Anda di halaman 1dari 23

LANDASAN PENULISAN BUKU TEKS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyusunan Buku Teks


BI

DOSEN PENGAMPU: AYYU SUBHI FARAHIBA, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

 Uyunur Rohmah (180621100012)


 Nurul Latifah (180621100022)
 Erika Rusdiana (180621100024)
 Riskita Aulia Rahmadani (180621100031)
 Khofifah Putri Maulidina (180621100035)
 Siti Fitriyah Mu’tarofah (180621100037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

MARET 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-
Nya penulisan makalah dengan judul “Landasan Penulisan Buku Teks” dapat
terselesaikan dengan baik. Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca, terutama mengenai “Landasan Penulisan
Buku Teks”.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ayyu Subhi Farahiba, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Penyusunan Buku Teks BI;
2. Orang tua dan juga teman-teman yang membantu dan ikut serta berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari tentunya dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan. Untuk itu dengan tangan terbuka, kami menerima baik kritik
maupun saran yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan penulisan
makalah di masa mendatang.

Bangkalan, 06 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................i

Kata Pengantar ......................................................................................................ii

Daftar Isi ...............................................................................................................iii

BAB 1 Pendahuluan

1.2 Latar Belakang ....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2

1.3 Tujuan .................................................................................................2

BAB 2 Pembahasan

2.1 Landasan Keilmuan ………...............................................................3

2.2 Landasan Ilmu Pendidikan dan Keguruan .........................................4

2.3 Landasan Kebutuhan Siswa …………..............................................13

2.4 Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yang Digunakan ............15

BAB 3 Penutup

3.1 Simpulan ...........................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etimologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan


diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Artinya
pendidikan memiliki tanggung jawab dan peran dalam perkembangan diri
peserta didik. Apabila lebih diperinci maka perkembangan yang dimaksud
terangkum dalam tiga ranah kecerdasan, yaitu kecerdasan pengetahuan
(kognitif), emosional (afektif); dan keterampilan (psikomotorik). Dalam
pengimplementasiannya, ketiga ranah kecerdasan tersebut memiliki ruang
lingkup sekaligus alat evaluasi masing-masing guna mencapai target
pendidikan yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di
Indonesia.

Berbicara mengenai kiprah pendidikan di Indonesia tentu tidak dapat


lepas dari kebijakan pemerintah dalam melakukan terobosan kurikulum yang
digunakan, sehingga baik pendidik maupun peserta didik turut serta
merasakan dampak dari kebijakan yang ditetapkan. Dewasa ini pendidik
diberikan peluang besar dalam mengusung konsep pembelajaran yang akan
diaplikasikan, salah satu wujudnya yakni melakukan pengembangan
kurikulum pendidikan. Peluang tersebut dirasa perlu karena dalam proses
pembelajaran banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional, seperti sumber daya alam (SDA) dan sumber daya
manusia (SDM) yang tersedia. Sumber daya alam (SDA) tentu berkaitan
dengan potensi lingkungan satuan pendidikan baik alam, seni, budaya,
bangunan, masyarakat, dan lain sebagainya. Sementara itu, sumber daya
manusia (SDM) berhubungan dengan pendidik, peserta didik, wali peserta
didik, dan lain sebagainya. Akan tetapi pada intinya, peran sebuah kurikulum
pendidikan tidak lain ialah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia saat yakni kurikulum
2013 atau lebih dikenal dengan istilah K13. Dalam kurikulum 2013 (K13)
khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia menitikberatkan pada
pembelajaran berbasis teks, sehingga pendidik pun dituntut mampu
menyusun buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan tersebut
menjadi kecakapan penting yang harus dikuasai mahasiswa program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Untuk itu, sebagai upayanya maka
dalam program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat mata
kuliah Penyusunan Buku Teks BI. Atas dasar latar belakang tersebut, maka
makalah ini dibuat sebagai upaya memenuhi tugas mata kuliah Penyusunan
Buku Teks BI yang ingin mengkaji secara mendalam tentang “Landasan
Penyusunan Buku Teks”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan pertama penyusunan buku teks?


2. Bagaimana landasan kedua penyusunan buku teks?
3. Bagaimana landasan ketiga penyusunan buku teks?
4. Bagaimana landasan keempat penyusunan buku teks?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui landasan pertama penyusunan buku teks;


2. Mengetahui landasan kedua penyusunan buku teks;
3. Mengetahui landasan ketiga penyusunan buku teks;
4. Mengetahui landasan keempat penyusunan buku teks.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Keilmuan
Landasan pertama yang perlu diperhatikan dalam penulisan buku teks
adalah landasan keilmuan. Ini berarti bahwa setiap penulisan buku teks harus
memahami dan menguasai teori yang terkait dengan bidang keilmuan atau
bidan studi lainnya. Secara teknis, landasan Keilmuan ini meliputi keakuratan
materi, cakupan materi, dan pendukung materi.
1. Aspek keakuratan materi terlihat pada indikator berikut
a. Seitiap konsep, definisi, rumus, hukum, dan sebagainya yang disajikan
dalam buku teks harus tepat. Ketepatan ini terlihat pada adanya
kesesuaian antara isi yang dipaparkan dan teori yang terdapat dalam
bidang studi yang bersangkutan.
b. Materi yang disajikan harus autentik. Keautentikan materi ini terlihat
bahwa setiap sajian materi dapat diaplikasikan atau dapat dibuktikan
dalam kehidupan nyata.
c. Konsep, definisi, rumus, hukum, dan sebagainya yang disajikan dalam
buku teks diperoleh dari prosedur yang tepat. Ketepatan prosedur
terlihat pada langkah-langkah yang dapat dibenarkan secara keilmuan.
2. Aspek cakupan materi diarahkan pada indikator berikut
a. Uraian materi pada buku teks terdapat kesesuaian dengan standar
kompetensi (SK) yang terdapat pada kurikulum.
b. Keluasan dan kedalaman materi sesuai dengan subtansi yang terdapat
pada standar kompetensi (SK) dan KD serta tidak terjadi pengulangan
materi yang berlebihan.
3. Aspek pendukung materi diarahkan pada indikator berikut.
a. Adanya sajian materi yang sesuai dengan perkembangan ilmu.
b. Adanya sajian materi yang memenuhi syarat memutakhiran, yang
terlihat pada wacana, contoh, dan latihan yang disajikan.
c. Adanya wawasan produktivitas
d. Adanya sajian materi yang berwawasan kontekstual
e. Adanya sajian materi yang dapat merangsang keingintahuan siswa.
2.2 Landasan Ilmu Pendidikan dan Keguruan
Landasan kedua yang perlu diperhatikan dalam penulisan buku teks adalah
landasan pendidikan dan keguruan, terutama hal-hal yang terkait dengan
hakikat belajar, pembelajaran kontekstual, pembelajaran pakem, dan
pengembangan aktivitas, kreatifitas, dan motivasi siswa.
A. Hakikat Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
Oleh karena itu, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
1. Perubahan yang Disadari dan Disengaja (Intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar atau
disengaja dan individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-
hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan.
2. Perubahan yang Berkesinambungan (Kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya.
3. Perubahan yang Fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk seorang
siswa belajar tentang lingkungan hidup, maka pengetahuan dan
keterampilannya dalam lingkungan hidup dapat dimanfaatkan untuk
mengubah perilaku anak buahnya kelak ketika dia menjadi seorang
pimpinan perusahaan.
4. Prubahan yang Bersifat Positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan
menunjukkan arah kemajuan. Misalnya seorang siswa sebelum
belajar tentang lingkungan hidup menganggap bahwa dalam
kehidupan tidak perlu ada penataan lingkungan, namun setelah
mengikuti pembelajaran lingkungan hidup, ia memahami dan
berkeinginan untuk menerapkan prinsip-prinsip kebersihan
lingkungan dan kesehatan lingkungan.

5. Perubahan yang Bersifat Aktif.


Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan. Misalnya, siswa ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang lingkungan hidup, maka siswa tersebut
aktif melakukan kegiatan membca dan mengkaji buku-buku
lingkungan hidup, berdiskusi dengn teman tentang lingkungan hidup,
dan sekitarnya.
6. Perubahan yang Bersifat Permanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung
menatap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya
siswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan
keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan
melekat dalam diri siswa tersebut.
7. Perubahan yang Bertujuan Terarah.
Individu melakukan pembelajaran pasti ada tujuan yang ingin
dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah, maupun
jangka panjang. Misalnya, seorang siswa belajar lingkungan hidup.
Tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin
memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang
lingkungan hidup yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan
memperoleh nilai A.
8. Perubahan Perilaku Secara Keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekadar memperoleh
pengetahuan semata, melainkan termasuk memperoleh berubahan
dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, siswa belajar tentang
"Teori-teori Lingkungan Hidup", di samping memperoleh informasi
dan pengetahuan dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya
seseorang menguasai "Teori-teori Lingkungan Hidup".
B. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstuan Merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna
materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks, pribadi, sosial,
dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan
yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke
permasalahan lainnya.

1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan


Tradisional.
Pendekatan Kontekstual
a. Menyebarkan pada pemahaman makna.
b. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
c. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembeajaran.
d. Cenderung mengintegraskan berbagai bidang.
e. Siswa menggunaan waktu belajarnya untuk menemukan,
menggali, berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan proyek dan
pemecahan masalah.
f. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
g. Keterampilan dikembangan atas dasar pemahaman.
h. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.

Pendekatan Tradisional

a. Menyadarkan pada hapalan.


b. Pemilihan informasi lebih banyak dotentukan oleh guru.
c. Siswa secara pasif menerima informasi , khususnya dari guru.
d. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak tersrandar pada
realitas kehidupan.
e. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya
diperlukan.
f. Cenderung terfokus pada suatu bidang tertentu.
g. Perilaku dibangun atas kebiasaan keterampilan dikembangan
atas dasar Latihan
h. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentk tes,
ujian atau ulangan.
2. Pemikiran Tentang Belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan
pemikiran tentang belajar sebagai berikut
a. Proses Belajar
Belajar tidak hanya hanya menghafal. Siswa mengomtruksi
pengetahuan di benak mereka. Anak belajar dari pengalaman.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang
itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang
mendalam tentang sebuah persoalan. Proses belajar dapat
mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan
terus sehingga dengan perkembangan organisasi pengetahuan
dan keterampilan seseorang.
b. Transfer Belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari
perkembangan orang lain. Keterampilan dan pengetahuan itu
diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit).
Penting bagi siswa untuk mengetahui tujuan belajar dan
bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.
c. Siswa Sebagai Pembelajar
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam
bidang tertentu dan seorang anak mempunyai kecenderungan
untuk belajar dengan cepat hal-hal baru. Strategi belajar itu
penting. Anak dengan mudah mempunyai sesuatu yang baru.
Akam tetapi, untuk hal yang sulit strategi belajar amat penting.
Peran guru membantu menghubungkan antara yang baru dan
yang sudah diketahui.
d. Pentingnya Lingkungan Belajar
1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa. Dan guru acting di depan kelas, siswa
menonton ke siswa acting belajar dan berkarya, kemudian
guru yang mengarahkan.
2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar
lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari
proses penilaian yang bener.
4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok itu penting.
3. Penerapan pendekatan Kontekstual
Pemahaman kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum,
berbagai bidang studi, dan kelas yang bagaimana keadaannya.
Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
a. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
b. Ciptakan masyarakat belajar.
c. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
d. Lakukan refleksi diakhir pembelajaran.
e. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
4. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
a. Kontruktivisme
Membangun pemahaman mereka dan pengalaman
berdasarkan pada pengetahuan awal. Pembelajaran harus
dikemas menjadi proses mengkontruksi bukan menerima
pengetahuan.
b. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
c. Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
berpikir siswa. Bagi siswa, questioning merupakan bagian
penting dalam pembelajaran yang bersifat inquiry.
d. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok orang terikat dalam pembelajaran. bekerja
sama dengan orang lain kebih baik daripada bekajar sendiri.
e. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja, dan belajar. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar
siswa mengerjakannya.
f. Reflection (Refleksi)
Cara berfikir tentang apa yang kita pelajari, mencatat apa
yang dipelajari, dan membuat jurnal, karya seni, dan tugas
kelompok.
g. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian
produk, dan tugas-tugas yang relevan dan kontekstual.
5. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
a. Kerja sama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan.
d. Belajar dengan bergairah.
e. Pembelajaran terintegrasi.
f. Menggunakan berbagai sumber.
g. Siswa aktif.
h. Siswa kritis guru kreatif

C. Pembelajaran Model Pakem

Pakem adalah akronim dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan


menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif
bertanta, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dan pembelajar dalam
membangun pengetahuannya. Kreatif juga dimaksudkan agar guru
menciptakan pembelajaran yangberagam sehingga siswa memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif adalah pencapaian hasil
yang terus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran. Menyenangkan
adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada proses pembelajaran.
1. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penerapan
Pembelajaran Model Pakem
a. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya, anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Suasana pembelajaran harus dapat mendorong
anak menghasilkan karya nyata, dapat memahami pertanyaan
yang menentang, dan dapat mendorong anak untuk melakukan
percobaan.
b. Menguasai anak secara perseorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bvariasi
dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam pembelajaran
model pakem, perbedaan individual perlu diperhatikan dan
harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. semua anak dalan
kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, tetapi
berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.
c. Memanfaatkan perilaku anak dalam perorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak secak kecil secara alami
bermain berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian pembelajaran. dalam
melakukan tugas atau membahas seuatu anak dapat bekerja
berpasangan atau kelompok.
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan
kemampuan memecahkan masalah.
Pada dasarnya, hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal
ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis
untuk menganalisis masalah, kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahhab masalah. Oleh karena itu, pembelajaran harus
diarahkan pada intensitas memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan terbuka.
e. Mengembangan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik.
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat
disarankan dalam pakem. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya
dipajang untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu,
hasil pekerjaan yang dipanjangkan diharapkan memotivasi siswa
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa
lain.
2. Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Pakem
Gambaran Pakem diperhatikan dengan berbagai kegiatan
yang terjadi selama pembelajaran berlangsung, pada saat
pembelajaran menunjukkan kemampuan yang perlu dilakukan guru
untuk menciptakan keadaan tersebut.
D. Pengembangan Aktivitas, Kreativitas, dan Motivasi Siswa
Efektivitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan
cara belajar yang dilakukan oleh siswa, baik yang dilakukan secara
mandiri maupun kelompok. Sehubungan dengan itu, sajian dalam
bentuk buku teks hendaknya dapat memadu dalam pengembangan
aktivitas, kreativitas, dan motivasi siwa di dalam proses pembelajaran.
Dengan mengadaptasikan dari pemikiran Gibbs, hal-hal yang perlu
dilakukan penulisan buku teks agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
belajar adalah sebagai berikut.
1. Penulis buku teks harus dapat mengembangkan rasa percaya diri
para siswa dan mengurangi rasa takut.
2. Penulis buku teks memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.
3. Penulis buku teks melibatkan siswa dalam mengembangan
kompetensi yang ingindicapai dalam pembelajaran.
4. Penulis buku teks melibatkan siswa secra aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran secara keseluruhan

Sementara itu, untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa,


penulis buku teks menggunakan pendekatan sebagai berikut.

1. Selfesteem approach, yaitu penulis memperhatikan pengembangan


kesadaran akan harga diri siswa.
2. Creative approach, yaitu penulis membembangkan problem
solving, brain storming, inquiry, dan role playing.
3. Value clarification and moral development approach, yaitu penulis
mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistic dan
humanistic untuk mengembangkan potensi siswa menuju
tercapainya self actualixation dan situasi ini pengembangan
intelektual siswa akan meningkatkan pengembangan intelektual
siswa akan mengirim pengembangan sekuruh aspek kepribadian
siswa, termasuk dalam hal etika dan moral.
4. Multiple talent approach, yaitu penulis mengupayaan
pengembangan seluruh potensi siswa yang menunjang kesehatan
mental.
5. Inquiry approach, yaitu penulis memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan proses mental dalam menemukan
konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi
intelektualnya.

Sedangkan untuk membangkitan motivasi belajar siswa, penulis


buku teks perlu memperhatikan hal-hal berikut.

1. Menyajikan topik yang menarik dan berguna bagi diri siswa


sehingga mereka lebih giat belajar.
2. Menyusun dengan jelas kompetensi yang ingin dicapai
sehingga mereka target belajar yang hendak dicapai.
3. Melibatkan siswa dalam proses pemerolehan kompetensi
sehingga mereka menyadari kadar keberhasilan belajar.
4. Memberikan penilaian dalam bentuk pujian dan hadist setiap
keberhasilan yang dicapai siswa sehingga mereka merasa
dihargai.
5. Memupuk rasa keinginan siawa sehingga mereka beregairah
melakukan pembelajaram.
6. Memperhatikan perbedaan individual siswa, dengan jalan
memberikan alternatif-alternatif pembelajaran dan penguasaan.
7. Mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa
memperoleh kepuasan dan penghargaan tertentu.
8. Mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan sehingga
mencapai prestasi sesuai yang ditargetkan sehingga siswa
mempunyai kepercayaan diri.

2.3 Landasan Kebutuhan Siswa

Dalam penulisan buku teks landasan berdasarkan kebutuhan peserta didik


patut diperhatikan karena hal ini berdampak pada munculnya dorongan atau
motivasi dari dalam diri peserta didik. Motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pada teori
ketiga ini terdapat beberapa ahli yang memberikan pendapat, antara lain (1)
teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan); (2) teori McClelland (teori
kebutuhan berprestasi); (3) teori Clyton Alderfer (teori ERG); (4) teori
Herzberg (teori dua faktor); (5) teori Victor H, Vroom (teori harapan); (6)
teori penguatan dan modifikasi perilaku; dan (7) teori kaitan imbalan dengan
prestasi.

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abrahan H. Maslow merujuk


pada pemahaman bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu
(1) kebutuhan fisiologi seperti rasa lapar, haus, istirahat dan lain sebagainya;
(2) kebutuhan rasa aman seperti mental, intelektual, dan lain sebagainya; (3)
kebutuhan rasa kasih sayang; (4) kebutuhan akan harga diri; dan (5)
aktualisasi diri. Gagasan Abraham H. Maslow tersebut secara analogi berarti
‘anak tangga’ yang berarti logikanya untuk menaiki suatu tangga maka
seseorang memulainya dengan menaiki tangga kesatu, kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya. Artinya apabila konsep tersebut diaplikasikan dalam
upaya pemuasan kebutuhan manusia, maka seseorang tidak akan berusaha
memuaskan kebutuhan tingkat kedua sebelum terpenuhinya kebutuhan
tingkat pertama. Dalam hubungannya dengan teori kebutuhan yang diusung
oleh Abraham H. Maslow sehingga perlu ditekankan tiga hal yaitu (1)
kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin kebutuhan timbul
lagi di waktu yang akan datang; (2) pemuasan berbagai kebutuhan tertentu
terutama kebutuhan fisik dapat bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi
pendekatan kualitatif dalam pemuasannya; dan (3) berbagai kebutuhan
tersebut tidak akan mencapai titik jenuh dalam arti pada suatu kondisi
seseorang tidak lagi dapat berburu sesuatu dalam memenuhi kebutuhan itu.

McClelland dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi yang


menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan
kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut adalah keinginan untuk mendapat beberapa hal, yaitu (1)
melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang sulit; (2) menguasai,
memanipulasi, dan mengorganisasi objek-objek fisik, manusia, atau ide-ide
melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin
sesuai kondisi yang berlaku; (3) mengatasi kendala-kendala, mencapai
standar tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri; (4) mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain; dan (5) meningkatkan
kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.

Teori Alderfer dikenal dengan akronim ERG, yaitu E berarti existence


artinya kebutuhan akan eksistensi, R berarti relatedness artinya kebutuhan
akan berhubungan dengan pihak lain, dan G berarti growth artinya kebutuhan
akan pertumbuhan. Apabila ditelaah lebih jauh, maka terdapat beberapa
gagasan dari teori ERG yang diusung oleh Alferder yaitu (1) makin tidak
terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin berharap pula keinginan untuk
memuaskannya; (2) kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih
tinggi semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
dan (3) sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatannya
lebih tinggi semakin besar pula keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang
lebih mendasar.

Teori Herzberg dikenal dengan model dua faktor dari motivasi, yaitu
faktor motivasional dan faktor hygiene atau pemeliharaan. Faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Sedangkan, faktor
hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang
berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupannya.

Teori penguatan dan modifikasi perilaku mengandung pengertian bahwa


perilaku seseorang turut ditentukan oleh persepsi yang berperan pula sebagai
penentu dan pengubah (modifikasi) perilakunya. Selanjutnya, teori kaitan
imbalan dengan prestasi. Menurut model tersebut, motivasi seorang individu
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun
eksternal. Termasuk dalam faktor internal adalah (1) persepsi seseorang
mengenai dirinya; (2) harga diri; (3) harapan pribadi; (4) kebutuhan; (5)
keinginan; (6) kepuasan kerja; dan (7) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan, bagian faktor eksternal di antaranya (1) jenis dan sifat pekerjaan;
(2) kelompok kerja tempat seseorang bergabung; (3) organisasi tempat
bekerja; (4) situasi lingkungan pada umumnya; dan (5) sistem imbalan yang
berlaku dan penerapannya.

2.4 Landasan Keterbacaan Materi dan Bahasa yang Digunakan

Buku teks merupakan salah satu sarana komunikasi siswa dalam


pembelajaran, sehingga sangat penting memerhatikan keterbacaan materi dan
bahasa yang digunakan oleh peserta didik agar mudah dipahami. Untuk itu,
secara teknis bahasa yang digunakan dalam penulisan buku teks harus
komunikatif, dialogis, interaktif lugas, keruntutan alur berpikir, koherensi,
kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar dan penggunaan
istilah simbol atau lambang yang sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Pertama, aspek komunikatif tampak pada penataan kalimatnya. Buku teks
dikatakan komunikatif apabila penataan kalimat yang digunakan tidak
bertele-tele sehingga mudah dipahami peserta didik yang membacanya.

Kedua, aspek dialogis dan interaktif terlihat pada daya penulisannya. Buku
teks dikatakan dialogis dan interaktif apabila gaya penulisannya
menempatkan penulis sebagai orang pertama dan peserta didik (pembaca)
sebagai orang kedua.

Ketiga, aspek lugas terlihat diksi dan pilihan katanya. Kata-kata yang
digunakan dalam buku teks harus memiliki makna yang jelas dan tidak
ambigu.

Keempat, aspek keruntutan alur pikir terlihat pada kronologi penalaran


konsep teori, definisi, rumus, dan kaidah yang terdapat dalam buku teks harus
disajikan dengan pola penalaran tertentu sehingga dapat diterima dengan akal
sehat.

Kelima, spek koherensi terlihat pada keterkaitan antarkonsep, kegiatan,


dan informasi yang terdapat dalam sajian buku teks. Penataan dan penyajian
konsep satu dengan konsep yang lain, kegiatan satu dengan kegiatan yang
lain, dan informasi satu dengan informasi yang lain harus ada informasi yang
jelas sehingga dapat berterima bagi siswa.

Keenam, aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar


terlihat pada ketepatan penggunaan ejaan, tanda baca, istilah, dan struktur
kalimat. Karena buku teks menggunakan media tulis, maka ketepatan
penggunaan ejaan dan tanda baca mutlak diperlukan.

Ketujuh, aaspek penggunaan istilah dan simbol atau lambang yang sesuai
dengan perkembangan peserta didik terlihat pada keberterimaan peserta didik
terhadap istilah, simbol, atau lambang yang digunakan dalam buku teks.

Melalui beberapa hal yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa simpulan; mengamati kemampuan membaca buku teks berbahasa
Inggris di perguruan tinggi, kiranya perlu menengok ke belakang dan
melakukan analisis terhadap proses pembelajaran bahasa Inggris di SLTP dan
SMU selama ini. Beberapa latar belakang yang menyebabkan kurang
memadainya kemampuan membaca ini antara lain menyangkut mahasiswa,
metode pengajaran, alokasi waktu yang tersedia serta bahan ajar yang dipakai
selama ini.

Pemaparan singkat ini berkesimpulan kiranya perlu diambil langkah-


langkah strategis untuk mengatasi kendala yang ada serta meningkatkan
kemampuan baca para mahasiswa. Arah atau tujuan pembelajaran perlu
diluruskan, terutama menuju suatu arah yang jelas yaitu melatih dan
mengembangkan kemampuan membaca buku teks berbahasa Inggris dengan
lebih baik. Potensi yang ada hendaknya dikerahkan pada tujuan yang pasti,
dengan keyakinan bahwa mencapai suatu target yang jelas akan lebih
bermanfaat daripada mencoba menguasai beberapa tujuan yang sulit dicapai.
Selanjutnya, terdapat dua hal yang sangat disorot dalam penuyusunan buku
teks seperti yang telah dipaparkan berikut ini.

Pertama, kezaliman penulis; (1) jika penulisnya terlalu sibuk


mempertontonkan kepintaran dengan memakai bahasa sulit; (2) jika
penulisnya membiarkan jargon berkeliaran; dan (3) Jika penulisnya
kecanduan memakai akronim dan singkatan.

Kedua, kesimpulan hasil penelitian buku teks; (1) buku teks harus menarik
minat baca anak-anak, dalam hal ini peserta didik; (2) buku teks harus mampu
memberi motivasi peserta didik yang memakainya; (3) buku teks harus
memuat informasi yang menarik para peserta didik untuk memanfaatkanya;
(4) buku teks harus mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga
sesuai dengan kemampuan para peserta didik yang memakainya; (5) buku
teks harus berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya sehingga
dapat menjadi kebulatan yang utuh dan terpadu; (6) bukan teks harus mampu
menstimulasi, merangsang pribadi peserta didik yang menggunakannya; (7)
buku teks harus secara sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang
samar-samar dan tidak biasa sehingga dapat membingungkan pemakaiannya;
dan (8) buku teks harus memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas
sehingga akhirnya dapat menjadi referensi sudut pandang pemakainya.

Ketiga, saran; (1) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), khususnya


tim penyusun Standar Isi (SK/KD), harus kembali mengkaji apakah Standar
Isi yang dijadikan pedoman para penulis buku teks untuk menyusun materi
sudah sesuai dengan tingkatan anak dan usia anak; (2) Pusat Perbukuan
(PUSBUK Departemen Pendidikan Nasional) yang melakukan kelayakan
buku teks harus mengkaji ulang apakah buku-buku teks yang beredar sudah
sesuai dengan kriteria buku teks yang berkualitas, terutama dari sisi materi;
dan (3) Para guru, orangtua murid, serta para pemerhati pendidikan harus
memerhatikan dan mengkritisi buku-buku teks yang digunakan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan
Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini yakni
kurikulum 2013 atau lebih dikenal dengan istilah K13. Dalam kurikulum
2013 (K13) khusus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia
menitikberatkan pada pembelajaran berbasis teks, sehingga pendidik pun
dituntut mampu menyusun buku teks mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penulisan buku teks memiliki empat landasan,diantaranya : 1. Landasan
keilmuan 2. Landasan ilmu pendidikan keguruan 3. Landasan kebutuhan
siswa 4. Landasan keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan.
DAFTAR PUSAKA

Masnur Muslich. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman,


Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai