Anda di halaman 1dari 13

“Pengertian Wacana, Struktur Wacana, dan Jenis Wacana’’.

PEMBAHASAN
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk
lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara
lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan
dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.
Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan
suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan. Untuk memahami lebih lebih lanjut tentang wacana perhatikan uraian di
bawah ini!

A. Pengertian Wacana
Wacana berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk
maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi
buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. (Pengertian
wacana dan wacana naratif: Linarfad). Selain pengertian di atas istilah “wacana” juga dapat
diartikan, yakni wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/ wak/ vak, artinya berkata, berucap
( Douglas, 1967:266). Bila dilihat dari jenisnya, kata wac dalam morfologi bahasa Sansekerta,
termasuk kata kerja golongan III parasmaepada (m) yang bersifat aktif, yaitu ‘melakukan
tindakan ujar’. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi wacana. Bentuk ana
yang muncul di belakang adalah sufiks ( akhiran) yang bermakna membedakan (nominalisasi).
Jadi, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. (Cenya: Arti Wacana).
Berikut ini pengertian wacana beberapa ahli:
1. Menurut Anton M. Moelino ( 1998:334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat
yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan
makna.
2. Menurut Harimurti Kridalaksana mengatakan bahwa wacana berarti satuan bahasa
terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal tertinggi, dan
terbesar. Wacana juga dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraph, atau
karangan utuh ( buku) yang membawa amanat lengkap.
3. Menurut Henry Guntur Tarigan, wacana adalah satuan bahasa ynag paling lengkap, lebih
tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan
akhir yang jelas berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara tertulis maupun lisan.
4. Menurut Samsuri mengemukakan bahwa wacana ialah rekaman kalimat yang berkaitan
sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat itu.
5. Menurut Eko Wardono, wacana adalah satuan tuturan yang mempunyai satu pokok gagasan
( topic).
6. Menurut Soeseno Kartomiharjo, wacana adalah cabang ilmu yang dikembangkan untuk
menganalisis suatu unit bahasa yang leih besar daripada kalimat. Unit yang dimaksud dapat
berupa paragraph, teks bacaan, undangan, percakapan.
7. Menurut Yayat Sudarjat mengatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap
dari rentetan kaliamat yang kontinuitas, kohesif, dan koheren. (Pengertian Wacana, Koherensi,
dan Hohesi: Endhi Pujiana).
8. Menurut Tim Penyusun KBBI, wacana berarti kelas kata benda ( nominal) yang mempunyai
arti sebagai berikut: 1. ucapan, perkataan, tuturan 2. keseluruan tutur yang merupakan suatu
kesatuan 3. satuan bahasa terlengkap. (Hasan Alwi: 419-427). Secara garis besar, pengertian
wacana adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata, klausa, kalimat dengan
koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan
akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan dapat
juga berupa tulisan, tetapi persyaratanya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh lebih
dari sebuah kalimat. (Endhi: Pengertian Wacana, Koherensi, dan Hohesi)
B. Struktur Wacana Suatu wacana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri
dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Sebagai sebuah organisasi, struktur
wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya. Wacana yang berupa rangkaian
kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity)
dan kepaduan (coherent).Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu
mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila
kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis sehingga menunjukkan kerunutan ide
yang diungkapkan. (Pengertian wacana: Histats) Selain itu Alat-alat gramatikal yang dapat
digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain: Pertama, konjungsi,
yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau menghubungkan
paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu
sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan
menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat
yang sama yang terdapat kalimat yang lain. (Djajasudarma: 2012) Selain dengan upaya
gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat dengan bantuan
berbagai aspek semantik, antara lain: Pertama, menggunakan hubungan pertentangan pada
kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua, menggunakan hubungan generik
- spesifik; atau sebaliknya spesifik - generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan
antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Keempat,
menggunakan hubungan sebab - akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua
buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah
wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau
pada dua kalimat dalam satu wacana. (Pengertian wacana: Itha Sartika)

C. Jenis Wacana Leech mengklasifikasikan wacana berdasarkan fungsi bahasa seperti dijelaskan
berikut ini;
1. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai
sarana ekspresi, seperti wacana pidato;
2. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi,
seperti wacana perkenalan pada pesta;
3. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti
wacana berita dalam media massa;
4. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan,
seperti wacana puisi dan lagu;
5. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau
pembaca, seperti wacana khotbah. Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat
dibedakan atas; wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan memiliki ciri adanya penutur dan
mitra tutur,bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Sedangkan
wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan
sistem ejaan.
Wacana dapat pula dibedakan berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, yaitu:
a) Wacana narasi. Wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona
pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Berorientasi kepada pelaku, diikat secara
kronologis, pada umumnya terdapat pada berbagai fiksi.
Contoh : Rini memang cantik. Apalagi jika bersama Ida teman karibnya, yang juga tidak
kalah jelitanya. Keduanya bagaikan bidadari turun dari langit. Karenanya lelaki yang tidak
bertampang lumayan dan tidak tebal dompetnya ia tidak berani mendekatinya. Padahal,
kedua gadis itu sama sekalitidak pernah sombong dan angkuh kepada siapapun. Apalagi
dalam hal berteman, tak ada satupun yang diistimewakan. Semuanya dianggap sama asal
mereka tidak kurang ajar saja. Wacana tersebut dinarasikan oleh persona ketiga (penulis)
dan berorientasi pada pelaku dalam cerita tersebut yaitu Rini dan Ida.
b) Wacana deskripsi Wacana yang bertujuan melukiskan, menggambarkan, atau memberikan
sesuatu menurut apa adanya. Contoh : Secara administrative Kota Surakarta atau yang lebih
dikenal sebagai kota Sala dibatasi oleh daerah kabupaten yang lain. Di sebelah Utara
dibatasi oleh kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Di sebelah timur dibatasi oleh daerah
kabupaten Sragen dan Karanganyar. Di sebelah selatan dibatasi oleh kabupaten Sukoharjo
dan di sebelah barat dibatasi oleh daerah kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Wacana
tersebut memberikan gambaran sesuai dengan kondisi yang sebenarnya mengenai batas-
batas kota Surakarta secara administrative.
c) Wacana eksposisi. Atau wacana pembeberan yaitu wacana yang tidak mementingkan waktu
dan pelaku. Berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagiannya diikat secara logis.
Contoh : Membicarakan masalah-masalah perempuan selalu actual dan menarik karena
tidak akan pernah kehabisan isu. Sepanjang peradaban manusia, perempuan hanya
memainkan peran sosial, ekonomi, maupun politik yang tidak signifikan , dibandingkan
dengan peran laki-laki. Secara structural maupun fungsional mereka selalu terpinggirkan.
Sebaliknya peran domestic perempuan lebih menonjol sebagai istri maupun ibu rumah
tangga. Pertanyaannya adalah sampai kapan kondisi seperti itu akan terus berlangsung?,
padahal upaya-upaya bahkan terobosan-terobosan baru untuk mengubahnya sudah sekian
lama diperjuangkan oleh banyak kalangan khususnya para feminis Wacana tersebut
berorientasi pada pokok pembicaraan, yakni masalah-masalah perempuan yang selalu
actual. Masalah-masalah antara lain peran perempuan yang tidak signifikan dalam bidang
sosial,ekonomi, dan politik yang terpinggirkan. Seperti pada judulnya membeberkan
masalah perempuan dalam Islam dan bagian-bagiannya diikat secara logis.
d) Wacana argumentasi Wacana yang berisi ide, atau gagasan yang dilengkapi dengan data-
data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran idea tau
gagasannya. Berikut ini adalah contohnya : Keluarga berencana adalah salah satu cara yang
harus kita tempuh agar tercipta keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia. Dengan hanya
punya anak dua orang berarti lebih mudah mendidiknya, lebih mudah mencarikan segala
kebutuhannya, sehingga dengan penuh optimism kita dapat mengharapkan masa depan
yang cemerlang. Ibu dan ayah tidak cepat tua, dan terhindar dari segala rongrongan
kesulitan hidup seandainya punya anak banyak. Maka agar tiap keluarga dapat menciptakan
kesejahteraan lahir batin, cara yang paling tepat adalah turut serta menyukseskan program
keluarga berencana. Wacana tersebut berisi tentang gagasan pentingnya keluarga
berencana. Melalui wacana tersebut, penulisnya bertujuan untuk meyakinkan akan
kebenaran idea tau gagasan tersebut dengan melaksanakan keluarga berencana.
e) Wacana persuasi Wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, biasanya ringkas dan
menarik, serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar
agar melakukan nasihat atau ajakan tersebut. Contohnya : Beberapa hal yang harus kamu
perhatikan sungguh-sungguh pada saat sekarang dan seterusnya di dalam meniti hidup
berumah tangga. Kamu harus bersikap hati-hati dan bijaksana serta membina kemampuan
berdiri sendiri. Orang tuamu telah melepasmu dan meletakkan seluruh tanggung jawabnya
kepadamu sepenuhnya. Mereka tidak dapat lagi bertindak sebelum seperti sebelum saat ini
berlangsung. Binalah rumah tanggamu dengan baik, tekun, dan saling percaya. Pandanglah
kedua orang tuamu sendiri seolah-olah sebagai mertuamu…

Wacana menurut Kridalaksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993: 231) adalah
satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi
atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku,
seri ensiklopedia, dsb). Kridalaksanan membagi wacana menjadi empat yaitu:
(1) Wacana langsung (direct speech, direct discourse) Wacana langsung adalah wacana
yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi. Contoh: Salim berkata, “Saya akan
datang.”
(2) Wacana pembeberan (expository discourse) Wacana pembeberan adalah wacana yang
tidak mementingkan waktu dan penutur, berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-
bagiannya diikat secara logis
(3) Wacana penuturan (narrative discourse) Wacana penuturan adalah wacana yang
mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu
tertentu, berorientasi pada pelaku, dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi.
(4) Wacana tidak langsung (indirect discourse) Wacana tidak langsung adalah
pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip secara harfiah kata-kata yang dipakai oleh
pembicara, mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain klausa
subordinatif, kata bahwa, dan sebagainya. Contoh: Salim berkata bahwa ia akan datang.
(Pengertian Wacana dan Macam-macanya: Sulistyo Dwi H)

PENUTUP A. Simpulan
1. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata, klausa, kalimat
dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu
mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat
berupa ucapan lisan dan dapat juga berupa tulisan, tetapi persyaratanya harus dalam satu
rangkaian dan dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat.
2. Struktur wacana adalah keutuhan yang terbangun atau terbentuk oleh komponen-
komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
3. Ada beberapa jenis wacana, di antranya:
a. Berdasarkan fungsi bahasa, wacana dapat dibagi atas wacana eksperesif, wacana
fatis, wacana informasional, wacana estetik, dan wacana direktif.
b. Berdasarkan saluran komunikasinya, wacana dapat dibedakan atas; wacana lisan dan
wacana tulis.
c. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, wacana dapat dibagi menjadi wacana
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
d. Menurut Kridalaksana wacana dapat dibagi atas wacana langsung, pembeberan,
penuturan,dantidaklangsung.

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win


A . KETERAMPILAN MEMBACA
1) Pemahaman
Ketika membaca terkadang kita tidak memahami, apa isi bacaan yang kita baca. Solusinya
adalah kita fokuskan pikiran kita kepada isi baca tersebut, kemudian kita mengulang-ulang bacaan
tersebut sampai kita bias meahami betul apa isi bacaan yang kita baca.

2) Penguasaan kosa kata


Pada saat membaca kita sering menemukan kosa kata-kosa kata yang belum kita pahami dalam
bacaan. Solusi dalam masalah ini adalah kita harus lebih memperkaya kosakata agar lebih mudah
memahami bacaan dan memaparkan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, penguasaan kosakata
dapat meningkatkan keterampilan berbahasa.

3) Konsentrasi
Ada saatnya pas kita belajar ataupun bekerja tak bisa fokus dan konsentrasi dalam mengerjakan
suatu tugas. Entah itu terganggu oleh teman atau suasana yang tak mendukung kita dalam mengerjakan
tugas dan mungkin juga karena suasana hati kita yang membuat konsentrasi kita buyar. Dan solusi
untuk hal ini adalah sebagai berikut :
a. Cari tempat/situasi yang nyaman / anda sukai
b. Gunakan Waktu Yang Tepat
c. Singkirkan benda/barang yang menggangu konsentrasi
d. Istirahat sejenak untuk merilekskan pikiran
4) Menentukan inti
Ketika saat membaca pasti kita ingin mengetahui inti dari baaan tersebut. Dan caranya adalah
pada saat kita membaca, kit abaca tulisan demi Tulsan, bagian demi bagiandari bacaan tersebut.
Kemudian kita pahami tema besarnya, dan kita simpulkan dari bacaan tersebut.
5) Rendah kecepatan dalm membaca
Dalam hal ini mungkin kita sering melakukan kebiasaan buruk letika membaca, sehingga
rendahnya kecepatan dalam membaca, hal buruk tersebut di antara lain:
a. Membaca kata demi kata
b. Sub-vokalisasi
c. Gerakan mata dan kepala yang tidak efisien / tidak perlu
d. Membaca ulang
Hal buruk tersebut dapat kita hilangkan dengan cara, kita fokuskan perhatian kita
terhadap apa yang kita baca, kemudian kita luaskan jangkauan mata kita, karna semakin luas
jangkauan mata kita pada saat membaca, maka semakin bagus pula waktu yang di gunakan
akan semakin singkat. Dan kita harus menghilangkan kebiasaan bersuara pada saat kita
membaca.
6). Gerak bibir
Dalam membaca, secara sadar maupun tidak sadar pasti kita membaca menggerakan
bibir. Ternyata hal tersebut mengganggu kita, pada saat membaca. Karna akan memperlambat
dan mempersulitkan kita dalam membaca. Menurut Muhammad noer, “Cara menghilangkan
kebiasaan buruk ini sama dengan cara menghilangkan vokalisasi. Gunakan pensil atau ballpoint di
antara kedua bibir Anda ketika membaca. Jika pensil tersebut jatuh, maka dapat dipastikan bibir Anda
bergerak. Ulangi kembali dan teruskan membaca dengan cara tersebut sampai Anda bisa
menghilangkan gerakan bibir bahkan ketika sudah tidak menggunakan pensil sebagai alat bantu”.
7). Posisi dalam membaca
Salah satu aspek yang sering dilupakan adalah sikap atau postur tubuh ketika membaca. Coba
perhatikan berapa banyak orang membaca sambil tiduran, membaca sambil duduk di kursi malas,
membaca terlalu dekat maupun posisi yang tidak tepat lainnya. Cara-cara seperti ini menghambat
kemampuan membaca cukup signifikan dan perlu diperbaiki jika ingin menjadi pembaca yang lebih
baik. Menurut Muhammad noer, posisi yang baik ketika membaca adalah di antara lain :

a. Rileks namun siaga


b. Jarak antara mata dan tulisan
c. Hindari gerakan tubuh yang tidak perlu
d. Kerjasama dua tangan

8). Motivasi

Hal ini sangat penting ketika membaca, terkadang pada saat kita membaca hilangnya
motivasi dadalam diri kita. Untuk mengatasi hal tersebut, dengan cara kita tingkatkan motivasi
kita, dan kita slalu berfikir bahwasannya membaca itu penting dalam kebutuhan kita.
B. Keterampilan berbicara
1). Kepercayaan diri
Pada saat kita berbicara didepan, terkadang kita melakukan kebiasaan yang buruk didepan,
malu dan tidak percaya diri. Solusi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri didalam diri kita yaitu,
berlatih dan membiasakan diri untuk sering berkomunikasi dilingkungan baik ditempat kerja atau
dirumah, memperbaiki penampilan dan style, memakai parfum membiasakan dari sekarang harus
berani menghadapi orang banyak anggap saja orang didepan anda semua tidak tahu dan anda yang
terbaik.
2). Penyampaian ketika berbicara
Apablia dalam penyampaian kita kurang lancar, berbagai factor menjadi penyebab kurangnya
kelancaran dalam menyampaikan sesuatu, factor-faktor tersebut ialah:
a. Kurangnya pengenalan kata-kata tertentu sehingga kita ragu akan mengucapkannya.
b. Terlalu banyak jeda sehingga penyampaian menjadi tersenda-sendat.
c. Terlalu banyak kata yang disampaikan.
d. Kurangnya tata bahasa yang disampaikan]
Solusi untuk menghilangkan factor-faktor diatas, kita harus membiasakan diri kita untuk banyak
membaca dan mencari kosakata-kosakata yang mudah di sampaikan. Supaya kita bisa menyampaikan
dengan lancar.
3). Penguasaan materi
Dalam hal ini kita di tuntut untuk menguasa materi sebelum berbicara, banyak ketika kita
berbicara kita belum menguasa materi sehingga kita bingung dengan apa yang harus di sampaikan.
Solusi agar hal ini tidak terjadi, sebelum kita maju untuk menyampaikan sesuatu, kita di tuntut agar
memahami materi yang akan kita sampaikan. Agar penyampaian kita bias di mengerti oleh kita dan
juga orang lain.
4). Situasi dan kondisi
Ketika kita berbicara seringkali kita berada di situasi atau kondisi yang tidak nyaman,
contohnya, ketika kita berbicara, kita berada di dalam kelas yang kondisinya sangat tidak tenang. Hal
itu sangat ber pengaruh terhadap kondisi kita ketika bicara, karena hal ini dapat nengganggu kita ketika
berbicara. Agar hal ini tidak terjadi, sebaiknya sebelum kita berbicara kondisikan suasana di dalam
ruangan itu nyaman dan tenang. Dan ketika kita berbicarapun suasana harus nyaman dan tenang, agar
kita dapat berbicara dengan lancar dan dapat di pahami oleh semuanya.
5). Topic/ materi
Dalam berbicara pastinya kita membicarakan sebuah topic/ materi. Ketika berbicara terkadang
kita tidak sesuai/ tidak nyambung dengan dengan topic yang kita bicarakan. Hal ini membuat
pendengar bingung dengan apa yang di bicarakan. Solusi dalam hal ini adalah sebelum kita mulai
berbicara, kita harus menguasai topic/ materi yang kita bicarakan, dan kita fokuskan kepada topic/
materi tersebut. Agar tidak melenceng kepada topic/ materi yang lain.
6). Penampilan
Penampilan di sini adalah bagaimana kita berpenampilan/ berpakaian ketika berbicara.
Terkadang ketika kita berbicara penampilan kita berantakan/ tidak karuan, sehingga menyebabkan si
pendengar tidak focus dengan apa yang kita bicarakan, karna melihat penampilan kita yang
berantakan/ kurang rapi. Dalam hal ini solusinya adalah sebelum kita berbicara, kita harus
berpenampilan rapi, serapih mungkin, karna hal ini sangat berpengaruh ketika kita berbicara.
7). Diksi/ pengetahuan bahasa
Hal ini sangat penting karna sangat berpengaruh saat berbicara. Setiap kita terkadang kita suka
terbata-bata, hal ini disebabkan karna kurangnya pengetahuan dalam berbicara. Solusi untauk hal
seperti ini adalah kita biasakan membaca buku tentang tata cara berbahasa berbahasa dengan baik. Dan
kita praktekan ketika berbicara di depan.
8). Pengetahuan
Pada saat berbicara, terkadang kita melakukan kebiasaan buruk yaitu terbata-bata pada saat
berbicara. Mengapa demikian? Karna minimnya pengetahuan dalam diri kita. Solusi untuk hal ini
adalah kita harus banyak-banyak membaca, karna dengan membaca kita akan mendapatkan
pengetahuan yang luas.

C. KETERAMPILAN MENYIMAK
1). Konsentrasi
Dalam menyimak pasti kita membutuhkan konsentrasi, karna konsentrasi sangat berpengaruh
dalam menyimak. Tapi terkadang kita tidak konsentrasi terhadap apa yang kita simak. Hal ini di
karnakan pemikiran kita yang buyar/ kemana-mana sehingga kurangnya konsentrasi dalam menyimak.
Solusi dalam hal ini adalah kita fokoskan pikiran kita sedang menyimak dan janganlah berfikir yang
macem-macem, cukupkan konsentrasi kita kepada apa yang kita simak.
2). Pemahaman
Ketika menyimak, biasanya kita kurang memahami apa yang kita simak. Hal ini di sebabkan
kurangnya perhatian dalam menyimak. Maslah ini dapat di solusikan dengan cara tingkatkan rasa ke
ingin tahuan dalam menyimak. Maksudnya pada saat menyimak, kita tingkatkan rasa ke ingin tahuan
kita. Kemudian kita perhatikan dengan sebaik-baiknya sampai kita benar-banar paham apa yang kita
simak.
3). Cepat lupa/ daya ingat
Kebiasaan buruk ini yang sering kita alami ketika menyimak, yaitu kurangnya daya inget. Hal
ini di sebabkan kurangnya konsentrasi/ pemahaman ktika menyimak, sehingga apa yang kita simak
akan mudah lupa. Solusi dalam hal ini adalah pada saat menyimak kita perhatikan dan kita dengarkan
kemudian kita catat apa yang telah kita simak. Dan pada waktu kosong kita buka kembali catatan yang
telah kita catat pada saat menyimak, dan kita pahami apa yang telah kita catat. Agar tidak mudah lupa
apa yang telah kita simak.
4). Situasi dan kondisi
Ketika kita menyimak pastinya kita pernah terganggu, karna situasi yang tidak nyaman/ berisik,
dan konsentrasi kita akan buyar ketika menyimak. Untuk hal ini solusinya adalah ketika menyimak
pastikan suasana dalam ruangan itu nyaman dan tenang sehingga kita akan dapat menyimak dengan
baik.
5). Bahasa dan kosakata
Terkadang ketika menyimak, kita belum memahami/ belum mengerti dengan bahasa yang di
sampaikan. Sehingga membuat kita bingung dan tidak mengerti dengan apa yang telah di sampaikan.
Untuk mengatasi hal ini, kita di tuntut untuk banyak-banyak membaca buku/ kita mencari kosakata
yang belum kita pahami. Dan kemudian kita cari maknanya, dan kita pahami dari kosakata yang belum
kita mengerti.
6). Mendengar
Ketika menyimak, tentunya kita mendengar. Karna apabila kita hanya menyimak saja tanpa
mendengar, maka akan sangat kurang efesien. Karna dalam menyimak harus mendengar. Tapi
terkadang kita hanya menyimak saja tanpa mendengar. Sehingga kita tidak mengerti dengan apa yang
kita simak. salosi dalam hal ini adalah ketika menyimak, kita fokuskan diri kita, dan dengarkan dengan
baik apa yang telah di sampaikan.
7). Motivasi
Pada saat kita menyimak, terkadang kita tidak ada kemauan untuk mengerti apa yang telah kita
simak. hal ini membuat kita menjadi malas untuk menyimak. Untu solusi dalam hal ini adalah jangan
malas, konsentrasi dalam menyimak, membiasakan memahami bahasa asing, dan menjaga semanga
dalam menyimak.
8). Jenis-jenis menyimak
Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Menyimak ekstensif

2. Menyimak intensif
D. KETERAMPILAN MENULIS
1). Motivasi
Motivasi adalah hal yang terpenting karna apabila Pada saat menulis dan tidak adanya motivasi
dalam diri kita maka akan menurunkan semangat untuk menulis.. Solusinya, Luruskan niat terlebih
dahulu dan tumbuhkanlah motivasi dalam diri kita agar dapat mengeluarkan ide kreatif yang
dituangkan dalam karya tulis. Karana “Motifasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan
seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjkan sesuatu maka dapat di harapkan orang itu akan
berhasil mencapai tujuan” ( Tarigan, 1987:103 )

2). Tidak terbiasa dalam menulis


Mungkin bagi seseorang yang belum terbiasa dalam menulis, dia akan ragu dalam tulisannya
karna takut akan tulisannya yang jelek atau takut salah akan apa yang telah di tulis olehnya. Solusi
dalam hal ini adalah janganlah kita takut dengan apa yang kita tulis karna. Menurut Lado ( Lewat
Suriatmaja dkk ) Tahun 1996/1997:1 “Menulis adalah kemampuan seorang dalam melukiskan
lambing-lambang gerafis yang dapat di mengerti oleh penulis itu sendiri maupun orang lain “.
3). Kecepatan
Kurangnya kecepatan menulis akan mengganggu konsentrasi kita ketika menulis. Hal ini di
sebabkan karna lamanya berfikir dalam diri kita ketika menulis. Untuk solusi dalam hal ini adalah
fokuskan pikiran kita kepada apa yang akan kita tulis, dan apabila kita menulis cukup kita tulis hal-hal
yang penting saja.
4). Tidak berbicara
Dalam menulis pastikan kita tidak berbicara, karna pada saat kita menulis lalu berbicara maka
konsentrasi kitapun akan hilang, dan akan memperlambat kecepatan kita ketika menulis. Solusi untuk
hal ini adalah fokuskan pikiran kita terhadap apa yang akan kita tulis, dan pada saat kita menulis
janganlah kita berbicara sedikitpun. Karna itu akan mengganggu pikiran kita.

1. Keterampilan Menyimak

Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga
memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan
situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap
muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian
melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk
bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya
atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat. Kemudian, contoh situasi-situasi
mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam
acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta
penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa
meminta pembicaraan diperlambat.

Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk
memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut:

a. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek
(short-term memory);
b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target;
c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi
bentuk-bentuk kata;
d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar;
e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns);
f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan;
g. menebak makna dari konteks;
h. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes);
i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis;
j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
k. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur
lainnya.

2. Keterampilan berbicara (speaking skills)

Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat
produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif,
semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap
muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan
menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta
lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara
yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini,
audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat
melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara
dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi.

Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang
pembicara harus dapat:
a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat
membedakannya;
b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat
memahami apa yang diucapkan pembicara;
c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk
sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar;
e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar;
f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama;
g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti
pembicaraan.

3. Keterampilan membaca (reading skills)

Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif.
Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak
dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering
kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan
berbicara.

Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki
pembaca adalah:

a. mengenal sistem tulisan yang digunakan;


b. mengenal kosakata;
c. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama;
d. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis;
e. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
f. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan
preposisi;
g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan;
i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulan-
kesimpulan;
j. menggunakan pengetahuan dan perangkat-perangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk
memahami topik utama atau informasi utama;
k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda,
seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam.

4. Keterampilan menulis (writing skills)

Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif.
Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan
berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat;
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang
teratur.

Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu
untuk:

a. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan;


b. memilih kata yang tepat;
c. menggunakan bentuk kata dengan benar;
d. mengurutkan kta-kata dengan benar;
e. menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca;
f. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju;
g. mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi
tambahan;
h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah
mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan;
i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai
subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan
penting untuk ditulis.

Anda mungkin juga menyukai