilai
Sebuah istilah sifat berlawanan yang bernilai
positif atau bersifat pujian dan yang lainnya
adalah negatif. Contoh kunci yang jelas dari ini
adalah
bagus >< buruk.
Contoh lainnya
adalah:
Baik >< kejam cantik ><
biasa bersih >< kotor
Aman >< berbahaya berani ><
pengecut

Ada sebuah hubungan antara sifat berlawanan


dan sebagian dalam istilah yang lebih umum,
anggota positif dari sebuah pasangan lawan
kata memiliki potensi yang hebat untuk
penggunaan keseimbangan. Meskipun
demikian ada hubungan yang dominan di
antara jenis sifat berlawanan yang berbeda
contohnya s i fa t be r l aw a n an y an g
be r n il a i um umn y a mendominasi sifat
berlawanan ketiadaan.

140 Dr. Surastina, M.Hum


Contohnya dalam bersih >< kotor. Analisis
yang paling alami dalam istilah ketiadaan
adalah bahwa b e rs i h m e r up a k an i st
i l ah ‘ ke t i da k b er a d aa n ’ (kebersihan
adalah tidak adanya kotoran) dan kotor istilah
‘keberadaan’ (kekotoran adalah ketidakadanya
kebersihan) namun adalah bersih yang
menghasilkan sebuah pertanyaan netral:
Seberapa bersihkan dia? Hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa bersih adalah bernilai
positif. Sama halnya dengan sifat berlawanan
ketiadaan mendominasi sifat berlawanan yang
logis. Perhatikanlah jauh >< dekat;
kelihatannya jauh adalah bentuk negatif yang
logis.
A jauh dari sesuatu yang jauh dari B sama
dengan A
dekat dengan
B
A dekat dengan segala sesuatu yang dekat
dengan B
sama dengan A dekat
dengan B

Tetapi jauh adalah nilai positif yang tidak seperti


yang dinyatakan dalam jumlah yang besar dari
kebanyakan sifat yang menonjol, yaitu jarak.
Pertanyaan netral: Seberapa jauhkan
dia?
Dengan demikian lebih menurut pada sifat
berlawanan ketiadaan daripada sifat berlawanan
yang logis. Detail yang jelas dari hubungan ini tersisa
untuk dikerjakan.

Pengantar Semantik & Pragmatik 141


BAB VIII EKSISTENSI
MAKNA

A. Makna Harfah dan Non Harfah


Kebanyakan orang berpikir jika seseorang
mengatakan Jane’s eyes nearly poppet out of her
head, artinya mata Jane hampir k el ua r d a ri k ep
a l an y a . S e bua h m a k na h ar f i ah t id a k
diungkapkan, bahwa matanya Jane tidak seperti
adanya, masih menyatu dengan kepalanya. Pesan
tadi mengisyaratkan bahwa Jane terkejut. Dalam
keseharian kontradiksi antara harfiah dan figuratif
tidak sama permasalahnya. Hal ini tidaklah mudah
apa yang diperkirakan tentang makna harfiah.
Mari perhatikan beberapa kemungkinan cara
menentukan esensi harfiah.
1. Membaca Kata Terlebih Dahulu
Kamus sering mengelompokkan isinya berurutan,
mulai dari yang pertama. Hal ini adalah syarat dari
sebuah kamus yang menjelaskan arti secara harfiah
dan kiasan. Kebanyakan pemakai mungkin berasumsi
bahwa makna harfiahlah yang t e rs a j i, s eh i n gg
a ha l in i t id a k m e m ua s k an d al a m
penjelasannya. Lebih jelasnya hal yang lebih
membingungkan adalah ketika pembaca menemukan
perubahan arti bentuk lampau dan bentuk
sekarang. Orang asing mengabaikan s e ja r a h b
a ha s a m e r ek a se h i ng g a s e j ar a h t i d ak
d ap a t
menyebabkan intuisi saat ini.

142 Dr. Surastina, M.Hum


2. Hal yang Sering Terjadi dalam Membaca Kata
Kebiasaan adalah prinsip lain pada umumnya
dalam pengelompokan isi kamus. Mula-mula hal ini
tampak seperti makna harfiah yang masuk akal.
Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Contohnya
kata kerja see. Dia bacaan dari kata kerja ini adalah
‘memiliki pengalaman melihat’ dan ‘paham’ (seperti
pada kalimat Do you see what I mean?). Ada sedikit
keraguan pada kalimat pertama jika dikaitkan dengan
intuisi point pada bacaan harfiah, sehingga tampak
bahwa pada bacaan kedua memiliki kebiasan teks
pada umumnya.
3. Kelalaian Membaca Kata
Kelalaian membaca kata adalah salah satu yang
pertama- tama direkam di otak atau dalam pikiran
ketika kata keluar dari konteks, atau bacaan yang
dianggap menjadi layak dalam penjelasan konteks
sebaliknya. Kriteria ini akan lebih pas untuk
memberikan jawaban kata see. Itulah arti atau makna
yang pertama yang masuk ke otak. Dan jika orang
asing menanyakan artinya seseorang akan menjawab
bahwa artinya adalah ‘paham’. Oleh karena itu jika
makna harfiah bertepatan pada kelalaian membaca
kita tidak menemukan alasan yang tepat. Hal ini
mungkin saja terjadi pada karakter semantik.
4. Membaca dari hal yang masuk akal dalam
perubahan pada permulaan
Perhatikan kata benda posisi pada tiga kalimat
berikut: (1). Mary ditawarkan posisi penting
dalam sebuah
perusahaan terkemuka.
Mary has been ofered an exelent position
with a frm of solicitors.
(2) Apa posisimu di bank?
What is your position on the single currency?

Pengantar Semantik & Pragmatik 143


(3) Ini adalah posisi yang enak untuk menonton parade.
This is an exellent position to watch
the parade.
Hal ini tampak tidak masuk akal, salah satu
kalimat mulai kata tersebut (1) atau (2) dan
mengubah dua bacaan dengan ekstensi metafora.
Sebaliknya kalimat (3) menggambarkan lokasi
sebuah tempat yaitu ekstensi ruang (2) dan sebuah
tempat pada sebuah institusi pada (1) tampak lebih
natural. Sehingga, hal yang mudah untuk mengubah
kata ‘paham’/
’understand’ pada bacaan kata see dengan makna
metafora daripada ‘memiliki pengalaman melihat/’
have a visual experience’, tapi tidak sebaliknya.
Pada kedua kasus tersebut hal yang paling masuk
akal pada point yang berkaitan dengan intuisi mana
harfiah.
5. Bacaan yang lebih berhubungan dengan
pengalaman manusia
Kriteria bacaan yang paling berhubungan dengan
manusia berawal dari klaim bahwasanya tidak banyak
bahasa tetapi juga banyak konsep kategori yaitu
metafora alami dan ekstensi b er d a sa r k an p en g
a la m a n, t et a p i t i da k ek s l us i f d a n
pengalaman yang berhubungan dengan tempat.

B. Ekstensi Umum, Natural


dan Tetap
1. Ekstensi
Natural
Berdasarkan sejarah bahwasanya tidak
diragukan lagi bahwa sebuah kaitan arti mungkin
sangat terbatas dan umum sebagai bagian bahasa
sehingga pembicara tidak lagi merasa bahwa sebuah
kiasan seluruhnya berkaitan seperti membaca kata
(ekspresi/ungkapan/expression) akan disampaikan
secara alami.
Contoh:
(1) Dia jatuh cinta.

144 Dr. Surastina, M.Hum


He’s in love.
(2) Hal itu sulit untuk dikatakan.
It’s hard to put into words.
(3) Panci untuk merebus.
The kettle’s boiling.
2. Ekstensi Tetap
Ada juga bacaan yang sudah tetap dan
kemungkinan entri pada leksi kament al tet api tid
ak men gabaik an kia san. Contohnya:
(1) John adalah parasit.
John’s parasite/a lounge lizard/ a couch potato.
(2) Dia memahami cerita itu.
She swallowed the story.
(3) Tidak ada banyak makanan untuk dimakan.
There are too many mouth to feed.
3. Ekstensi Umum
Bacan umum adalah salah satu yang tidak
memiliki entri pada leksimental. Bahkan tidak dapat
dicari/looked up, tetapi dikelompokkan dan
diinterpretasikan menggunakan strategi eksteksi
makna seperti metafora dan metonimi.
Contohnya:
(1) West membuatnya buta seperti sebuah peluru.
West gave him a look that was heat-seeking, like a missile.
(2) Dia tidak pernah bercerita tentang
kefantastikannya padanya.
He had never told her his fantasies about
being overpowered by her.

C. Metafora
Kebanyakan kamus mendefinisikan metafora sebagai
‘penggunaan kata atau frase untuk mengartikan sesuatu yang

Pengantar Semantik & Pragmatik 145


berbeda dari makna harfiah ( Oxford Advance Learner’s
Dictionary).
1. Pendekatan Metafora
Banyak kekurangan dan kelebihan yang
mengomentari tentang metafora. Kebanyakan
tidak dapat dijelaskan. Metafora berasal dari bahasa
Yunani ‘metaphor’ yang aslinya bermakna
‘transfer’. Aristoteles menganggap transfer
bermakna sebuah ekspresi bagi ekspresi lainnya.
Baginya arti metafora selalu bermakna harfiah bagi
ungkapan lainnya.
a. Haas: Interaksi Kajian Semantik
Kebanyakan melalui interaksi teori dan
dianggap baku dalam bahasa, itulah
pandangan Haas. Baginya arti atau
berhubunugan dengan kajian semantik.
b. Black: Model Analog
Salah satu pandangan Haas mengklaim bahwa
jumlah metafora yang terlepas dari referensi
yaitu ‘gagasan lemah’, ‘pemikiran pribadi’
dan ‘maksud tersem- bunyi’ dan berkaitan
dengan ‘kejadian umum, kejadian dalam
konteks saat ini atau diingat dengan kata lain
dari sebuah situasi’.
Menurut Black, dalam gambar susunan metafora
berkaitan dengan sebuah aturan ‘implikasi asosiasi’
yang berubah dari satu bentuk (subjek tambahan/the
secondary subject) ke dalam bentuk lainnya
(subjek inti/ the primary subject ). Black
memberikan contoh:
Pernikahan adalah sebuah teka-teki dari
sekian misteri.
Marriage is a zero-sum
game.

Subjek inti adalah menikah dan subjek tambahan


adalah teka-teki misteri.

146 Dr. Surastina, M.Hum


c. Relevansi teori dan metafora
Sperber dan Wilson (1986) membuat
pembedaan antara ‘representatif’ dan
‘interpretatif’. Kegunaannya dalam bahasa,
yang mana dalam tujuannya kita dapat
menggunakannya secara paralel dalam
pembedaan literal atau kiasan.
d. Lakoff
Menurut Lakof, metafora tidak hanya
memperindah tampilan dalam gaya tertentu
tetapi merupakan sebuah esensi komponen
dalam pemikiran manusia. Misalnya:
(i) ontologi koresponden
source: HEAT OF FLUID target: ANGER
container body
heat of fuid

anger
heat scale anger scale
pressure in container experienced
preassure agitation of boiling fuid
experienced
agitation limit of
container a resistance limit of person’s
ability to
anger suppress
explosion loss of
control
pressure in container experienced
preassure agitation of boiling fuid
experienced agitation
limit of container a resistance limit of person’s
ability to anger suppress
explosio loss of control

(ii) Epistemik Koresponden

Pengantar Semantik & Pragmatik 147


When fuid in a container is When anger
increasesbeyond a heated beyond a certain limit,
certain limit “pressure” pressure increase to point at
increase to point at which
which container explodes. person loses control.
Tampilan terpenting dalam metafora adalah
bahwasanya pada kalimat metafora argumen adalah
peran. Pada kata argumen berkaitan dengan:
(1) menang atau kalah
winning or
losing
(2) merebut posisi
taking up
position
(3) mempertahankan posisi dan menyerang balik
defending one’s position
against attack.
Menurut Lakoff gagasan semantik dasar yaitu
waktu, jumlah, ketetapan, perubahan, sebab akibat
dan kategori juga termasuk metafora yang dipahami
sebagai ekstensi dasar konseptual yang ia sebut
skema-imajinasi yang berkaitan dengan tempat,
gerakan dan kekuatan.
(i) Kategori menurut istilah dipahami sebagai isi
dari ruang tertentu. Sesuatu dapat masuk di
dalam atau di luar dari kategori dan dapat
dimasukkan atau di- pindahkan dari sebuah
kategori seperti halnya dengan isi.
(ii) Kuantitas metafora kedua ini berkaitan
dengan konseptual kuantitas.
(iii) Waktu menurut istilah dapat dipahami sebagai
sebuah kekuatan yang menghasilkan gerakan
(contohnya: perubahan).
Lakoff berargumen bahwa metafora mempunyai
(setidak- nya) sebuah aturan esensi konstruktif
sebagai mental hidup
yang meyakinkan, tetapi juga sejumlah pertanyaan meragu-

148 Dr. Surastina, M.Hum


kan pendapat Lakof.
2. Relatif
Metafora a.

Personifikasi
Kematian pada umumnya diidentifikasikan
kepada penunggang kuda, pejalan kaki,
malaikat maut, makan dengan rakus,
penghancur atau perusak dan lain-lain.
b. Pepatah
Sebuah pepatah menggambarkan sebuah
peristiwa khusus atau kejadian tetap yang
dapat diungkapkan secara metafora ke dalam
rangkaian kejadian berbeda atau peristiwa
kejadian tetap yang memiliki kesamaan atau
kemiripan struktur image dan skemanya.
c. Metafora dan penyimpangan
Telah banyak pembahasan dan
ketidaksepakatan yang tidak diungkapkan
dalam bentuk kebingungan tentang
hubungan antara metafora dengan pen- y
im p a ng a n . D i a n t ar a ke d uan y a m
e n ja g a k e - seimbangan kealamian
metafora dan membuatnya berlawanan
terhadap syarat yang berlaku sebagai
penyimpangan.

D. Metonimi
Strategi utama yang kedua untuk
mengungkapkan arti kata adalah metonimi. Metonimi
adalah jawaban terhadap sebuah proposi kejadian
yang disebut polisemi reguler.
1. Metonimi lawan Metafora
Metonimi dan metafora cukup berbeda prosesnya
dalam ekstensi meskipun pada kenyatannya bahwa
kemungkinan terdapat ekstensi yang mungkin tidak
dapat diklasifikasi
karena akhir tujuan tidak dicapai melalui cara lain.

Pengantar Semantik & Pragmatik 149


Contoh:
Sandwich cocok disajikan dengan kopi.
The ham sandwich wants his
cofee now.

Kalimat di atas adalah bahasa yang digunakan di


kafe tapi kalimat tersebut digunakan di manapun.
Pada umumnya kalimat tersebut merupakan
permohonan yang digunakan di kafe atau dapat
dikatakan sebagai ketetapan, dimana seorang
pelanggan membedakan kenyataan bahwa dia
meme- sandaging sandwich.
2. Pola Metonimi
Terdapat bentuk tertentu dari metonimi, berikut
ini adalah tanda-tandanya:
a. PENGISI PADA ISI
Contoh : panci
rebus.
The kettle’s
boiling.
b. PEMILIK PADA MEMILIKI
Contoh : Ini adalah
aku.
This’s
me.
c. MEWAKILI PADA PERWAKILAN
Contoh : Inggris memenangi piala dunia
pada tahun 1966.
England won the Wold Cup in 1966.
d. KESELURUHAN PADA BAGIAN
Contoh : Saya akan mencuci
mobil.
I’m going to wash
the car.
e. SEBAGIAN PADA KESELURUHAN
Contoh : Begitu banyak makanan
untuk dimakan.
There are too many mouth to feed..
f. TEMPAT PADA INTUISI

150 Dr. Surastina, M.Hum


Contoh : Istana bertahan dari guncangan.
The palace defends the
sackings.

3. Untuk Apa Metonimi?


Banyak kejadian dimana secara tidak langsung
strategi metonimik dalam referensi muncul untuk
dipadukan pada bentuk langsung dalam mereferensi.
Contohnya:
Dimana kamu
parkir?
Where are you
parked?

K e pe n t in g a n p e rt a n ya a n k a l im a t t
e r se b ut a d al a h bagaimana metonimi
‘merasa’/feel lebih alami dalam contoh tersebut.

E. Perubahan Semantik
Seseorang yang pernah membaca sebuah bab
dari sebuah novel karya Jane Austen tanpa
memikirkan fakta bahwa kata- kata berubah artinya
karena waktu. Dalam hal ini Jane Austen mengubah
hal yang tidak umum dan kehalusannya secara
relatif. Misalnya: interfere belum dikembangkan
menjadi aspek sebuah negatif. Artinya lebih dekat
kepada interfere modern.

Pengantar Semantik & Pragmatik 151


BAB IX HUBUNGAN
SINTAGMATIK

A. Kejadian Bersamaan yang Normal dan Tidak Normal


Ini adalah fakta yang jelas bahwa beberapa
kombinasi kata ‘go together’ artinya ‘bersamaan’.
Secara alamiah dan mudah untuk diimajinasikan
keadaan yang dapat berfungsi sebagai bagian dari
sebuah wacana. Perhatikan kalimat berikut:
John dan Mary akan ikut dalam upacara
pernikahan minggu depan: si apakah yan
g akan men dapat kentang?
John and Mary will be joined un holy matrimony next week:
who’s going to get the spuds?

Ada dua jenis kejanggalan, yang pertama adalah


antara pernikahan suci (holy matrimony) dan
kentang (spuds). Hal ini dapat dengan mudah
ditanggulangi.
1. Jenis Ketidakwajaran
Dua jenis dasar ketidakwajaran hasil dari
kombinasi dua akal yang dapat dibedakan. Yang
pertama adalah dimana arti sederhana tidak dapat
bersamaan dan kedua, sebuah arti tidak
menambahkan kepada arti yang lain yang
dikombinasikan dan dipandang tidak perlu atau
makna yang berbelit-belit
(redanden). Pertentangan semantik, jenis pertentangan yang

152 Dr. Surastina, M.Hum


kita maksud ini adalah yang berkaitan dengan
manipulasi kontekstual dan dapat masuk akal
dianggap sebagai leksikal alami.
2. P l eo n a sm e / me n g gun a ka n b an y a k
k a ta unt uk
menyampaikan makna
Hubungan pleonasme antara dua elemen terjadi
manakala salah satunya redanden dan dipandang
tidak perlu me- nambah informasi semantik yang
belum diberikan oleh bagian lainnya. Contoh:
John menendang bola dengan kakinya.
John kick the ball with his foot.

Kalimat ini merupakan rendanden tidak perlu


pe- nambahan semantik atau arti.

B. Hubungan
Sintagmatik
Jika kita mencoba untuk membuat hubungan
sintagmatik dalam bentuk hubungan paradigma kita
menemukan ke- benaran pada permulaan
bahwasanya perbedaan tertentu. Contohnya:
1). Kursi melihat John
The chair saw John.
Tapi pada kedua kata tersebut tidak perlu dibunyikan:
2). John melihat kursi.
John saw the chair.

Bunyi hanya terjadi ketika kata-kata terdapat


dalam hubungan bagian tata bahasa.
1. Tujuan dan Hambatan
Sintagmatik
Hambatan yang terjadi antara item leksikal
biasanya memiliki kelengkapan tujuan. Dua aspek
iniadl bagian yang

Pengantar Semantik & Pragmatik 153


menarik. Konsentrasi yang pertama yaitu pada
item yang memilih dan yang dipilih.
2. Hubungan Sintagmatik dan paradigma
Ada sistem hubungan tertentu antara sintagmatik
dengan paradigmatik yang seimbang.
a. Pleonasm
Dalam hal pleonasm ketidakwajaran secara
umum dapat ditanggulangi dengan
menggantikan salah satu tautoni m (pe ngul
angan kat a ta npa m enam bah kejelasan)
dengan sebuah hiponim atau dengan
ungkapan hiponim atau yang lainnya yang
lebih pas.
b. Clash (bunyi)
Sebagian bunyi dapat secara kasar
diperkirakan dengan menguji sedikit
perubahan yang diperlukan untuk
diperbaikinya. Hal ini memungkinkan kita
untuk menggunakan sedikit banyak bunyi pada
notasi d a la m ke t i da k t er s e di a a n,
p er b e da a n d a n ketidaksepadanan.
c. Normalitas/Pilonims (kombinasi bentuk pada
sesuatu yang disukai)
Hal ini tidak umum pada kasus bahwasannya
jika X adalah pilonims dari Y, kemudian ada
yang lebih pas dari X juga termasuk dari
pilonim (seseorang dengan mudah berpikir
bahwa kasus dimana hasil adalah hal yang
normal).

C. Teka-teki
Efek dari meletakkan kata persamaan tidak selalu
sesuai dengan kita prediksikan pada umumnya.
Sebagai contoh pada bagian ini merupakan kelalaian
dalam pleonasm yang tampak dalam keadaan
tertentu. Perhatikan contoh berikut:

154 Dr. Surastina, M.Hum


(1) Mary berlari cepat ke arah pintu.
Mary rushed quickly to the door.
(2) John berbisik dengan lembut di telinga Bertha.
John murmured softly in Bertha’s ear.

D. Bentuk Pola Masing-masing Kata


Adalah hal yang umum untuk meneliti bahwa
kata-kata membutuhkan bagian-bagian yang lainnya
dan beberapa kamus menyajikannya untuk
menyampaikan apa yang disebut ‘informasi sehari-
hari’ kepada pembacanya.
1. Faktor-faktor di luar linguistik
Beberapa alasan yang mungkin dari A untuk X
lebih dari Y yang tidak terdapat dalam bahasa secara
keseluruhan, tetapi pada bagian di luar linguistik.
Misalnya: sebuah alasan me- ngapa Jane menggoreng
telur? Adalah lebih umum daripada Jane menggoreng
sawi. Adalah hal yang sederhana bahwasa- nya
orang-orang di dunia lebih suka menggoreng telur di-
banding menggoreng sawi.
2. Peniruan Kombinasi
Faktor yang mengarahkan hubungan keseharian
yang terdapat pada linguistik dan non linguistik
adalah peniruan kombinasi.
3. Pola Baku
Sejumlah faktor yang berhubungan dengan
keseharian adalah kegunaan bagian dalam sebuah
bahasa. Kita akan membedakan antara pola dan
kejadian.
4. Arbitrer Hambatan keseharian
Cukup jelas bahwa arti, arti kata memiliki dampak
pada hubungan keseharian. Orang asing yang tahu
arti kata, tidak membutuhkan keterangan bahwa
petani itu membunuh
kelinci.

Pengantar Semantik & Pragmatik 155


5. Hubungan non komposisi
Sebuah tipe khusus hubungan antara item yang
ada pada non komposisi.

156 Dr. Surastina, M.Hum


BAB X REFERENSI,
DEIKSIS DAN TINDAK
UJAR

A. Referensi
1. Referensi Terbatas
Ada berbagai jenis dan cara referensi. Kita akan
ber- konsentrasi di sana, pasti referensi. Referensi
tidak terbatas dan referensi generik. Tidak ada
keraguan bahwa itu adalah definisi referensi yang
paling penting bagi fungsi bahasa. Dalam literatur
philosophical biasanya disebut tunggal pasti
referensi. Untuk tujuan kita, bagaimanapun tidak ada
masalah khusus dalam bergerak dari tunggal ke
jamak. Untuk membuka diskusi dari referensi yang
pasti, perhatikan dua kalimat berikut ini:
(1) The man gave itu to her
(definitive) Orang
memberikannya kepadanya.
(2) A man gave to her (indefinitive)
Seorang pria memberikan
kepadanya

Perbedaan makna kalimat (1) dan makna kalimat (2)


dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) target referensial dimaksudkan tentu entitas
tertentu (dipercaya oleh pembicara untuk
jatuh ke dalam kategori MAN, tapi perhatikan
pembicara dapat keliru
tentang hal ini dan masih, pada beberapa kesempatan

Pengantar Semantik & Pragmatik 157


tertentu berhasil merujuk) yang secara prinsip
dapat secara unik oleh pembicara.
Ini berarti bahwa pembicara dpat, sesuai
permintaan, un tuk me m b er i k an i nf o r
ma s i b a h wa unt uk membedakan
mereka (pria) yang bersangkutan dari semua
orang lain. Pembicara mungkin tidak dapat
nama orang, atau bahkan memberikan apapun
hanya bahwa ia disebabkan sebuah
pengalaman pendengar pada bagian dari
pembicara pada waktu dan tempat tertentu.
(b) pembicara bermaksud bahwa sasaran
referensial harus dapat diidentifikasi secara
unik untuk pen- dengar juga. Ini, pada
kenyataannya, titik utama tindakan referensi.
Sekali lagi, informasi yang me- mungkinkan
pendengar untuk identifikasi unik yang
dimaksud dapat referant minimal.
(c) tindakan referensi membawa kepada
pendengar implisit jaminan bahwa mereka
memiliki informasi yang cukup untuk rujukan
identifikasi unik, dengan mempertimbangkan
isi semantik pengarah ekspresi (atau properti
lain ruang pencarian) dan informasi yang
tersedia dari konteks, apakah situasional
(yaitu saat ini dapat dipahami), linguistik, atau
mental (yaitu memori dan pengetahuan).
Searle kuno membuat perbedaan antara
‘berhasil’ tindakan referensi yang hanya
memerlukan (a) untuk menahan, dan sebuah
‘sepenuhnya terwujud’ tinda- kan referensi,
yang memerlukan juga (b). tindakan r ef er
en si d e ng an d em ik i an s ep er t i me
ng al am i orgasme: orang bisa
melakukannya sendiri, tetapi
harus benar-benar terwujud kita
membutuhkan

158 Dr. Surastina, M.Hum


p a sa n g an . Ki t a d a p at m en g i kut i
S e a rl e , d a n menambahkan fitur
berikut/kondisi untuk suatu tindakan berhasil
sepenuhnya mengacu (tidak harus khas untuk
merujuk).
(d) normal kondisi imput dan output terus. Ini
hanya berarti bahwa, misalnya pembicara dan
pendengar bahasa yang sama, ucapan yang
baik didengar dan dimengerti oleh si
pendengar, dan seterusnya.
(e) tindakan referensi tertanam dalam pidato
yang lebih inclusif bertindak. Referensi suatu
tindakan tidak dapat berdiri sendiri sebagai
komunikasi. Orang berkomunikasi apa-apa,
kecuali bila tertanam dalam sebuah kalimat
seperti aku melihat orang itu, atau sebagai
jawaban atas pertanyaan seperti apa yang
bisa anda lihat?
(f) bermaksud pembicara bahwa pendengar
harus mengakui niatnya untuk merujuk
berdasarkannya telah menghasilkan ucapan
yang bersangkutan.
(g) prototipically, bagian dari ucapan, produksi
yang dimaksudkan untuk sinyal niat untuk
merujuk, harus memiliki bentuk yang
konvensional melakukan fungsi ini. Secara
umum, identifikasi dari referensi yang pasti
adalah eksp resi mengacu diperluk an
sehingga pendengar dapat merekonstruksi
proposisi yang diungkapkan oleh pembicara,
sebagai argumen ini menentukan proposisi
tersebut.
2. Referensi yang tidak terbatas
Kalimat (2) di atas adalah contoh acuan yang tidak
terbatas. Inti dari acuan yang tidak terbatas adalah
bahwa rujukan tidak berhubungan erat dengan
pemijatan: yaitu, tidak ada individu
yang bergantung pada fitur dari rujukan, hanya fitur kelas

Pengantar Semantik & Pragmatik 159


ditunjukkan disajikan sebagai padanan. Perhatikan
bahwa ini tidak ada hubungannya dengan baik atau
tidak baik pembicara atau pendengar sebenarnya
mampu mengidentifikasi efek unik dari rujukan.
Misalkan seseorang mengeluh ekstrim kebosanan
dan dalam menanggapi aku mengambil sebuah buku
dan menawarkan kepada mereka, berkata baik (i) di
sini, membaca buku, atau (ii) di sini, membaca buku
ini. Apa bedanya?
Dalam kasus beth identitas buku ini jelas bagi
kedua peserta. Perbedaannya adalah bahwa dalam
(i), identitas buku ini tidak erat, hanya kenyataan
bahwa buku itu adalah sebuah buku. Sedangkan pada
(ii) identitas buku disajikan sebagai (a) penting untuk
pesan (misalnya anda pasti menemukannya yang
satu ini menarik), dan (b) dapat diakses oleh
pendengar. (kami akan kesampingkan untuk saat
pertanyaan mengapa hal itu tidak akan tepat untuk
mengatakan Di sini, membaca buku dalam keadaan
ini).
Kami sejauh ini hanya dianggap sebagai kata
sandang tak tertentu sebagai sinyal identifikasi.
Namun, semua kalimat berikut mengandung
ungkapan-ungkapan yang tak terbatas:
• Datang dan temui saya kapan-kapan.
• Aku berharap ia bersembunyi di suatu tempat.
• Entah bagaimana anda akan mengelola.
• Apakah anda mencari sesuatu/seseorang?
• Ia bertemu pelaut ini.
• Beberapa pria memberikannya.
• Mantra Tomake bekerja, anda harus
mengucapkan kata-kata tertentu.
Sekarang perhatikan kalimat
berikut:
• Untuk mendapatkan pintu otomatis untuk
membuka anda harus mengucapkan sepatah
kata tertentu.

160 Dr. Surastina, M.Hum


Hal ini dapat ditafsirkan dalam dua cara, baik itu
adalah kasus bahwa setiap kata akan membuka pintu,
atau khusus adalah bahaya. Ini adalah spesifi k
klasik/nonspesifi k perbedaan dalam identifikasi,
yang telah melahirkan banyak diskusi. Biasanya
mengkalim bahwa perbedaan yang bekerja hanya
dalam konteks model tertentu, misalnya dengan mau,
harus, dan seterusnya (Contoh standar adalah ‘Maria
ingin menikahi seorang bankir Norwegia). Memang
benar bahwa ada beberapa situasi dimana perbedaab
adalah sulit untuk intuisi (misalnya Maria menikah
dengan seorang bankir), tapi ini hanya mungkin
terjadi karena sulit untuk bentuk konteks d i ma n a
p e r be d a an a ka n re l e v an . Ak a n s ul it
unt uk memperluas gagasan ‘modalitas’ untuk
menutupi kasus-kasus berikut, dimana perbedaan
dapat dengan mudah dirasakan:
(1) J : Bagaimana dia mendapat pintu terbuka?
B : Dia mengucapkan sepatah kata
kunci. (2) A : Mengapa Maria marah?
B : Karena Yohanes membeli sebuah buku.

Pembacaan spesifik dari sebuah kata dalam (1)


dan sebuah buku pada (2) sangat dekat dengan
‘kata-kata tertentu’ dan
‘bukan tertentu’ masing-masing. Membaca saham
dengan makna yang sesuai ekspresi tertentu (kata
dan buku) bahwa identitas rujukan relevan dengan
situasi yang digambarkan, yang membedakan dari
bacaan ini pasti adalah bahwa si pembicara tidak
memberikan sinyal identifikasi rujukan penting
untuk pesan yang disampaikan (Saya merujuk di sini
untuk apa yang saua anggap sangat penting
penggunaan X tertentu, ada (mungkin) kasus marjinal
dimana penggunaan mewakili menghindari sesuatu
yang tepat, hal-hal lain di-
anggap sama, telah sudah
tepat):

Pengantar Semantik & Pragmatik 161


(3) Aku berbicara kepada orang tertentu
tentang anda tahu apa.
Perhatikan bahwa ini juga dapat berfungsi
sebagai tak terbatas tertentu:
(4) Kami bertemu orang di pub.
Penggunaan ini tampaknya singal bahwa laki-laki
tersebut telah memperkenalkan sebagai sebuah topik
yang lebih akan berkata: orang tertentu berfungsi
dengan cara ini.
Ada beberapa kontroversi tentang apakah kalimat
seperti (1) benar-benar ambigu antara dua bacaan,
atau apakah bacaan tertentu hanyalah pengayaan
kontekstual non spesifik membaca. Ini agak sulit
untuk diputuskan. Satu dapat menunjukkan fakta
bahwa beberap a baha sa memi liki perbedaan
dalam gramatikal:
(5) Marie cherche un homme qui peut lui faire
l’amour douze par jor.
(6) Marie cherche un homme qui puisse lui faire
l’amour douze par jor.
(Marie mencari orang yang dapat bercinta
dengannya dua belas kali sehari).
Dalam (5) Marie tahu persis siapa yang sedang
mencari; dalam (6) dia hanya terlalu optimis.
Perbedaan ini ditandai dengan indikasi vs subjucvtive
mood dalam verba. Di Turki, perbedaan semacam ini
dapat ditandai dengan kehadiran atau tidak adanya
penanda obyek langsung pada kata benda:
(7) Bit kelime soyledi (‘S/dia mengucapkan
kata’; non spesifik)
(8) Bit kelimeyi soyledi (‘S/dia mengucapkan kata’;
spesifik)

162 Dr. Surastina, M.Hum


Namun pengamatan seperti itu tidak konklusif
sejauh menyangkut ambiguitas. Jika kita bawa waktu
yang tidak terbatas yang spesifik lebih spesifik
daripada non-spesifik dalam waktu yang tidak
terbatas yang sama, atau serupa anjing pengertian
dimana lebih spesifik daripada binatang, ketika kita
dapat menerapkan kebenaran-kondisi independen
tes. Ingat contoh seperti berikut:
(9) A : Apakah John minum?
B : Tidak, dia hanya akan memiliki jus jeruk.
Ini menunjukkan bahwa pembacaan spesifik minum
(‘minum alkohol’) telah merdeka.
Membaca spesifik anak (‘gadis’) di sisi lain, tidak
lulus tes ini:
(10) A : Apa yang dimaksud dengan anak
yang membukakan pintu?
B : Tidak, itu laki-laki.
Kita sekarang dapat menerapkan pengujian yang
sama untuk indefinitas. Pertama melihat normalitas
sebagai berikut: (11) A : Apakah anda harus
mengucapkan kata tertentu?
B : Tidak, kata apapun yang akan dilakukan.
Jika kata yang ambigu, dengan kata-kata tertentu
sebagai salah satu bacaan, berikut harus normal:
(12) A : Apakah anda harus mengucapkan
sepatah kata pun?
B : Tidak, kata apapun yang akan dilakukan.
Jelas ini tidak normal, dan ini adalah bukti
kurangnya perbedaan dari bacaan tertentu.
Setidaknya satu analisis identifikasi (Hawkins, 1978)
mengklaim bahwa penggunaan tak terbatas referensi
menyiratkan bahwa sedang dibuat untuk satu item
keluar dari himpunan item serupa. Misalkan A
berkata, aku tidak bisa melihat untuk membaca di kamar tidur

Pengantar Semantik & Pragmatik 163


saya. B menjawab, Ambil lampu dari ruang makan.
Hal ini tampaknya mengimplikasikan bahwa ada
lebih dari satu lampu di ruang makan, kalau tidak B
tidak akan mengatakan, ambil lampu dari ruang
makan. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar,
fakta-fakta yang lebih kompleks. Misalkan B tidak
tahu berapa banyak lampu yang ada di ruang makan.
Dalam hal ini, B akan tetap berkata, Ambil lampu ….
Artinya, implikatur sejati dari sebuah lampu, di luar
konteks, adalah bahwa pluralitas (kualifikasi) lampu
tidak dikecualikan. A akan mengambil implikatur
bahwa ada lebih dari satu lampu yang ada. Hawkins
mengklaim seharusnya membuat. Oleh karena itu,
adalah bahwa penggunaan tak terbatas yang
didefinisikan oleh ekspresi bahasa yang digunakan.
3. Referensi
Generik
Sekarang perhatikan kalimat-kalimat
berikut: (1) Harimau adalah binatang
ramah
(2) Seekor harimau adalah binatang yang ramah
(3) Harimau ramah binatang

Kalimat (1) kabur, dengan pembacaan yang tidak


relevan dengan kekhawatiran kita saat ini, tetapi
ketiganya memiliki pembacaan yang melibatkan
apa yang disebut generik referensi, yaitu merujuk
kepada suatu kelas acuan. Semua di atas keramahan
predikat sebagai karakteristik umum anggota kelas
harimau. Tak satu pun dari mereka tidak konsisten
dengan sedikit pengecualian, tapi semuanya tidak
sejalan dengan keberadaan yang signifikan tidak
ramah subclass dari harimau:
(4) Harimau, dengan sedikit pengecualian,
adalah binatang ramah.
(5) Harimau adalah binatang ramah, meskipun ada

164 Dr. Surastina, M.Hum


banyak yang tidak
ramah.
(6) S e ek o r h a r im a u a d a la h bi n a ta n g
y a n g r a ma h , meskipun kadang-kadang
ada pengecualian.
(7) Harimau adalah binatang ramah, meskipun
banyak dari mereka yang tidak.
(8) Harimau, dengan sediki t pengecualian,
ramah binatang.
(9) Harimau adalah binatang ramah, meskipun
banyak dari mereka yang tidak.
Tak satupun kalimat di atas adalah identik dengan
semua ramah binatang harimau atau setiap harimau
adalah binatang yang ramah.
(10) Semua binatang harimau ramah,
meskipun ada beberapa pengecualian.
Ada dua macam proposisi yang melibatkan
referensi generik sebagai argumen: baik sesuatu
didasarkan dari seluruh kelas dimaksud, atau sesuatu
didasarkan dari setiap anggota kelas. Kedua bacaan
yang tersedia di bawah judul referensi generik dikenal
sebagai kolektif terdistribusi membaca dan membaca
masing-masing-masing-masing. Kalimat (1), (2), dan
(3 ) m e mi l i ki k ed e k at a n y a n g b e r be d a
un t uk k ed ua menggunakna. Kalimat (1) sangat
lebih suka membaca kolektif.
(11) Harimau punah.
(12) Harimau spesies didistribusikan secara luas.
Akan menerima distributif menggunakan kondisi-
kondisi tertentu (yang saat ini tidak jelas):
(13) Saya suka menonton harimau.
Kalimat (2) akan menerima hanya distributid
meng- gunakan.
(14) A harimau punah.

Pengantar Semantik & Pragmatik 165


(15) A harimau didistribusikan secara
luas. (16) A harimau ekor panjang.
(17) Aku seperti menonton
harimau.
Kalimat terakhir ini adalah tunggal, yaitu
mengatakan itu mengungkapkan kenikmatan.
Menonton satu harimau. Inilah sebabnya mengapa
tidak akan menerima penggunaan jamak distributif
(yaitu orang-orang dimana fakta dasar melibatkan
individu-individu, bukan spesies tetapi pluralitas
individu diperlukan)
(18) Komputer telah merevolusi praktif
bisnis. (19) Komputer telah merevolusi
praktik bisnis.
(20) Sebuah komputer telah merevolusi praktik
bisnis. Kalimat dari bentuk (3) akan menerima
baik gunakan: (21) Harimau sudah punah.
(22) Harimau didistribusikan secara
luas. (23) Aku seperti melihat
harimau.
Perhatikan bahwa kalimat terakhir tidak majemuk,
artinya pluralitas tidak termasuk dalam ruang
lingkup seperti menonton orang, dapat dengan
kepantasan yang sempurna menjawab: Baik, di sini
satu untuk anda.)
4. Non-referensi
Hal ini kiha dicatat bahwa meskipun ungkapan
seekor macan di banyak kegunaannya dapat
digunakan dalam tinda- kan referensi tidak terbatas,
tidak selalu begitu digunakan, seperti misalnya dalam
contoh berikut:
Hewan ini adalah
harimau.

Sebagian besar analis setuju bahwa kalimat ini


tidak menyatakan bahwa ada harimau, bahwa
binatang ini identik dengan. Misalnya, tidak masuk
akal untuk bertanya yang harimau itu? Jelas bahwa
harimau di sini berdiri untuk satu

166 Dr. Surastina, M.Hum


set properti yang sedang ditautkan dari binatang ini.
Hal ini memungkinkan kami untuk memberikan
rekening yang memuaskan (satu) membaca Yohanes
adalah politikus yang lengkap, yaitu, bahwa John
memiliki semua properti yang merupakan
karakteristik (prototipe) politisi.

B.
Deiksis
Deiksis memiliki arti yang berbeda bagi orang
yang berbeda. Untuk buhler (1934) setiap ekspresi
yang terletak acuan dalam ruang atau waktu adalah
ekspresi deiksis. Jadi, baginya, si kucing dudu di tikar
berisi lokatif deiksis ekspresi, yaitu di atas tikar
(kalimat itu juga berisi penanda tegang, yang
biasanya dianggap deiksis). Kemudian sebagian besar
telah sarjana, pembatasan istilah untuk kasus-kasus
dimana rujukan yang terletak menggunakan pidato
saat ini kucing duduk di tikar, kucing terletak
terhadap tikar: tikar dengan demikian adalah titik
referensi, dan acara pidato tidak memainkan
peranan. Dalam kalimat ‘si kucing duduk di atas
tikar’, bagaimanapun, kucing tidak hanya terletak
sehubungan dengan pembicara, yang menunjukkan
bahwa kucing itu relatif jauh dari pembicara. Suatu
titik ketidaksepakatan mengenai status deiksis
definite article.
Beberapa sarjana memandangnya sebagai
deiksis, karena konteks situasi saat ini terlibat dalam
identifikasi rujukan. Lain mengecualikan definite
article, karena tidak menemukan rujukan pada
parameter tertentu. Kita akan, setidaknya pada
awalnya, hanya meliputi ungkapan-ungkapan yang
benar- benar menemukan sebuah rujukan yang
berkaitan dengan (beberapa aspek) pidato saat ini
situasi. Karena itu kami termasuk kata ganti orang,
namun mengecualikan definite
article. Kriteria diagnostik kunci kami untuk
ekspresi dan

Pengantar Semantik & Pragmatik 167


deiksis sensitivitas penggunaannya dalam
menetapkan suatu rujukan kepada pidato
situasional tertentu parameter. Terutama lokasi
dalam ruang dan waktu relatif terhadap pembi cara,
da n status partisip atif. Den gan demi kian,
seseorang merujuk pada buku yang dipegang oleh
orang lain akan mengatakan bahwa buku, bukan
pemegang buku.
1. Deiksis
Persona
Deiksis orang pada dasarnya melibatkan
pembicara, dikenal sebagai orang pertama, si
penerima, yang dikenal sebagai orang kedua, dan
peserta penting lainnya dalam situasi pidato, baik
pembicara maupun pendengar, yang dikenal sebagai
orang ketiga. Semua ini paling tidak dalam bahasa
Inggris, datang dalam bentuk tunggal dan jamak dan
beberapa ditandai khusus.
Dalam banyak bahasa, digunakan kata ganti
encode deiksis sosial (lihat di bawah). Perhatikan
bahwa orang ketiga tunggal juga bentuk encoder
gender. Adalah penting untuk menyadari bahwa
terjadinya gender dalam bentuk ini tidak deiksis,
artinya, tidak sensitif terhadap aspek-aspek situasi
ujaran. Dengan kata lain, tidak semua arti dari
sebuah ekspresi deiksis adalah deiksis di alam.
Beberapa pernyataan bernilai keputusan dalam
bentuk jamak subyek kata ganti orang. Pertama-
tama, ada semacam dominasi memegang hubungan
antara istilah: orang pertama mendominasi kedua
dan ketiga, dan orang kedua men- dominasi ketiga.
Hal ini memanifestasikan dirinya dalam cara berikut.
Jika kelompok yang ditunjuk termasuk orang pertama,
maka kata ganti orang pertama jamak harus di-
gunakan. Bahkan jika hanya ada satu orang
pertama, maka orang pertama dan kedua ribu dan
/atau pihak ketiga. Demikian
pula, jika tidak ada orang pertama di grup yang
ditunjuk,

168 Dr. Surastina, M.Hum


tetapi setidaknya satu orang kedua, maka kata ganti
orang kedua diperlukan. Hanya jika tidak orang
pertama maupun orang kedua terdapat kata ganti
orang ketiga dapat digunakan.
Poin kedua menyangkut wakil vs benar
penggunaan kata ganti orang jamak. Kata kita benar-
benar diucapkan oleh oran g-oran g plur alitas:
biasa nya ada satu pembic ara. Pembicara ini
mewakili kelompok yang ia rujuk. Di sisi lain, mereka
biasanya menunjuk pluralitas acuan hadir. Perwakilan
digunakan adalah mungkin, tapi lebih jarang
(misalnya dalam menunjuk ke satu orang dan berkata
‘Mereka akan ke Yunani untuk liburan’). Dalam orang
kedua, dua kemungkinan, perwakilan dan benar
menggunakan, sebelum lebih atau kurang
kemungkinan sama.
2. Deiksis
Spasial
Spasial deiksis terwujud dalam bentuk lokatif
adverbia di sini dan di sana, dan
demonstratives/penentu seperti ini dan itu. Inggris
memiliki spasial yang relatif miskin sistem deiksis,
dengan hanya dua istilah, biasanya diberi albel
proksimal dan distal. Banyak bahasa memiliki tiga
atau dua istilah. Jenis yang paling umum dari sistem
jangka tiga membagi kategori distal. Ada dua cara
utama untuk melakukan hal ini: melibatkan
distal/remote perbedaan (bahasa Inggris pada satu
waktu itu disebut sistem tersebut, di sini, di sana).
Spanyol memiliki sistem seperti ini. Tipe yang lain
dari jangka tiga, sistem tidak sepenuhnya tergantung
pada jarak, tapi terkait erat dengan sistem orang,
yang mengatakan, istilah dapat dipoles ‘dekat kepada
saya = sini’. ‘dekat dengan anda’, dan ‘dan dekat
dengan anda dan saya = orang ketiga’).
Analisis lebih tua diusulkan oleh analis Turkish.
Hal ini sekarang tidak dianggap benar, namun satu
saran mengenai
hakikat sebenarnya dari Turki, spasial deiksis adalah
bahwa

Pengantar Semantik & Pragmatik 169


dalam kategori distal ada gestural/simbolis
perbedaan. Deiksis sistem dengan lebih dari tiga
istilah menggabungkan gagasan tersebut sebagai
‘visible’/terlihat, ‘di bawah garis pandang’/
’di atas garis pandang’,
dst.
Mari sekarang kita kembali ke bahasa Inggris.
Istilah proksimal di sini berarti sesuatu seperti
‘wilayah yang relatif dekat dengan oembicara’, dan
ada berarti ‘relatif jauh dari si pembicara’. Adalah
penting untuk menyadari, bagaimanapun, bahwa
‘relatif dekat’ adalah determinan kontekstual. Di sini
dapat mewakili suatu daerah kurang dari meter
persegi, atau bisa juga sesuatu yang lebih cepat,
seperti ‘di sini’, di cluster galaksi lokal kami. Ini
adalah perbedaan spesies lain; di sini tidak
bermakna kecuali di sini dapat menemukan garis
pemisah (dalam hal jarak) antara sini dan sana
(paradoks, tidak ada batasan untuk seberapa jauh di
sini dapat diperpanjang).
Deiksis spasial menunjukkan semacam dominasi
hu- bungannya dengan kata ganti orang. Kita dapat
-hal ini dengan ini dan itu. Intinya adalah bahwa
kombinasi dari buku ini dan buku itu harus secara
kolektif disebut kita berpikir dari buku-buku ini, bukan
buku-buku itu. Hal ini mendorong kita untuk berpikir
tentang hal ini sebagai orang pertama deiksis. Ada
sedikit bukti bahwa ambigu antara orang kedua dan
orang ketiga, dalam bahwa mereka lebih suka untuk
menjadi salah satu atau yang lain. Aku bisa mengacu
pada (i) buku-buku yang anda miliki, dan (ii) buku-
buku bahwa Yohanes telah. Jika saya kmd berkata
buku-buku itu sangat berharga, terdapat preferensi
yang kuat untuk menafsirkan ini sebagai baik (i) atau
(ii) tapi tidak keduanya bersama-sama. Kecuali anda
dan Yohanes dapat disatukan dalam bersama
kedua orang
referens
i.

170 Dr. Surastina, M.Hum


3. Deiksis Temporal
Deiksis temporal berfungsi untuk menemukan
poin atau interval pada sumbu waktu. Menggunakan
(akhirnya) saat ucapan sebagai titik acuan. Dengan
demikian ada tiga divisi utama sumbu waktu: (i)
sebelum saat ucapan, (ii) pada saat ucapan, (iii)
setelah masa ucapan. Yang paling dasar dalam
bahasa Inggris, deiksis waktu sekarang dan kmd.
Sekarang adalah dalam beberapa hal semaca
temporal di sini. Dan menampilkan kapasitas yang
sama untuk waktu yang tidak terbatas ekstensi. Itu
bisa mengacu kepada yang tepat cepat: Tekan
tombol, sekarang! Atau dapat mengakomodasi
berbagai balutan waktu: sistem matahari sekarang
dalam fase yang relatif stabil (peringatan: namun,
bahwa fenomena dominasi tidak hadir dari deiksis
temporal, seperti hubungan dengan orang pertama).
Lalu poin jauh dari masa kini, tetapi untuk arah yang
berbeda, yang biasanya itunjukkan kontekstual, ka
mi s en ang k em ud ian ; OK , sa ya ak an m eli
ha t an da kemudian.
Deiksis temporal kalendrik sangat tergantung
pada gagasan, jika kita memahami istilah untuk
menggolongkan kedua jam dan kalender. Sebagai
contoh, hari ini, kemarin, dan besok menunjuk
masing-masing ‘jangka waktu 24 jam mulai pukul 12
tengah malam dengan mencakup waktu dan ucapan’.
Perhatikan, bahwa arti istilah-istilah ini mencakup
informasi deiksis (masa lalu, sekarang atau masa
depan) dan non deiksis informasi (periode 24 jam
mulai …, dan lain-lain). Hanya 24 jam telah
lexicallized deiksis. Untuk referensi paralel periode ini,
ada komplikasi dan ketidakpastian sesuai dengan
jangka waktu apakah yang dimaksud melalui nama
yang tepat tidak digunakan. Ungkapan-ungkapan
seperti minggu ini,
minggu lalu, dan minggu depan, bulan ini, bulan lalu dan

Pengantar Semantik & Pragmatik 171


bulan depan, tahun ini, tahun lalu dan tahun depan,
semua ditafsirkan calendrically, artinya, untuk
mengambil contoh dalam seminggu, yang terakhir
minggu berarti ‘periode tujuh dari hari dimulai pada
hari Minggu (atau senin) sebelum periode yang
bersangkutan yang mencakup waktu dari ucapan
(suatu masa ucapan). Perhatikan bahwa Maria ada di
sini selama satu minggu/bulan.tahun, menurut intuisi
saya, dapat berupa calendric atau tidak.
Jika nama yang tepat dalam jangka waktu
tertentu digunakan, batasan-abtasan tambahan ikut
bermain. Ambil nama-nama hari, pertama. Item
leksikal hari ini, kemarin, dan besok memiliki prioritas,
sehingga misalnya hari Rabu ini tidak dapat
diucapkan pada hari Selasa, Rabu, atau Kamis. Rabu
lalu tidak dapat diucapkan pada hari Kamis untuk
merujuk pada hari sebelumnya, tapi dapat digunakan
untuk mengacu pada hari Rabu minggu
sebelumnya. Pembicara tidak sependapat
mengenai apakah referensi untuk, katakanlah, Senin
mengatakan pada hari Rabu minggu yang sama,
harus ini hari Senin atau hari senin lalu; paralel
ketidaksepakatan berlaku untuk referensi,
mengatakan pada hari yang sama. Dengan
pengecualian bahwa seseorang biasanya tidak
mengatakan bulan Juli ini jika kebetulan berbicara
pada bulan Juli. Dengan bulan, ada ketidakpastian
yang sama tentang arti terakhir dan berikutnya
seperti nama hari.
Hal ini tentu saja, mungkin dan sangat normal,
untuk mengatakan misalnya, Juli adalah bulan
terpanas yang pernah saya tahu, ketika salah satu
masih dalam periode ini yang ditunjuk oleh duniawi,
artinya, itu bukan milik untuk meng-
atur kontras yang mencakup terakhir dan selanjutnya.
Bahkan,

172 Dr. Surastina, M.Hum


itu adalah penggunaan yang berkepanjangan dari
ruang ini, dan kontras dengan bulan Juli adalah
terpanas yang pernah saya kenal. Oleh karena itu,
bukan temporal deiksis khusus.
4. Deiksis
Sosial
Deiksis sosial ditunjukkan oleh penggunaan
tertentu yang disebut TV (tulvous) ganti di banyak
dalam bahasa. Akan digambarkan di sini dengan
contoh-contoh dari Perancis. Argumen akan disajikan
bahwa tidak semua penggunaan kata ganti TV jatuh
tepat di bawah judul deiksis. Satu yang tidak dapat
dipertentangkan adalah dimana status sosial relatif
pembicara dan pendengar yang memberi isyarat.
Ada tiga kemungkinan dasar yang melibatkan dua
komuni A dan B: (i) A alamat B dengan tu, alamat B A
dengan vous; (ii) alamat B dengan vous; B alamat A
dengan tu; (iii) A dan B keduanya menggunakan
bentuk yang sama (baik tu atau vous). Parameter
dasar di sini adalah status sosial: untuk poin ke
bawah sepanjang skala status sosial dengan
pembicara posisi sebagai titik acuan, vous poin ke
atas, sedangkan simetris menggunakan sinyal
kesetaraan sosial.
Beralih sekarang untuk contoh penggunaan TV
kata ganti simetris. Mari kita menyelidiki secara
singkat ke dalam faktor- faktor yang menentukan
apakah tu atau vous yang digunakan. Dan apakah
penggunaan seperti itu benar dapat dianggap
sebagai deiksis.
Salah satu faktor yang biasanya digambarkan
oleh beberapa istilah tersebut sebagai ‘jarak sosial’;
tu menunjukkna keintiman, vous menunjukkan
kurangnya keintiman atau jarak. Hal ini menggoda
untuk menarik paralel di sini dengan proksimal dan
distal istilah dalam deiksis spasial, dan mengatakan
bahwa tu adalah vous proksimal dan distal. Saya
akan menyarankan dua alasan mengapa paralel
seperti itu

Pengantar Semantik & Pragmatik 173


tidak boleh ditarik. Yang pertama adalah bahwa tidak
ada kebenaran dalam argumen dari sebaliknya
metafora. Artinya, hanya karena (+ intim/- intim)
perbedaan akan membuat metafora yang
memuaskan ekstensi dari proksimal/distal.
Perbedaan spasial deiksis itu tidak berarti bahwa
adalah apa itu, terutama jika formulir yang
digunakan tidak memberikan dukungan ke derivasi.
Alasan kedua adalah bahwa dominasi hubungan
antara (+ intim) dan (–intim) adalah cara yang salah.
Ingatlah bahwa di sini mendominasi di sana; dalam
kasus kata ganti TV digunakan untuk sinyal keintiman
(atau kurang dari itu). V mendominasi T. Sulit untuk
menunjukkan dalam bahasa Perancis, karena tidak
ada bentuk jamak intim yang berbeda seperti yang
ada dalam misalnya bahasa Jerman. Tetapi dapat
ditunjukkan. Bayangkan se- kelompok orang
mengangkat salah satu dari mereka sebagai juru
biaca untuk mengatasi beberapa individu. Anggaplah
bahwa orang yang dipilih secara alamiah akan
mengatakan tu kepada orang yang sedang berbicara.
Misalkan lebih lanjut bahwa kelompok individu yang
berisi tentu vous mengatakan kepada orang yang
sedang berbicara. Bentuk apa yang tidak juru bicara
pilih? Intuisi asli Perancis tanpa ragu memilih vous.
Sebagai petunjuk faktor lain yang mempengaruhi
pilihan antara T dan V mempertimbangkan situasi
berikut: seorang suami dan istri bersama-sama dari
sebuah program berita di TV. Ketika mereka sedang
mengudara, alamat mereka satu sama lain sebagai
vous. Ketika of-kamera, tentu saja mereka
menggunakan tu. Relatif tidak jelas status sosial
maupun kei ntima n dap at me njela skan hal i ni.
F aktor pene ntu tampaknya menjadi formalitas
situasi. Hal ini setidaknya dapat diperdebatkan
bahwa ini tidak dapat diletakkan di pintu
deiksis sama
sekali.

174 Dr. Surastina, M.Hum


5. Deiksis Wacana
Deiksis wacara mengacu pada hal-hal seperti
penggunaan ini untuk menunjukkan unsur-unsur
wacana masa depan, y a it u ha l - ha l ya n g h e
n da k di k a ta k a n, s ep e r ti d al a m
mendengarkan ini, hal itu akan membunuhmu! Dan
yang menunjuk pada unsur-unsur wacara masa lalu.
Seperti dalam yang tidak yang sangat baik untuk
diucapkan. Dengan semangat yang sama. Yang
dengan ini dari kalimat performatif yang eksplisit bisa
dikatakan untuk menunjukkan wacana saat ini:
perhatikan adalah dengan ini dilayani bahwa jika
pembayaran tertunda lebih lanjut, tindakan hukum
yang sesuai akan diambil.
Kadang-kadang mengklaim bahwa kata
keterangan kalimat tertentu, seperti oleh karena itu
dan lebih jauh lagi, termasuk unsur wacana deiksis
dalam arti mereka, karena mereka memerlukan
pemulihan sepotong wacana sebelumnya harus
dipahami. Oleh karena itu, ‘maka dari itu’ dan ‘di
sam- ping itu’ masing-masing adalah wacana deiksis.
Perbedaan dapat dibuat antara wacana deiksis dan
anaphora, meskipun keduanya jelas berkaitan.
Anaphora mengambil preferensi sebelumnya untuk
suatu entitas linguistik ekstra dan mengulanginya.
Dalam ‘Yohanes memasuki ruangan, dia tampak
berusaha’, dia merujuk pada orang yang sama, tetapi
tidak secara ketat merujuk pada kata Yohanes sendiri.
Harus diakui bahwa dalam referensi untuk kasus
seperti karena itu perbedaan antara wacana deiksis
dan anaphora menjadi agak
kabur.

Pengantar Semantik & Pragmatik 175


C. Tindak Ujar :Lokusi, Ilokusi dan
Perlokusi
Berkomunikasi tidak sekedar mengekspresikan
proposisi. Untuk berkomunikasi kita harus
mengungkapkan proposisi dengan dorongan ilokusi
tertentu, yang biasa kita sebut dengan tindak ujar
(speech acts).

1. Tindak Lokusi
Tindak lokusi berkaitan dengan produksi ujaran
yang bermakna. Austin menjelaskanbahwa
tindakan lokusi merupakan ujaran yang tersusun
dari kata-kata tertentu dan memiliki makna dan
referen tertentu. Apa yang diutarakan, bentuk kata-
kata yang dituturkan dan tindakan menuturkan
sesuatu inilah yang dikenal dengan tindak lokusi.
Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu
tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan
kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam
kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah
sintaksisnya.
(a) Menghasilkan sebuah bentuk ujaran
(b) Mengkomposisi sebuah kalimat
(c) Mengkontekstualkan

Maksudnya: (a) menghasilkan ujaran benar-benar


dapat didengar secara nyata. Seperti suara yang
dihasilkan oleh burung beo juga pada dasarnya
merupakan ujaran; (b) merupakan tindakan
menghasilkan susunan kalimat sesuai

176 Dr. Surastina, M.Hum


aturan grammar/struktur; (c) yang ketiga ini
memiliki 2 komponen, yakni: (i) banyak kalimat yang
berisi ambiguitas leksikal ataupun gramatikal, dan (ii)
ekspresi referen definit ekstralinguistik tertentu yang
dimaksud oleh si pengujar.
2. Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi berkaitan dengan efek
pemahaman penengar terhadap maksud pembicara
yang terwujud dalam tindakan. Perlokusi mengacu ke
efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan
oleh penutur. Secara singkat, perlokusi adalah efek
dari tindak tutur itu bagi mitra tutur (selanjutnya
disingkat MT).
3. Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi terutama berkaitan dengan
intensiatau maksud pembicara. Ilokusi adalah apa
yang penutur hendak maksudkan dengan
ujarannya, yaitu apa maksud yang terkandung di
dalam ujaran yang dituturkan, atau apa fungsi dari
kata-kata yang dituturkan, atau apa tujuan tertentu
yang
terdapat di dalam benak penutur (selanjutnya
disingkat P).

Pengantar Semantik & Pragmatik 177


DAFTAR PUSTAKA

178 Dr. Surastina, M.Hum


INDEKS

Pengantar Semantik & Pragmatik 179


BIOGRAFI PENULIS

Dr. Surastina,S.Pd., M.Hum.


lahir di Tanjungkarang, tanggal 8
September 1963, anak keempat
dari Bapak Hi. Syarifuddin (alm)
dan Ibu Hj. Cikmas.menyelesai-
kan pendidikan di SDN 1, SMPN
1, SPGN 1, PGSMTPN 1, dan juga
S 1 d i ST K I P- P G R I B a
nd a r Lampung. Tahun 1997
melanjut- ka n s t ud i S2 d i U
n i ve r s i t a s Padjadjaran
Bandung, lulus tahun
1999.
Pada tahun 2003 melanjutkan studi S3 di
Universitas Padjadjaran Bandung, kemudian tahun 2006
pindah studi ke PPs Universitas Negeri Jakarta, lulus
tahun 2008.
Pada tanggal 1 Maret 1982 diangkat menjadi PNS di
SDN 23 Bandar Lampung, tahun 1985 meningkatkan
karir pelimpahan ke SMP Negeri 7 Bandar Lampung.
Tahun 2001 pelimpahan menjadi Dosen PNSD pada
STKIP-PGRI Bandar Lampung sampai sekarang.
Berbagai kegiatan dilakukan selama menjadi PNS
dan mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya:
tahun
1 9 9 1 pengh a rga a n s eba ga i Koor di na tor Keg i
a ta n Kepramukaan Kwaran Tanjungkarang Barat
Bandar Lampung. Tahun 1994 sebagai Penatar P-4
tingkat SLTP

180 Dr. Surastina, M.Hum


Bandar Lampung. Tahun 1996 sebagai Wisudawan
Terbaik I. Tahun 1997 sebagai Guru Teladan tingkat
SLTP Kotamadya Bandar Lampung. Tahun 2001
mendapat penghargaan PANCAWARSA dari Presiden
yang telah mengabdi menjadi Pengurus Pramuka
selama 20 tahun (1982-2001) tingkat Kwarda Lampung.
Karya Ilmiah di bidang Akademik, di antaranya:
Menulis Surat Resmi di SLTPN 7 Bandar Lampung,
Analisis Wacana Adat Pernikahan Lampung Pesisir
Dialek A Semaka, Prinsip-prinsip Pragmatik dalam
Wacana Humor, Analisis Wacana Humor Politik di
Televisi . Menikah dengan Drs. Juni Effendi, dikaruniai
3 (tiga) orang anak yaitu: (1) Handro Yuricki, S.H., (2)
Effrina Yuricki, S.S., dan (3) Dicki Yuricki, S.Stp.

Pengantar Semantik & Pragmatik 181

Anda mungkin juga menyukai