Anda di halaman 1dari 2

NAMA KELOMPOK :

Anita
Arba’atin Nur Fajriyatil Falah
Indriani Dwi Putri
Mayang Anggraini
Sheila Ananda Pratiwi
Kerupuk amplang menjadi makanan khas Kalimantan Timur yang acapkali dibeli
sebagai oleh-oleh terutama bagi para pengunjung dari luar Kaltim. Camilan ringan
terbuat dari ikan ini terkenal dengan citarasanya yang gurih. Keberadaan toko
amplang di kota tepian ini pun sudah sedemikian banyak. Hampir di sejumlah
pelosok kota, kita bisa menjumpai toko yang menawarkan amplang dengan aneka
citarasa serta harga yang variatif.

Toko amplang dapat dikunjungi dengan mudah di Jalan Slamet Riyadi. Di sini, toko
amplang berderet di tepi jalan, dekat simpang muara, Teluk Lerong. Konon, Toko
Amplang Salsabila Produk Karya Kita termasuk paling lama memproduksi kerupuk
ikan ini. Hj. Fatima, pemilik toko tersebut, mengatakan usaha industri rumahan ini
sudah ada sejak 1970-an. "Usaha produksi amplang ini dilakukan secara turun-
temurun. Saya sendiri meneruskan usaha bibi saya," ucap ibu dari empat orang anak
ini.

Usaha industri rumahan ini termasuk yang mampu bertahan dari gempuran krisis
ekonomi 1997 lalu. Fatima mengutamakan tiga aspek dalam memasarkan produknya
ini agar tetap diminati para pelanggan. Pertama, ia memberikan citarasa berbeda
terhadap produk amplang yang dihasilkan. "Saya sudah menyiapkan aneka rasa
dalam produk amplang ini, seperti ikan tenggiri, ikan pipih dan ikan biji nangka,"
tuturnya. Masing-masing rasa memiliki keunggulan dan kekhasan sendiri.

Kedua, ia selalu mengutamakan pelayanan yang bersahabat dan ramah. Ketiga, tak
kalah pentingnya, ia memberikan harga spesial bagi pelanggan yang membeli
amplang di tokonya. Harga amplang yang ditawarkan relatif lebih murah mulai Rp
3.000-35.000.

Tiap pembelian 10 bungkus amplang dengan harga sama bakal mendapatkan gratis
satu bungkus senilai harga tersebut. "Jika pelanggan membeli 10 bungkus amplang
harga Rp 3.000, kami akan memberikan gratis amplang harga Rp 3.000. Ini tidak
dijumpai di tempat lain," tuturnya.

Pada awal merintis 1990-an, ia mengaku memiliki modal Rp 10 juta untuk memulai
usaha ini. "Kami juga tak luput mengalami pasang-surut di tengah perjalanan.
Alhamdulillah, usaha ini tetap bertahan hingga sekarang," ucapnya.

Kini ia memiliki 20 orang karyawan untuk membantu usaha amplang ini. Untuk
keperluan bahan baku, seperti ikan tenggiri, ikan pipih, tepung, garam dan bumbu
lainnya, ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 15 juta per bulan. Sedangkan
keuntungan yang didapat mencapai sedikitnya Rp 30 juta per bulan.

"Sedikit-banyak keuntungan yang didapat, kami selalu bersyukur," kata Fatima.


Dalam sehari, ia bisa memproduksi amplang sebanyak 1-2 kwintal. Tiap sebulan
hanya seminggu ia tidak memproduksi amplang. Produk amplangnya ini sering pula
dipesan orang dari luar Kaltim, terutama Jawa. (*/Tribun Kaltim/Rahmat Taufik)

Anda mungkin juga menyukai