Anda di halaman 1dari 10

Pengertian menyimak dan

karakteristik wacana
lisan
Menyimak merupakan suatu kegiatan mendengarkan informasi berupa
informasi lisan dan merupakan bagian dari interaksi dalam
berkomunikasi. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan yang
sangat dibutuhkan manusia. Banyak pengetahuan, pengalaman yang
diperoleh seseorang melalui kegiatan menyimak. Tarigan (2008:31)
mengungkapkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang
telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa
lisan.Sedangkan menurut Dibia (2018:140) menyimak merupakan
bentuk komunikasi lisan yang bersifat reseftif.
Wacana sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, seperti politik, antropologi, sosiologi dan
filsafat. Di luar keempat bidang tersebut, wacana
sangat erat kaitannya dengan bidang bahasa dan
sastra. Dalam satuan kebahasaan, wacana menjadi
unsur tertinggi. Wacana juga menjadi bagian dari salah
satu kajian linguistik, yang dikenal dengan istilah
analisis wacana. Wacana bisa ditemui dalam novel,
buku, ensiklopedia, karangan utuh, dan lainnya.
Wacana mempunyai bentuk serta proposisi yang
berkesinambungan. Ada awalan dan akhiran yang jelas
dalam sebuah wacana.
Pengertian menyimak Beberapa pengertian menyimak
menurut ahli, sebagai berikut:
Anderson
Menyimak adalah proses besar mendengarkan,
mengenal, serta menginterpretasikan lambang-
lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan
perhatian serta apresiasi.
Djago Tarigan
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Underwood
Menyimak yaitu kegiatan mendengar atau memperhatikan baik-baik apa
yang diucapkan orang, menangkap, dan memahami makna dari apa yang
didengar.
Baver
Menyimak adalah kemampuan seseorang untuk menyimpulkan makna
suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi
kata.
Kamidjan Menyimak
merupakan suatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan
dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman apresiasif yang
dapat disertai dengan pemahaman makna komunikasi yang disampaikan
secara nonverbal.
Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud dengan menyimak adalah proses
komunikasi, mendengarkan secara baik-baik penuh perhatian apa yang
diucapkan oleh pembicara.
Tujuan menyimak
Dilansir dari buku Menyimak Efektif (2020) oleh Askarman Laia dijelaskan,
beberapa tujuan menyimak sebagai berikut:
Menyimak untuk belajar di mana orang tersebut bertujuan agar ia
dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
Menyimak untuk mengevaluasi, orang menyimak dengan maksud agar
ia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, logis-
tidak logis, dan lain-lain).
Menyimak untuk mengapresiasi, orang yang menyimak dapat
menikmati serta menghargai apa yang disimaknya (misalnya
pembacaan puisi, musik, atau masih banyak lainnya).
Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide di mana orang yang
menyimak bermaksud agar ia dapat mengkomunikasikan ide-de,
gagasan, atau perasaan kepada orang lain dengan lancar.
Ciri wacana

Wacana memiliki sejumlah ciri, yaitu:

Satuan gramatikal

Wacana merupakan satuan gramatikal, yaitu tata bahasa yang telah ditentukan. Satuan
terbesar, tertinggi atau terlengkap

Wacana termasuk dalam satuan terbesar, tertinggi atau terlengkap dalam sebuah kajian
linguistik atau kebahasaan.

Punya hubungan proposisi.Proposisi merupakan ungkapan yang dapat dipercaya atau


dibuktikan kebenarannya. Berarti, wacana harus bisa dibuktikan kebenarannya atau dapat
dipercaya.

Bisa dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Cara penyampaian wacana bisa dalam bentuk
tulisan (teks) ataupun lisan (ujaran).

Membahas topik atau hal tertentu. Wacana berisikan pembahasan tentang topik atau hal
tertentu yang ingin disampaikan.

Memiliki hubungan kontinuitas. Artinya wacana disusun secara berkelanjutan atau


berkesinambungan.

Memiliki hubungan kohensi dan koherensi. Artinya wacana memiliki keterikatan antar
unsur dalam suatu teks, serta memiliki hubungan logis antar kalimat dalam suatu paragraf.
Jenis wacana

Dalam buku Membaca dan Menulis Wacana: Petunjuk Praktis Bagi Mahasiswa (2007) karya Josep
Hayon, berdasarkan sudut pandang bentuk bahasanya, wacana dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

Wacana lisan

Wacana lisan merupakan penyampaian wacana lewat media lisan atau langsung. Jenis wacana
ini memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi dalam penyampaiannya tidak terputus.
Wacana lisan juga sulit untuk diulang, artinya susah untuk diulang sesuai dengan ujaran
pertama. Dalam penyampaiannya, wacana lisan jauh lebih pendek dibanding wacana tulis.
Selain itu, penyampai wacana ini juga harus memakai gerakan tubuh yang sesuai untuk
memperjelas konteks apa yang sedang disampaikan.

Wacana tulistulis

Wacana tulis merupakan penyampaian wacana lewat media tulis atau teks. Jenis wacana ini
dianggap lebih efektif dan lebih mudah dibanding wacana lisan, terlebih lagi dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan serta gagasan. Dalam penyampaiannya, wacana tulis jauh
lebih panjang dan menggunakan bahasa baku. Selain itu, jenis wacana ini juga memiliki unsur
kebahasaan yang lengkap, artinya tidak menghilangkan satu atau dua bagiannya. Wacana tulis
memungkinkan orang lain untuk melihat kembali isi wacana, tanpa adanya perbedaan unit
kebahasaan. Wacana tulis memungkinkan orang lain untuk melihat kembali isi wacana, tanpa
adanya perbedaan unit kebahasaan.
Faktor-faktor Pemengaruh dalam proses menyimak
Ada pakar yang menyatakan bahwa ada lima faktor yang memengaruhi menyimak, yaitu:
1) Sikap
2) Motivasi
3) Pribadi
4) Situasi kehidupan
5) Peranan dalam masyarakat (Hunt; 1998:19-20)

Disamping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor berikut ini:
1) Faktor lingkungan, yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial
2) Faktor fisik
3) Faktor psikologis, dan
4) Faktor pengalaman (Logan [et all], 1972:49-50)
THANKS

Anda mungkin juga menyukai