NPM : 1519500041
KELAS : 5A PBSI
A. PENGERTIAN
Wacana adalah 'kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa'.
Selain itu juga wacana adalah salah satu bagian dari strata kebahasan yang menduduki posisi
tertinggi. Berdasarkan pernyataan tersebut,dapat dikatakan bahwa wacana merupakan satuan
bahasa terlengkap, yang dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar.
Sedangkan konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau
menambah kejelasan makna situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Konteks
wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal
melingkupi sebuah wacana Wacana sangat terkait dengan konteks yang menyertainya.
Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau
inskripsi, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu 'wujud konkret yang terlihat, terbaca,
atau terdengar.
B. JENIS-JENIS WACANA
Dalam buku Membaca dan Menulis Wacana: Petunjuk Praktis Bagi Mahasiswa (2007)
karya Josep Hayon, berdasarkan sudut pandang bentuk bahasanya, wacana dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Wacana lisan
Wacana lisan merupakan penyampaian wacana lewat media lisan atau langsung.
Jenis wacana ini memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi dalam
penyampaiannya tidak terputus. Wacana lisan juga sulit untuk diulang, artinya susah
untuk diulang sesuai dengan ujaran pertama. Dalam penyampaiannya, wacana lisan jauh
lebih pendek dibanding wacana tulis. Selain itu, penyampai wacana ini juga harus
memakai gerakan tubuh yang sesuai untuk memperjelas konteks apa yang sedang
disampaikan.
2. Wacana tulis
Wacana tulis merupakan penyampaian wacana lewat media tulis atau teks. Jenis
wacana ini dianggap lebih efektif dan lebih mudah dibanding wacana lisan, terlebih lagi
dalam menyampaikan ilmu pengetahuan serta gagasan. Dalam penyampaiannya, wacana
tulis jauh lebih panjang dan menggunakan bahasa baku. Selain itu, jenis wacana ini juga
memiliki unsur kebahasaan yang lengkap, artinya tidak menghilangkan satu atau dua
bagiannya. Wacana tulis memungkinkan orang lain untuk melihat kembali isi wacana,
tanpa adanya perbedaan unit kebahasaan.
Selain wacana lisan dan wacana tulis, jenis wacana juga bisa dibedakan berdasarkan
pemakaiannya, yaitu:
1. Wacana monolog
Wacana monolog merupakan jenis wacana yang disampaikan oleh satu orang,
tanpa melibatkan orang lain. Wacana monolog bisa ditemui dalam khotbah, orasi, dan
lainnya. Wacana monolog terjadi ketika pendengar tidak menanggapi secara langsung
apa yang disampaikan oleh penyampai wacana.
2. Wacana dialog
Wacana dialog merupakan jenis wacana yang dipakai dalam bentuk interaksi.
Wacana ini terjadi ketika ada dua orang atau lebih saling berinteraksi dan terjadi
pergantian peran antar keduanya. Misal pembicara jadi pendengar. Jenis wacana ini
mudah ditemui dalam percakapan sehari-hari.
3. Wacana polilog
Wacana polilog merupakan jenis wacana yang melibatkan lebih dari dua orang
dan semuanya berperan aktif dalam sebuah interaksi. Biasanya jenis wacana ini
menggunakan topik yang luas sebagai bahan pembicaraannya. Wacana polilog bisa
ditemui dalam debat atau diskusi.
Berdasarkan pemaparannya, wacana bisa dibedakan menjadi lima, yaitu:
1. Wacana naratif
Wacana naratif adalah jenis wacana yang isinya mengandung rangkaian peristiwa.
Tujuannya untuk memperluas pengetahuan pembaca atau pendengar.
2. Wacana prosedural
Wacana procedural adalah jenis wacana yang berisi paparan mengenai suatu
proses yang berurutan atau kronologis. Tujuannya untuk menjawab pertanyaan
bagaimana cara atau menghasilkan sesuatu.
3. Wacana deskriptif
Wacana deskriptif adalah jenis wacana yang berisi pemaparan tentang kejadian
sebenarnya. Tujuannya untuk menyampaikan kesan utama tentang suatu hal.
4. Wacana eksposisi
Waacana eksposisi adalah jenis wacana yang isinya memuat keterangan atau
penjelasan tentang suatu pokok pikiran. Tujuannya untuk menyampaikan fakta secara
berurutan dan logis.
5. Wacana persuasi
Wacana persuasi adalah jenis wacana yang berisi paparan tentang penjelasan
suatu hal, bertujuan untuk meyakinkan pembaca atau pendengar agar menuruti apa yang
disampaikan penulis.
C. STRUKTUR WACANA
Struktur wacana yang dimaksud ada tiga, yaitu awal/abstrak, tengah/orientasi, dan
akhir/koda, berikut penjelasannya:
1. Awal
P : ”Baek-baek.” (serempak)
2. Tengah
Pada bagian tengah wacana muncul adanya pertukaran dan transaksi. Pertukaran
berupa prakarsa dalam bentuk pengantar yang menuju ke sebuah pertanyaan, jawaban
dari sebuah pertanyaan, dan umpan balik berdasarkan jawaban yang berupa
pertanyaan. Transaksi dimulai dengan penutur menerangkan suatu hal pada mitra tutur,
penutur mengarahkan mitra tutur untuk fokus dalam pembicaraan, dan penutur
memancing mitra tutur untuk memberikan tanggapan mengenai apa yang dibicarakan.
a) D: “Teman saya yang satu ini, kalau secara fisik kita memang tidak boleh menghina
orang. Dia tidak pernah tahu dan tidak pernah meminta. Dia mempunyai fisik yang
kecil tapi dengan fisik yang seperti itu dia mampu membesarkan anak-anaknya
dan juga istrinya dan juga keluarganya. Dia berjuang dari daerah menuju
Jakarta dengan penuh perjuangan dan akhirnya sukses.”
Dari data di atas dapat diketahui bahwa pada bagian tengah wacana diawali
dengan sebuah prakarsa sebagai pengantar menuju kepada pembicaraan sesuai tema
yang dibawakan.
Data no (a) ditandai dengan mendeskripsikan bintang tamu yang akan hadir
sebagai narasumber.
3. Akhir
Pada bagian akhir wacana merupakan bagian penutup wacana. Akhir wacana
ditandai dengan pembawa acara yang mulai menutup acara. Pembawa acara menutup
dengan memaparkan sebuah kesimpulan dari tema yang sudah dibicarakan.
Selanjutnya, diakhiri dengan salam penutup dari pembawa acara kepada bintang
tamu dan penonton.
a) D : Nang, Nang prestasi terus dan jangan putus asa. Bunda tetap mendoakan.
Amin.“…”
“Penonton yang ada di studio dan yang ada di rumah, terima kasih atas
perhatiannya.”
Kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata
leksikal maupun strata gramatikal tertentu hal tersebut di selaras dengan pandangan Chaer
(1994 : 267) yang menyatakan bahwa persyaratan gramatikal dalam wacana itu dapat
terpenuhi apabila terbina suatu kondisi yaitu adanya keserasian hubungan diantara unsur-
unsur yang ada dalam wacana tersebut. Kohesi atau Kesatuan dalam paragraf dapat terjadi
jika kalimat-kalimat yang termuat di dalam paragraf tetap dikendalikan oleh gagasan utama.
Pada suatu paragraf dapat termuat beberapa gagasan tambahan, tetapi gagasan tersebut tetap
selalu dikendalikan oleh gagasan utama.
Contohnya :
Pak Andi mengajar bahasa indonesia dan prakarya. Pelajaran tersebut merupakan
pelajaran yang dikuasainya dan mampu diajarkannya dengan baik.
(Pada contoh tersebut, dalam kalimat kedua terdapat kata - kata "pelajaran tersebut" yang
maksudnya adalah pelajaran "bahasa indonesia dan prakarya", menunjukkan kedua kalimat
tersebut memiliki kohesi.)
Koherensi (kepaduan) pada suatu paragraf dapat terjadi jika kalimat-kalimat yang termuat
di dalam paragraf berupa kalimat yang logis dan berkaitan satu sama lain dalam mendukung
gagasan utama tersebut. Dalam penulisan paragraf yang mengandung koherensi, penulis
akan membubuhkan kalimat berbeda dari kalimat utama, namun gagasan yang termuat di
dalamnya mendukung kalimat pertama tersebut.
Contohnya: