Anda di halaman 1dari 3

Anak yang memiliki paras cantik, memiliki sopan santun, dan

senantiasa menjunjung tinggi nilai maupun prinsip suku bugis dalam


kesehariannya. Namanya adalah Alea, anak yang berumur 11 tahun
dan kini tengah duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. Alea tidak
lama lagi lulus dan akan melanjutkan pendidikannya. Ia sangat
berharap dapat melanjutkan pendidikan di SMP Semen Tonasa II,
sekolah yang sangat ia idamkan dari dulu karena di sana terdapat
pelajaran kebudayaan.
Setiap ke sekolah ia sangat bersemangat meskipun banyak yang tidak
menyukainya. Ada seorang anak bernama Amira ia sangat tidak
menyukainya karena iri kepada Alea.
Di tidurnya, Alea selalu memimpikan sekolah SMP yang sangat ia
impikan. Pukul sudah menunjukkan angka 05.00 ia pun beranjak
untuk melaksanakan Shalat subuh. “ya Allah, semoga saya bisa
menjadi anak yang pintar sehingga dapat memasuki sekolah yang
saya inginkan.” Ternyata sang ibu tengah mendengarkan doanya,
kemudian memasuki kamar Alea sambil mengatakan ”jangan
khawatir anak, kau pasti bisa.” Sambil mengusap kepala anaknya.
Alea pun kini sudah berada dimotor ayah dan berangkat ke
sekolah. Sesampainya, belum memasuki kelas, Amira sudah
menodongkan kakinya ke Alea. Sehingga ia tersandung. Tetapi Alea
hanya bersabar dan meneruskan langkahnya untuk menaruh tas.
Sisa waktu belajar bagi anak SD yaitu satu minggu dan akan
mengikuti ujian kelulusan. Karena sebentar lagi ujian, Alea terus-
menerus menimba ilmu dan tak lupa belajar kebudayaan seperti tari-
tarian, serta membuat permainan tradisional berupa lompat tali dari
karet yang dirangkai.
Ujian pun dimulai, Alea mengerjakan ujian dengan mudah karena
belajar bersungguh-sungguh. Kemudian sepulangnya sekolah ia
melanjutkan permainan tradisional yang telah ia buat sebelumnya.
Pada pukul 15.21 ia menuju rumah temannya untuk mengajak
mereka bermain permainan tradisional, tetapi tidak ada satu dari
mereka yang ingin ikut. “hmm... kesadaran anak-anak sekarang
mengenai kebudayaan sangat kurang.” Sambil berjalan ke arah
rumahnya.
Tidak sampai disitu, Alea tidak menyerah ia tetap mengajak
temannya dan membangun semangat mereka agar tidak melupakan
budaya kita. Hari kedua, ketiga dan keempat serta kelima memang
usahanya tidak berhasil namun ia yakin suatu saat nanti ia pasti bisa.
Hinggah hari keenam tiba, usahanya mulai membuakan hasil,
ketika selesai mengerjakan ujian ia menyempurnakan lompat tali
karet yang telah ia buat. Saat temannya mulai sadar. Amira
mempengaruhi temannya agar tidak ikut dengan Alea “hmm... dari
pada bermain lebih baik kita beristirahat di rumah bukan?” temannya
pun berpikir dan berkata di dalam hati “benar juga”
Alea bingung karena temannya sudah tidak ingin belajar
kebudayaan. Hal itu ia tanyakan kepada satu satu temannya.
Selanjutnya ia pun mulai menceritakan apa yang dikatakan oleh
Amira. Ia menyuruh temannya berkumpul tanpa terkecuali di depan
kelas dan memberikan pengertian kepada teman-temannya itu “jika
kita melupakannya berarti kita juga telah menghilangkan kekayaan
bangsa kita.” Setelah mendengar itu pintu hati temannya mulai
terbuka kecuali Amira. Setiap hari ia pun mengajarkan kebudayaan
yang ia ketahui kepada temannya. Amira yang kesal dengan itu
menaruh dendam kepada Alea. Kini misi Alea di sekolah dasarnya
telah usai, ia ingin melanjutkan misinya tersebut ke masa putih biru
Hari ini adalah penentuan kelulusan anak yang lulus di SMP
tersebut. Ia sangat senang karena mengetahui dirinya lulus di sekolah
impiannya. Sepulangnya, Alea dipanggil oleh Amira di sebuah taman
yang tak jauh dari sekolahnya. Banyak pohon di tempat itu. Ketika
bercerita bersama, Amira melihat pohon jambu dan memikirkan ide
yang licik “hmm bagaimana kalau aku menyuruhnya manjat di pohon
ini.” Karena kerendahan hatinya Alea mengambilkan jambu yang
Amira inginkan meskipun pohonnya sangat tinggi. Ketika ingin
mengambil jambu yang paling merah ia pun terjatuh dari pohon yang
tinggi itu dan terbentur di salah satu batu yang besar. Melihat itu
Amira sangat panik untung saja ada pengendara yang lewat di sekitar
daerah tersebut, ia pun membawa Alea ke rumahnya. Sesampainya
Ayah dan Ibu Alea kaget dengan apa yang terjadi dengan anaknya,
selain itu ia juga melihat Amira sedang menangis dan berkata
“sungguh saya tidak sengaja bu.” Karena ia tidak sengaja Ayah dan
Ibu Alea memaafkan kesalahan Amira. Tetapi Alea belum bisa
menghilangkan rasa bersalahnya ke Alea ia memtuskan untuk ikut ke
rumah sakit bersama orang tua Alea.
Saat dirumah sakit, dokter memeriksa Alea “ia mengalami koma
akibat benturan yang sangat dashyat.” Hati orang tua Alea sangat
hancur karena melihat anaknya terbaring di rumah sakit dan entah
kapan ia bangun.” Sedangkan Amira tidak berhenti menangis, karena
tangisan Amira ibu Alea menenangkannya dan menyuruhnya pulang.
*Ri lino laingnge
Alea bertanya-tanya “dimana ini, sepertinya tempat baru” ucapnya
sambil kebingungan. “ku rasa waktu terakhir kali aku hanya terjatuh dari
pohon dan terbentur.” Tak lama kemudian ia dikagetkan oleh seorang anak
bernama halimah yang nampaknya seumuran dengan Alea. “hey
bagaimana kau bisa kesini.” Sambil memegang bahu Alea. “Entahlah, aku
tersesat padahal aku ingin menyelesaikan misi ku untuk mengingatkan
kepada orang lain bahwa kebudayaan itu sangat penting. “Selamat datang
di desa ini, desa ini adalah petunjuk dari misi mu.” Ucap Halimah dengan
wajah yang menyambut kemudian disambung ajakan ke rumahnya.
Halimah mengajarkan cara membuat kue tradisional disana,
menyaksikan permainan akraga, membuat permainan tradisional dan
menyaksikan adat bugis lainnya. Kesenangan tersebut sangat ia nikmati,
tetapi merindukan dunia yang ia tinggali dahulu. Ia menyampaikan hal
tersebut kepada Halimah. “Aku tau kau rindu pada orang tuamu, kau bisa
pulang ketika bulan purnama dan besok adalah waktunya” Alea yang
mendengar itu sangat senang akan tetapi ada rasa sedih di balik itu
semua.” Alea pun mengucapkan ucapan selamat tinggal dan beranjak ke
kamar untuk tidur.
esok hari telah tiba, saatnya bagi Alea untuk pulang. Halimah
berpesan pada Alea “pergunakan, ilmu ini dengan baik di dunia mu yah.”
Alea pun berkata “tentu saja, selamat tinggal” Alea pun melompat ke
cahaya rembulan.
*Di dunia yang dulu
“bu, ini sudah beberapa minggu tapi anak ibu belum sadar juga,
apakah boleh saya mencabut alat-alat ini?” Ibu Alea sudah pasrah
kemudian ia menyetujuinya. Ketika ingin mencabutnya seketika Alea
sadar di tangannya terdapat kelereng yang begitu indah, ternyata itu
pemberian Halimah, Alea berharap bisa bertemu lagi dengan Halimah.

Setelah pulih, Alea menereruskan pesan dari Halimah ia


mengajarkan ilmu yang ia ke tahui kepada orang lain dari dunia tersebut.”
Kebudayaan adalah kekayaan bangsa kita, sebaiknya di jaga,
dipelihara, dan dilestarikan. Jika bukan kita generasi bangsa maka siapa
lagi yang harus menjaganya.

Pasya Ananda Putrisya

Anda mungkin juga menyukai