Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUMBER KAJIAN WACANA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Wacana Bahasa
Indonesia yang diampu oleh Bunda Dr. Titin Setiartin Ruslan,.Dra., M.Pd.

Kelompok 2
Oleh :
Indira Widya Anjani 202121010
Elsi 202121028
Nur Sri Fadila 202121035
Asep Muhamad MR 202121061

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang maha rahman dan maha
rahim. Berkat rahmat-Nyalah, kami, Kelompok 3 dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sumber Kajian Wacana”.

Makalah ini berisi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan materi
sumber kajian wacana bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat karakteristik
dan jenis-jenis dari sumber kajian wacana.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai


pihak, baik morel maupun materiel. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Bunda Dr. Titin Setiartin Ruslan,.Dra., M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah Wacana Bahasa Indonesia yang telah memberi kesempatan kepada kami,
kelompok 4 untuk mengembangkan wawasan tentang sumber kajian wacana
bahasa Indonesia.
2) Teman-teman penulis yang telah memberi masukan dalam pembuatan makalah
ini sehingga makalah menjadi lebih kaya dan bermakna.
3) Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per-satu yang telah membantu
kami menyelesaikan makalah ini.
Semoga bantuan Bapak, Ibu, dan Saudara menjadi amal saleh dan mendapat
balasan yang berlipat ganda dari Allah swt.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dalam isi
maupun teknik penyajian. Oleh karena itu, kritik, saran, dan masukan dari
pembaca untuk perbaikan makalah ini sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat, baik bagi pembelajaran Keterampilan
Membaca, khususnya presentasi maupun pembelajaran Bahasa Indonesia dan
pendidikan pada umumnya. Aamiin
Tasikmalaya, September 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Pengertian Wacana ............................................................................... 2
B. Struktur Kajian Wacana dan Hubungannya ......................................... 2
a. Makrolinguistik ............................................................................. 3
b. Mikrolinguistik .............................................................................. 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11
A. Simpulan............................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satuan bahasa (linguistics unit) merupakan bentuk lingual yang menjadi
komponen pembentuk bahasa. Satuan bahasa dalam tata bahasa deskriptif akan
dilihat dari dua tataran, yaitu tataran bunyi dan tataran gramatikal. Kajian
tataran bunyi adalah fonologi, sedangkan tataran gramatikal mencakup
morfologi, sintaksis, dan wacana.
Dalam tataran gramatikal, para tata bahasawan struktural lazim memandang
satuan bahasa yang paling tinggi adalah kalimat. Namun, kenyataan
menunjukkan bahwa hasil kajian linguistik menunjukkan ada satuan di atas
kalimat yang masih dipandang sebagai satuan gramatikal, yaitu paragraf dan
wacana. Dalam hubungan itu, Kridalaksana (1990:32) menjabarkan satuan
gramatikal menjadi sembilan level dan menempatkan wacana sebagai satuan
gramatikal yang tertinggi. Maka karena wacana menjadi satuann gramatikal
tertinggi, dalam makalah ini, kelompok 3 akan membahas tentang wacana,
khususnya wacana sebagai sumber kajian linguistik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud wacana?
2. Bagaimana struktur wacana?
3. Bagaimana hubungan wacana dan makrolinguistik?
4. Bagaimana hubungan wacana dan mikrolinguistik?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan kami menyusun makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah wacana bahasa Indonesia
2. Untuk menambah wawasan mengenai sumber kajian wacana
3. Mengetahui hubungan antara wacana dengan sub sistem makrolinguistik
4. Mengetahui hubungan antara wacana dengan sub sistem mikrolinguistik

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana
Wacana adalah unsur kebahasaan yang lengkap, lengkap dari segi
kebahasaan maupun segi maknanya. Wacana adalah satuan bahasa yang
lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal
tertinggi atau terbesar (Chaer, 2007:267). Sebagai satuan tertinggi dalam
hierarki sintaksis wacana mempunyai pengertian yang lengkap atau utuh,
dibangun oleh kalimat atau kalimat-kalimat. Artinya, sebuah wacana hanya
terdiri dari sebuah kalimat, dan terdiri dari sejumlah kalimat. Dalam
pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat itu dipadukan oleh
alat-alat pemaduan yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, atau
pun unsur semantik (Chaer, 2009:46-47).
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seriensiklopedia, dsb.),
paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Harris
dalam Kridalaksana, 2011:259). Sementara itu, Moeliono dalam Djajasudarma
(2010:3) menyatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya
membentuk satu kesatuan.
Pemahaman wacana yang menekankan unsur keterkaitan kalimat-kalimat,
di samping hubungan proposisi sebagai landasan berpijak, mengisyaratkan
bahwa konfigurasimakna yang menjelaskan isi komunikasi pembicaraan
sangat berperan dalam informasi yang ada pada wacana. Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa
tertinggi yang menghubungkan satu proposisi dengan proposisi lainnya
sehingga membentuk kesatuan yang utuh.
B. Struktur Kajian Wacana
Secara umum struktur wacana terdiri dari struktur gagasan, struktur
paparan, dan struktur bahasa. Struktur sebuah wacana merujuk pada struktur

2
yang menyeluruh atau struktur global pada bentuk pesannya. Dalam hal ini,
bentuk pesan tersebut bergantung pada konteks situasi yang
melatarbelakanginya. Di samping itu, struktur wacana juga tercermin pada
retorika dan persuasi pesan.
Melalui pernyataan di atas, maka struktur wacana terdiri dari tiga jenis yaitu
struktur mikro, struktur makro, dan superstruktur.
1) Struktur mikro, berkaitan dengan makna wacana, kata, frasa, kalimat, anak
kalimat, proposisi, dan gambar. Dalam hal ini, elemen-elemen yang
tersusun dapat membantu pemahaman tentang makna wacana tersebut tanpa
mengesampingkan segi isi.
2) Struktur makro, makna global atau umum dari suatu wacana yang dapat
dipahami dengan melihat topik atau tema dari suatu teks.
3) Superstruktur, berhubungan dengan kerangka wacana yaitu bagaimana
bagian-bagian wacana tersusun ke dalam wacana secara utuh.
Berikut ini adalah penjelasan struktur wacana tersebut.
1. Makrolinguistik
Makrolinguistik merupakan bidang linguistik yang mempelajari bahasa
dalam arti luas. Artinya, hubungan bahasa dengan faktor-faktor lain di luar
bahasa, seperti dari segi kejiwaan, sosial, budaya, dan lain-lain.
a. Sosiolinguistik
Menurut Kridalaksana (1978), sosiolinguistik merupakan ilmu yang
mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan antara
para bahasawan dengan ciri fungsi variasi itu di dalam suatu masyarakat
bahasa. Selain itu, Nababan (1984) mendefinisikan sosiolinguistik
sebagai pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan. Abdul
Chaer dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik Perkenalan awal,
menyebutkan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin
yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa
itu di dalam masyarakat (Chaer, 2014:2). Dari ketiga pernyataan
tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang
ilmu antardisiplin yang mengkaji berbagai ciri dan variasi bahasa, serta

3
hubungan antara para pengguna bahasa dengan ciri fungsi variasi di
dalam masyarakat.
Wacana berkembang dalam konteks budaya. Setiap kelompok
masyarakat memiliki budaya masing-masing, sehingga kajian wacana
harus disesuaikan dengan kebudayaan dari pembuat wacananya.
Pembahasan dalam wacana dilakukan secara lebih mendetail tentang
bentuk rangkaian tuturan dengan memperhatikan, (a) konteks situasi
pemakaian nyata, (b) bahasa sebagai alat komunikasi dan (c) ujaran atau
tuturan perasaan tak berstruktur percakapan tidak utuh atau kalimat
majemuk dapat menunjukan rangkaian bahasa yang konstektual,
berurutan dan situasional.
Sedangkan, sosiolingustik, mempelajari mengenai ilmu bahasa dan
hubungan keterkaitannya dengan sosial masyarakat yang menghuni
suatu daerah. Sosiolinguistik dapat berupa penggunaan bahasa dengan
menggunakan ragam bahasa yang telah disesuaikan, baik dalam situasi
normal maupun non-formal. Sosiolinguistik membantu mengetahui
bagaimana tindakan dan cara komunikasi seseorang dengan lingkup
ragam bahasa yang disesuaikan dengan lawan tuturnya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara sosiolinguistik dengan wacana
dalam kaijiannya, baik wacana maupun sosiolinguistik sama-sama
menitiberatkan pada bahasa dalam sebuah konteks yang ada di
masyarakat.
b. Psikolinguistik
Psikologi berasal dari bahasa Inggris pscychology. Kata pscychology
berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang
berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Linguistik ialah ilmu tentang
bahasa dengan karakteristiknya. Bahasa sendiri dipakai oleh manusia,
baik dalam berbicara maupun menulis dan dipahami oleh manusia baik
dalam menyimak ataupun membaca.

4
Psikolinguistik merupakan studi ilmu interdisipliner, artinya ilmu
tersebut menggunakan dua pendekatan disiplin ilmu ilmiah.
Psikolinguistik kajian dalam linguistik yang tentang penggunaan dan
proses terjadinya bahasa oleh manusia yang diperoleh dari proses
memproduksi dan memahami ujaran antara pikiran dan tubuh manusia.
Menurut Levelt (Marat, 1983:1) psikolinguistik adalah suatu studi
mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia. Emmon
Bach dalam Tarigan (1985: 3) mengemukakan bahwa psikolinguistik
adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para
pembicara/pemakai bahasa membentuk/membangun kalimat-kalimat
bahasa tersebut.
Secara lebih rinci Chaer (2003: 6) berpendapat bahwa psikolinguistik
mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur
itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu
memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Pada hakikatnya
dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan
memahami ujaran. Dari berbagai uraian di atas dapat disimbulkan
bahwa psikolinguistik merupakan bidang ilmu interdisipliner yang
mengkaji mengenai penggunaan dan pemerolehan bahasa dalam
tuturan tersebut.
Hubungannya dengan wacana adalah dalam penyusunan wacana, topik
atau tema yang diangkat ataupun ujaran-ujaran yang dihasilkan
berdasarkan kondisi psikis manusia. Psikolinguistik membahas tentang
bagaimana orang mempergunakan bahasa sebagai sebuah sistem dan
bagaimana orang dapat memperoleh bahasa tersebut sehingga dapat
digunakan untuk komunikasi. Psikolinguistik juga membahas
bagaimana bahasa itu diterima dan diproduksi oleh pemakai bahasa,
bagaimana kerja otak manusia yang berkaitan dengan bahasa, teori
pemerolehan bahasa oleh anak, Perbedaan antara pemerolehan bahasa
oleh anak dan pembelajaran bahasa, dan interferensi sistem bahasa ibu
kebahasaan yang sedang dipelajari.

5
c. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa mencakup mencakup empat segi, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Tarigan,
1980:1). Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan atau menerima
informasi dari apa yang diucapkan atau dibaca orang lain secara teliti.
Berbicara merupakan kegiatan bercakap atau berbahasa yang dilakukan
dua arah secara langsung secara produktif. Membaca merupakan
kegiatan melihat serta memetik makna, atau memahami isi dari apa
yang tercetak atau tertulis, selain itu kita juga harus bisa menyusun
konteks yang tersedia agar bisa membentuk makna atau memhaminya.
Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide, gagasan dan pikiran
dalam bahasa tulis.
Wacana merupakan salah satu produk dari keterampilan berbahasa.
Wacana juga merupakan salah satu produk dari keterampilan berbahasa
(menulis). Hubungan dari wacana dapat dilihat dari pengertian wacana
itu sendiri yang merupakan satuan bahasa terlengkap atau utuh yang
dapat dijadikan sebagai alat komunikasi sekaligus untuk menuangkan
ide atau gagasan baik lisan maupun tulisan secara terstruktur dan
berkesinambungan sehingga membentuk suatu keseluruhan yang padu.
Hasil karya wacana dapat dituangkan dalam bentuk tulisan (menulis)
atau ujaran (berbicara).
Selain itu, Analisis terhadap wacana juga memerlukan keahlian
menyimak dan membaca. Edmonson (dalam Djajasudarma, 1981: 2)
menganggap wacana sebagai suatu peristiwa yang terstruktur,
diwujudkan dalam perilaku linguistik (bahasa). Perbedaan wacana dan
keterampilan berbahasa adalah dalam fokus dan cara pembahasaannya.
Ditinjau dari pembahasannya, keterampilan berbahasa membahas
bahasa sebagai alat komunikasi terutama dari segi struktur formal
bahasa, sedangkan dalam wacana pembahasan dilakukan lebih
mendetail mengenai bentuk rangkaian tuturan dengan memperhatikan,
(a) konteks situasi pemakaian nyata, (b) bahasa sebagai alat komunikasi

6
dan (c) ujaran atau tuturan perasaan tak berstruktur percakapan tidak
utuh atau kaliamt majemuk dapat menunjukan rangkaian bahasa yang
konstektual, berurutan dan situasional.
2. Mikrolinguistik
Mikrolinguistik adalah bidang linguistik yang mempelajari bahasa dalam
arti sempit, yaitu bahasa dalam kedudukannya sebagai fenomena alam yang
berdiri sendiri. Mikrolinguistik mempelajari bahan bahasa secara langsung
tentang sifat-sifat, struktur, cara kerja, dan sebagainya.
Sederhananya linguistik mikro merupakan cabang ilmu linguistik yang
konsen kajiannya pada konten sistem internal bahasa.
Kajian mikrolinguistik diantaranya.
1) Fonologi yaitu ilmu tentang perbendaharaan bunyi-bunyi (fonem) bahasa
dan didistribusikan secara harfiah terdiri dari 2 bagian yaitu:
• Fonetik, mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem bahasa
diealisasikan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh
manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa.
• Fonemik, bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut
fungsinya sebagai pembeda arti.
Ada 3 unsur penting ketika organ ucap manusia memproduksi,
diantaranya:
• Udara, alat penghantar bunyi
• Atikulator, bagian alat ucap yang bergerak
• Titik artikulasi, alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Ada beberapa istilah lain dalam fonologi yang perlu kita ketahui,
diantaranya:
• Fona: Bunyi ujaran yang bersifat netral
• Fonem: Satuan bunyi ujaran terkecil
• Vokal: Fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar
tanpa rintangan
• Konsonan: Fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara
keluar dengan rintangan

7
Hubungan antara fonologi dan wacana adalah sebagai berikut:.

a. Fonologi maupun wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai


objek kajiannya, hanya saja perbedaannya adalah fonologi mengkaji
struktur bahasa (khususnya bunyi bahasa) sedangkan analisis
wacana mengkaji bahasa di luar struktur/kaidah-kaidah. Secara
hierarki, fonologi merupakan tataran terkecil dalam wacana. Dalam
mengkaji wacana, teori tentang bunyi-bunyi bahasa sangat
diperlukan sebab fonologi merupakan dasar dari ilmu bahasa.
b. Fonologi dan wacana sama-sama mengkaji bahasa dalam bentuk
lisan, hanya saja yang membedakan adalah fonologi tidak mengkaji
bahasa dalam bentuk tulisan sebab yang menjadi objeknya hanyalah
bunyi-bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia,
sedangkan wacana mengkaji naskah-naskah yang berbentuk tulisan.
2) Morfologi, merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-
satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari
seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Morfem adalah suatu bentuk bahasa
yang tidak mengandung bagian yang mirip dengan bentuk lain.
Hubungan morfologi dengan wacana adalah sebagai berikut:
a. Morfologi dan wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai
objek kajiannya. Hanya saja, sama dengan fonologi, morfologi juga
mengkaji struktur bahasa (khususnya pembentukan kata) sedangkan
analisis wacana mengkaji bahasa di luar struktur/kaidah-kaidah.
Secara hierarki, morfologi merupakan tataran terkecil kedua dalam
wacana. Dalam mengkaji wacana, teori tentang pembentukan kata
sangat dibutuhkan sebab wacana yang berbentuk naskah itu
terbentuk dari susunan kata demi kata yang memiliki makna.
b. Morfologi yang mempelajari seluk beluk pembentukan kata sangat
berhubungan dengan wacana karena dalam wacana harus tepat
dalam memilih kata-kata sesuai dengan maksud yang ingin
disampaikan oleh wacana tersebut.

8
3) Semantik berasal dari bahasa Yunani, semantikos, memberikan tanda,
dari kata sema adalah cabang linguistik yang mempelajari arti makna
yang terkandung pada suatu bahasa , kode, atau jenis representasi.
Hubungannya dengan wacana adalah baik semantik maupun wacana
sama-sama mengkaji makna bahasa sebagai objek kajiannya. Hanya saja
perbedaannya adalah semantik mengkaji makna leksikal bahasa (makna
lingistik), sedangkan wacana mengkaji makna kontekstual atau
implikatur dari ujaran-ujaran atau teks-teks.
4) Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas antara kata dalam tuturan.
Unsur bahasa yang termasuk dengan sintaksis ; frase; satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif. Klausa; satuan
sintaksis berupa runtuhan kata-kata berkonstruktif prediktif.
Hubungan antara sintaksis dengan wacana adalah sebagai berikut :
a. Sintaksis dan Wacana sama-sama menggunakan bahasa sebagai
objek kajiannya. Hanya saja, sama dengan Fonologi dan morfologi,
Sintaksis juga mengkaji struktur bahasa (khususnya pembentukan
kalimat) sedangkan analisis wacana mengkaji bahasa di luar
struktur/kaidah-kaidah. Secara Hierarki, Sintaksis merupakan
tataran terkecil ketiga dalam Wacana.
b. Sintaksis yang mempelajari seluk beluk pembentukan kalimat sangat
berhubungan dengan wacana karena dalam mengkaji wacana, teori
tentang pembentukan kalimat sangat dibutuhkan. Sebuah Wacana
dapat dikatakan baik apabila hubungan antara kalimat-kalimatnya
kohesi dan koheren.
5) Leksikologi berasal dari bahasa Yunani lexico, adalah cabang ilmu yang
mempelajari kata, sifat dan makna, unsur, hubungan antara kata,
kelompok kata dan keseluruhan kata.
Hubungan antara wacana dan leksikologi adalah karena dalam mengkaji
wacana ketika direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh tentu
harus ada kesesuaian dan keselarasan dari segi kata, sifat dan makna,

9
unsur, hubungan antara kata, kelompok kata dan keseluruhan kata, dan
semua itu dikaji oleh leksikologi.

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Wacana adalah unsur kebahasaan yang lengkap, lengkap dari segi
kebahasaan maupun segi maknanya. Secara umum struktur wacana terdiri dari
struktur gagasan, struktur paparan, dan struktur bahasa. Struktur sebuah
wacana merujuk pada struktur yang menyeluruh atau struktur global pada
bentuk pesannya. Struktur wacana terdiri dari tiga jenis yaitu struktur mikro,
struktur makro, dan superstruktur.
1. Struktur mikro, berkaitan dengan makna wacana, kata, frasa, kalimat, anak
kalimat, proposisi, dan gambar. Dalam hal ini, elemen-elemen yang
tersusun dapat membantu pemahaman tentang makna wacana tersebut
tanpa mengesampingkan segi isi.
2. Struktur makro, makna global atau umum dari suatu wacana yang dapat
dipahami dengan melihat topik atau tema dari suatu teks.
3. Superstruktur, berhubungan dengan kerangka wacana yaitu bagaimana
bagian-bagian wacana tersusun ke dalam wacana secara utuh.
B. Saran
Kami yang menyusun makalah ini menyadari jika makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena itu segala bentuk kritikan dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan guna penyempurnaan makalah ini serta
meningkatkan pemahaman akademis kita bersama.

11
DAFTAR PUSTAKA
Baried, S.B. 1983. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Fak. Sastra
UGM.
Bertens, Kees. 2001. Filsafat Barat Abad XX: Inggris-Jerman. Jakarta: PT
Gramedia .
Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Duranti, Alesandro. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge:
Cambrudge University Press.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan
Infleksional). Bandung: Refika Aditama.
Tim Redaksi. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Nababan, P.W.J. 1984. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT
Gramedia.
Simanjuntak, Mangatar. 2009. Pengantar Psikolinguistik Moderen. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Sudjiman. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Grafiti
Sugiharto, Bambang. 1996. Postmodernisme: Tantangan bagi Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius.
Wardhaugh, Ronald. 1972. Introduction to Linguistics. New York:
McGraw-Hill, Inc.

12

Anda mungkin juga menyukai