Anda di halaman 1dari 10

Kuliner Buntil Carangmanggang Khas Purbalingga

PURBALINGGA, HUMAS Menyebut buntil, barangkali terasa aneh bagi sebagian masyarakat kota. Apalagi mereka yang belum pernah menikmatinya. Sejatinya, buntil sebagai lauk yang biasa dijajakan di pasar tradisional, memiliki rasa yang pas untuk menemani nasi. Sebagian masyarakat kota, ada yang menyebut buntil mirip dengan bothok yang dibungkus dengan daun muda singkong dan diberi sedikit cairan kuah pedas yang terbuat dari santan. Isinya adalah parutan kelapa yang diberi bumbu. Daun pembungkus yang lain yang sering digunakan adalah daun talas atau daun sente. Berbeda dengan bothok, daun pembungkus pada buntil juga dapat turut dikonsumsi. Bothok biasanya dibungkus menggunakan daun pisang. Adalah hal yang sangat istimewa ketika banyak orang memburu buntil. Di sebuah pasar tradisional di Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga (Jateng) hampir setiap hari orang mencari buntil khas Kutasari. Sebenarnya, buntil itu dibuat oleh seorang warga Dukuh Carangmanggang, Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, bernama Ny Kasmini. Hanya saja, Kasmini yang sudah menjajakan buntil 44 tahun lalu, lebih sering berjualan di Kutasari. Akhirnya, buntil itu cenderung disebut sebagai buntil Kutasari. Menurut Ny Kasmini (58), dirinya mulai menjajakan buntil setelah menikah muda pada usia 14 tahun. Ketika itu, ia meneruskan dagangan buntil orang tuanya. Kasmini akhirnya memilih salah satu sudut pasar Kutasari sebagai tempat dagangan menetap. Buntil yang dibuat Kasmini boleh dibilang rasanya sangat istimewa. Meski bahannya tidak jauh berbeda dengan buntil buatan pedagang lainnya, namun ramuan bumbu Ny Kasmini yang membuat buntil itu spesial. Bahkan saking spesialnya, buntil Ny Kasmini sering dipesan oleh Pemkab Purbalingga untuk sajian menu makan tamu pejabat dari kota besar. Buntil Kasmini dibuat dari parutan kelapa muda yang kemudian diramu dengan berbagai bumbu. Parutan kelapa itu kemudian dibungkus sesuai dengan jenisnya. Jika buntil daun talas (senthe), maka pembungkusnya daun talas. Ada juga buntil daun singkong, atau buntil daun pepaya. Rasanya semakin khas, setelah Ny Kasmini menyiram buntil itu dengan santan. Rasa buntil Carangmanggang yang khas, membuat banyak orang rela mengantri setiap pagi hari. Bahkan, jika hari Minggu pagi, antrian pembeli buntil Ny Kasmini di Pasar Kutasari boleh dibilang mencapai puluhan. Kalau hari Minggu saya menyiapkan lima panci, setiap panci berisi 100 buah buntil, kata Ny Kamsini, Selasa, (25/05/2010).

Untuk hari-hari biasa, Ny Kasmini menyiapkan 2 panci berisi buntil. Satu buah buntil dihargai Rp 3.000. Dagangan butilnya, kata Ny Kasmini, selalu habis sekitar jam 9 pagi. Kalau Anda penasaran ingin mencoba buntil Kutasari, silahkan datang ke Pasar Kutasari. Tentunya, harus pagi hari. Jangan mengeluh, jika harus mengantri panjang, untuk hanya sekedar membeli makanan yang disebut buntil. (Humas/Prayitno)

Kacang Asin Mirasa, Renyah dan Kemlethik


PURBALINGGA, HUMAS Kacang asin Mirasa, tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Purbalingga. Toko yang menjual kacang asin dengan rasa renyah dan kemlethik ini berada di Jl. A Yani-Kandanggampang. Sedangkan pusat atau tempat pembuatannya kini di Jalan Letnan Yusuf-sebelah utara Rumah Sakit (RS) Nirmala, Purbalingga, telp: 088806662338. Di tempat pembuatannya itu, juga didirikan kios, yang bertuliskan Pusat Kacang Asin Mirasa Asli dan Oleh-oleh. Di Jl A Yani Kandanggampang, kini berderet tiga toko yang menjual kacang asin, semuanya masih satu saudara. Yakni kacang asin Mirasa Asli 1, kacang asin Mirasa Asli 2, dan kacang asin Mirasa Putra. Khusus yang disebut terakhir, saat ini menggoreng sendiri, tidak mengandalkan stok dari pusatnya di Jalan Letnan Yusuf Purbalingga. Adalah Martina dan Karta Leksana, cikal bakal pendiri usaha pembuatan kacang asin dengan label Mirasa. Dimulai pada awal tahun 1958, usaha itu kini diteruskan oleh Ny. Hanawati (59) dan saudara-saudaranya. Hanawati sebagai generasi kedua kacang asin Mirasa mengaku, saat ini memproduksi dua rasa kacang. Yakni kacang rasa asin dan kacang rasa bawang. Yang membedakan kacang bikinan Hanawati dengan kacang open bikinan pabrik, adalah kacang asin mirasa dengan bahan dasar kacang kering. Sedangkan kacang open bikinan pabrik, dengan bahan dasar kacang brol yang masih basah, selanjutnya setelah dibersihkan diopen. Soal rasa, kacang open dalamnya keras, sedangkan kacang asin bikinan Hanawati renyah, karena digoreng dengan pasir atau disangrai. Cara pembuatan kacang asin Mirasa, pertama kacang kering yang masih terbungkus kulit direndam ke dalam air selama sehari semalam. Pada pagi harinya, kacang ditiriskan, lalu digarami sampai merata, kemudian masukkan ke dalam bak. Sehari berikutnya, diberi air selama sehari semalam. Proses selanjutnya, kacang ditiriskan dan dijemur di bawah sinar matahari. Baru setelah itu siap digoreng dengan pasir. Sedangkan untuk menghasilkan kacang rasa bawang, prosesnya sama.Hanya saja untuk bahan garam diganti bumbu bawang khas bikinan Hanawati. Dengan digoreng menggunakan pasir, kacang yang dihasilkan menjadi renyah, kemlethik dan bisa tahan sampai dua bulan.

Kacang rasa khas Mirasa inilah, diakui Hanawati pada hari libur atau lebaran diburu orang untuk oleh-oleh. Makanan ini juga cocok untuk teman minum kopi atau teh, dan camilan di rumah sambil menonton TV. Saat ini, Hanawati mengemas kacang bikinannya dalam dua ukuran, yakni 1/4 kilo gram dan 1/2 kilo gram. Untuk kacang rasa asin berat 1/4 kg seharga Rp 6000,- dan berat 1/2 kg Rp 12.000,-. Untuk kacang rasa bawang berat 1/4 kg Rp 6.500,- dan berat 1/2 kg Rp 13.000,-. Semua kacang itu, kualitas nomer satu. Artinya, bentuk kacangnya aos (berisi). Sedangkan untuk kacang kualitas nomer dua, Hanawati menjual per kg Rp 8000,-. Hanawati mengaku, dalam sehari rata-rata mampu menggoreng kacang hingga dua kuintal. Namun pada liburan anak-anak sekolah atau lebaran, bisa dua kali lipat lebih. Bahkan bisa 500 kg per hari. Selama ini, kacang asin Mirasa sudah merambah pasar di seluruh pelosok Purbalingga hingga Purwokerto dan sekitarnya. (Humas/prs)

Sate Kambing Pak Yani, Empuknyack.. ck.. ck..


PURBALINGGA, HUMAS Bagi Anda penggemar kuliner sate kambing dan berkesempatan berkunjung ke Purbalingga, ada tempat yang pas untuk memanjakan lidah. Meski lokasinya berada agak jauh dari kota Purbalingga, sekitar 7 kilometer dari pusat kota, tepatnya di jalan raya Desa Bojong, Kecamatan Mrebet, namun setelah menikmati sate kambing Pak Yani tak akan merasakan jauhnya perjalanan itu. Untuk mencapai tempat ini, tak begitu sulit. Warung sate kambing Pak Yani berada di jalur jalan raya Mrebet Serang Kutabawa. Jika Anda melintas di pertigaan Selaganggeng Mrebet, tanya saja arah warung sate Pak Yani, pasti hampir semua orang tahu. Keistimewaan sate kambing Pak Yani, terletak pada rasa dagingnya yang super empuk. Pemilik warung sate ini, Mahyan menuturkan, ia spesial memberikan kepuasan kepada para pelanggan dan penggemar sate dengan kambing yang masih muda. Kambing yang saya pilih, paling besar berumur 3 bulan. Jadi, sate yang saya sajikan pasti dijamin empuk, ujar Mahyan yang oleh teman-temannya sering dipanggil Yani sehingga warungnya diberi label Sate Kambing Pak Yani. Asal kambing yang dipotong pun sangat selektif. Mahyan memilih kambing yang dipotong berasal dari Kecamatan Kejobong. Konon, kambing khas Kejobong (Purbalingga), kekenyalan dagingnya tidak dijumpai pada kambing sejenis yang berasal dari wilayah lain. Barangkali karena kambing-kambing dari wilayah Kecamatan Kejobong lebih sering diberi makanan daun singkong, jadi dagingnya terasa empuk, ujar Mahyan. Meski belum ada penelitian secara ilmiah soal pengaruh pakan hijauan terhadap kekenyalan kambing, namun Mahyan mengaku, kambing-kambing asal Kejobong yang rata-rata berwarna hitam, sangat cocok untuk dibuat sate. Selain kekenyalan daging yang super empuk, sajian rasa sate kambing Pak Yani boleh dibilang sangat istimewa. Berbeda dengan kebanyakan warung sate lainnya, tusukan daging yang telah dibakar dengan arang membara, kemudian ditempatkan pada sebuah hotplate.

Banyak pelanggan yang mengira jika proses pembakaran hanya menggunakan hotplat, tetapi sebenarnya pembakaran sate tak beda jauh dengan pedagang sate lainnya. Bumbu-bumbu yang dipakai oleh Pak Yani pun hampir sama dengan pedagang sate lainnya. Resep lain yang dipakai Pak Yani agar satenya empuk adalah tidak mencampurkan lemak dari daging sapi untuk campuran satenya. Kebanyakan pedagang sate kambing, mencampurkan lemak sapi atau lemak domba untuk memudahkan pembakaran. Campuran lemak yang disatukan tetap berasal dari kambing, bukan dari ternak lain. Namun, jika ada pelanggan yang meminta sate tanpa lemak alias polos, tetap kami layani dengan senang hati, ujar Mahyan yang telah mematenkan trade satenya ke Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) RI. Harga satu porsi sate isi 10 tusuk dengan potongan daging lumayan tebal, terbilang murah. Per porsi dihargai Rp 17 ribu. Harga ini boleh dibilang wajar dan bahkan murah, hingga banyak pelanggan yang berdatangan setiap harinya. Selain sate, warung sate Pak Yani juga menyiapkan gulai kambing sebagai teman santap sate. Satu porsi gule dihargai Rp 8 ribu. Satu porsinya cukup untuk tiga orang. Dalam sehari, Mahyan mengaku mampu memotong kambing muda sebanyak lima ekor. Kambing tidak langsung sekaligus dipotong sebelum warung dibuka. Namun pemotongan kambing dilakukan bertahap. Begitu kambing pertama habis terjual, langsung dipotong kambing berikutnya. Untuk memotong satu ekor kambing dan menyiapkan menjadi beberapa tusukan sate, kami Cuma butuh waktu waktu 10 menit, ungkap Mahyan yang mulai membuka usaha di Mrebet sejak bulan April 2006. Warung sate Pak Yani juga melayani pesanan dalam jumlah besar. Pemesanan dari luar kotapun tetap ia layani. Bahkan sampai kota-kota besar seperti di Yogya dan Semarang. Kalau untuk pesanan kurang dari lima ekor, ternak kambing saya potong dirumah. Namun, jika pesanan dalam jumlah banyak, kambing saya potong langsung ditempat pemesan, ujar Mahyan sembari menambahkan harga per ekor kambing pesanan sebesar Rp 800 ribu. Harga tersebut sudah berujud sate matang dan gulai kambing. Sate kambing Pak Yani juga sungguh nikmat jika ditemani minuman teh poci dengan gula batu. Rasa teh yang manis dan hangat dengan ditingkahi daging empuk dan hangat pula, akan membuat lidah Anda semakin dimanjakan. (Prayitno)

Es Duren Bancar, Segarnya Legit Menggigit


PURBALINGGA, HUMAS Jika ingin menikmati es durian di Purbalingga(Jateng), Anda jangan sampai keliru. Es durian Bancar tentu pilihannya. Rasanya yang legit menggigit, membuat Anda bisa ketagihan dan ingin menikmatinya kembali kesegaran es durian Bancar. Lokasi warungnya boleh dibilang sempit. Pada saat-saat tertentu, biasanya pada hari liburan, bahkan harus rela mengantri untuk sekedar membeli semangkuk es durian Bancar. Lokasi warungnya mudah dicari, tanya saja es durian bancar pasti sudah banyak yang tahu. Jika dari arah alun-alun, jaranknya sekitar satu kilometer kearah Timur. Kios Depot Es kombinasi dan Es Duren Pak Kasdi berjejer dengan sejumlah kios makanan lain. Deretan kios makanan

itu berada berseberangan dengan Markas Komando Distrik Militer 0702/Purbalingga dan sederetan dengan Jembatan Sungai Klawing. Di kios sederhana itu kita bisa memperoleh semangkuk es durian yang legit dan menggigit dengan hanya membayar Rp 10.000. Di Depot Es Kombinasi dan Es Durian Pak Kasdi milik Kasdi Kusnadi (60), daging buah durian yang bertekstur lembut dan berserat ini dukumpulkan di dalam satu wadah berpendingin, lalu diambil beberapa sendok untuk satu mangkuk penyajian. Di dalam mangkuk itu, daging buah durian disiram gula merah cair dan santan kelapa segar, ditambah serutan es batu hingga menggunung melebihi bibir mangkuk. Tak berhenti sampai di situ, gunungan es durian itu masih disiram lagi dengan susu kental manis dan sesendok cokelat panas. Jangan ragu mengaduk paduan es durian itu karena letak kenikmatannya berada di sana. Setiap sendok yang disupa memuat legitnya buah durian yang diipadu dengan gurihnya santan segar dan gula merah yang terbuat dari nira kelapa. Dinginnya serutan es membuat rasa nikmat buah ini membeku sesaat di dalam rongga mulut, dan buyar menyelusup ke seluruh rongga mulut. Hampir sulit menyela santapan ini dengan makanan lain hingga tak ada yang tersisa. Bagi penikmat durian, tak ada salahnya mencoba es durian ini tanpa dipadu sesendok cokelat panas. Dengan begitu, rasa durian terasa kuat, tak dikalahkan rasa apa pun meski cokelat. Menurut Kasdi, dirinya memadu es durian itu dengan cokelat panas karena ada kalanya pembeli merasa paduan rasa durian dan santan terlalu pekat. Supaya tidak terlalu pekat rasaya, saya padu dengan cokelat panas, jelas Kasdi. Rasa es durian ini semakin nikmat saat dipadu dengan serutan kelapa kopyor. Harga semangkuk es durian dengan tambahan serutan kelapa kopyor hanya Rp 15.000. Kasdi menuturkan, dirinya berjualan es durian sejak tahun 1980. Saat itu dia sudah berjualan dengan menggunakan tenda bongkar pasang di depan Markas Kodim 0702/Purbalingga. Baru pada tahun 1994 dia mulai menyewa kios yang saat ini ditempatinya. Usaha berdagang es durian bukanlah awalnya usaha Kasdi. Kasdi memulai usahanya sejak tahun 1969 dengan berjualan bubur kacang hijau berkeliling Kota Purbalingga. Saat itu, selain berjualan bubur kacang hijau, dirinya juga berjualan es kombinasi yang merupakan paduan buah-buahan dicampur santan dan gula merah. 10 tahun kemudian, Kasdi yang berasal dari Desa Penaruban, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, mulai menyadari buah durian yang berlimpah di desanya juga bisa dibuat es seperti es kombinasi. Saat pertama kali saya coba-coba sendiri, memadu durian dengan beberapa jenis bahan makanan dan sirup. Setelah dicampur, saya makan sendiri. Kalau tidak enak saya ubah lagi campurannya. Sampai akhirnya saya menemukan ramuan yang terakhir ini. Ternyata banyak orang yang suka. tuturnya. Serba segar

Banyaknya peminat es durian buatan Kasdi mendorong anaknya, Hadianto (30), ikut membuka warung es durian di Purwokerto. Lokasinya berada di depan kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banyumas di Jalan DR Soeparno Purwokerto. Bahkan, Hadianto juga melayani pemesanan es durian untuk dibawa ke luar kota. Es durian yang ingin dibawa keluar kota sebagai oleh-oleh akan kami bekukan terlebih dahulu. Asalkan ada pemesanan terlebih dahulu, kami bisa melayani, kata Hadianto. Dalam satu hari bisa menghabiskan 100 buah durian, 40 buah kelapa, 50 kg gula merah, dan 40 kaleng susu kental manis untuk kebutuhan pelanggan di kiosnya dan juga kios anaknya, Hadianto. Khususnya untuk durian, setiap bulan dia menyediakan cadangan buah durian hingga 5.000 buah durian dirumahnya. Buah durian dipilih yang sudah masak sempurna. Buah tersebut dikupas setiap hari sehingga menjamin kesegaran rasa es durian Kasdi. Kasdi tidak mau membekukan daging buah durian, hal yang sebenarnya lebih memudahkan pekerjaannya. Pengalaman memperlihatkan, buah durian yang dibekukan kualitas rasa dan aromanya turun jauh dibandingkan buah yang disiapkan segar. Begitu juga dengan santan, Kasdi sengaja membuat santan segar dari kelapa yang baru diparut untuk menjamin rasa nikmat es durian campurnya. (Humas Pbg/yit)

Davos, Khas dan Semriwing


PURBALINGGA, HUMAS Jangan menyebut dirinya orang Purbalingga, jika tidak kenal dengan Permen Davos. Permen kuno dibungkus kertas berwarna ungu itu memang telah telah melegenda, sehingga identik dengan nama Purbalingga. Merek permen buatan tahun 1931 yang diproduksi PT Slamet Langgeng di Jalan A Yani 67 -Kelurahan Kandanggampang itu, kini telah merajai pasar di wilayah Jateng, DIY, sebagian Jatim, Jabar dan DKI Jakata. Bahkan, DIY merupakan pasar yang paling bagus. Rasa permen Davos memang khas, segar dan semriwing.Itulah keistimewaan permen Davos, jika diba dibanding permen-peren lainnya.Meskipun banjir aneka jenis dan merk permen menyerbu pasaran, namun permen Davos hingga kini tetap bertahan, karena rasanya yang khas itu . Menurut Nicodemus Hardi, managing director PT Slamet Langgeng, permen ini dirintis oleh Siem Kie Djian pada 28 Desember 1931. Dalam perjalanan zaman, perusahaan dilanjutkan anaknya, Siem Tjong An. Enam tahun berikutnya, bisnis diteruskan lagi ke anak dan menantu Tjong An: Toni Siswanto Hardi dan Corrie Simadibrata, yang juga generasi kedua.Selanjutnya diturunkan ke Budi Handojo, sebagai generasi ketiga. Kini, sebagai generasi keempat penerus usaha itu Nicodemus Hardi. Pada masa penjajahan Jepang, perusahaan sempat tersungkur dan baru bangkit lagi sesudah 1945. Perusahaan berganti nama menjadi PT Slamet Langgeng & Co., yang memproduksi permen mint Davos, Kresna, Alpina, dan Davos Lux. Ada pula produk non permen: limun dan biskuit bermerek Slamet. Karena kesulitan bahan baku, produksi biskuit berhenti pada 1973.

Nama Slamet Langgeng diambil dari nama gunung terbesar di Jawa Tengah yang terletak di Purbalingga: Gunung Slamet. Sedangkan Davos terinspirasi dari nama kota berhawa sejuk di Swiss yang dianggap cocok menggambarkan dinginnya permen mint ini. Bahan yang digunakan untuk membuat permen Davos, lanjut Nicodemus Hardi, 98 persen gula pasir dan sisanya mentol serta zat pengikat. Tidak ada zat pewarna, pegawet maupun pemanis untuk produk ini. Daya tahan permen ini bisa 1,5 tahun hingga 2 tahun. Produk pertama Davos yakni Davos Roll dengan kemasan warna ungu, dan hingga kini tak berubah. Satu bungkus berisi 10 butir berdiameter 22 milimeter, dengan harga jual Rp 1000,-. Selain itu, memenuhi tuntutan konsumen dan zaman, juga diproduksi davos lux (warna kemasan hijau) yang di pasaran dijual Rp 500,- Rp 1000,-. davos klasik (Rp 100,-/biji), davos mild, dan davos mini. Produk terbaru PT Slamet Langgeng yang baru dilempar ke pasaran awal November 2009, yakni permen Koffie. Permen rasa kopi yang per bungkusnya berisi 50 buah ini, di pasaran dijual Rp 3600,- Rp 4000,-. Nicodemus Hardi mengaku, bagi konsumen yang sudah kecanthol rasa permen davos atau permen produksi PT Slamet Langgeng lainnya, akan sulit lepas. Meskipun konsumen itu sudah mencoba rasa permen lainnya, namun akhirnya kembali lagi ke permen davos. (Humas/prs)

Nopia, Oleh-oleh Khas Purbalingga


Salah satu oleh-oleh khas Purbalingga (Jateng) yang banyak diminati pembeli, adalah roti nopia atau biasa disebut nopia. Di Purbalingga, banyak kios dan toko oleh-oleh yang menjual nopia. Namun, salah satu toko yang paling tua menjual nopia dan rasanya dijamin lain dari pada yang lain, yakni Toko Nopia Asli Ting Lie Liang di Jalan AW Soemarmo No 10 Telp: (0281) 891522, atau tepatnya 100 meter sebelah utara simpang tiga patung pengrajin knalpot. Menurut Matius Hirawan Andrianto, pemilik toko itu, dirinya merupakan generasi ketiga yang mewarisi pembuatan nopia. Generasi pertama atau pendahulu usaha nopia itu yakni kakeknya yang bernama Ting Lie Liang, yang merintis usaha itu pada awal tahun 1940. Kemudian diteruskan generasi kedua Sudibyo Andrianto yang juga ayah Matius Hirawan Andrianto.

Kya-Kya Mayong
Alamat : Jl. Wirasaba (Gang Mayong) Jika ingin menikmati kawasan jajan dengan aneka pilihan makanan, datang saja ke Kya-Kya Mayong. Di pusat jajan yang hanya buka di malam hari ini masyarakat dapat memanjakan selera makannya sembari menikmati suasana malam di pusat kota. Hampir semua makanan ada di sini. Ada martabak, bakso, soto, aneka mie, kue, seafood, sate kelinci, rawon, aneka bubur serta berbagai makanan lainnya. Soal harga, tak usah khawatir, dijamin tidak akan memberatkan kantong anda.

Es Duren Kombinasi
Alamat : Kios sebelah selatan Sungai Klawing Depan Makodim Bancar Jika ingin menikmati es durian di Purbalingga, jatuhkan segera pilihan anda ke Es duren Kombinasi Pak Kasdi. Di kios sederhana ini anda dapat memperoleh es durian yang lezat menggigit. Di dalam mangkuk, daging durian disiram gula merah cair dan santan kelapa segar ditambah serutan es batu yang menggunung. Gunungan es batu itu masih disiram lagi dengan susu kental mani dan sesendok coklat panas. Kini Pak Kasdi juga membuka cabang di Purwokerto di Depan GOR Satria dan di depan Gedung BKD Purwokerto.

Sate Ayam Blater


Alamat : Desa Blater Kecamatan Kalimanah Sate ayam Blater merupakan sate cita rasa khas Purbalingga. Rasa daging ayam yang sedikit manis sangat lezat di nikmati dengan sambal kacang yang cukup pedas. Kelebihan lain yang dimiliki adalah sate masih tetap dalam kondisi yang sama walaupun sudah berumur tiga hari. Jika ingin membeli langsung dari pusatnya, anda dapat menuju ke Desa Blater. Jika dari arah Purwokerto, setelah tugu batas kabupaten, di sebelah kanan jalan ada Fak. Sains dan Teknik Unsoed, silahkan arahkan tujuan ke kanan memasuki jalan desa. Papan penunjuk penjual sate akan dengan mudah ditemukan.

Ayam Goreng Mbok Sarun


Alamat : Jl. Menur B1/C33 Majapura, Bobotsari Ayam Goreng Mbok Sarun yang super empuk ini terkenal karena kelembutan dagingnya hingga ke tulang. Rasa gurih sangat mendominasi, disertai sedikit cubitan manis. Ayam ini kerap dijinjing sebagai oleh-oleh khas Purbalingga dan bisa bertahan 3 hari tanpa disimpan di lemari es. Ayam goreng Mbok Sarun juga kondang di kota lain, karena membuka cabang di Solo, Tegal dan Purwokerto.

Gule Melung Bu Hadi


Alamat : Dusun Melung Desa Larangan Kec. Kejobong Cabang : Karangsentul (depan Pabrik Mie Pandus). Gulai melung adalah gulai kambing, terdiri atas kuah, daging, tulang (balungan), dengkil (kaki kambing), juga bagian kepala kambing. Tampilannya sangat khas, yakni disajikan dengan ketupat, kuah terpisah dan daging diletakkan dalam mangkuk. Kuah gulai terasa gurih, aromanya wangi karena bumbu yang komplet terdiri dari daun salam, sere, bawang dan combrang. Daging terasa empuk dinikmati dan rasanya gurih. Gulai ini juga nikmat disantap walaupun tanpa kuah.

Sop Iga Bakar W@rjau


Alamat :

Karangsentul Kec. Padamara Pojok barat daya alun-alun Purbalingga

Iga bakar disajikan dengan irisan cabe rawit dan tomat, sedangkan kuahnya disajikan terpisah. Rasa sop iga ini segar dan sedikit pedas. Selain menyajikan iga bakar dan goreng, W@arjau juga menambah sajian menu berupa bebek goreng yang dihidangkan dengan sambal lombok hijau dan daun pepaya.

Sop Buntut Sarmila


Alamat : Barat simpang empat Sirongge Kembaran Kulon Kec. Purbalingga Bahan baku sop buntut Sarmila adalah buntut sapi asli, tanpa dicampur dengan bagian iga atau bagian sapi yang lain sehingga rasanya nikmat dan segar.

Gado-gado Jl. Keponggok


Alamat : RT 01/03 Keponggok, Wirasana Purbalingga Terletak di Jl. Veteran, gado-gado lezat ini terbilang murah. Tak berbeda dengan hidangan di tempat lain, gado-gado ini terdiri dari aneka sayuran dan telur yang direbus. Namun, pemiliknya menambah dengan jagung manis disiram bumbu khas yang nikmat. Gado-gado disajikan di atas layah yang diberi alas daun pisang. Sebagai teman makan disediakan aneka jus serta gorengan.

Soto Kriyik
Alamat :

Karangsentul Kec. Padamara Kompleks Pasar Segamas

Berbeda dengan soto yang lain, soto ini diberi tambahan campuran berupa perkedel yang digoreng kering sehingga jika dikunyah akan berbunyi kriyik. Kuah soto diberi campuran kuah santan, terkadang, untuk menambah mantap rasa soto, pelanggan meminta ditambahi sebutir telur rebus.

Soto So Bu Slamet
Alamat : RT 03/02 Bojong Kec. Purbalingga

Warung Soto So terletak di belakang Kantor Kelurahan Bojong. Meskipun secara umum bumbu yang digunakan hampir sama dengan jajanan soto khas Purbalingga yang lain, namun penyajiannya cukup unik, karena diberi tambahan dua ikat daun so (daun melinjo) dalam mangkuk terpisah. Jadi, jika ada yang tidak suka, tak perlu harus menyantapnya.

Anda mungkin juga menyukai