BAB II
KAJIAN PUSTAKA
kebahasaan yang labih besar dari pada kalimat dan klausa dan mempunyai
hubungan antara unit kebahasaan yang satu dengan yang lain (Busri: 2010).
Banyak dan berbagai macam devinisi tentang wacana telah dibuat orang.
Namun, dari sekian banyak devinisi dan berbeda-beda itu, pada dasarnya
2007: 267).
Menurut Alwi dkk (2003: 419) wacana adalah rentatan kalimat yang
berkaitan yang menghubungkan proporsisi yang satu dengan proporsisi yang lain
dan membentuk satu kesatuan. Alwi dkk juga menyatakan bahwa untuk
ketika seoarang peneliti ingin meneliti tentang wacana maka peneliti wajib
paham tentang ilmu kalimat atau yang lebih dikenal dengan sebutan sintaksis.
kepaduan atau rasa kohesi bagi pendengat atau pembaca. Kohesi atau kepaduan
itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang
13
14
dirasakan oleh pendengar atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan
wacana tersebut
saluran yang digunakan atau pun berdasarkan hal yang dipentingkan. Berdasarkan
sarana yang disalurkan ada wacana yang menggunakan bahasa lisan (spoken
Berdasarkan hal yang dipentingkan ada wacana yang bersifat transaksional, jika
yang dipentingkan isi komunkasi itu ada wacana yang bersifat interaksional, jika
merasakan apa sendiri apa yang ditulis. Deskripsi adalah suatu bentuk wacana
kajian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca memetik hikmah dari cerita
pembeca menegenai fase, langkah urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal
ada dua, yaitu Pertama hendak memberikan informasi atau wawasan dan
atau narasi ekspotoris dan tujan kedua menghasilkan jenis narasi artistis atau
narasi sugestif.
dan sikap pembecanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar
berupa data faktual, suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap
seperangkat fakta, dan mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang
berpegang teguh pada pendirian yang hkusus, yang harus selalau kita ingat adalah
d. Wacana Persuasi
dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulisnya (Darma,
2014: 37). Berbeda daengan argumentasi yang pendekatanya bersifat rasional dan
Hanya saja dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-
oleh penulis. Dari pengertian persuasi tersebut, tentunya sudah bisa di gunakan
17
juga memegang perang penting. Keterlibatan unsur logika dalam wacana persuasi
Sebaliknya, kita akan bisa menenrima ide orang lain itu atau ide itu tidak di sertai
penalaran. Oleh karena itu, struktur wacana persuasi kadang-kadang sama dengan
tanggapan emosional.
Disamping itu, wacana argumentasi memiliki ciri khas ialah wacana yang
penulis.
1) Wacana Tulis
Mulyana (2005: 51) mengatakan wacana tulis adalah jenis wacana yang
dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih
merupakan media yang sangat efektif dan efesien untuk menyampaikan berbagai
manusia.
18
2) Wacana Lisan
Mulyana (2005: 52) mengatakan wacana lisan adalah jenis wacana yang
disampaikan secara lisan atau langsung secara verbal. Jenis wacana ini sering
disebut tuturan atau ujaran. Willi Emonsend (dalam Mulyana, 2005: 52) dalam
bukunya yang berjudul spoken discourse (wacana lisan) secara tidak langsung
a) Wacana Dialog
Mulyana (2005: 53) mengatakan wacana dialog adalah jenis wacana yang
dituturkan oleh dua oarang atau lebih. Jenis wacana ini bisa berbentuk tulis
ataupun lisan. Darma (2014:40) menjelaskan wacana dialog adalah wacana yang
drama, dan sebaginya. Ada sepuluh unsur aspek pengkajian percakapan dengan
wacana dialog, yang membahas unsur dialog, seperti unsur kerja sama
rangkaian perbuatan, unsur tata bahasa percakapan, ahli kode, (code switch),
b) Wacana Monolog
yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki
pembacanya. Penuturanya bersifat satu arah dan tidak memihak penutur. Beberapa
bentuk wacana monolog anatara lain adalah pidato, pembaca puisi, khotbah
2.3.1 Kata
kata berdasarkan arti ototnografi. Menurtu mereka kata adalah satuan bahasa yang
memiliki satu pengertia; atau kata adalah dereten huruf yang diapit oleh dua buah
terkecilnya morfem); dalam tataran sintaksis kata adalah satuan terkecil, yang
secara hierarki menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar,
yaitu frase. Kata sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubunganya
dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase,
2.3.2 Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak prekatif;
gabunga itu dapat rapat, dapat renggang (Kridalaksana, 2011:66). Frase lazim
didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
20
nonprodukatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisisisalah satu
2.3.3 Klausa
kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain sebagai objek. Dan
sebagai keterangan. Selain berfungsi sebagai predikat yang harus ada dalam
2.3.4 Kalimat
Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa (Kridalaksana,
2011:103). Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan, atau tulisan,
yang mengungkup pikiran yang utuh . dalam wujud lisan, kalimat diucapkan suara
naik turun, dan keras lebur, disela jeda, dan diakhiri yang dikuti oleh kesenyapan
mofologi lainya. Dalalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru;
sementera di dalamnya disertakan pula seperti tanda baca komo, titik dua, tanda
pisah, dan spasi. Tanda titik, tanda tanya dan tanda seru sepadan dengan dengan
intonasi akhir. Sedangkan tanda baca lain sepadan dengan dengan jeda, spasi
21
mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sebagai kesenyapan. Wacana
akan terbentuk jika ada dua awacana atau lebih, yang letaknya berurutan
ahli, maka persayaratan wacana juga akan diketahui. Misalnya saja dari Tarigan
(2009: 19) yang menyebutkan wacana ialah satuan bahasa yang terlengkap dan
tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi
yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata
disampaikan secara lisan dan tertulis. Dari pengertian ini sudah diketahui bahwa
wacana memiliki syarat dari ungkapan “dengan koherensi dan kohesi yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata,” dapat ditemukan
Akan tetapi itu saja tidak cukup untuk memenuhi syarat dari
menyebutkan jika wacana akan terbentuk bila memenuhi tiga syarat pokok, yakni
topik, tuturan pengungkap topik, serta kohesi dan koherensi. Sedangkan menurut
yaitu proposisi (sejajar dengan topik) dan tindak tutur (tuturan pengungkap topik).
a. Topik
tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada
satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu
tujuan.
Sebuah wacana biasanya ditata secara serasi dan ada kepaduan antara
unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana (kohesi), sehingga tercipta
c. Proporsional
dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah
seimbang.
d. Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam
wacana. Baik tutur tulis atau tutur lisan. tuturan kaitannya menjelaskan suatu
topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang
proporsional di dalamnya.
keterkaiatan secara padu dan utuh. Dengan kata lain, kohesi termasuk dalam
sintaksis, merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat unyuk
menghasilkan tuturan. Hal ini berarti kohesi adalah hubungan antar kalimat
dalam sebuah wacana, baik dalam starata gramatikal maupun dalam starata
Gramatikal suatu wacana merupakan analisi wacana dari segi bentuk atau
struktur lahir wacana. Analisis wacana dari aspek gramatikal atau kohesi
2.5.1 Referensi
acuaan. Yaitu unsur atau bagian yang satu menunjuk kebagian lainya. Pola
disebutkan kemudian.
seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya atau acuan kegiatan.
dalam teks. (Rani dkk dalam Siregar, 2009). Endofora dibedakan menjadi
adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali kepada sesuatu yang telah
2011:13).
Contoh: Nadia hari ini tidak masuk kuliah. Ia ikut ibunya pergi ke
Surabaya.
Pada contok di atas Ia mengacu pada Nadia yang didepanya.
dapat berupa endofora (anafora dan katafora) dan eksfora. Endefora bersifat
tekstual, referensi (acuan) ada didalam teks, sedangkan eksfora bersifat situsional
(acuan atau referensi berada di luar teks). Endofora terbagi atas anafora dan
pada unsur yang disebutkan terdahulu, anafora menujuk silang pada unsur yang
disebutkan kemudian.
25
(kekadaan, peristiwa, dan proses). Interpentasi yang terlatak di dalam teks itu
sendiri disebut endofora. Anafora lebih berupaya dalam bahasa untuk membuat
rujuk silang dengan kata (unsur) yang disebutkan (sebelumnya) upaya yang
membuat rujukan dengan hal kalimat (unsur) yang dinyatakan. Unsur yang
disebutkan terdahulu akan merujuk silang pada unsur yang akan disebutkan
kemudian.
juga dapat mengacu ke acuan yang ada di luar teks (yang disebut eksofora),
namun kalau demikan referensi (eksofora) tidak merupakan bagian dari sarana
kohesi walaupun tentu saja merupakan bagian dari koherensi. Sebagai sarana
kohesi, referensi mengacu kepada bagian lain teks (yang disebut endofora), baik
yang ada sebelumnya (yang disebut endofora), baik yang ada sebelumya, (yang
katafora).
Jenis Bentuk
Tunggal Jamak
2.5.2 Substitusi
bukan hubungan dalam makna. Ini berarti butir substitusi mempunyai fungsi
struktural yang sama dengan apa yang digantikannya dan dapat diganti oleh butir
interpretasi (Parera dalam Apriliadi 2012). Substitusi merupakan salah satu sarana
bahasa yang sama. Hal demikian terjadi karena penggantian dilakukan pada
unsur-unsur bahasa yang memiliki makna yang berbeda namun mengacu pada
Substitusi adalah proses atau penggantian unsur bahasa oleh unsur lain
dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau
27
Substitusi merupakan suatu bentuk penggantian antara unsur bahasa yang satu
dengan unsur bahasa yang lain sehingga menjadikan suatu wacana menjadi
bersifat hubungan kata dan makna (Junaiyah dan Arifin dalam Apriliadi, 2012)
unsur. Artinya, unsur yang satu digantikan dengan unsur yang lainnya.
Penggantian dimaksudkan antara lain untuk evesiensi dan ektivitas bahasa. Lebih
dari itu, sebagian substitusi sengaja digunakan penulis wacana untuk memperoleh
Penggantian adalah pertukaran bagi segmen kata, frase atau klausa oleh kata yang
lainya. Penggantian ini juga ada penggantian nomina, penggantian verba, dan
Contoh: Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada pembingbing srikipsi, yaitu Porf. Dr. Suwardi dan
Dr. Afendi widayat, M.A. Atas bimbingan beliau berdua penuis mampu
menyelesaikan Skripsi ddengan baik.
Frase beliau berdua pada kalimat kedua merupakan bentuk yang
kohesif.
1) Substitusi Nominal
nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori sama.
28
Substitusi nominal adalah substitusi suatu nomina, baik leksikal, maupun frasal,
dengan nomina lain, baik leksikal maupun fasal (Halliday dan Hasan dalam
Arifin, 2012: 34). Substitusi nomina leksikal adalah unsur tersulihnya adalah
(1) Sibuk sendiri Udin menangkap kecoak yang bersarang dalam kompor
dengan kertas koran yang dilipat-lipat. (2) Satu saja belum dapat yang
lainya sudah berlarian terus bersembunyi di belakang bupet. Nomina
kecoak pada (a) disulih oleh yang lainya pada (b) secara anaforis. Nomina
kecoak dalam (1) dan bentuk yang lainya dalam (2) tidak mengacu pada
acuan yang sama melainkan ke spesies yang sama, yaitu kecoak.
Substitusi nomina frasal adalah unsur tersulihnys berupa frase nominal,
(1) “ Baiklah, Ibu. (2) sudahkah siap segala alat perkakasnya?” (3) “
sudah, Asri; sekalinya sudah disiapkan oleh Asnah, dan segala karib-bait,
ipar-besan kita sudah dipanggilnya belaka. (4) Sebagaimana kau lihat
setengahnya sudah bermalam di sini. (5) Yang lain-lain tentu datang
sebentar lagi. “(N. St. Iskandar Salah Pilih Hal. 73)
Dalam contoh di atas kata sekalinya pada (3) menggantikan frase alat
perkakasnya pada (2). Frase numeralia setengahnya dalam (4) dan Yang lain-lain
dalam (5) menggantikan frase segala karib-bait, ipar-besan kita pada (3)
Contoh lain: (1) ” Menurut keterangan Kyai Bondan, hanya dua orang yang
memperoleh jurus terakhir itu. (2) Yang seorang aku tahu, orang yang
menangkapku sewaktu aku merampok Ndara Asisten Wedeno Baturetno.
(3) Yang lain aku todak tahu,” (Pandir Kelana. Suro Buldog, Hal. 73).
Dalam contoh di atas kata yang lain dalam kalimat (3) Yang lain
menggantikan frase hanya dua orang yang memperoleh jurus terakhir itu pada
kalimat (1).
29
2) Substitusi Verbal
verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba.
frasal, dengan verba lain, baik leksikal maupun fasal (Halliday dan Hasan dalam
Arifin, 2012: 35). Substitusi verba leksikal adalah substitusi yang unsur
tersulihnya berupa frase verbal mungkin juga berupa verba dengan kata-kata lain
Leksem verba berenang pada (1) disulih oleh frase verbal melakukan hal
yang sama pada (2) secara kataforis. Adapun substitusi verba frasal unsur
Frase verbal harus bisa memberikan kepestian pada (a) disulih oleh frasa
verbal juga, yaitu harus menerima kasih sayangnya pada (b) secara kataforis.
3) Substitusi Frasal
Substitusi frasal yaitu penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata
atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Substitusi frasal ini
Djo Koplak dan Ali Djohamzah kebagian KKN di daerah Rembang. Semula
keduanya tenang-tenang saja, tapi begitu ditempatkan di daerah Terjan
barulah keduanya nyengir. Selain daerahnya gersang, sepi, setiap hari
mereka hamper dipastikan tajk ketemu sayur-mayur, itu yang membuat Ali
30
lemas, karena dia terbiasa dengan menu sayur-mayur, kini berubah dengan
menu ikan laut.
Tidak itu saja, di desa tempat mereka KKN, keduanya dianggap orang
super, bias mngatasi segalanya, bahkan ada yang menganggapnya sakti,
bisa mengobati, dan lainnya. Tentu saja hal ini membuat repot dua sahabat
itu. Sering keduanya direpotkan hal-hal yang di luar dugaan.
frasa Djo Koplak dan Ali Djohamzah yang terletak pada kalimat pertama
paragraf pertama disubstitusi dengan frase dua sahabat pada kalimat kedua
paragraf kedua.
4) Substitusi Klausa
menggantikan seluruh klausa yang disebut sebelumnya baik secara positif (Arifin,
2012:35). Contoh:
(1) “Astaga ! Kalau begitu hari sudah pukul ....ya baik lah, ibu. (2) Segera
saya datang.” (3) Setelah berkata demekian, Asnah pun segera menukar
pakaianya dengan pakaian sehari-hari di dalam rumah (N. St. Iskandar
Salah Pilih Hal. 83)
(1) Dik Pran, aku yang murtad, murid yang berhianat. (2) Aku perampok,
pembunuh, “ kata Mudasir penuh penyesalan. (3) “ Jangan begitu, kang. (4)
masih banyak kesempatan untuk memperbaiki diri, “aku menanggapi.
(Pandir Kelana. Suro Buldog, Hal. 73)
Dalam contoh di atas terdapat kata begitu pada kalimat (3) menggantikan
dimaklumi karena tidak setiap hal dapat dinyatakan dengan metafora. Ungkapan
metafora ialah cara menyatakan sesuatu dengan memakai kata atau frase yang
(1) Jika Halimah tumbuh menjadi gadis cantik, hal itu tidak mengherankan,
karena ibunya dulu juga bunga SMA kami
(2) Orang sebodoh Ogah belum pernah aku jumpai, tetapi keledai itu betul-
betul menjengkelkan.
Bunga merupakan metafora bagi gadis cantik, dan orang yang bodoh
karenanya.
dianggap sudah diketahui sehingga tidak perlu disebutkan lagi. Karena bagian
yang dihilangkan itu sebenarnya sudah diketahui, maka elipsis sering disebut
2004: 34).
32
satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau
merupakan kalimat elips. Ucapan tersebut muncul karena sesuatu yang muat
kekuatan …. Dan seterusnya kepada penulis skirpsi. Unsur yang hilang adalah
dengan nomina lain, baik leksikal maupun fasal (Halliday dan Hasan dalam
Arifin, 2012: 39). Elipsis nomina leksikal adalah pelepasan nomina, misalnya:
(1) Ia lebih cantik dari segala hal yang ada di Milan. (2) Bahkan, kolibri
Hal 225).
Pada kalimat (1) contoh di atas terdapat subjek kalimat ia. Subjek tersebut
(1) Orang desa adalah orang yang hidupnya susah dan pas-pasan.
(2) Jika punyak kelebihan rezekisedikit saja ø ingin berbagi kepada
sesame (Habiburrahman El-Shirazy. Ayat-ayat Cinta. Hal. 116).
Pada kalimat (1) terdapat frase nomina Orang desa, sedangkan
Elipsis verbal adalah pelepasan unsur bahasa, yang berupa verba, baik
leksikal maupun frasal, dengan nomina lain, baik leksikal maupun fasal (Halliday
tertawa pada klausa pertama dan tertawa pada klausa kedua yang dilepaskan
adalah koklafikasi. Tertawa yang dilakukan Ali tidak sama betul dengan tertawa
yang dilakukan Tarmin. Sedangkan elipsis verbal frasal adalah pelepasan unsur
Klausa (2) melepaskan frase verbal jika dilawan yang diungkapkan dalam
sebagian (Halliday dan Hasan dalam Arifin, 2012: 41). Contoh elipsis klausal
(1) Ini ayam ibu, bukan” kata Yuyun. (2) betul ø” kataku.
Pada kalimat (2) terjadi pelepasan klausal Ini ayam ibu. Pada (2) hanya
terdapat jawaban betul tampa menyebutkan kembali klausa Ini ayam ibu.
dilepaskan sebagian sehingga muncul pada (2) hanya kata Tidak. Jadi unsur yang
Yang dimaksud dengan elipsis tataran lain disini adalah elipsis selain
nomina, verba dan klausa, seperti elipsis numeralia, adjectiva, atau adverbia.
Sebagai contoh:
(1) pekerjaan sudah selesai?” (2) “ sudah lama selesai. Makanya aku
junuh, mau apa? Terus jadi lapar”. (3) Tapi aku belum ø. Silahkan
makan sendiri” (Ahmad Tohari. Orang-orang proyek. Hal. 54).
Pada contoh kalimat (2) di atas terdapat frase adjectiva lapar . pada
2.5.4 Konjungsi
kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahas yang sederajat, kata dengan
kata, frasa denga frasa, atau klausa dengan klausa (Alwi, dkk, 2003: 296).
digunakan untuk menggabungkna kata dengan kata frase dengan frase klausa
cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain. Unsur-unsur yang
dirangkaikan dapat berupa kata, frasa, klausa, kalimat, alinea, topik pembicaraan
berupa kata, frasa, klausa, maupun kalimat sehingga membentuk satu kesatuan.
atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi, dkk,
atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama, konjungsi kolrelatif terdiri
atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang
klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah
satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. (Alwi, dkk, 2003:299). Kelompok
sambil, demi.
d. Hingga, sampai
sekiranya.
sungguhpun, kendali(pun).
preporsisi. Kata seperti sebelum dan karena dapat diukiti oleh klausa dan dapat
pula diikuti oleh kata. Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai
konjungsi, dalam hal yang kedua preporsisi. Kata sebalum pada kalimat Dia
berangkat sebelum saya datang, dan Dia berangkat sebelum pukul lima. Masing-
yang satu dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, kunjungsi macam itu selalu
38
melalui satu kalimat dengan kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya
anatar kalimat:
Biarpun demikai/begitu
Walaupun demikan/begitu
Meskipun demikan/begitu
Sungguhpun demikian/begitu
Sesungguhnya, bahwasanya.
Malah(an), bahkan
Kecuali itu
Dengan demikian
Sebelum itu.
itu”, “sesudah itu”, “sebaliknya”, dan “oleh karena itu” yang masing-masing
konjungtor antarkalimat. Selain yang sudah disebutkan di atas, masih banyak lagi
hubungan, seperti:
39
lalu, lantas