DOSEN PEMBIMBING
Yenny Lidyawati, M. Pd
DISUSUN OLEH
Alwan Farras 03041181823014
Fini Mareta 03041181823020
Jaka Nugraha Saputra 03041181823016
Muhyiyudin 03041181823018
Mutiyara 03041181823026
Putri Aprilia Z.A. 03041181823024
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah wacana berasal dari kata sanskerta yang bermakna ucapan atau
tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya
demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata
yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas
apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan
berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu
berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Wacana berkaitan dengan unsur
intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan
proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan
pengembangan tema (monolog dan paragraf). Realitas wacana dalam hal ini
adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian
kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan
kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau
language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian
isyarat atau tanda-tanda yang bermakna). Wujud wacana sebagai media
komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi
wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan
penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud
sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana. Berdasarkan uraian di atas, betapa
pentingnya apa itu wacana dan memahami nya supaya tidak terjadinya kesalah
pahaman dalam pengertian wacana, maka dari itu kami membahas topic wacana.
1.2. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Wacana adalah satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
komunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian
kalimat atau ujaran. Menurut (Alwi, 2003), wacana adalah rentatan kalimat yang
berkaitan yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lain
dan membentuk satu kesatuan. Ia juga menyatakan bahwa untuk membicarakan
sebuah wacana dibutuhkan pengetahuan tentang kalimat, jadi ketika seoarang
peneliti ingin meneliti tentang wacana maka peneliti wajib paham tentang ilmu
kalimat atau yang lebih dikenal dengan sebutan sintaksis. Wacana dapat berupa
lisan ataupun tulisan. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat
bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa, sedangkan
dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan
ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan
analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis
maupun lisan. Istilah wacana di pergunakan untuk mencakup bukan hanya
percakapan, tetapi juga pembicaraan di depan umum, tulisan, serta upaya-upaya
formal.
Tujuan wacana yang ingin dicapai dalam sebuah wacana dipengaruhi dan
ditentukan oleh kebutuhan dasar manusia. Ada empat kebutuhan dasar yang dapat
mempengaruhi wacana. Kebutuhan dasar dapat berwujud:
Setiap kebutuhan dasar tersebut akan melandasi corak dasar dari sebuah
wacana, yang secara khusus mewarnai tujuan umum sebuah wacana. Bagi teks
tertulis, analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk mengeksplisitkan (secara
gamblang) norma dan aturan bahasa yang implisit. Selain itu, analisis wacana juga
bertujuan untuk menemukan unit-unit hierakis yang membentuk suatu struktur
diskursif. Berdasarkan tujuan inilah secara tradisional dibedakan bermacam-
macam wacana.
2.3. Ciri-Ciri Wacana
Berdasarakan pengertian dan definisi dari wacana, maka wacana memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Sebuah Satuan gramatikal
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian kalimat-kalimat
4. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
5. Memiliki hubungan koherensi (tersusunnya uraian atau pandangan
sehingga bagian-bagiannya berkaitan satu dengan yang lain dengan kata
lain memiliki keselarasan)
6. Memiliki hubungan kohesi (keterikatan antarunsur dalam struktur sintaksis
atau struktur wacana yg ditandai antara lain konjungsi, pengulangan,
penyulihan, dan pelesapan)
7. Medium bisa lisan maupun tulis
2.4. Pembagian Wacana
1
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm.53.
1. Topik. Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan.
Gagasan tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi
tetap merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang
dimaksud memberikan suatu tujuan.
2. Kohesi dan Koherensi. Sebuah wacana biasanya ditata secara serasi dan
ada kepaduan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana
(kohesi), sehingga tercipta pengertian yang baik (koherensi).
3. Proporsional. Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam
makna yang ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat
dalam wacana, ialah seimbang.
4. Tuturan. Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang
ada dalam wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya
menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya
kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.
2.6. Unsur Pendukung Wacana
2.6.1. Kata
2.6.2. Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak prekatif;
gabunga itu dapat rapat, dapat renggang. Menurut (Chaer, 2007), frase biasa
2
Abdul Chaer, Linguistik Umum. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 219.
didefinisikan sebagai satuan tata bahasa yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprodukatif, atau biasa juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
2.6.3. Klausa
2.6.4. Kalimat
Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan, atau tulisan, yang mengungkup
pikiran yang utuh . dalam wujud lisan, kalimat diucapkan suara naik turun,
dan keras lebur, disela jeda, dan diakhiri yang dikuti oleh kesenyapan yang
mencengah terjadi perpaduan atupun asimilisasi bunyi ataupun proses
mofologi lainya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru;
sementera di dalamnya disertakan pula seperti tanda baca komo, titik dua,
tanda pisah, dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan
dengan intonasi akhir. Sedangkan tanda baca lain sepadan dengan dengan
jeda, spasi mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sebagai
kesenyapan. Menurut (Alwi, 2003), wacana akan terbentuk jika ada dua
wacana atau lebih, yang letaknya berurutan berdasarkan kaidah kewacanaan.
3
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 124.
Daftar Pustaka
Alwi, H., 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 3 ed. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyana, D., 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.