Lokasinya, di Jalan Gubernur Suryo, Jalan Samanhudi hingga Jalan Raden Santri.
Seputaran Pasar Gresik. Di sepanjang jalan tersebut akan banyak lapak-lapak
menjual bandeng. Dengan berbagai ukuran. Mulai sedang hingga besar alias dikenal
bandeng kawak. Bahkan, tidak sedikit yang seukuran bayi.
Tentu saja harganya beragam. Harga bandeng pasaran normal hanya Rp 10 ribu-Rp 20.000
per kilogram. Dengan satu kilogramnya berisi 2-3 ekor. Nah, untuk bandeng kawak,
harganya bisa berlipat. Tinggal transaksi tawar menawar dengan pedagang bersangkutan.
Biasanya, bandeng kawak yang paling banyak diminati di Pasar Bandeng berukuran
sedang, yakni sekitar 2 kilograman. Harga bandeng seukuran itu ratusan ribu per
ekornya.
Rencananya, lelang bandeng kawak itu akan digelar Pemkab Gresik pada malam ini (28/4)
di Alun-alun Kota, pukul 20.00 WIB. Prosesi lelang bandeng itu juga akan disiarkan
langsung melalui kanal YouTube Suara Gresik.
Rencananya, lelang bandeng kawak itu akan digelar Pemkab Gresik pada malam ini (28/4)
di Alun-alun Kota, pukul 20.00 WIB. Prosesi lelang bandeng itu juga akan disiarkan
langsung melalui kanal YouTube Suara Gresik.
Di lahan seluas 4,5 hektare, Zainul sengaja membudidayakan bandeng super. Paling tidak,
satu bandeng memiliki berat 2 kilogram. Di lahan seluas itu, Zainul memiliki bandeng super
banyak sekali. Namun, yang diikutkan lelang yang paling berat. Yakni, 6,5 kilogram.
’’Usianya 8 tahun untuk mencapai bobot segitu,’’ jelasnya.
Sejak lama, Zainul menggeluti usaha perikanan. Namun, usaha itu bersama orang tuanya. Baru sejak
2010, Zainul mengelola tambak sendiri. Nah, saat Pasar Bandeng, dia tinggal memanen setiap kali
menjelang Lebaran. Kemudian dijual ke masyarakat.
Seberapa berat bandeng kawak pemenang lelang pada Ramadan kali ini? Tunggu saja. Dulu, pernah
ada bandeng pemenang lelang dengan berat mencapai 10 kilogram. Bobot itu setara dengan berat
badan normal anak laki-laki usia 13 bulan.
Jawapos
Search here...
JawaPos.com
HOME
BERITA TERBARU
UPDATE COVID-19
NASIONAL
PANDEMI
ENTERTAINMENT
KLASEMEN
KABAR DAERAH
SURABAYA RAYA
JABODETABEK
EKONOMI
SISI LAIN
SPORTS
INTERNASIONAL
LIFESTYLE
KESEHATAN
INFRASTRUKTUR
HUMANIORA
OPINI
TERNYATA HOAX
FOTO PERISTIWA
MINGGU
JAWAPOS MINGGU
MULTIMEDIA
RADAR BALI
BALIEXPRESS
RADAR SURABAYA
RADAR GRESIK
RADAR SIDOARJO
RADAR SOLO
RADAR SEMARANG
RADAR MAGELANG
RADAR KUDUS
RADAR MALANG
RADAR BROMO
RADAR JOGJA
RADAR MADIUN
RADAR MADURA
RADAR TUBAN
RADAR BOJONEGORO
RADAR JEMBER
RADAR KEDIRI
RADAR TULUNGAGUNG
RADAR JOMBANG
RADAR BANYUWANGI
RADAR MOJOKERTO
RADAR PAPUA
GORONTALOPOST
CENDERAWASIHPOST
PADANG EKSPRESS
RIAUPOS
BATAMPOS
METRODAILY
SUMUTPOS
LOMBOKPOST
RADAR BOGOR
RADAR TARAKAN
KALTIMPOST
PROKALTENG
KALTENGPOS
PONTIANAKPOST
RADAR SAMPIT
RADAR BANJARMASIN
ZETIZEN
RADAR SULTENG
Home
Hijrah Ramadan
Pasar Bandeng Gresik, Tradisi Kegembiraan Menyambut Hari Kemenangan
HIJRAH RAMADAN
Zainul Abidin, petambak asal Mengare, pemenang bandeng kawak pada lelang bandeng Ramadan
2021 lalu. (Galih Wicaksono/Jawa Pos)
JawaPos.com- Belum pernah ke Pasar Bandeng Gresik? Silakan datang. Pasti membahagiakan. Pasar
ini hanya ada setahun sekali. Yakni, saat Ramadan memasuki malam ke-27. Artinya, mulai hari ini
(28/4) Pasar Bandeng itu akan tergelar hingga Sabtu (30/4) nanti atau sehari sebelum kumandang
takbir kemenangan. Hari Raya Idul Fitri.
Lokasinya, di Jalan Gubernur Suryo, Jalan Samanhudi hingga Jalan Raden Santri. Seputaran Pasar
Gresik. Di sepanjang jalan tersebut akan banyak lapak-lapak menjual bandeng. Dengan berbagai
ukuran. Mulai sedang hingga besar alias dikenal bandeng kawak. Bahkan, tidak sedikit yang seukuran
bayi.
Tentu saja harganya beragam. Harga bandeng pasaran normal hanya Rp 10 ribu-Rp 20.000 per
kilogram. Dengan satu kilogramnya berisi 2-3 ekor. Nah, untuk bandeng kawak, harganya bisa
berlipat. Tinggal transaksi tawar menawar dengan pedagang bersangkutan.
Baca juga:
Biasanya, bandeng kawak yang paling banyak diminati di Pasar Bandeng berukuran sedang, yakni
sekitar 2 kilograman. Harga bandeng seukuran itu ratusan ribu per ekornya.
Di momen Pasar Bandeng, selain banyak pedagang menjajakan bandeng, dalam perkembangannya
Pemkab Gresik juga menggelar lelang bandeng terbesar.
Rencananya, lelang bandeng kawak itu akan digelar Pemkab Gresik pada malam ini (28/4) di Alun-
alun Kota, pukul 20.00 WIB. Prosesi lelang bandeng itu juga akan disiarkan langsung melalui kanal
YouTube Suara Gresik.
Baca juga:
Lautan Manusia, Bupati: Saya Begitu Bahagia Larut dalam Malam Selawe
Tahun lalu, pemenang bandeng terbesar adalah Zainul Abidin, petambak asal Dusun Watuagung,
Mengare, Kecamatan Bungah. Dia baru sekali mengikuti kontes bandeng kawak. Namun, langsung
menyabet juara pertama. Saat dilelang pemkab itu, bandeng Zainul dibeli Wali Kota Surabaya Eri
Cahyadi senilai Rp 25,5 juta.
Bandeng milik Zainul berbobot 6,5 kilogram. Kira-kira setara dengan dua bayi yang baru lahir.
Panjangnya 86 sentimeter. Dengan menjadi juara, dia mendapatkan hadiah uang dari pemkab Rp 15
juta dan piala.
Tidaklah mudah membesarkan bandeng sebesar itu. Butuh waktu bertahun-tahun. Zainul
menceritakan, sebetulnya tidak ada cara khusus untuk merawat bandeng kawak. Sama dengan
membudidayakan bandeng pada umumnya. ’’Memang butuh waktu lama,’’ ujarnya saat itu.
Baca juga:
Tradisi Malam Selawe, Lailatul Qadar dan Ziarah Akbar ke Sunan Giri
Di lahan seluas 4,5 hektare, Zainul sengaja membudidayakan bandeng super. Paling tidak, satu
bandeng memiliki berat 2 kilogram. Di lahan seluas itu, Zainul memiliki bandeng super banyak sekali.
Namun, yang diikutkan lelang yang paling berat. Yakni, 6,5 kilogram. ’’Usianya 8 tahun untuk
mencapai bobot segitu,’’ jelasnya.
Sejak lama, Zainul menggeluti usaha perikanan. Namun, usaha itu bersama orang tuanya. Baru sejak
2010, Zainul mengelola tambak sendiri. Nah, saat Pasar Bandeng, dia tinggal memanen setiap kali
menjelang Lebaran. Kemudian dijual ke masyarakat.
Seberapa berat bandeng kawak pemenang lelang pada Ramadan kali ini? Tunggu saja. Dulu, pernah
ada bandeng pemenang lelang dengan berat mencapai 10 kilogram. Bobot itu setara dengan berat
badan normal anak laki-laki usia 13 bulan.
Baca juga:
Tradisi sejak 497 Tahun Lalu, Warga Gumeno Gresik Gelar Sanggring
Diceritakan, awalnya malam selawe adalah malam sowan para santri ke Kanjeng Sunan Giri di Giri
Kedaton. Sebelum mereka pulang kampung atau mudik, mereka berpamitan ke Sunan Giri. Setelah
itu, mereka qiyamul lail berburu malam lailatul qadar. Tradisi itu lestari hingga kini.
Nah, sebelum pulang kampung itu, umumnya dimanfaatkan para santri Sunan Giri turun bukit
menuju ke kota. Mereka mencari oleh-oleh yang menjadi khas Gresik. Kala itu, bandeng menjadi
khas Gresik sehingga banyak santri yang memilih bandeng untuk dibawa mudik.
Dalam catatan sejarah, pada zaman Sunan Giri itu, kondisi perekonomian masyarakat di wilayah
Gresik masih kekurangan. Melihat hal itu, Sunan Giri mengajak masyarakat untuk membudidayakan
ikan bandeng. Lalu, mulai membuka pasar bandeng. Harapannya, pasar itu bisa memperbaiki
perekonomian masyarakat Gresik.
Sebelumnya, mengutip laman Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI (16/2/2021), dalam
sejarahnya ikan bandeng berasal dari samudera yang tersebar di duni. Mulai samudera Hindia,
Pantai Amerika, Pantai Afrika, selatan Jepang sampai utara Australia.
Sejak Kerajaan Majapahit (1293-1527), ikan bandeng sebenarnya sudah dipelihara. Awalnya,
bandeng dijadikan ikan hias yang dipelihara di kolam ikan Kerajaan Majapahit.
Namun, suatu ketika, Raja Majapahit kemudian lapar dan ingin mencoba memakan bandeng yang
dijadikan ikan hias itu. Setelah dimakan, ternyata rasanya enak.
Karena rasanya enak, maka Raja Majapahit pun memerintahkan penangkapan ikan bandeng secara
besar-besaran. Namun, saat itu ikan bandeng masih sebatas dijadikan santapan raja dan kerabatnya
saja.
Setelah Majapahit runtuh sekitar 1520-an, para mantan abdi dalem, ikan bandeng kemudian
disebarkan ke masyarakat umum. Nah, Giri Kedaton, kerajaan Islam yang didirikan Prabu Satmata
alias Sunan Giri lahir juga pasca Majapahit runtuh tersebut.
Pada sekitar abad XIV M, masa zaman Majapahit terdapat berita ada ’’patih tambak’’. Tugasnya,
mengurus pertambakan serta mengumpulkan upeti dari sesama rekan nelayan petambak. Berita ini
diperoleh dari Prasasti Karang Bogem berangka tahun 1387 M.
Dalam perkembangannya, pada abad XIX M, perikanan merupakan salah satu sektor terpenting,
selain perkebunan yang menjadi objek perahan pemerintah Belanda. Salah satu daerahnya adalah
Gresik.
Belanda menaruh perhatian besar pada perikanan di Gresik. Sebab, termasuk lumbung ikan di Jawa.
Hal itu didukung lokasi Gresik yang memiliki laut yang luas. Bahkan, tambak di Gresik bisa menopang
perekonomian kolonial masa itu.
Menurut penelitian P.W.A. Spall berdasar keterangan dari bupati Juana, tambak di Gresik sudah
berkembang pesat pada zaman VOC. Pada 1860 perkembangan tambak Gresik terus berkembang,
terutama di Ujungpangkah.
Tambak di Gresik menjadi salah satu sektor utama, selain petanian dan perkebunan. Karena itu,
tidak heran jika Belanda melakukan perluasan tambak di Gresik.
Setelah dikenal, permintaan bandeng terus mengalami peningkatan saat itu. Akhirnya, bandeng
dibudidayakan dalam keramba. Usaha keramba itu ternyata bisa dimanfaatkan sebagai usaha
sampingan bagi para nelayan yang tidak bisa melaut. Keramba-keramba diletakan di tepi pantai. Ikan
bandeng dibiarkan dalam keramba hingga berukuran tiga jari orang dewasa baru dipanen.
Seiring kemajuan teknologi, budidaya ikan bandeng tidak hanya dilakukan dalam keramba lagi.
Namun, dilakukan dengan cara memelihara dalam kolam ukuran besar.
Semakin tahun budidaya bandeng semakin berkembang di daerah-daerah lain. Jawa Timur menjadi
provinsi penghasil bandeng terbesar di Indonesia. Dan, Gresik termasuk salah satu daerah terbesar
di Jatim.
Entah sampai kapan Gresik akan bertahan sebagai kota produksi bandeng itu di tengah gempuran
industrialisasi. Yang jelas, saat Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggeno berkunjung ke Ujungpangkah
Gresik beberapa hari lalu, menitipkan pesan ke bupati agar tambak Gresik tetap dijaga.