Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BK

KISAH ANAK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Mentari besinar diufuk barat petanda telah terbentang semua harapan yang ingin di
capai,membentuk sebuah bola kehidupan dan kebahagiaan,
Di sebuah desa terpencil,tinggallah seseorang anak yang berusia 10 tahun yang bernama andi
dengan ibunya yang sudah tua,sehari-hari hanya membantu ibunya bekerja sebagai pembuat
tempe,ayah andi meninggal sejak andi berusia 5 tahun,kepergian ayahnya sungguh membuat
mereka semakin terpuruk perekonomiannya,
Saat subuh menjelang, suara ayam berkokok mereka sudah mulai bekerja sebagai pembuat
tempe,penghasilan mereka hanya bisa menghidupi makan sehari-hari itupun bila ada rejeki,tpi
andi tidak seperti temen lainnya yang menghabiskan waktu hanya untuk bermain,ia lebihh suka
bekerja membantu ibunya,
Meskipun banyak temen menghinannya ia tak hiraukan,anggap mereka sebagai angin berlalu
karena dia sadar kalu bukan sekarang kapan lagi,sesekali ia merenung,karena ia ingin sekali
bersekolah seperti yang lainnya,ia tak berani untuk berkata pada ibunya,tpi apalah daya dia sadar
bagaimana perekonomiannya sehari-hari,tetapi dia tetap bersyukur atas rezky yang ia dapatkan
bersama ibunya,walapun tak seberapa,ia tak ingin membuat ibunya lebih susah lagi karena dia,
Suatu ketika ibunya bertanya"mengapa kamu tak mau sekolah nak?"
"saya mau bantu ibu saja" jawab andi,
ibunya hanya terdiam melihat anakny yang sungguh peduli dan sayang pada dirinya kemana ia
pergi dialah yang selalu membantu,ia tak mau kehilangan orang yang satu-satunya harta ia miliki
meninggalkannya,
Pada suatu hari ibunya jatuh sakit tidak bisa berjalan hanya bisa berbaring ditempat tidur,andi
merasa sangat sedih karena tidak mau kehilanggannya,
setiap shalat ia selalu berdoa kepada tuhan agar cepat disembuhkan ia tak mau kehilangan orang
yang paling berharga di dunia lagi,karena mereka satu-satunya yang dia miliki,
Tapi tuhan berkehendak lain takdir tidak bisa dihindari,ibu yang sudah tua telah diambil
nyawanya pada yang maha kuasa,ia sangat terpukul atas kepergian ibunya,
hingga pada akhirnya ada seseorang yang ingin merawat andi dari keluarga kaya,tpi ia
menolaknya,ia masih blum bisa melupakan kepergian ibunya,
Namun akhirnya ia mau dirawat oleh saudagar kaya dan baik itu,karna ia tak punya siapa-siapa
lagi,akan tetapi ia masih ingat akan pesan ibunya untuk menjalani hidup...

KISAH ANAK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Adalah Anis seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Dahulu kala ketika ia
masih duduk dibangku sekolah dasar, anis sering sekali membantu kedua orang tuanya, bahkan
ia mau berjualan es teh manis dan koran di kereta untuk bisa menutupi kebutuhan sekolahnya.
Anis sangat penurut dan mau melakukan semua kebajikan. Ia tak lupa mendirikan sholat 5 waktu
sehari semalam. Anis merupakan figur anak yang sabar, ia bertekad suatu waktu ia bisa
memberangkatkan kedua orang tuanya pergi haji ke tanah suci.
Sejak duduk di bangku SD, Anis merupakan anak laki-laki yang tidak bisa tinggal diam, ia
selalu membantu kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ia juga memiliki cita-cita untuk
bisa memiliki sebuah warung kelontong kelak ia sudah dewasa nanti.
Ia memang anak yang sangat pandai namun karena keterbatasan keuangan orang tuanya, ia
hanya bisa lulus sampai bangku sekolah menengah tingkat atas, namun ia sadar itu memang
kehendak Tuhan dan ia pun menyadari akan keterbatasan orang tuanya, akhirnya iapun berusaha
sekuat tenang untuk bisa membahagiakan orang tuanya.
Sampai pada suatu ketika, ia berhasil meraih sebuah posisi yang sangat bagus disebuah
perusahaan, ia pun tidak mau menjadi orang yang sombong, sebab ia pun tahu keberhasilannya
yang sudah ia peroleh adalah sebagian besar karena doa dari kedua orang tuanya, dan pada
akhirnya iapun bisa memberangkatkan haji kedua orang tuanya dan merasakan sangat bersyukur
karena ia bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Hikmah dari cerita anak islami singkat ini adalah janganlah kau sia-siakan orang tua, jika
saat ini mereka masih hidup, pelihara, jaga dan rawatlah mereka, sebab merekalah yang merawat
kita semenjak kita kecil.

KISAH ANAK DURHAKA KEPADA ORANG TUA


Alyka adalah anak yang cantik. Tetapi, kecantikannya tidak diiringi dengan kecantikan hatinya.
Dia sangat jahat kepada ibunya, bisa dikatakan ia seorang anak yang durhaka kepada orang
tuanya. Suatu hari ia menginginkan sesuatu dan seperti biasa ia selalu merengek dan memekasa.
Alyka selalu meminta barang yang mahal-mahal kepada Ibunya. Jika tidak terpenuhi, Alyka akan
memarahi Ibunya dan mogok makan. Mau tak mau, Ibunya harus membelikan barang yang di
inginkan Alyka, anaknya.
Bu! Panggil Alyka dengan suara yang keras. Dengan segera, Ibunya mendatangi Alyka, anak
kesayangannya itu.
I.. iya. Ada apa nak? Tanya Ibu dengan napas yang terengah-engah, karena capek sehabis
berlari.
Alyka pengin tempat pensil seperti Anin yang canggih dan terbaru! Seru Alyka ketus, sambil
memaksa Ibunya agar di belikan tempat pensil yang di inginkannya itu.
Tapi nak, Ibu tidak punya uang untuk mem.., Pembicaraan Ibu terputus oleh Alyka yang
langsung menerocos pembicaraan.
Pokoknya, Alyka pengin tempat pensil itu sekarang! Bentak Alyka marah dan menyruh Ibunya
pergi dari kamarnya.
Bapak yang melihat kejadian itu hanya geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Dan terpaksa,
Ibunya harus membelikan tempat pensil untuk anak yang di sayanginya itu.
Perjalanan menuju toko buku
Sorenya, Ibu mengajak Alyka untuk pergi ke sebuah toko buku yang menyediakan berbagai
perlengkapan alat tulis sekolah. Alyka melihat-lihat sekitarnya dan akhirnya mnemukan tempat
pensil yang di inginkannya. Lalu, Alyka segera memanggil Ibunya.
Bu! Sini! Panggilnya dengan lantang. Ibu segera mendatangi anakanya yang sedari tadi
memanggilnya.
Ada apa nak? Sudah ketemu tempat pensilnya belum? Tanya Ibu lembut. Alyka mengangguk
keras sambil tersenyum dan memperlihatkan tempat pensil yang sedang nge-tren itu.
Memang, tempat pensil itu memang bagus. Tetapi, Ibu tak sanggup membelinya karena harganya
yang mahal. Mendengar perkataan Ibunya, Alyka langsung marah dan ingin membeli tempat
pensil itu sekarang.
Alyka terus merengek sembari menahan amarahnya dan memegangi tangan Ibunya dengan
kencang, sehingga Ibu merasa kesakitan. Langsung saja, Ibu membayar tempat pensil itu di kasir
dan kembali untuk pulang.
***
Esoknya, Alyka memamerkan tempat pensilnya itu kepada teman-teman sekelasnya.
Waaah.. keren ya! Alyka punya tempat pensil seperti Anin. Berarti Alyka orang kaya dong!
Seru Diva, salah satu teman sekelas Alyka yang melihat tempat pensil Alyka yang sangat mirip
dengan kepunyaan Anin.
Tiba-tiba Anin datang dengan geng nakalnya dan menghampiri Alyka dan teman-temannya.
Oh.. oh.. oh.. Ternyata anak udik kayak gini, bisa beli tempat pensil sepertiku ya? Goda Anin
lebay sambil tersenyum licik kepada Alyka.
Eng.. Iya lah! Aku kan orang kaya! Balas Alyka ketus. Anin terlihat kesal dan kembali
tersenyum licik kepada Alyka yang mengaku sebagai orang kaya.
Nih! Gue punya HP I Phone keluaran terbaru! Lo punya enggak? Pastilah gak punya! Lo kan
orang miskin yang mengaku jadi sok kaya! Iya kan! Seru Anin sembari mengeluarkan
handphone miliknya.
Wajah Alyka berubah menjadi merah padam ketika mendengar perkataan Anin tadi. Alyka
merasa iri dan merasa gugup. Alyka bingung harus menjawab apa, sedangkan dia sedang
kehabisan kata-kata.
Anin melirik Alyka dengan sinis dan menampilkan senyuman kecut. Alyka semakin gugup. Dan
akhirnya, Alyka terpaksa berbohong kepada Anin. Eng.. Aku punya! Besok akan aku bawa!
Ujarnya berbohong.
Anin dan gengnya langsung meninggalkan Alyka dan teman-temannya.
Kring bel pulang berbunyi
Bel tanda pulang berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas. Termasuk juga Alyka. Sedari
tadi, Alyka masih saja memikirkan tentang perkataan Anin yang memamerkan handphone
miliknya.
Di perjalanan, Alyka berpikir, Gimana supaya aku di beliin handphone kayak Anin ya? Pikirnya.
Dan, think! Aku punya ide! Aku akan meminta kepada Ibu saja! Gumamnya lirih.
Alyka mempercepat langkahnya agar sampai rumah lebih awal dari biasanya. Bu! Pak! Kok
sepi sih? Panggilnya.
Lalu Ibu datang ke hadapan Alyka dengan wajah yang murung dan sedih. Ibu berkata, Nak,
Bapak.. Ucapnya lirih, bahkan sangat lirih.
Bapak kenapa Bu? Tanya Alyka penasaran dan bertanya-tanya.
Bapak.. meninggal. Jawab Ibu lemah, lesu.
Tanpa merasa sedih, Alyka langsung menari-nari layaknya orang yang tidak waras. Bagaimana
tidak? Bapaknya meninggal, kok malah senang?! (Jangan ditiru)
Setelah pemakaman Bapaknya selesai, Alyka masuk ke kamarnya dan bergumam. Tanpa
Bapak, aku bebas! Aku bisa memarahi Ibu dan meminta barang yang mahal-mahal!
***
Setiap hari, Alyka selalu memarahi Ibunya walaupun masalah yang sangat sepele. Sampai pada
puncak kemarahannya, Alyka membanting pintu kamarnya dengan sangat keras.
Ia melakukan seperti itu karena Ibunya tidak mau membelikan kerudung yang sedang nge-tren di
kalangan remaja.
Di kamar, Alyka terus saja menangis, karena tidak di belikan kerudung kemauannya.
Ibu jahat! Hiks.. hiks.. Ucapnya sambil menangis terisak-isak. Biasanya, jika dalam keadaan
seperti ini, Ibunya selalu menghampiri Alyka untuk menenangkannya.
Tetapi, Ibunya tak kunjung datang. Akhirnya, Alyka memutuskan untuk keluar kamar dan
mencari Ibunya. Ia berharap agar Ibunya tidak marah dan tidak menitikkan air mata di
hadapannya.
Ia mencari Ibunya kemana-mana dan akhirnya, ia telah menemukan Ibunya. Apa yang terjadi
pada Ibunya? Ibunya telah tiada.
Alyka langsung berdiri mematung dan menitikkan air mata dengan derasnya. ALyka tidak
menyangka bahwa jadinya akan seperti ini. Alyka sangat menyesali perbuatannya.
Kini, Alyka hidup sebatang kara. Tanpa teman, tanpa orang tua yang selalu menyayangi dirinya.
Terkadang, Alyka menangis sendiri tanpa sebab dan tertawa sendiri. Sungguh malang Alyka.
Pesan moral yang terkandung
tersebut adalah janganlah kita berlaku kasar atau sampai membentak orang tua kita karena itu
salah satu perbuatan durhaka kepada orang tua. Jangan sesekali meniru perbuatan seperti pada
tokoh di atas. Jangan meniru Alyka, karena durhaka kepada orang tuanya.

KISAH ANAK DURHAKA KEPADA ORANG TUA


Ada seorang pelajar bernama Nono. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Orangtuanya
berkecukupan, tidak kurang suatu apapun. Kehidupannya normal seperti kehidupan pada
umumnya. Nono adalah pelajar Sekolah Mengengah Umum kelas 3. Ia juga tidak pintar, biasa
saja. Setiap hari ia berangkat ke sekolah dengan memakai mobil pribadi. Orangtuanya
mengijinkan Nono memakai kendaraan sepuas hati.
Karena paling tampan dikeluarga, ia sangat dimanja oleh orangtuanya dan digandrungi banyak
perempuan disekolah. Tak sedikit perempuan yang mengejar-ngejar Nono, tapi Nono belum
mengerti arti pubertas. Yang ia tahu hanya balapan mobil. Ya! Nono sering mengikuti balapan
liar. Ia sangat mahir dan terampil dalam mengemudikan mobil. Orangtua Nono sering
memberinya nasehat agar tidak usah mengikuti balapan liar, kebu-kebutan dijalan. Nono tak
pernah mendengarkan.
Bak mobil hasil jerih payah sendiri, Nono tak pernah lepas dari mobil kesayangannya.
Semakin hari tingkah Nono semakin tak terkontrol. Kedua orangtuanya semakin jengkel melihat
Nono yang selalu saja balapan. Sampai-sampai nilai ujian kelulusan SMU nya diberi nilai cukup.
Orangtuanya sangat kecewa karena mereka berharap Nono bisa melanjutkan kuliah ke perguruan
tinggi, Nono menolaknya. Ia tidak mau meneruskan sekolahnya. Ia sudah nyaman dengan
kehidupannya yang seperti itu. Dimulai dari pagi hari, setelah mandi, berpakaian, ia pergi keluar
rumah dengan mobil kesayangannya. Pulang kerumah sudah larut malam, semua orang sudah
tidur. Begitu seterusnya kegiatan Nono sehari-hari. Ia jarang sekali makan dirumah.
Kekesalan orangtua Nono memuncak. Suatu hari orangtua Nono menyembunyikan semua kunci
mobil. Mereka ingin Nono tidak sering keluar rumah karena susah sekali untuk bercengkrama
dengan Nono yang tiap hari selalu saja keluar rumah.
Tiba-tiba Nono menghampiri orangtuanya dan meminta kunci mobil karena Nono sudah janjian
dengan teman-teman angkatan SMU nya. Sontak terjadi pertengkaran antara Nono dan
orangtuanya. Nono begitu marahnya sehingga ia lupa bahwa yang ada dihadapannya adalah
orangtua yang selama ini membesarkannya. Nono bersikukuh bahwa ia sudah janji dengan
teman-temannya.
Karena perdebatan itu tak kunjung padam. Akhirnya orangtua Nono mengalah. Ibunya
memberikan kunci mobil yang lain pada Nono. Nono semakin marah, karena ia merasa itu bukan
mobil kesayangannya. Tak lama Nono melemparkan kunci mobil itu ke dada Ibunya.
Dengan sabar ibunya memberikan kunci mobil kesayangan Nono. Tapi karena Nono yang sudah
termakan emosi, ia pun tak jadi memakai mobil kesayangannya itu. Nono kembali mengambil
kunci mobil lain yang sempat ia lemparkan ke dada ibunya. Tak berselang lama Nono pergi
tanpa pamit pada orangtuanya.
Sepanjang jalan dalam perjalanan menuju tempat berkumpulnya teman-teman Nono, ia begitu
kecewa dan emosi atas perlakuan orangtuanya yang menahan kunci mobil kesayangannya. Tanpa
ia sadari, Nono saat itu mengemudikan mobil begitu cepat. Pikirannya sudah dibutakan oleh
emosi. Ia terus menginjakkan kakinya pada gas, tanpa sedikit pun ia menginjakkan kaki untuk
rem.
1 jam perjalanan, Nono terbangun dalam ketidaksadarannya. Ia sudah berada di ujung tebing,
Nono sulit bernafas karena badannya terhimpit bagian atas dan depan mobil. Ia sadar bahwa ia
mengalami kecelakaan. Ia sadar bahwa ketika ia mengemudikan mobil, rem nya tiba-tiba tidak
berfungsi dengan baik. Ia sempat ingin menghentikan lajunya mobil dengan over gigi. Namun
tidak berhasil, mobilnya malah berputar-putar hingga menabrak tembok pembatas tebing dan
menabrak truk didepannya.
Untuk mengevakuasi kecelakaan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Nono
kehabisan darah karena tulang kering dikaki sebelah kanannya patah dan menonjol keluar.
Kalau sudah begitu, orangtua lagi yang direpotkan. Nono semenjak itu menyadari atas
kesalahannya pada orangtua terutama pada ibunya. Ia tak mau lagi menyakiti perasaan orangtua.
Orangtua Nono merawatnya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Dimulai dari mengajari Nono
berjalan sampai pulih total. Namun Nono tidak senormal dulu, cara berjalannya menjadi agak
miring karena patah tulang kering dikaki. Bersyukur Nono tidak harus diamputasi.

Sebenarnya tidak ada orangtua yang mendoakan keburukan untuk anaknya. Tapi Tuhan itu ada,
melihat sikap, ucapan dan perbuatan kita. Berbuat dan berucap baiklah pada orangtua.

Anda mungkin juga menyukai