PURBALINGGA, HUMAS Menyebut buntil, barangkali terasa aneh bagi sebagian masyarakat kota. Apalagi mereka yang belum pernah menikmatinya. Sejatinya, buntil sebagai lauk yang biasa dijajakan di pasar tradisional, memiliki rasa yang pas untuk menemani nasi. Sebagian masyarakat kota, ada yang menyebut buntil mirip dengan bothok yang dibungkus dengan daun muda singkong dan diberi sedikit cairan kuah pedas yang terbuat dari santan. Isinya adalah parutan kelapa yang diberi bumbu. Daun pembungkus yang lain yang sering digunakan adalah daun talas atau daun sente. Berbeda dengan bothok, daun pembungkus pada buntil juga dapat turut dikonsumsi. Bothok biasanya dibungkus menggunakan daun pisang. Adalah hal yang sangat istimewa ketika banyak orang memburu buntil. Di sebuah pasar tradisional di Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga (Jateng) hampir setiap hari orang mencari buntil khas Kutasari. Sebenarnya, buntil itu dibuat oleh seorang warga Dukuh Carangmanggang, Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, bernama Ny Kasmini. Hanya saja, Kasmini yang sudah menjajakan buntil 44 tahun lalu, lebih sering berjualan di Kutasari. Akhirnya, buntil itu cenderung disebut sebagai buntil Kutasari. Menurut Ny Kasmini (58), dirinya mulai menjajakan buntil setelah menikah muda pada usia 14 tahun. Ketika itu, ia meneruskan dagangan buntil orang tuanya. Kasmini akhirnya memilih salah satu sudut pasar Kutasari sebagai tempat dagangan menetap. Buntil yang dibuat Kasmini boleh dibilang rasanya sangat istimewa. Meski bahannya tidak jauh berbeda dengan buntil buatan pedagang lainnya, namun ramuan bumbu Ny Kasmini yang membuat buntil itu spesial. Bahkan saking spesialnya, buntil Ny Kasmini sering dipesan oleh Pemkab Purbalingga untuk sajian menu makan tamu pejabat dari kota besar. Buntil Kasmini dibuat dari parutan kelapa muda yang kemudian diramu dengan berbagai bumbu. Parutan kelapa itu kemudian dibungkus sesuai dengan jenisnya. Jika buntil daun talas (senthe), maka pembungkusnya daun talas. Ada juga buntil daun singkong, atau buntil daun pepaya. Rasanya semakin khas, setelah Ny Kasmini menyiram buntil itu dengan santan. Rasa buntil Carangmanggang yang khas, membuat banyak orang rela mengantri setiap pagi hari. Bahkan, jika hari Minggu pagi, antrian pembeli buntil Ny Kasmini di Pasar Kutasari boleh dibilang mencapai puluhan. Kalau hari Minggu saya menyiapkan lima panci, setiap panci berisi 100 buah buntil, kata Ny Kamsini, Selasa, (25/05/2010).
Untuk hari-hari biasa, Ny Kasmini menyiapkan 2 panci berisi buntil. Satu buah buntil dihargai Rp 3.000. Dagangan butilnya, kata Ny Kasmini, selalu habis sekitar jam 9 pagi. Kalau Anda penasaran ingin mencoba buntil Kutasari, silahkan datang ke Pasar Kutasari. Tentunya, harus pagi hari. Jangan mengeluh, jika harus mengantri panjang, untuk hanya sekedar membeli makanan yang disebut buntil. (Humas/Prayitno)
Kacang rasa khas Mirasa inilah, diakui Hanawati pada hari libur atau lebaran diburu orang untuk oleh-oleh. Makanan ini juga cocok untuk teman minum kopi atau teh, dan camilan di rumah sambil menonton TV. Saat ini, Hanawati mengemas kacang bikinannya dalam dua ukuran, yakni 1/4 kilo gram dan 1/2 kilo gram. Untuk kacang rasa asin berat 1/4 kg seharga Rp 6000,- dan berat 1/2 kg Rp 12.000,-. Untuk kacang rasa bawang berat 1/4 kg Rp 6.500,- dan berat 1/2 kg Rp 13.000,-. Semua kacang itu, kualitas nomer satu. Artinya, bentuk kacangnya aos (berisi). Sedangkan untuk kacang kualitas nomer dua, Hanawati menjual per kg Rp 8000,-. Hanawati mengaku, dalam sehari rata-rata mampu menggoreng kacang hingga dua kuintal. Namun pada liburan anak-anak sekolah atau lebaran, bisa dua kali lipat lebih. Bahkan bisa 500 kg per hari. Selama ini, kacang asin Mirasa sudah merambah pasar di seluruh pelosok Purbalingga hingga Purwokerto dan sekitarnya. (Humas/prs)
Banyak pelanggan yang mengira jika proses pembakaran hanya menggunakan hotplat, tetapi sebenarnya pembakaran sate tak beda jauh dengan pedagang sate lainnya. Bumbu-bumbu yang dipakai oleh Pak Yani pun hampir sama dengan pedagang sate lainnya. Resep lain yang dipakai Pak Yani agar satenya empuk adalah tidak mencampurkan lemak dari daging sapi untuk campuran satenya. Kebanyakan pedagang sate kambing, mencampurkan lemak sapi atau lemak domba untuk memudahkan pembakaran. Campuran lemak yang disatukan tetap berasal dari kambing, bukan dari ternak lain. Namun, jika ada pelanggan yang meminta sate tanpa lemak alias polos, tetap kami layani dengan senang hati, ujar Mahyan yang telah mematenkan trade satenya ke Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM) RI. Harga satu porsi sate isi 10 tusuk dengan potongan daging lumayan tebal, terbilang murah. Per porsi dihargai Rp 17 ribu. Harga ini boleh dibilang wajar dan bahkan murah, hingga banyak pelanggan yang berdatangan setiap harinya. Selain sate, warung sate Pak Yani juga menyiapkan gulai kambing sebagai teman santap sate. Satu porsi gule dihargai Rp 8 ribu. Satu porsinya cukup untuk tiga orang. Dalam sehari, Mahyan mengaku mampu memotong kambing muda sebanyak lima ekor. Kambing tidak langsung sekaligus dipotong sebelum warung dibuka. Namun pemotongan kambing dilakukan bertahap. Begitu kambing pertama habis terjual, langsung dipotong kambing berikutnya. Untuk memotong satu ekor kambing dan menyiapkan menjadi beberapa tusukan sate, kami Cuma butuh waktu waktu 10 menit, ungkap Mahyan yang mulai membuka usaha di Mrebet sejak bulan April 2006. Warung sate Pak Yani juga melayani pesanan dalam jumlah besar. Pemesanan dari luar kotapun tetap ia layani. Bahkan sampai kota-kota besar seperti di Yogya dan Semarang. Kalau untuk pesanan kurang dari lima ekor, ternak kambing saya potong dirumah. Namun, jika pesanan dalam jumlah banyak, kambing saya potong langsung ditempat pemesan, ujar Mahyan sembari menambahkan harga per ekor kambing pesanan sebesar Rp 800 ribu. Harga tersebut sudah berujud sate matang dan gulai kambing. Sate kambing Pak Yani juga sungguh nikmat jika ditemani minuman teh poci dengan gula batu. Rasa teh yang manis dan hangat dengan ditingkahi daging empuk dan hangat pula, akan membuat lidah Anda semakin dimanjakan. (Prayitno)
itu berada berseberangan dengan Markas Komando Distrik Militer 0702/Purbalingga dan sederetan dengan Jembatan Sungai Klawing. Di kios sederhana itu kita bisa memperoleh semangkuk es durian yang legit dan menggigit dengan hanya membayar Rp 10.000. Di Depot Es Kombinasi dan Es Durian Pak Kasdi milik Kasdi Kusnadi (60), daging buah durian yang bertekstur lembut dan berserat ini dukumpulkan di dalam satu wadah berpendingin, lalu diambil beberapa sendok untuk satu mangkuk penyajian. Di dalam mangkuk itu, daging buah durian disiram gula merah cair dan santan kelapa segar, ditambah serutan es batu hingga menggunung melebihi bibir mangkuk. Tak berhenti sampai di situ, gunungan es durian itu masih disiram lagi dengan susu kental manis dan sesendok cokelat panas. Jangan ragu mengaduk paduan es durian itu karena letak kenikmatannya berada di sana. Setiap sendok yang disupa memuat legitnya buah durian yang diipadu dengan gurihnya santan segar dan gula merah yang terbuat dari nira kelapa. Dinginnya serutan es membuat rasa nikmat buah ini membeku sesaat di dalam rongga mulut, dan buyar menyelusup ke seluruh rongga mulut. Hampir sulit menyela santapan ini dengan makanan lain hingga tak ada yang tersisa. Bagi penikmat durian, tak ada salahnya mencoba es durian ini tanpa dipadu sesendok cokelat panas. Dengan begitu, rasa durian terasa kuat, tak dikalahkan rasa apa pun meski cokelat. Menurut Kasdi, dirinya memadu es durian itu dengan cokelat panas karena ada kalanya pembeli merasa paduan rasa durian dan santan terlalu pekat. Supaya tidak terlalu pekat rasaya, saya padu dengan cokelat panas, jelas Kasdi. Rasa es durian ini semakin nikmat saat dipadu dengan serutan kelapa kopyor. Harga semangkuk es durian dengan tambahan serutan kelapa kopyor hanya Rp 15.000. Kasdi menuturkan, dirinya berjualan es durian sejak tahun 1980. Saat itu dia sudah berjualan dengan menggunakan tenda bongkar pasang di depan Markas Kodim 0702/Purbalingga. Baru pada tahun 1994 dia mulai menyewa kios yang saat ini ditempatinya. Usaha berdagang es durian bukanlah awalnya usaha Kasdi. Kasdi memulai usahanya sejak tahun 1969 dengan berjualan bubur kacang hijau berkeliling Kota Purbalingga. Saat itu, selain berjualan bubur kacang hijau, dirinya juga berjualan es kombinasi yang merupakan paduan buah-buahan dicampur santan dan gula merah. 10 tahun kemudian, Kasdi yang berasal dari Desa Penaruban, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, mulai menyadari buah durian yang berlimpah di desanya juga bisa dibuat es seperti es kombinasi. Saat pertama kali saya coba-coba sendiri, memadu durian dengan beberapa jenis bahan makanan dan sirup. Setelah dicampur, saya makan sendiri. Kalau tidak enak saya ubah lagi campurannya. Sampai akhirnya saya menemukan ramuan yang terakhir ini. Ternyata banyak orang yang suka. tuturnya. Serba segar
Banyaknya peminat es durian buatan Kasdi mendorong anaknya, Hadianto (30), ikut membuka warung es durian di Purwokerto. Lokasinya berada di depan kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banyumas di Jalan DR Soeparno Purwokerto. Bahkan, Hadianto juga melayani pemesanan es durian untuk dibawa ke luar kota. Es durian yang ingin dibawa keluar kota sebagai oleh-oleh akan kami bekukan terlebih dahulu. Asalkan ada pemesanan terlebih dahulu, kami bisa melayani, kata Hadianto. Dalam satu hari bisa menghabiskan 100 buah durian, 40 buah kelapa, 50 kg gula merah, dan 40 kaleng susu kental manis untuk kebutuhan pelanggan di kiosnya dan juga kios anaknya, Hadianto. Khususnya untuk durian, setiap bulan dia menyediakan cadangan buah durian hingga 5.000 buah durian dirumahnya. Buah durian dipilih yang sudah masak sempurna. Buah tersebut dikupas setiap hari sehingga menjamin kesegaran rasa es durian Kasdi. Kasdi tidak mau membekukan daging buah durian, hal yang sebenarnya lebih memudahkan pekerjaannya. Pengalaman memperlihatkan, buah durian yang dibekukan kualitas rasa dan aromanya turun jauh dibandingkan buah yang disiapkan segar. Begitu juga dengan santan, Kasdi sengaja membuat santan segar dari kelapa yang baru diparut untuk menjamin rasa nikmat es durian campurnya. (Humas Pbg/yit)
Nama Slamet Langgeng diambil dari nama gunung terbesar di Jawa Tengah yang terletak di Purbalingga: Gunung Slamet. Sedangkan Davos terinspirasi dari nama kota berhawa sejuk di Swiss yang dianggap cocok menggambarkan dinginnya permen mint ini. Bahan yang digunakan untuk membuat permen Davos, lanjut Nicodemus Hardi, 98 persen gula pasir dan sisanya mentol serta zat pengikat. Tidak ada zat pewarna, pegawet maupun pemanis untuk produk ini. Daya tahan permen ini bisa 1,5 tahun hingga 2 tahun. Produk pertama Davos yakni Davos Roll dengan kemasan warna ungu, dan hingga kini tak berubah. Satu bungkus berisi 10 butir berdiameter 22 milimeter, dengan harga jual Rp 1000,-. Selain itu, memenuhi tuntutan konsumen dan zaman, juga diproduksi davos lux (warna kemasan hijau) yang di pasaran dijual Rp 500,- Rp 1000,-. davos klasik (Rp 100,-/biji), davos mild, dan davos mini. Produk terbaru PT Slamet Langgeng yang baru dilempar ke pasaran awal November 2009, yakni permen Koffie. Permen rasa kopi yang per bungkusnya berisi 50 buah ini, di pasaran dijual Rp 3600,- Rp 4000,-. Nicodemus Hardi mengaku, bagi konsumen yang sudah kecanthol rasa permen davos atau permen produksi PT Slamet Langgeng lainnya, akan sulit lepas. Meskipun konsumen itu sudah mencoba rasa permen lainnya, namun akhirnya kembali lagi ke permen davos. (Humas/prs)
Kya-Kya Mayong
Alamat : Jl. Wirasaba (Gang Mayong) Jika ingin menikmati kawasan jajan dengan aneka pilihan makanan, datang saja ke Kya-Kya Mayong. Di pusat jajan yang hanya buka di malam hari ini masyarakat dapat memanjakan selera makannya sembari menikmati suasana malam di pusat kota. Hampir semua makanan ada di sini. Ada martabak, bakso, soto, aneka mie, kue, seafood, sate kelinci, rawon, aneka bubur serta berbagai makanan lainnya. Soal harga, tak usah khawatir, dijamin tidak akan memberatkan kantong anda.
Es Duren Kombinasi
Alamat : Kios sebelah selatan Sungai Klawing Depan Makodim Bancar Jika ingin menikmati es durian di Purbalingga, jatuhkan segera pilihan anda ke Es duren Kombinasi Pak Kasdi. Di kios sederhana ini anda dapat memperoleh es durian yang lezat menggigit. Di dalam mangkuk, daging durian disiram gula merah cair dan santan kelapa segar ditambah serutan es batu yang menggunung. Gunungan es batu itu masih disiram lagi dengan susu kental mani dan sesendok coklat panas. Kini Pak Kasdi juga membuka cabang di Purwokerto di Depan GOR Satria dan di depan Gedung BKD Purwokerto.
Iga bakar disajikan dengan irisan cabe rawit dan tomat, sedangkan kuahnya disajikan terpisah. Rasa sop iga ini segar dan sedikit pedas. Selain menyajikan iga bakar dan goreng, W@arjau juga menambah sajian menu berupa bebek goreng yang dihidangkan dengan sambal lombok hijau dan daun pepaya.
Soto Kriyik
Alamat :
Berbeda dengan soto yang lain, soto ini diberi tambahan campuran berupa perkedel yang digoreng kering sehingga jika dikunyah akan berbunyi kriyik. Kuah soto diberi campuran kuah santan, terkadang, untuk menambah mantap rasa soto, pelanggan meminta ditambahi sebutir telur rebus.
Soto So Bu Slamet
Alamat : RT 03/02 Bojong Kec. Purbalingga
Warung Soto So terletak di belakang Kantor Kelurahan Bojong. Meskipun secara umum bumbu yang digunakan hampir sama dengan jajanan soto khas Purbalingga yang lain, namun penyajiannya cukup unik, karena diberi tambahan dua ikat daun so (daun melinjo) dalam mangkuk terpisah. Jadi, jika ada yang tidak suka, tak perlu harus menyantapnya.