Kelompok 3 :
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk serta
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan dalam bentuk makalah yang
berjudul Teks, Ko-nteks dan Kotek. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Analisis Wacana.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan perbaikan untuk tulisan-
tulisan yang akan datang.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun ingin mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Sosiolinguistik yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya serta
untuk menambah pembendaharaan pengetahuan dalam memahami perencanaan
pengembangan bahasa.
Semoga bantuan, dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Pengertian Teks...............................................................................................................5
B. Pengertian kotek..............................................................................................................6
C. Pengertian konteks..........................................................................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana merupakan unit kebahasaan yang lebih besar dari pada kalimat dan klausa
dan mempunyai hubungan antara unit kebahasaan yang satu dengan yang lain. Atau dengan
kata lain, wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hirarki gramatikal tertinggi
atau terbesar. Dalam wacana sendiri terdapat tiga unsur pendukung yaitu teks, koteks dan
konteks yang merupakan bagian yang sangat penting keberadaannya dalam wacana. Wacana
juga dimaknai sebagai suatu teks, koteks, dan konteks secara bersama-sama.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Teks adalah
bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu
(menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Konteks adalah sesuatu yang
menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua
kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Teks?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu teks.
2. Mengetahui apa itu koteks
3. Mengetahui apa itu konteks
4. Mengetahui bungan dari Teks, Koteks, dan Konteks
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teks
Teks merupakan seperangkat unit bahasa baik lisan maupun tulisan, dengan ukuran
tertentu, makna tertentu, serta tujuan tertentu (Zainurrahman, 2011: 128). Teks bersifat
sistematis dan memiliki struktur teratur dengan elemen-elemen yang mana jika terjadi
perubahan pada salah satu elemen maka akan berdampak sistemik. Teks bisa berupa kata,
kalimat, paragraf, atau wacana, yang memiliki karakteristik tertentu yang secara
konvensional diterima, secara kognitif dipahami yang kemudian karakteristik teks itu sendiri
disebut tekstur (texture). Sobur (2012 : 52) dalam Analisis Teks Media. Teks adalah sebuah
objek kenikmatan, sebagaimana diproklamasikan dalam buku Sade! Fourier! Loyola: “The
text is an object of pleasure. (Teks adalah objek kenikmatan). Sebuah kenikmatan dalam
pembacaan sebuah teks adalah kesenangan kala menyusuri halaman demi halaman objek
yang dibaca. Teks juga bisa diartikan sebagai “seperangkat tanda yang ditransmisikan dari
seorang pengirim kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode
tertentu” (Budiman, 1999 : 115-116).
Mata Kuliah Morfologi adalah mata kuliah yang wajib dan harus ditempuh dalam
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mata kuliah ini, membahas tentang
seluk beluk pembentukan kata. Jadi dalam mata kuliah Morfologi kita jadi paham bagaimana
kata dapat dibentuk menjadi sebuah kata.
“Tante beli buah duku 3 kg, yang manis-manis dan bagus ya”.
B. Pengertian koteks
Kridalaksana (2011 : 137), koteks diartikan sebagai kalimat atau unsur-unsur yang
mendahului dan/atau mengikuti sebuah unsur lain dalam wacana. Koteks merupakan teks
yang mendampingi teks lain dan mempunyai keterkaitan dan kesejajaran. Keberadaan teks
yang terkait dengan koteks terletak pada bagian depan (mendahului) atau pada bagian
belakang teks yang mendampingi.
C. Pengertian kontek
Konteks adalah aspek-aspek internal teks dan segala sesuatu yang secara eksternal
melingkupi sebuah teks (Sumarlam, 2003:14). Konteks wacana adalah aspek-aspek internal
wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana (Sumarlam,
2003:47). Berdasarkan pengertian tersebut maka konteks wacana secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konteks bahasa dan konteks luar bahasa. Konteks
bahasa disebut ko-teks, sedangkan konteks luar bahasa (extra linguistic contect) disebut
dengan konteks situasi dan konteks budaya atau konteks saja (Malinowski dalam Halliday
dan Hasan, 1992:8).
Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan
mempengaruhi pemakaian bahasa seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks
tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.
Simpulan dari diatas yaitu bahwa konteks adalah suatu ujaran yang berbentuk uraian
atau kalimat dengan maksud untuk mengetahui makna dari ujaran tersebut dalam situasi yang
ada hubungannya dengan peristiwa itu.
Ketua berhenti atau tidak, tak ada arti apa-apa bagi majikan. Itulah dampaknya yang
kulihat. Tinggal sekarang organisasi harus mencari ketua baru yang tak dapat disuap. Siapa
yang akan dicalonkan dan bagaimana cara aku belum tahu.
Maksudnya dalam konteks tersebut kata ‘ketua’ pada teks itu tidak jelas. Begitu pula
kata ‘majikan’, organisasi. Makna dan apa yang jadi referensi dari kata-kata itu kita ketahui
apabila kit abaca. Ketua yang dimaksud adalah ketua cabang, majikan adalah majikan buruh-
buruh itu, dan organisasi tentulah buruh-buruh itu juga.
Berdasarkan ketiga definisi dari teks, koteks, dan konteks tersebut maka dapat
dikatakan bahwa hubungan antara teks, koteks dan konteks sangatlah erat atau selalu
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya koteks dalam struktur wacana
menunjukkan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya sehingga wacana menjadi utuh dan lengkap. Kemudian, dengan adanya konteks,
maka munculah sebuah wacana yang terdiri dari teks-teks. Hal tersebut dikarenakan makna
yang terealisasi di dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahassa dengan konteksnya,
sehingga konteks merupakan wahana terbentuknya teks.
Contohnya:
Ada sebuah wacana dalam bentuk tulisan yang digantungkan di lorong akhir suatu jalan
kampung.
“Terima kasih.”
Wacana itu jelas-jelas merupakan wacana potongan. Makna dan interpretasi apa yang
dapat diambil dari gantungan tulisan itu? Ternyata ada wacana atau teks lain yang
sebelumnya tergantung di lorong masuk jalan kampung tersebut, yaitu:
Wacana “Jalan pelan-pelan! Banyak anak-anak.” Adalah peringatan bagi orang yang
akan melewati lorong kampung itu. Apabila para pejalan telah menaatinya, misalnya dengan
memerlambat laju kendaraannya, maka wacana “Terima kasih.” adalah suatu ucapan yang
diberikan masyarakat kepada para pengguna jalan (lorong) tersebut. Inilah yang dinamakan
pertalian antara teks satu dengan yang lainnya. Salah satu teks tersebut berkedudukan sebagai
koteks.
Kaitannya dengan konteks, kedua teks tersebut tidak akan muncul atau digantung di
lorong tersebut jika tidak ada konteks yang melatarbelakangi penduduk, mungkin orangtua
atau ketua RT untuk melakukannya. Ternyata, penduduk di lingkungan lorong tersebut
banyak yang memiliki anak balita (di bawah 10 tahun) yang sering lalu lalang untuk bermain
tanpa memerhatikan pejalan (yang membawa kendaraan) yang melintas di lorong tersebut.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa teks adalah satuan bahasa yang
dihasilkan melalui medium perantara secara interaksi atau komunikasi baik berupa lisan
maupun tulisan. Koteks merupakan teks yang mendampingi teks lain dan mempunyai
keterkaitan dan kesejajaran. Keberadaan teks yang terkait dengan koteks terletak pada bagian
depan (mendahului) atau pada bagian belakang teks yang mendampingi. Konteks adalah
suatu ujaran yang berbentuk uraian atau kalimat dengan maksud untuk mengetahui makna
dari ujaran tersebut dalam situasi yang ada hubungannya dengan peristiwa itu. Jadi
disimpulkan bahwa dalam wacana terdapat teks, koteks dan konteks yang merupakan bagian
terpenting dalam wacana sehingga bisa terbentuknya dari teks-teks.
DAFTAR PUSTAKA
Kridaklaksana, Harimurti. 2011. Kamus Linguistik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Sumarlam. 2006. Analisis Wacana Tekstual dan Kontekstual. Surakarta: UNS Press.