KAJIAN SEMANTIK
Siti Rahmawati
Abstrak
“Analisis Makna Leksikal pada Baliho dan Spanduk : Kajian Semantik”. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta
PGRI. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud makna slogan Makna Leksikal
pada Baliho dan Spanduk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data yang berwujud verba yaitu kata-kata,
ungkapan, kalimat yang terkait dengan ragam makna semantik dalam slogan Spanduk.
Sumber dalam penelitian ini diambil dari slogan-slogan pada papan iklan di bahu-bahu jalan.
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menjawab semua permasalahan yang ada
yaitu metode dokumentasi dan metode simak dengan teknik catat. Proses analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dalam suatu proses yaitu penganalisisan data telah mulai dilakukan
sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara intensif sampai berakhirnya penelitian. Dari
data yang dikumpulkan terpilih Lima slogan dari Baliho dan spanduk. Hasil analisis data
dapat disimpulkan dari Lima slogan iklan spanduk dan baliho memiliki makna leksikal,
gramatikal dan makna kontekstual. Slogan yang mengandung makna leksikal berbentuk kata
dasar. Slogan yang mengandung makna kontekstual berbentuk konteks situasi.
Abstract
Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dengan bahasa
seseorang dapat mengetahui informasi yang di butuhkan, selain itu seseorang dapat
menyampaikan ide dan gagasan melalui bahasa. Komunikasi merupakan hal yang dekat
dengan kita. Segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan
menyampaikan pesan pada orang lain merupakan tujuan komunikasi. Karena itu, bahasa
sangat erat hubungannya dengan manusia. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, kita
harus mampu menguasai bahasa dan elemen- elemennya, seperti kosa kata, makna, struktur
dan sebagainya.
Ilmu bahasa yang mempelajari makna adalah semantik. Sejalan dengan hal itu, Dale
(dalam Tarigan, 1986:166-167) menyatakan bahwa semantik adalah telaah makna. Semantik
menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna
yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Semantik
memegang peranan penting dalam berkomunikasi. Karena bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi adalah tidak lain untuk menyampaikan suatu makna (Sutedi :2003:103).
Misalnya seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan
bicaranya bisa memahami apa yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena ia bisa menyerap
makna yang disampaikan dengan baik. Kajian makna sangat erat kaitannya dengan semantik,
oleh sebab itu makna memegang peranan tergantung dalam pemakaian bahasa sebagai alat
untuk penyampaian pengalaman jiwa, pikiran, dan dan maksud dalam masyarakat. Menurut
Ulman (1972) “apabila seseorang memikirkan maksud sesuatu perkataan, sekaligus
memikirkan rujukannya atau sebaliknya. Hubungan dua hal antara maksud dengan perkataan
itulah lahir makna, oleh yang demikian walaupun rujukan tetap akan tetapi makna dan
perkataan dapat berbeda”.
Pengertian makna sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan
bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut
selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian.
Ferdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna
sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu
bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di
mana penutur mengujarnya. Menurut Djajasudarma (1993: 5), makna adalah pertautan yang
ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Terkait dengan hal tersebut,
Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa
dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling
dimengerti.
Peranan penting bahasa bagi manusia selain sebagai media untuk mengekspresikan
diri, perasaan, pikiran, keinginan serta kebutuhannya, baik sebagai makhluk pribadi maupun
sosial, serta sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial antar manusia dalam mengembangkan
peradabannya. Samsuri (dalam Fatimah, 1993:5) mengungkapkan adanya garis hubungan
antara makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para
pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yaitu
pada tingkat pertama makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, pada tingkat makna
menjadi isi dari suatu kebahasaan, dan pada tingkat ketiga makna menjadi isi komunikasi
yang mampu membuahkan informasi tertentu sehingga pada tingkat pertama dan kedua
dilihat dari segi hubungannya dengan penutur, kemudian yang ketiga lebih ditekankan pada
makna di dalam komunikasi.
Dengan tiga tingkat keberadaan tersebut, makna juga memiliki pengaruh yang sangat
besar pada keberhasilan pada suatu spanduk, karena pada spanduk selalu dipakai pada
konteks politik, komersial, agama, pendidikan, dan lainnya sebagai ekspresi sebuah ide atau
tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Amrulloh (2010:35) spanduk merupakan
media promosi yang berupa kain rentang yang berisi slogan, propaganda, atau berita yang
perlu diketahui umum. Misalnya spanduk yang terdapat disepanjang jalan Siliwangi
Kabupaten Kuningan. Manfaat spanduk sangatlah beragam, diantara bukan hanya sekedar
untuk dipandang saja, spanduk dapat mempengaruhi citra produk suatu perusahaan, lembaga
maupun sebuah instansi menimbulkan kepercayaan orang banyak, khususnya konsumen
terhadap suatu produk ataupun bisnis, mengingatkan masyarakat umum pada produk atau
perusahaan, menimbulkan atau membangun loyalitas masyarakat umum atau konsumen
terhadap suatu bisnis.
Spanduk yang bermutu memerlukan kreativitas yang tinggi, karena spanduk yang
bermutu memerlukan pilihan kata yang tepat dan dapat menarik hati sehingga dengan mudah
diingat oleh orang yang melihat.
KAJIAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
Berdasarkan teori oprasional terkait pembangun cerita tersebut, maka penulis dapat
membentuk sebuah instrument sebagai berikut.
1. Pemakaian Huruf
a. Huruf Kapital
1) Pada kalimat “Dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam penerapan disiplin dan
keterbukaan dalam membuat kebijakan untuk memutus pesebaran virus Korona ini.”
Analisis
Kata Korona pada kalimat di atas seharusnya tidak menggunakan huruf kapital,
sehingga kalimat tersebut menjadi tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia dan Kesalahan Berbahasa yaitu huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa (Rahmadi, 2015: 28). Maka perbaikan
kalimat yang sesuai dengan kaidah tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
b. Huruf Miring
1) Pada kalimat “Yang saat ini sedang ramai dibicarakan sebagai kenormalan baru atau
new normal.”
Analisis
Kata new normal pada kalimat di atas seharusnya menggunakan huruf miring, karena
merupakan kata bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan kaidah ejaan dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Kesalahan Berbahasa, yaitu huruf
miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing (Rahmadi, 2015: 33). Perbaikan kalimat yang sesuai dengan kaidah
tersebut adalah sebagai berikut. “Yang saat ini sedang ramai dibicarakan sebagai
2) Pada kalimat “Secara bergantian para pembicara itu mengutarakan pendapat melalui
Analisis
Kata zoom pada kalimat di atas seharusnya menggunakan huruf miring, karena
merupakan kata bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan kaidah ejaan dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Kesalahan Berbahasa, yaitu huruf
miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing (Rahmadi, 2015: 33). Perbaikan kalimat yang sesuai dengan kaidah
tersebut adalah sebagai berikut. “Secara bergantian para pembicara itu mengutarakan
3) Pada kalimat “Pembicara dari Taiwan Dr. Shin mengutarakan sucsess story yang
dialami Taiwan.”
Analisis
Kata sucsess story pada kalimat di atas seharusnya menggunakan huruf miring,
karena merupakan kata bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan kaidah ejaan dalam
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Kesalahan Berbahasa, yaitu
huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing (Rahmadi, 2015: 33). Perbaikan kalimat yang sesuai dengan kaidah
tersebut adalah sebagai berikut. “Pembicara dari Taiwan Dr. Shin mengutarakan
2. Pemakaian Kata
a. Kata Dasar
1. Pada kalimat “Keempat nara sumber dalam seminar yang diadakan Pusat Studi
Hukum Kesehatan”
Analisis
Kata nara sumber merupakan bukan kata baku, karena kata nara sumber seharusnya
menjadi narasumber, menurut aturan yang berlaku di dalam PUEBI (2016: 19), Unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah. Namun, pada kata di atas, kata “nara sumber” yang bukan kata majemuk
ditulis terpisah. Seharusnya, penulisan kata “nara sumber” yang tepat adalah
“narasumber”. Hal ini juga sesuai panduan dalam KBBI, bahwa penulisan
“narasumber” digabung yang disebut kata dasar dalam PUEBI. Maka perbaikan
kalimat yang sesuai dengan kaidah tersebut adalah “Keempat narasumber dalam
2. Pada kalimat “Seminar berjalan dinamis dan hal itu nampak dari respon peserta yang
Analisis
Pada kalimat ditemukan kesalahan penulisan kata yang berdampak kata menjadi tidak
baku. Menurut KBBI kata “nampak” merupakan bentuk tidak baku dari “tampak”.
Seharusnya, penulisan kata yang tepat adalah “tampak”. Jadi, penulisan yang tepat
adalah “Seminar berjalan dinamis dan hal itu tampak dari respon peserta yang
b. Kata Berimbuhan
Analisis
Kata pesebaran pada kalimat di atas adalah kata berimbuhan pe-(n) merupakan kata
tidak baku. Hal ini terjadi karena Menurut KKBI kata “pesebar” merupakan bentuk
tidak baku dari “penyebaran”. Seharusnya, penulisan kata yang tepat adalah
“penyebaran”. Makna ini terjadi jika imbuhan pe-(n) dibubuhkan pada kata dasar
sifat (adjektiva) yang menyatakan sebab suatu perbuatan. Karena kata yang
sebenarnya adalah penyebaran, jadi penulisan yang tepat adalah “Keterbukaan dalam
Australia Selatan,”
(FHK),”
Taiwan.”
Analisis
Pada kalimat diatas terdapat kesalahan penulisan singkatan gelar akademis yang
seharusnya diikuti dengan tanda titik pada tiap unsur singkatannya. Hal ini sesuai
dengan kaidah ejaan dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan
Kesalahan Berbahasa, yaitu singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu (Rahmadi, 2015:
43). Perbaikan kalimat yang sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut.
Australia Selatan,”
3. “Dr. Endang Wahyanti Y, S.H., M.H. dari Fakultas Hukum dan Komunikasi
(FHK),”
Taiwan.”
5. “Drs. Hermawan Pancasiwi, B.A., M.Si.”
1. Pada kalimat
(FHK),”
Analisis
Pada kalimat diatas terdapat kesalahan penulisan singkatan gelar akademis yang
seharusnya diikuti dengan tanda koma pada tiap unsur singkatannya. Hal ini sesuai
dengan kaidah ejaan dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan
Kesalahan Berbahasa yaitu nama orang yang menyandang gelar dengan gelar yang
dimiliki dipisahkan menggunakan tanda koma dan apabila gelar yang dimiliki lebih
dari satu, maka harus dipisahkan menggunakan tanda koma antara gelar yang satu
dengan yang lain. Maka dari kalimat di atas untuk penulisan yang tepat adalah
2. “Dr. Endang Wahyanti Y, S.H., M.H. dari Fakultas Hukum dan Komunikasi
(FHK),”
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA