Disusun oleh:
Anisa rukalidu
Nim:78820123/041
Semester: 1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah mata kuliah "linguistik ".
Selawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang
telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah linguistik di program studi
pendidikan bahasa Indonesia Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan pada
universitas iqra buru.
Penulis__
DAFTAR ISI
Kata pengentar
Daftar isi
BAB1 : PENDAHULUAN..............................................!
A.latar belakang...............................................
B.rumusan masalah...........................................
BAB 2: PEMBAHASAN
B.kedudukan wacana.......................................
C.Ragam wacana.............................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan.
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi,
hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang
digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa
pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan
mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan
berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu berbicara
dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis.
Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah
percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media
komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Berdasarkan uraian di atas, betapa pentingnya apa itu wacana dan memahaminya
supaya tidak terjadinya kesalah pahaman dalam pengertian wacana, maka dari itu
kami menbahas topik wacana.
2.Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.WACANA
1.Pengertian Wacana
Kata wacana secara umum mengacu pada artikel, percakapan, atau dialog,
karangan, pernyataan. Jika kita membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia maka
wacana adalah bahan bacaan, percakapan atau tuturan. Kata wacana digunakan
sebagai istilah yang merupakan padangan dari istilah discourse dalam bahasa
Inggris.
Oleh para ahli linguis Indonesia dan negara-negara berbahasa Melayu lainya, istilah
wacana sebagai mana diuraikan diatas, dikenalkan dan digunakan sebagai bentuk
terjemahan dari istilah bahas Inggris ‘discourse’ (Dede Oetomo, 1993:3). Kata
discourse sendiri berasal dari bahasa Latin ‘discursus’ yang berarti ‘lari ke sana
kemari’, ‘lari bolak-balik’. Kata ini dituturkan dari ‘dis’ (dari/dalam arah yang berbeda)
dan ‘currere’ (lari). Jadi discursus berarti ‘lari dari arah yang berbeda’.
Perkembangan asal usul kata itu dapat digambarkan sebagai berikut.
Unsur pembeda antara ‘bentuk wacana’ dengan ‘bentuk bukan wacana’ adalah pada
ada tindakanya kesatuan makna (organisasi semantis) yang dimilikinya. Oleh
karenanya, kriteria yang relatif paling menentukan dalam wacana adalah keutuhan
maknanya. Ketika seseorang di suatu warung makan mengatakan:
Ucapan itu dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung keutuhan makna
yang lengkap. Keutuhan itu tersirat dalam hal-hal berikut: 1) urutan kata ditata
secara teratur, 2) makna dan amanatnya berkesinambungan, 3) diucapkan ditempat
yang sesuai (kontekstual), dan 4) antara penyapa dan pesapa saling dapat
memahami makna tuturan singkat tersebut (mutual intelligibility).
Jadi, wacana adalah susunan ujaran yang merupakan satuan bahasa terlengkap
dan tertinggi, saling berkaitan dengan koherensi dan kohesi berkesinambungan
membentuk satu kesatuan untuk tujuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun
tulisan.
Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang
ada dibawahnya, seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat disamping itu,
kajian wacana juga menganalisis makna dan konteks pemakaiannya. Untuk lebih
jelasnya, mari kita perhatikan bagan dibawah ini.
3.Ragam Wacana
Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga jenis
wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.
a.Wacana Monolog
b.Wacana Dialog
Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi
pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya), wacana
yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah antara dua
orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah. Situasinya bisa resmi
dan tidak resmi.
c.Wacana Polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran pembicaraan dan
pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.
a.Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha
mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional
(Rottenberg, 1988:9). Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang berusaha
membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha
mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima
suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai objek yang
diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut proses berfikir adalah
suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan. Contoh
wacana argumentasi adalah :
Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis vitamin
dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh mereka yang
memiliki kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa
multivitamin tidak terbukti dapat mencegah timbulnya suatu penyakit dan suplemen
vitamin juga tiadak bisa memperbaiki gizi yang buruk akibat pola makan yang
sembarangan. Bahkan meminum jenis vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dalam
jangka waktu panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’s
Digest Indonesia, Oktober 2004).
b.Wacana Eksposisi
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik
yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori tentang timbulnya suatu
penyakit. Ia juga digunakan untuk menjelaskan terjadinya sesuatu, beroprasinya
sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana eksposisi:
Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih dahulu didiagnosis kondisi
giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses pemutihan berlangsung
pada enamel gigi.
Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.
Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan untuk memilih
produk yang sesuai untuk dipakai (“Tampilkan Gigi Putih Berseri”, Majalah Dewi
No.5/XIII).
b.Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk mempengaruhi
pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang membuat mitra tutur
terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang
menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi sesungguhnya merupakan
penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain
atau para pembaca. Agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang
yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu
percaya akan apa yang dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk
menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi
orang lain. Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye
dan iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.
“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini, membersihkan
tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih cemerlang”.
c .Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat dilihat,
dibayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapar melihat sendiri. Deskripsi
memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau
objeknya. Sebuah diskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan banyak
penampilan individu dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang
dapat dianalisis, seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan
arsitekturnya.
Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari apa yang
diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca mengenai
apa yang digambarkan, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objek
yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan panca indra kita,
sebuah hamparan sawah yang hijau dan pemandangan yang indah, jalan-jalan kota,
tikus-tikus selokan, wajah seorang yang cantik molek atau seseorang yang bersedih
hati, alunan musik atau gelegar guntur dan sebagainya. Contoh:
Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga dengan
bagian buritan terlebih dahulu, sampai akhirnya… brak! Perahu menghantam batu
besar seukuran 4 x 3 meter, dan menempel pada batu dalam keadaan miring.
(“Jeram Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober 2004).
d.Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana narasi
terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku, peristiwa. Adanya
aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima. Melalui narasi, pembaca
atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi. Contoh wacana narasi:
Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu perkaraku
disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-orang hari ini di sini
yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah hati, dan sangat kesepian.
Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat seluruh dunia di pundaku.
Kalau pikiran sedang jenuh, cobalah berjalan-jalan di taman. Jika anda suka,
berkebunlah. Hasil penelitian menunjukan bahwa bercengkraman dengan bunga-
bunga dan tanaman akan mampu meredam stres, rasa cemas, dan kegelisahan,
serta membangkitkan rasa bahagia.
Tidur, merupakan kesempatan terbaik bagi otak dan tubuh untuk beristirahat.
Pastikan anda cukup tidur malam, apabila tidak bisa coba penuhi dengan tidur siang
atau sekedar beristirahat di meja kerja anda. Tutup pintu, matikan lampu, dan
pejamkan mata, bayangkan anda berada di tempat yang tenang, damai, dan indah.
Setelah itu hadapi setres dengan belajar dan belajar. Mungkin saat sekolah kita
sering merasa pusing belajar, tetapi ternyata jika Anda sudah bekerja, kegiatan
belajar bisa jadi “pelarian” yang menyenangkan. Menurut American Jurnal of Health
Promotion, mengambil kursus-kursus selain memperluas wawasan berfikir juga
meningkatkan kesehatan jiwa.
Dari pada mengeluh, lebih baik Anda melihat segala sesuatu dari sisi positifnya.
Mereka yang percaya pada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan manusia,
biasanya mampu melewati badai dalam hidupnya dengan lebih baik (diambil dari
Majalah Fit9/VII/September 2003).
Elemen-elemen yang terdapat dalam teks wacana contoh diatas, elemen yang
pertama adalah judul teks. Elemen kedua adalah tubuh teks. Tubuh teks terdiri dari 4
elemen, yaitu paragraf 1, paragraf 2, paragraf 3, dan paragraf 4.
Adapun persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi atau dalam wacana
itu sudah terbina yang di sebut adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur
yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu kohesif, akan terciptalah
kekoherensian yaitu isi wacana yang apik dan benar.
Pada contoh diatas, hubungan antar kalimat pertama dengan kalimat kedua itu tidak
jelas: apakah hubungan penambahan, apakah hubungan sebab dan akibat, atau
hubungan kewaktuan. Hubungan menjadi jelas, misal diberi konjungsi, dan menjadi
kalimat sebagai berikut:
Mengunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforsis.
Dengan menggunakan kata ganti sebagai rujukan anaforsis, maka bagian kalimat
yang sama tidak perlu di ulang, melainkan diganti dengan kata ganti itu. Maka oleh
karena itu juga, kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan.
Mengunakan ellipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat
kalimat yang lain. Dengan ellipsis, karena tidak di ulangnya bagian yang sama,
maka wacana itu tampak menjadi lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi
alat penghubung kalimat di dalam wacana itu.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koherens dapat
juga dibuat dengan baebagai aspek semantik. Caranya, antara lain:
Kuda itu jangan kau pacu terus. Binatang juga perlu istirahat.
Menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi
antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
Dengan cepat di sambarnya tas wanita pejalan kaki itu. Bagai elang menyambar
anak ayam.
Lahap benar makanannya. Seperti orang yang sudah satu minggu tidak ketemu
nasi.
Dia malas, dan sering kali bolos sekolah. Wajarlah kalau tidak naik kelas.
Pada pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernafas pun susah di dalam bus itu.
Menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada
dua kalimat dalam satu wacana. Misalnya:
Becak sudah tidak ada lagi di Jakarta. Kendaraan roda tiga itu sering di tuduh
memacetkan lalulintas.
Kebakaran sering melanda Jakarta. Kalau dia datang si jago merah itu tidak kenal
waktu, siang atau pun malam.
C.ANALISIS WACANA
Seperti dikatakan Stubbs (1983:1), analisis wacana merupakan suatu kajian yang
meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah adalah bahwa
penggunaan bahasa, seperti dalam komunikasi sehari-hari. Data dalam wacana
dapat berupa teks, baik teks lisan, maupun teks tulis. Teks merujuk pada bentuk
rangkaian kalimat atau ujaran. Istilah kalimat digunakan dalam ragam bahasa tulis,
sedangkan ujara digunakan untuk mangacu pada kalimat dalam ragam bahasa
lisan.
Dalam analisi wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsip
analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah interpretasi berdasarkan konteks, baik
konteks linguistik maupun konteks nonlinguistik. Konteks non linguistik yang
erupakan koteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu,
ranah penggunaan wacana, dan partisipan.
Dalam analisis wacana juga terdapat istilah kohesi dan koherensi. Istilah tersebut
telah dibahas secara sekilas di awal. Kohesi mengacu pada hubungan antar bagian
dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai
pengikatnya. Untuk menghubungkan informasi antar kalimat. Contoh kata yang
digunakan, seperti kata selain, sebab, ini, itu, dan. Koherensi adalah kepaduan
gagasan antar bagian dalam wacana. Dalam sebuah wacana pada tiap kalimatnya
terdapat gagasan.
Pada wacana tersebut, juga terdapat prinsip interpretasi lokal, misalnya terdapat
kata, negara-negara maju, sekarang. Sedangkan untuk prinsip interpretasi analogi,
pembaca wacana tersebut tentunya dapat meng interpretasi isi wacana tersebut
sesuai dengan pengalamannya dalam mengetahui tentang baiknya mengonsumsi
makanan berkalori rendah demi kesehatanya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan.
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi,
hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang
digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa
pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana
sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan
sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana merupakan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran.
Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono (ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Kridaklaksana, Harimurti. 1978. “Keutuhan Wacana” dalam Bahasa dan Sastra th. IV
No.1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
——-. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Rosdiana, Yusi., dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Rottenberg, Annette T. 1988. Elements of Arguments: A Text and Reader. New York:
A Bedford Books ST. Martin’s Press
Webster. 1983. New Tweentieth Century Dictionary. USA: The World Publishing
Company.