Anda di halaman 1dari 3

Nama:

1. Anita
2. Mayang Anggraini
Kelas : XI Akuntansi 2

SAHABAT MUSIK

Bel pulang sekolah berbunyi. Siswa mulai berhamburan ke luar kelas untuk segera pulang.
Namun tidak dengan Amel dan Agnes. Mereka adalah sepasang sahabat karib sejak masih
duduk dibangku SD, dan sekarang keduanya sudah SMA. Memiliki hobi yang sama terhadap
musik memperkuat persahabatan mereka satu sama lain.

Amel dan Agnes termasuk cewek yang berparas cantik, populer dan juga baik hati di sekolah
bukan cuma itu saja mereka berdua juga murid yang pintar dan dibanggakan oleh guru-guru.
Karena itulah mereka memiliki banyak pengemar, terutama para cowok. Namun meski
memiliki banyak penggemar sekalipun mereka tidak memiliki pacar, keduanya ingin fokus
kepada pendidikan dan tidak mementingkan pasangan. Bukan hanya memiliki penggemar,
ada juga orang yang sirik, iri dan membenci Amel dan Agnes, namun mereka sama sekali
tidak menghirauka itu, dan tetap berteman baik kepada semua orang.

Pulang sekolah ini mereka ada kegiatan eskul musik di sekolah. Selain piawai memainkan
alat musik keduanya juga memiliki suara yang merdu. “Nes, ayo buruan ke ruang musik
teman-teman udah pada ngumpul tuh”, ujar Amel menegur Agnes yang masih berada di kelas.
“Oh iya Mel, ya udah yuk”. Mereka pun pergi ke ruang musik dan disana sudah banyak
temen-teman yang lain yang juga ikut dalam eskul ini.

Hari telah sore tanda berakhirnya eskul. Setelah keluar dari ruang music mereka pun langsung
pulang ke rumah karena Pak Pono, supir Agnes telah berada di depan pintu gerbang untuk
menjemput mereka. Setiap hari Amel berangkat maupun pulang sekolah selelalu bersama
Agnes. Karena selalu bersama itulah dan juga kecintaan mereka dengan musik memuat setiap
hari yang dilewati bersama sangat menyenangkan. Bahkan dalam mobil saja mereka selalu
menyetel lagu dan bernyanyi bersama.

Telah sampai di rumah Amel, “Ya udah Nes, ngga mau mampir dulu nih” Amel menawarkan.
“Hmm kayanya hari ini aku langsung pulang aja deh ngga mampir, sorry ya” jawab Agnes
dengan lembut. “Ya udah ngapapa, makasih ya, daah”, Amel sembari melambaikan tangan.
“dah Amel” membalas dengan lambaian tangan jua.

Keesokan paginya, kicauan burung yang merdu membangunkan Amel, seperti biasa ia pun
langsung bersiap-siap berangkat ke sekolah. “tut… tut”, bunyi klakson mobil Pak Pono yang
sudah barada di depan rumah untuk menjemput Amel. “Hai Mel selamat pagi, udah siap
belum?” tanya Agnes. “pagi nes, udah dong, yuk berangkat sekarang aja”, jawab Amel
dengan semangat. Mereka pun pamit dengan orang tua Amel, lalu langsung berangkat menuju
sekolah. Rutinitas inilah yang dilakukan keduanya setiap pagi. Sesampainya di sekolah
mereka langsung menuju kelas, dan mengikuti pelajaran dengan tertib.

Waktu istirahat pun tiba, “Mel kita ke kantin yuk”, ujar Agnes sambil menarik tangan Amel.
“Ya udah yuk”. Di kantin mereka bertemu Tarra, ia sangat membenci Amel dan Agnes, entah
mengapa seperti itu, mungkin saja dia iri terhadap keduanya yang populer di sekolah dan
memiliki banyak penggemar. Akan tetapi Amel dan Agnes sama sekali tidak menghiraukan
ketidaksenangan Tarra terhadap mereka.
Entah sengaja atau tidak tiba-tiba Tarra menumpahkan segelas minuman dingin ke rok yang
dikenakan Amel, spontan Amel pun berteriak dan marah. Namun Agnes berusaha membuat
Amel tenang dan mencairkan suasana. “Tarra, kamu apa-apaan sih, kok numpahin minuman
ke roknya Amel” tanya Agnes kepada Tarra. “Upps, kena ya sorry sengaja” jawab Tarra
sambil tertawa, hal itu membuat Amel geram, ia merasa malu diperlakukan seperti itu, namun
Amel menahan emosi dan tidak mau meneruskan masalah ini. Amel dan Agnes pun
meninggalkan kantin dan segera menuju toilet.

Rasanya Amel mau nangis, perasaannya sangat sangat kacau, atas perlakuan Tarra tadi.
Agnes coba menenangkan Amel dan mengeringkan rok yang basah itu. “Sudah Mel, ngga
usah dibawa emosi lagi ya, mungkin aja dia sirik sama kita makannya dia berbuat seperti itu”,
ujar Agnes menenangkan Amel. “Tapi ini udah kelewatan batas Nes, rok aku jadi basah, aku
malu banget dilihat oleh banyak orang tadi” jawab Amel. “Ya mau gimana lagi Mel, yaudah
sekarang kita keringin dulu rok kamu ini, baru kita masuk kelas”. Setelah rok tersebut bener-
bener kering, mereka berdua pun kembali ke kelas dan belajar seperti biasa.

Waktu pulang sekolah telah tiba, hari ini tidak ada jadwal eskul musik. Jadi, Amel dan Agnes
langsung pulang ke rumah, mereka mencoba melupakan kejadian tadi. Amel pergi ke rumah
Agnes untuk bermain alat musik bersama sambil bernyanyi. Mereka berdua sangat asik sekali
hingga benar-benar lupa atas kejadian tadi siang di kantin sekolah.

Alunan melodi yang mereka mainkan dari alat musik dan suara merdu yang keluar dari mulut
keduanya membuat studio musik semakin indah. Amel dan Agnes memiliki cita-cita yang
sama yaitu ingin menjadi seorang penyanyi terkenal hingga kelas internasional, makanya
mereka selalu melatih suara dan kemampuan untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Mereka
sangat gigih berlatih terutama Amel yang sangat ingin mewujudkan cita-cita keduanya.

Setelah usai menyanyi, tiba-tiba Agnes merasa pusing dan langsung pingsan begitu saja,
lantas Amel sangat kaget melihat sahabatnya yang sudah terjatuh di lantai. Amel pun
berteriak dan meminta bantuan ke luar studio untuk memanggil Pak Pono. Agnes pun
digendong menuju karmarnya, Amel berusaha untuk menyadarkan Agnes yang masih
terbaring lemah.

Setelah beberapa saat akhirnya Agnes sadar kembali. “Nes kamu kenapa, kamu ngga kenapa-
kenapa kan, gimana masih pusing?” tanya Amel khawatir. “Hmm iya Mel aku nggapapa ,
cuman pusing sedikit aja, tapi sekarang udah agak mendingan kok, kamu ngga usah
khawatir”, jawab Agnes dengan pelan. “Oke ya udah, ni minum dulu” sambil memberikan
segelas air. “Kamu ngga pulang Mel ini kan udah malam, ntar kamu di cariin sama orang tua
kamu, biar aja aku di sini, lagian aku juga udah baikan kok” ujar Agnes. “Kamu beneran
nggapapa ni aku tinggal?” tanya Amel. “Iya Amel aku udah baikan kok”. “Yaudah kalo gitu
aku pulang yaa, kamu istirahat aja, jangan banyak gerak dulu, byee”, “bye, hati-hati dijalan
ya”.

Keesokan harinya, tiba-tiba Tarra menghampiri Amel yang sedang ngobrol dengan Agnes di
taman sekolah untuk meminta maaf. “Hmm Mel, akuu hmm… aku” “Ada apa tar, mau
numpahin air lagi?”, tanya Amel agak sedikit sinis. “Bukan kok mel, aku mau minta maaf
atas kejadian kemarin di kantin, sorry banget ya, soalnya aku iri sama kalian, kalian itu
populer banget di sekolah ini terus kalo kemana-mana pasti berdua”, jawab Tarra dengan
lembut. “Ya udahlah Mel, maafin aja, ngga boleh tau nyimpan benci apalagi dendam sama
orang lain”, ujar Agnes menengahi. “Iyaa aku maafin, tapi lain kali jangan diulangin lagi ya”,
ujar Amel yang mencoba memaafkan Tarra. “Iya Mel makasih ya udah maafin, aku janji ngga
bakal kaya gitu lagi”. “Nah ya udah sekarang kita temenan, kamu bisa gabung aku sama Amel
kok”, ujar Agnes manawarkan. “Haa? Seriusan aku boleh gabung kalian berdua, aku mau
banget makasih yaa”, jawab Tarra dengan girang. “Nah sekarang kita temenan dan ngga ada
lagi benci-bencian apalagi sampai musuhan, benar kan mel?” tanya Agnes. “Hmm iya iya
Nes” jawab Amel. Dan mereka bertiga pun saling berpelukan.

Waktu semakin berlalu, Amel, Agnes dan Tarra pun semakin akrab. Mereka belajar bersama,
bermain alat musik dan bernyanyi bersama. Dan pada suatu hari di sekolah, sedang asik-
asiknya mereka duduk santai di kantin tiba-tiba hidung Agnes mengeluarkan darah yang
banyak, dengan spontan Amel dan Tarra pun membawa Agnes ke toilet untuk membersihkan
darah yang menetes tersebut. “Nes kamu kenapa, muka kamu langsung pucat gitu, kita ke
rumah sakit sekarang ya” tanya Amel yang sangat khawatir dengan keadaannya. “Ya udah
Mel, langsung kita bawa ke rumah sakit aja yuk, ntar makin parah gimana” ujar Tarra yang
juga khawatir. “Eengga usah, aku baik-baik aja kok”, kata Agnes sangat pelan. “Ngga bisa
Nes, kita harus ke rumah sakit sekarang”, tegas Amel. “Jangan”, tiba-tiba Agnes pun jatuh
pingsan tak berdaya. Amel dan Tarra pun langsung meminta bantuan untuk membawa Agnes
ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Agnes tergolek lemas tak berdaya di ranjang rumah sakit, ia
hanya bisa meneteskan air mata yang tak tertahankan seraya menahan rasa sakit di tubuhnya.
Amel dan Tarra mencoba menguatkan Agnes, meskipun sebenarnya mereka juga sangat
terpukul. “Nes, kamu harus kuat ya, tenang disini ada aku sama Amel yang akan selalu ada
untuk kamu”, ujar Tarra yang berusaha kuat. “Ngga bisa tar, mungkin ini udah saatnya aku
pergi, aku senang bisa dikasih hidup yang indah ini, aku ngga akan melupakan kalian sahabat
ku”, ujar Agnes sambil berlinangan air mata. “Kamu harus kuat nes, kamu ngga boleh nyerah
gitu aja”, kata Amel yang berusaha menguatkan Agnes. “Mel kamu adalah sahabatku yang
paling baik, maaf ya kalau aku gak bisa menjadi sahabatmu yang sempurna, kamu adalah
kenangan terindahku, saat aku di alam sana, kamu jangan sedih, karena kalau kamu sedih, aku
juga sedih, aku mau kamu bahagia dengan Tarra, wujudkan mimpi kita, cita-cita kita bersama
Mel”, ucap Agnes dengan lemah lembut. “Aku cuma mau kamu sembuh Nes, agar kita bisa
wujudtin cita-cita kita” kata Amel dengan air mata yang terus mengalir. “Aku ngga bisa mel,
penyakit ini terus menggrogoti tubuhku, aku gak bisa hidup begini terus” jawab Agnes. “Kita
akan menjadi sahabat selamanya, persahabatan kita ngga akan putus sampai sini, jaga dirimu
baik-baik mel, kamu juga ya tar”, sambung Agnes lalu Agnes pun menutup mata untuk
selamanya. “Agneeess!!!” teriak Amel dengan tangisan yang lebih keras lagi, dokter pun
datang dan memeriksa keadaan Agnes lalu memberitahu kalu Agnes sudah meninggal.
“Duugg!!!” dada Amel menjadi sakit, napasnya pun sesak dan tangis pun tak dapat
terbendung lagi, ia pun lemas dan jatuh ke lantai. “Agnes kenapa kamu secepat ini
meninggalkan ku?” tanya Amel, sementara itu Tarra hanya bisa tersungkur diam tak dapat
berkata-kata.

Setelah pemakaman Agnes barulah Tarra menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada
Agnes. ”Emm… Mel, sebenarnya Agnes udah sakit beberapa bulan terakhir ini, dia terkena
penyakit kanker darah, tapi dia ngga mau kamu tahu, karena dia tau kalo kamu
mengetahuinya kamu akan sangat sedih dan khawatir kepadanya”, ucap Tarra. “Dari mana
kamu tahu tar, kenapa baru sekarang kamu bilang sama aku tentang ini sih? Kenapa tar?
Kenapa?”, tanya Amel dengan penuh rasa kecewa. “Agnes maksa aku buat ngga ngasih tau ke
kamu Mel, jadi aku hanya bisa diam” jawab Tarra menyesal. “Lalu kenapa? Kamu diberi tahu
olehnya, sedangkan aku tidak, ini tidak adil” Amel mengerang sambil meneteskan air mata.
“Dia minta aku untuk wujudtin cita-cita kalian, dia mau aku gantiin dia Mel, aku ngga bisa
nolak, itu permintaan terakhir Agnes dan kita harus lakuin itu demi kebahagiaan Agnes” ucap
Tarra yang tak kuasa menahan air mata. Semakin tak tertahankan jatuhnya air mata Amel
mendengar itu semua, akhirnya mereka pun berpelukan.

Tamat

Anda mungkin juga menyukai