Anda di halaman 1dari 24

HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP SEMANTIK

Mata Kuliah Semantik

Dosen Pengampu: Dr. Iwan Marwan,M.Hum.

Penyusun:

Novi Dwi Putriana (21207001)

Nisfy Rufidah (21207024)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022
Makna, Bentuk dan Referen

Mata Kuliah Semantik


Dosen Pengampu: Dr. Iwan Marwan, M.Hum.

MAKALAH

Disusun oleh :

Novi Dwi Putriana 21207001


Nisfy Rufidah 21207024

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
A. Konsep dan Hakikat Semantik
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Yunani, yaitu sema kata benda yang bearti “tanda” atau “lambang”.
Semantik merupakan bagian dari cabang ilmu bahasa yang mengkaji
tentang makna yang mencakup jenis, pembagian, pembentukan dan
perubahan makna tersebut. Konsep sematik dalam pembelajaran
bahasa merupakan integritas yang mengacu pada pemahaman makna
bahasa. Sedangkan ruang lingkup studi semantik mencakup semua
tataran bahasa, makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frase,
klausa, kalimat, dan wacana. Sematik dalam kajian linguistik bersifat
sentral karena dapat menganalisis makna atau arti bahasa melalui kata,
frasa, klausa dan kalimat.
Chomsky dalam Sudaryat (2009:5) mengatakan, “Semantik
merupakan salah satu komponen tata bahasa. Selain itu terdapat
komponen sintaksis dan fonologi, kajian semantik juga dapat digunakan
untuk teknik analisis ciri pembeda atau fitur distingtif”. Kemampuan
dalam menafsirkan makna pada sebuah kata maupun kalimat tidaklah
mudah, seseorang harus dapat memahami maksud serta tujuan dari teks
yang tertulis. Kemampuan ini akan terwujud jika pemahaman teori
makna yang dimiliki seseorang pengguna bahasa telah memadai dan
cukup.
Studi semantik juga menyelidiki tingkat pemahaman seseorang
agar dapat memahami makna dalam teks dan dapat menyimpulkan arti
sesungguhnya yang ada dalam teks tersebut, baik berupa kata maupun
kalimat. Studi ini menggali banyaknya jenis makna yang akan terungkap,
terutama dalam bentuk analisis yang akan diteliti serta ingin dipahami
oleh manusia. Kambartel dalam Pateda (2010:7) menyatakan, “Semantik
merupakan bahasa yang terdiri dari struktur yang menampakkan makna
apabila makna tersebut dihubungkan dengan objek pada pengalaman
manusia”.
Sudaryat (2009:3) menyatakan, “Kata semantik digunakan untuk
bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau
lambang-lambang dengan hal-hal yang ditandainya dan disebut makna
atau arti”. Pandangan ini kemudian menimbulkan suatu arahan bahwa
makna akan muncul jika sebelumnya pengguna bahasa telah
mendapatkan suatu pengalaman, kemudian pengalaman tersebut
menjadi arah pada suatu referen. Makna sebagai penghubung bahasa
pada dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga
dapat mengerti. Makna mempunyai tiga tingkat keberadaan, yaitu makna
menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, makna menjadi isi dari suatu
kebahasaan, dan makna menjadi isi komunikasi yang mampu
membuahkan informasi tertentu.
Pembentukan dan perubahan makna tidak terjadi begitu saja,
akan tetapi ada banyak faktor yang memengaruhinya baik pada luar
bahasa maupun dalam bahasa. Pateda (2010:2) mengatakan, “Dalam
ilmu semantik dapat diketahui tentang pemahaman makna, wujud
makna, jenis-jenis makna, aspek-aspek makna hal yang berhubungan
dengan makna, komponen makna, perubahan makna, penyebab kata
hanya mempunyai satu makna atau lebih, dan cara memahami makna
dalam sebuah kata, semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang
disebut semantik”.
Dari pemaknaan para ahli tersebut, secara umum, kata semantik
itu kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang
linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dan
hal-hal yang ditandainya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
semantik adalah bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti
bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu
tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis
bahasa: fonologi, gramatikal, dan semantik. Secara lebih gamblang,
semantik dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari makna.
Manfaat yang didapat dari Studi Semantik sangat tergantung dari
bidang apa yang kita geluti sehari-hari (Chaer.1994:11). Bagi seorang
wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung
dalam dunia persurat kabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan
memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai simantik.
Pengetahuan simantik akan memudahkannya dalam memilih dan
menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan
inforamsi kepda masyarakat umum. Bagi mereka yang berkecimpung
dalam penelitan bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas Ilmu
Budaya, pengetahuan mengenai semantik akan memberikan berupa
kemudahan dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-murid.

B. Perbedaan Semantik, Semiotik, dan Pragmatik


1. Semantik
Semantik adalah telaah mengenai makna (Gudai, 1989: 3).
Menurut Pateda (2001: 7), semantik adalah subdisiplin linguistik
yang membicarakan makna. Ahli bahasa lain yaitu Verhaar (1993:
9), semantik adalah cabang sistematik bahasa yang menyelidiki
makna atau arti. Jadi semantik adalah adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna sebuah kata. Perbedaan antara leksikon dan
gramatika menyebabkan semantik dibedakan antara semantik
leksikal dan semantik gramatikal.
Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai
lambang benda dan peristiwa. Makna leksikal adalah makna lambang
kebahasaan tanpa melihat konteks. Jenis makna leksikal merujuk
pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan yang dapat
berdiri sendiri tanpa melihat konteks. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa makna leksikal adalah makna asal kata yang
berdiri sendiri dan tidak terikat kata lain.
Makna gramatikal yaitu makna kata nya berubah-ubah karena
mengalami proses pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan yang
disesuaikan menurut tanda bahasa serta terikat dengan konteks
(tempat, waktu, dan lingkungan). Makna sebuah kata baik dasar
ataupun kata jadian, sering bergantung pada konteks kalimat atau
konteks situasi, maka makna gramatikal juga disebut makna tekstual
atau makna situasional, selain itu juga bisa disebut makna struktural
karena proses dan satuan-satuan gramatikal itu selalu berkenaan
dengan struktur kebahasaan.

2. Semiotik
Semiotika, ilmu tentang tanda-tanda, mempelajari fenomena
sosial-budaya, termasuk sastra sebagai sistem tanda (Preminger,
1974:980). Tanda mempunyai dua aspek , yaitu penanda (signifié,
signifiant) dan petanda (sig nified, signifié) (Preminger, 1974:981-
1982). Penanda adalah bentuk formal tanda itu, dalam bahasa
berupa satuan bunyi, atau huruf dalam sastra tulis, sedangkan
petanda (signified) adalah artinya, yaitu apa yang ditandai oleh
penandanya itu. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda
dan petandanya ada tiga jenis tanda , yaitu ikon , indeks , dan simbol
Ikon adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan
ada hubungan yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama dengan
petandanya, misalnya gambar, potret, atau patung. Gambar rumah
(penanda) sama dengan rumah yang ditandai (petanda) atau gambar
rumah menandai rumah yang sesungguhnya.
Indeks adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan
adanya hubungan alamiah yang bersifat kausalitas, misal nya asap
menandai api, mendung menandai hujan. Kalau di langit ada
mendung penanda kalau akan ada hujan.
Simbol adalah tanda yang penanda dan petandanya tidak
menunjukkan adanya hubungan alamiah; hubungannya arbitrer
(semau-maunya) berdasarkan konvensi. Hubungan antara penanda
dan petanda bersifat konvensional , yaitu artinya ditentukan oleh
konvensi.
Dengan demikian, metode semiotik dalam pemaknaan sastra itu
berupa pencarian tanda-tanda yang penting sebab keseluruhan
sastra itu merupakan tanda-tanda, baik berupa ikon, indeks, atau
simbol. Di samping itu, karena tanda-tanda itu mempunyai makna
berdasarkan konvensi, memberi makna itu mencari konvensi-
konvensi apa yang menyebabkan tanda-tanda itu mempunyai arti
atau makna.

3. Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu yang meneliti makna yang
dikomunikasikan oleh pembicara (speaker meaning) dan
diterjemahkan oleh pendengar atau pembaca. Akibatnya pragmatik
lebih banyak mempelajari tentang analisis maksud dari pembicara
dari pada kosa kata itu sendiri. Studi seperti ini perlu mengikut
sertakan penafsiran dari apa yang pembicara maksudkan dalam
konteks tertentu, dan bagaimana konteks itu mempengaruhi
pendengar maupun pembaca terhadap apa yang dikatakan. Jadi
perlu mempertimbangkan siapa lawan bicaranya, di mana, kapan,
dan dalam situasi apa. Dapat disimpulkan pragmatik adalah studi
tentang makna konteks (contextual meaning) (Yule, 1996:3). Dari
definisi tersebut, jelas pragmatik menelaah makna dari satuan
bahasa.
Menurut Leech (dalam Dewa, 1996: 10) terdapat beberapa aspek
yang harus dipertimbangkan dalam studi pragmatik, yaitu:
a. Penutur dan lawan tutur atau penulis dan pembaca yang
mencakup usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin,
tingkat keakraban dan lain sebagainya.
b. Konteks tuturan, dalam pragmatik merupakan semua latar
belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur
dalam lawan tutur.
c. Tujuan tuturan, di sini bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-
macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama
atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan
dengan tuturan yang sama.
d. Jenis tuturan dalam pragmatik adalah tindak lisan yang terjadi
dalam situasi tertentu, yakni tergantung pada siapa penutur dan
lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.
ANALISIS MEDIA MASSA

TNI AU Akan Diperkuat Lima Pesawat Hercules Baru dari AS

CNN Indonesia
Rabu, 22 Feb 2023 06:05 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- TNI AU bakal kedatangan lima unit pesawat


Hercules C-130J yang akan memperkuat jajaran armada udara RI.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Indan Gilang
mengatakan lima pesawat itu akan datang secara bertahap dari Amerika
Serikat (AS). Pesawat pertama akan tiba pada Maret mendatang.

"Pesawat itu akan tiba di Lanud Halim 6 Maret 2023 yang akan diberangkatkan
langsung dari pabriknya di Lockheed Martin AS tanggal 28 Februari ini.
Kemudian akan tiba diperkirakan tanggal 6 Maret," kata Indan saat ditemui di
Jakarta Timur, Selasa (21/2).

Ia mengatakan sudah disiapkan tiga awak pesawat yang ikut dari penerbangan
AS ke Jakarta. Indan menyampaikan selain awal Maret, pesawat berikutnya
akan datang pada Juni, Juli, Oktober 2023, dan Januari 2024. Ia menerangkan
lima pesawat baru itu akan memenuhi kebutuhan transportasi berat,
transportasi personel atau kargo yang dilakukan TNI.
"Kita sudah memiliki tiga Skadron Hercules, ya jadi satu di Skadron 31 di Halim,
32 di Malang, dan Skadron 33. Saya kira dengan melengkapi pesawat tersebut
kebutuhannya bisa terpenuhi," kata Indan.

Sebelumnya, pada awal Januari lalu, TNI AU secara resmi menghentikan


operasional pesawat C-130 B Hercules A-1312. Penghentian pesawat Skadron
32 Lanud Abdulrachman Saleh Malang itu, dipimpin langsung oleh KSAU
Marsekal Fadjar Prasetyo.

"Pesawat Hercules A-1312 yang telah mencapai 45 ribu jam terbang, maka
operasionalnya dihentikan. Peran A-1312, selanjutnya akan digantikan oleh C-
130 J, pesawat Hercules tipe terbaru," kata Fadjar saat itu.
HASIL ANALISIS

Berikut ini adalah hasil dari analisis dari media massa yang berjudul “TNI AU
Akan Diperkuat Lima Pesawat Hercules Baru dari AS”. Berita ini bersumber dari
CNN Indonesia yang dimuat pada hari Rabu, 22 Feb 2023 06:05 WIB.

A. Semantik
1. Leksikal
Makna leksikal adalah gambaran yang nyata tentang suatu
konsep seperti yang dilambangkan kata itu Dalam berita yang
berjudul TNI AU Akan Diperkuat Lima Pesawat Hercules Baru dari
AS terdapat beberapa kata yang memiliki makna gramatikal, yaitu:
 Data 1 : TNI AU bakal kedatangan lima unit pesawat Hercules C-
130J yang akan memperkuat jajaran armada udara RI.
 Data 2 : Ia menerangkan lima pesawat baru itu akan memenuhi
kebutuhan transportasi berat, transportasi personel atau kargo
yang dilakukan TNI.

Pada data 1 terdapat kata pesawat yang termasuk ke dalam


makna leksikal. Kata pesawat makna leksikalnya adalah mesin atau
alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi
udara. Makna ini tampak jelas dalam kalimat TNI AU bakal
kedatangan lima unit pesawat Hercules C-130J yang akan
memperkuat jajaran armada udara RI. Kata pesawat pada kalimat
tersebut jelas merujuk pada mesin atau alat yang dapat terbang.
Pada data 2 terdapat kata transportasi yang termasuk ke dalam
makna leksikal. Kata transportasi makna leksikalnya adalah
pengangkutan barang oleh berbagai jenis kendaraan. Makna ini
tampak jelas pada kalimat Ia menerangkan lima pesawat baru itu
akan memenuhi kebutuhan transportasi berat, transportasi personel
atau kargo yang dilakukan TNI. Kata transportasi pada kalimat
tersebut jelas merujuk pada pengangkutan barang oleh berabagai
jenis kendaraan.
2. Gramatikal
Makna gramatikal yaitu makna kata nya berubah-ubah karena
mengalami proses pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan yang
bergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi (tempat,
waktu, dan lingkungan). Dalam berita yang berjudul TNI AU Akan
Diperkuat Lima Pesawat Hercules Baru dari AS terdapat beberapa
kata yang memiliki makna gramatikal, yaitu:
 Data 1 : Ia menerangkan lima pesawat baru itu akan memenuhi
kebutuhan transportasi berat, transportasi personel atau kargo
yang dilakukan TNI.
 Data 2 : "Kita sudah memiliki tiga Skadron Hercules, ya jadi satu
di Skadron 31 di Halim, 32 di Malang, dan Skadron 33. Saya kira
dengan melengkapi pesawat tersebut kebutuhannya bisa
terpenuhi," kata Indan.

Pada data 1 terdapat kata memenuhi yang bermakna mengisi


hingga penuh; mencukupi. Secara gramatikal kata memenuhi
terbentuk dari prefiks meN dan sufiks i, jadi struktur kata memenuhi
adalah meN + penuh + i. Jika dilihat dari konteks kalimat berita di
atas, kata memenuhi pada data 1 yang dimaksud adalah
‘mencukupi’. Hal ini karena konteks kalimatnya menjelaskan tentang
lima pesawat yang baru saja dibeli akan mencukupi kebutuhan
transportasi berat, transportasi personel atau kargo yang dilakukan
TNI.
Pada data 2 terdapat kata terpenuhi bermakna dapat dipenuhi.
Secara gramatikal kata terpenuhi terbentuk dari prefiks ter dan sufiks
i, jadi struktur kata terpenuhi adalah ter + penuh + i. Berdasarkan
konteks kalimatnya, kata terpenuhi menjelaskan bahwa kebutuhan
tiga Skadron Hercules dapat dipenuhi dengan lima pesawat yang
baru dipesan.
Kata memenuhi dan terpenuhi di atas memiliki kata dasar yang
sama, yaitu penuh. Namun kedua kata tersebut memliki makna
gramatikal yang berbeda karena mengalami proses afiksasi yang
bergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi yang
dibicarakan.

B. Semiotik
Dalam hasil analisis terdapat satu hasil yang berhubungan
dengan semiotik, yaitu ikon. Ikon tanda yang penanda dan petandanya
menunjukkan ada hubungan yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama
dengan petandanya, misalnya gambar, potret, atau patung.
Dalam berita yang berjudul TNI AU Akan Diperkuat Lima Pesawat
Hercules Baru dari AS terdapat ikon yang berbentuk gambar ilustrasi.
Dalam gambar tersebut terdapat dua objek yang ditampilkan, yaitu
pesawat bercorak loreng yang khas dengan TNI dan beberapa orang
berseragam TNI. Ikon yang berbentuk gambar ilustrasi dari pesawat
Hercules C-130J dalam berita ini digunakan ini bertujuan untuk
menunjukan adanya hubungan gambar pesawat dengan isi dari berita
yang telah dimuat atau bertujuan untuk mewakili objek yang ingin
disampaikan.

C. Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu yang meneliti makna yang
dikomunikasikan oleh pembicara (speaker meaning) dan diterjemahkan
oleh pendengar atau pembaca sehingga pragmatik lebih banyak
mempelajari tentang analisis maksud dari pembicara dari pada kosa kata
itu sendiri. Dalam berita yang berjudul “TNI AU Akan Diperkuat Lima
Pesawat Hercules Baru dari AS” terdapat beberapa tindak tutur yang
dilakukan oleh pembicara, yaitu:
 Data 1 : "Pesawat itu akan tiba di Lanud Halim 6 Maret 2023 yang
akan diberangkatkan langsung dari pabriknya di Lockheed Martin AS
tanggal 28 Februari ini. Kemudian akan tiba diperkirakan tanggal 6
Maret," kata Indan saat ditemui di Jakarta Timur, Selasa (21/2).
 Data 2 : "Kita sudah memiliki tiga Skadron Hercules, ya jadi satu di
Skadron 31 di Halim, 32 di Malang, dan Skadron 33. Saya kira
dengan melengkapi pesawat tersebut kebutuhannya bisa terpenuhi,"
kata Indan.
 Data 3 : "Pesawat Hercules A-1312 yang telah mencapai 45 ribu jam
terbang, maka operasionalnya dihentikan. Peran A-1312, selanjutnya
akan digantikan oleh C-130 J, pesawat Hercules tipe terbaru," kata
Fadjar saat itu.

Data 1 dan 3 mengandung tindak tutur berbentuk pernyataan atau


berita yang disampaikan hanya untuk memberikan informasi tanpa
tendensi untuk melakukan sesuatu. Data 1 memberikan informasi bahwa
pesawat yang dipesan akan tiba di Lanud Halim 6 Maret 2023 setelah
diberangkatkan langsung dari pabriknya di Lockheed Martin AS tanggal
28 Februari dan diperkirakan tiba pada tanggal 6 Maret. Sedangkan data
3 juga mengandung tindak tutur berbentuk pernyataan atau berita, yaitu
dengan memberikan informasi bahwa pesawat Hercules A-1312 yang
telah mencapai 45 ribu jam terbang, akan dihentikan operasionalnya dan
akan digantikan oleh C-130 J, pesawat Hercules tipe terbaru.
Kemudian pada data 2 mengandung harapan penutur terhadap
tiga Skadron Hercules yang telah dimilki dapat terpenuhi kebutuhannya
dengan tiga pesawat yang dipesan.
A. Konsep Makna, Bentuk dan Referen

Makna merupakan unsur bahasa yang sangat dipengaruhi penggunaan


bahasa oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti dan terjadi
komunikasi. Menurut Djajasudarma (2009: 7), makna adalah pertautan
yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata).
Dalam hal ini, menyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri yang
cenderung terdapat di dalam kamus, sebagai leksem (Djajasudarma,
2009:7) Sementara itu, menurut Farida (2008: 40) makna merupakan
hubungan bahasa dengan dunia dengan dunia luar sesuai dengan
kesepakatan para pengguna bahahsa tersebut. Adapun Lyons (1977:
204) menyebutkan bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata
adalah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan
hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari
kata-kata lain.

Pengertian makna di sini dapat dibedakan dari kata asalnya dalam


bahasa Inggris, sense dan meaning yang keduanya berarti ‘makna’ di
dalam istilah semantik. Kridalaksana (1993: 132) memberikan beberapa
pengertian mengenai istilah makna (meaning, linguistic meaning, sense),
yaitu (1) maksud pembicara; (2) pengaruh satuan bahasa dalam
pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3)
hubungan, dalam arti kesepadanan antara bahasa dan alam di luar
bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya; (4) cara
menggunakan lambang-lambang bahasa.

Dari pengertian-pengertian tersebut, jelas bahwa makna bahasa


merupakan aspek terjadinya komunikasi di antara para penutur bahasa.
Seperti dijelaskan pada pengertian ketiga, makna merupakan
penghubung antara bahasa dengan alam di luar bahasa, atau antara
ujaran dengan semua hal yang ditunjuknya, sesuai dengan kesepakatan
para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti dan terjadi
komunikasi.

Dengan demikian, makna memiliki tiga tingkat keberadaan dalam satuan


kebahasaan. Pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan,
kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan, dan ketiga, makna
menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.
Dari ketiga tingkatan makna tersebut, dapat dijelaskan bahwa tingkat
pertama dan kedua, makna dilihat dari segi hubungannya dengan
penutur, sedangkan pada tingkat ketiga lebih ditekankan pada hubungan
makna di dalam komunikasi.

Bentuk-bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan makna yang


dinyatakannya. tanda kebahasaan/ tanda linguistik yang terdiri atas
bentuk dan makna ini memiliki perbedaan dengan tanda-tanda lain
seperti ikon indeks dan simbol. ikon adalah tanda yang memiliki
hubungan kemiripan dengan yang ditandainya, seperti sebuah potret
dengan orangnya, peta dengan tempat yang dimaksud, dsb. Indeks
adalah tanda yang memiliki hubungan kedekatan eksistensi dengan apa
yang ditandainya, seperti asap yang menandai adanya api, mendung
menandai hujan, dsb.
simbol adalah tanda yang memiliki hubungan konvensional dengan yang
ditandainya, seperti merah putih, salib, bulan sabit dengan yang
dilambangkannya, dsb.
kata dengan sesuatu yang ditandainya adalah simbol karena
hubungannya bersifat konvensional. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa
tidak semua bentuk bahasa berhubungan secara arbitrer dengan
maknanya.
kata-kata onomatope ( tiruan bunyi ) seperti tokek, cicak dsb atau kata
pembawa , seperti; rintik, jentik, lentik, detik, bintik, dsb. memiliki nuansa
kecil, ini yang disebut dengan Ikonik.
bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan konsep dalam pikiran
manusia yang disebut dengan makna ( sense) Dan konsep ini lazimnya
berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa disebut
dengan referen (referent). dikatakan lazimnya Karena tidak semua kata
memiliki referen. makna bersifat umum dan tidak tertentu titik Bila orang
mengatakan meja, kursi, dan sebagainya. maka kata meja dan kursi ini
tidak merujuk meja dan kursi tertentu, tetapi semua yang dapat disebut
meja dan kursi. bentuk bahasa berhubungan langsung dengan konsep
pikiran ( makna) selanjutnya, makna berhubungan langsung dengan
konsep pikiran akan tetapi, bentuk bahasa berhubungan tidak secara
langsung dengan referennya. hubungan antara makna ( pikiran) simbol
referen ( acuan) digambarkan dalam bagan berikut ini:

berdasarkan bagan segitiga diatas yang dikemukakan Ogden dan Rich


ards ( 1923) makna merupakan hubungan antara lambang dan
acuannya. batasan makna sama dengan istilah pikiran referensi atau
konsep. hubungan antara makna dengan lambang dan acuan yang
sama bersifat langsung sedangkan hubungan antara lambang dan acuan
tidak bersifat langsung karena arbitrer. (Dr. Sumarti, 2017)
B. Makna dan Referen
Makna memiliki hubungan yang erat dengan referen. Dalam pandangan
semantik tradisional, referensi diartikan sebagai hubungan yang ada
antara kata-kata dan barang-barang. Kata-kata mengacu pada barang-
barang.
Menurut (Sarifuddin, 2021) Bentuk kebahasaan memiliki hubungan
dengan konsep dalam fikiran manusia yang disebut dengan makna
(sense). Konsep ini lazimnya berhubungan dengan sesuatu hal yang
ada diluar bahasa yang disebut referen (referent). Makna tidak selalu
memiliki referen sehingga makna lebih bersifat umum atau tidak tentu,
sementara referen lebih bersifat khusus atau tertentu. Apabila seseorang
mengatakan computer, kata tersebut tidak menunjukkan computer
tertentu, tetapi semua yang dapat disebut komputer. Referen adalah
sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan.
Bentuk bahasa berhubungan langsung dengan konsep fikiran (makna);
makna berhubungan langsung dengan referen. Namun bentuk
kebahasaan berhubungan tidak langsung dengan referen. Hubungan ini
disebut dengan referensial.

Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de


Saussure, makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau
terdapat pada sebuah tanda linguistik. Tanda linguistik atau tanda
bahasa sendiri terdiri dari dua komponen, yaitu komponen signifian atau
‘yang mengartikan’ yang wujudnya berupa runtunan bunyi, dan
komponen signifie atau ‘yang diartikan’ yang wujudnya berupa
pengertian atau konsep (yang dimiliki oleh signifian). Di sini, kalau tanda-
linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, berarti
makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau
leksem; kalau tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan
morfem, berarti makna itu adalah pengertian atau konsep yang dimiliki
oleh setiap morfem, baik yang disebut morfem dasar maupun morfem
afiks. Hal tersebut menandakan bahwa setiap tanda bahasa (yang
disebutnya penanda) tentu mengacu pada sesuatu yang ditandai (yang
disebut petanda). (Taufik, 2017)
Konsep teori de Saussure ini dikembangkan lagi oleh Richard dan
Ogdent (Ullmann, 2014: 66). Dalam sebuah bagan makna berupa segi
tiga yang menghubungkan tiga komponen makna, yaitu bentuk, konsep,
dan referen. Bagannya adalah sebagai berikut :

Hubungan ketiganya dapat dijelaskan bahwa bentuk dan referen


dihubungkan dengan garis putus-putus, sedangkan bentuk dan konsep,
serta konsep dan referen dihubungankan dengan garis biasa. Hal Ini
karena hubungan antara bentuk dan referen bersifat tidak langsung,
sebab bentuk adalah masalah dalam bahasa, sementara referen
merupakan masalah di luar bahasa yang hubungannya biasanya bersifat
arbitrer. Sementara itu, hubungan bentuk dan konsep serta hubungan
konsep dan referen bersifat langsung. Bentuk dan konsep sama-sama
berada di dalam bahasa, begitu juga hubungan konsep dan referen,
karena referen adalah acuan dari konsep tersebut. Selanjutnya menurut
Kridalaksana (1993: 133) makna referensial (referential meaning) adalah
makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di
luar bahasa (objek atau gagasan) dan yang dapat dijelaskan oleh
analisis komponen; juga disebut denotasi; lawan dari konotasi. Oleh
sebab itu, dapat dinyatakan bahwa makna referensial adalah makna
yang secara langsung memiliki hubungan dengan kenyataan atau
referen (acuan). Makna referensial disebut juga makna kognitif, karena
memiliki acuan. Makna ini memiliki hubungan dengan konsep.
C. ANALISIS CONTOH

Jakarta, CNN Indonesia -- Pesawat Lion Air Boeing 737 900 ER, dengan
nomor penerbangan JT693 tujuan Kupang-Surabaya tertunda berangkat
pada Minggu (26/2) pagi. Pembatalan tersebut karena terbakarnya
telepon seluler salah satu penumpang yang berakibat ikut membakar
karpet lantai pesawat dan mengeluarkan asap. Pesawat yang
mengangkut 163 penumpang tersebut harusnya berangkat pukul 06.20
Wita.

Setelah seluruh penumpang telah berada di dalam cabin pesawat dan


dilalukan penutupan pintu sehingga pesawat pun langsung mundur atau
push back untuk menuju ke runway.

Saat itulah ponsel milik seorang penumpang yang atas nama Apriyanto
Nahak (25) warga Desa Naimama, Kecamatan Malaka Tengah,
Kabupaten Malaka meledak.

Apriyanto yang duduk di Kursi Nomor 9D membuang ponselnya ke lantai


karpet pesawat karena merasa ponsel tersebut panas dalam kantong
celananya. Saat Apriyanto melepar ponselnya ke lantai karpet cabin
pesawat, kondisi ponselnya sudah dalam keadaan mengeluarkan asap.

Apriyanto pun sempat menginjak ponselnya dengan tujuan untuk


mematikan ponsel tersebut, tapi ponsel tersebut terus mengeluarkan api
dan langsung meledak dan membakar karpet cabin pesawat.

Akibat kejadian tersebut, para penumpang menjadi panik dan membuka


jendela darurat bagian tengah sebelah kiri. Kepanikan tersebut membuat
pramugari dan pilot kemudian mengarahkan penumpang untuk segera
meninggalkan pesawat dan menunggu di ruang tunggu.
Pada sekitar pukul 07.25 Wita pihak maskapai Lion Air memutuskan
untuk menunda penerbangan pesawat Lion Air JT693 tujuan Surabaya
tersebut.

Corporate Communication Strategic of Lion Air, Danang Mandala


Prihantono menjelaskan tim investigasi dari otoritas penerbangan sipil
Indonesia dan Lion Air sedang melakukan proses penyelidikan guna
mengetahui penyebab pasti terjadinya insiden ini.

"Saat ini, handphone (penumpang) tersebut dalam tahap pemeriksaan


oleh tim ahli untuk menentukan sesuai standar keamanan yang
ditetapkan oleh regulator penerbangan," kata Danang.

Dia menjelaskan Lion Air sebagai maskapai yang berkomitmen terhadap


keselamatan penumpang, tidak akan berspekulasi mengenai penyebab
terbakarnya handphone penumpang tersebut.

Pantauan CNNIndonesia.com di Bandara El Tari para penumpang Lion


yang tertunda penerbangan akibat peristiwa tersebut hingga pukul 13.00
Wita masih berada di ruang tunggu bandara El Tari Kupang.

Karena menurut informasi yang diterima akan ada pesawat pengganti


yang akan mengangkut para penumpang tersebut.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230226140537-20-
918014/kronologi-ponsel-penumpang-terbakar-di-lion-air-rute-kupang-
surabaya

Makna Referensial
makna referensial adalah makna yang berkaitan dengan referensi atau
sumber acuan. Makna referensi ini memiliki hubungan dengan arti yang
telah disepakati secara bersama, missalnya berdasarkan pengertiannya
menurut kamus atau pengertian yang sudah disepakati oleh para
ahli.Jadi intinya,sebuah kata yang bisa dicari referensi arti atau
maknanya maka dapat digolongkan sebagai makna referensi atau
makna referensial. Kata yang termasuk ke dalam kata bermakna
referensial adalah kata tugas.
 Data 1 : Pesawat Lion Air Boeing 737 900 ER, dengan nomor
penerbangan JT693 tujuan Kupang-Surabaya tertunda berangkat pada
Minggu (26/2) pagi.

makna kata pesawat diatas mengacu pada alat transportasi udara yang
biasa digunakan orang yang hendak bepergian jauh.

 Data 2 : Saat itulah ponsel milik seorang penumpang atas nama


Apriyanto Nahak (25) warga Desa Naimama, Kecamatan Malaka
Tengah, Kabupaten Malaka meledak.

Makna kata ponsel mengacu pada alat telekomunikasi elektronik bersifat


dua arah yang mudah untuk kita bawa kemana-mana dan mempunyai
kemampuan untuk bisa mengirim pesan baik berupa suara, gambar dan
informasi.

 Data 3 : Apriyanto yang duduk di Kursi Nomor 9D membuang ponselnya


ke lantai karpet pesawat karena merasa ponsel tersebut panas dalam
kantong celananya.

Makna kata kursi mengacu pada benda/perabot yang disediakan di awak


kapal guna untuk tempat duduk para penumpang nya.

 Data 4 : Akibat kejadian tersebut, para penumpang menjadi panik dan


membuka jendela darurat bagian tengah sebelah kiri.
Makna kata jendela mengacu pada bukaan pada bagian dinding yang
digunakan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara, serta diberikan
penutup yang bisa digerakkan.

Makna NonReferensial
Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen
(acuan). Seperti kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya.
Dalam hal ini kata preposisi dan konjungsi serta kata tugas lainnya
hanya memiliki fungsi atau tugas tapi tidak memiliki makna.
Berkenaan dengan bahasan ini ada sejumlah kata yang disebut kata-
kata deiktis, yaitu kata yang acuannya tidak menetap pada satu maujud,
melainkan dapat berpindah dari maujud yang satu kepada maujud yang
lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu: dia, saya, kamu, di sini, di
sana, di situ, sekarang, besok, nanti, ini, itu.
DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma. (2009). SEMANTIK. 7.


Dr. Sumarti, M. H. (2017). semantik sebuah pengantar (I). TEXTIUM.
Sarifuddin, M. (2021). Konsep Dasar Makna Dalam Ranah Se mantik
Pendahuluan Pembahasan. 5(2).
Taufik. (2017). DEIKSIS PERSONA BAHASA INDONESIA DIALEK AMBON
(Personal Deixes of Indonesian Leanguage With Ambonese Dialect).
Totobuang, 5(Desember 2017), 989–1011.
https://doi.org/10.1016/j.addr.2018.07.012%0Ahttp://www.capsulae.com/m
edia/Microencapsulation -
Capsulae.pdf%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jaerosci.2019.05.001

Ba’amran, R. S. R. (2018). Analisis Semantik-Semiotik Pada Poster. 88.


https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2541-Full_Text.pdf

Chaer, A. (2016). Hakikat Semantik. Pbin4215/Modul 1, July, 1–23.

Dian Safitri, R., & Mulyani, M. (2021). Teori Tindak Tutur Dalam Studi
Pragmatik. Jurnal Kabastra, 1(1), 59–67.

Fitrianingrum, E., Wibowo, D. C., & Rufina. (2020). Jurnal KANSASI (Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) berlisensi di bawah Lisensi
Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. Jurnal
Kansasi, 5(2).

Jannah, M. D. (2021). Analisis Semantik Ragam Makna Pada Lirik lagu


Desember Karya Band Efek Rumah Kaca. Jurnal Penelitian Pendidikan
Bahasa Indonesia, 1(2), 75–84.

Rohmadi, M. (2014). Kajian Pragmatik Percakapan Guru Dan Siswa Dalam


Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurnal Paedagogia, 17(1), 53–61.

Thomas, P. andrew. (2015). Analisis Verba Shinu Dan Nakunaru Serta


Pemakaiannya Dalam Kalimat Bahasa Jepang Di Tinjau Dari Ilmu
Semantik(Sebuah Studi Komparatif). 15.

Anda mungkin juga menyukai