Anda di halaman 1dari 4

“CICI DAN MIMPI INDAH”

(Oleh Fransiska Julan)

Namanya Cici, dia selalu ringan tangan dalam membantu orang lain. Dua tahun lalu dia
menangis sesegukan karna kehilangan ibunya. Namun semenjak itu dia tidak pernah menangis
lagi. Dia kemudian di adopsi bibi nya, seorang wanita yang juga mempunyai banyak anak.

“Ci, nanti kamu buatkan kopi untuk om mu ya” Ujar bibinya pada Cici.

“Baik bi..” Setiap hari Cici ke sekolah, dia menyiapkan semua yang dibutuhkan bibinya
sebelum pergi sekolah. Melihat Kebaikannya Peri Tidur kemudian datang dalam mimpinya.

“Wahai anak baik, kamu mau mimpi indah apa hari ini?” tanya peri mimpi.

“Aku setiap hari menjalani kehidupan nyata yang indah Peri, malam ini aku belum
membutuhkan mimpi indah” Jawab Cici. “Baiklah aku akan datang lain kali”.

Esoknya Cici menjalani hari seperti biasa. Tiba-tiba ada rasa rindu yang datang mengisi
hatinya. Untuk pertama kalinya dia menangis semenjak ibunya pergi. “Kamu memang sesekali
harus menangis karna rindu anakku..” Sapa Peri Mimpi pada Cici.

“Malam ini aku ingin bermimpi bertemu ibuku Peri”

“Baiklah, namun aku akan mengingatkan mu, mimpi tentang ibumu belum tentu sebuah
mimpi yang indah, bisa saja mimpi itu membuat mu semakin tersiksa karna rindumu semakin
besar padanya”.

Cici tampak tertegun merenungi kata-kata ibu Peri. “Aku selalu percaya, semua tentang ibuku
selalu indah, meskipun itu hanya mimpi”. Jawab Cici. “Baiklah mimpi indah tentang ibumu akan
terjadi”. Cici pun tertidur sambil tersenyum. Dalam mimpi itu ibunya berpesan, berbuat baik
adalah hal yang lebih indah dari mimpi.

Hari berganti, Cici pun bangun dari mimpinya. Dia berjanji akan terus berbuat baik karna
berbuat baik adalah mimpi indah yang akan diwujudkan Cici untuk ibunya.

Pesan : Mimpi indah akan selalu membuaimu, namun perbuatan nyata yang akan menjadikan
mu pribadi lebih baik.
“KIKI SI PEMARAH”
(Oleh Fransiska Julan)

Satu hal yang kurindukan dari seorang siswa kelas IV adalah Kiki. Dia pemarah dan sering
berkata kasar. Hari itu Kiki akan ikut bertanding Volly, dia menyiapkan semua keperluannya,
namun dia kecewa karna tidak jadi ikut bertanding. Semua kata-kata kasar keluar dari mulutnya,
seperti Sialan, dasar kampret dan masih banyak lagi. Aku berusaha menyapa dengan ramah,
namun dia pergi sambil berteriak “Siallll!!!”.

Esoknya ku panggil Kiki ke kantor. “Suara kamu bagus Ki, gak mau nyoba lomba nyanyi
solo?”. Dia kebingungan. “Nyanyi solo? aku pegang mik ajak gak pernah bu”. Langsung ku
ambil mik.”Nah ini mik, sekarang mau nyanyi apa dulu?”. Kiki tersenyum.”Anjay ibu emang
serba paham aku lagi galau, aku mau lagu galau bu, yang judulnya Goyang Dumang ya bu”
Canda Kiki padaku. Semenjak itu Kiki rajin latihan lagu yang akan di lombakan. Menjelang
seleksi peserta lomba Kiki yang terkenal pemarah itu memegang tanganku. “Dingin kan bu?
sialan ah aku grogi bu”. Sebelum seleksi ada satu peserta anak perempuan yang pingsan, dengan
cepat Kiki menolongnya, mengambil minyak kayu putih menggosoknya. Sungguh suatu hal yang
jarang dilakukan Kiki Si Pemarah.

Anak yang pingsan itu menangis mencari ibunya, karna grogi akan tampil didepan juri.
Kiki menemani anak itu sampai dia tenang. “Kamu liat aku donk, aku aja berani, lagian cuma
nyanyi aja kan, nanti kamu anggap aja juri itu batu yang item, jelek, dan gak bisa bergerak, biar
pede, aku aja anggep juri itu batu, makanya aku nggak grogi”. Kata Kiki pada anak itu. Anak itu
tertawa dan mulai memberanikan diri untuk tampil tanpa ibunya.

Selesai seleksi anak itu memeluk Kiki. “Kiki terimakasih ya berkat kamu, aku tadi tampil
tanpa grogi”. “Iya sama-sama kampret”. Anak itu mengernyitkan kening kemudian menjewer
telinga Kiki. ”Kiki tidak boleh bicara kasar tau, itu gak sopan!!” “eh-eh maaf lah aku gak
sengaja, iya-iya aku janji gak ngomong kasar lagi”. Aku tersenyum melihat persahabatan
mereka. Sejak itu Kiki jarang bicara kasar lagi, katanya malu karna sering ditegur guru dan
teman lain, dan bisa bikin cepat tua. “Kata siapa bikin cepat tua?” tanyaku pada Kiki. “Kata Alya
temanku yang seleksi nyanyi kemarin bu, jadi aku gak mau ngomong kasar dan marah-marah
lagi nanti cepat tua kayak ibu”. Entah kenapa aku tidak marah pada kata-katanya.

Pesan : Pribadi yang baik dimulai dari mengontrol kata-kata yang keluar dari mulut.
ANNA YANG TIDAK MANDIRI
(Oleh Fransiska Julan)

Anna adalah siswa kelas 6 SD yang terkenal manja sekali. Dia tidak bisa melakukan semua
hal sendiri dan selalu dibantu orang lain, pernah satu kali tali sepatu nya lepas dan hampir
membuatnya terjatuh dia meminta tolong Asti temannya untuk mengikat tali sepatunya. Hari itu
Anna akan datang ke pesta ulang tahun Asti.

“Ibu, dimana gaunku? Aku akan pergi ke acara ulang tahun Asti”. Tanya Anna pada
ibunya, sambil membongkar lemari. Ibunya pun datang membantu mendandan Anna. Anna pun
pergi ke pesta. Sesampainya di pesta, Anna heran melihat Asti yang sibuk mengantar tamu
mengambil minuman, mengambilkan makanan. “Padahal ini kan ulang tahunnya, kenapa dia
malah sok sibuk..” Gumam Anna di hati. “Hai Anna, terimakasih sudah datang ke pestaku ya,
mari ku antar mengambil minuman”. Anna mengikuti saja ajakan Asti. Dipertengahan pesta Asti
memberikan pengumuman. “Terimakasih ya teman-teman karna sudah datang dan memberikan
ku hadiah, dikesempatan ini aku mau memberi tau bahwa untuk penggalangan dana korban
banjir sudah saya dan Pak Arif kumpulkan, jadi besok jika teman-teman ada yang ingin
menyumbangkan baju, makanan dll, besok bisa langsung ke saya atau pak Arif ya”. Anna
bergumam di hati “Sekarang dia juga sibuk mengurusi korban banjir?”.

Para tamu kagum dengan Asti, mereka berbisik “Padahal Asti itu udah ngga ada bapak lo,
bapaknya udah meninggal tahun lalu karna kecelakaan, dia sekarang baru kelas 6 SD dan juga
sibuk bantu mamanya jualan di pasar”. Seketika Anna merasa sedih, dan berlari pulang lebih
dulu. Dia tidak mau sekolah sampai 3 hari. Asti pun datang kerumah Anna. “Kamu kenapa tidak
masuk Anna? kita sebentar lagi ujian sekolah lo”. “Aku malu sama kamu Asti”. Asti terheran.
“Kenapa malu sama aku?”. Anna pun menceritakan pada Asti bahwa dia tidak pernah bisa
melakukan semua hal tanpa orang lain namun Asti sangat mandiri, membantu orang tua, dan
bahkan membantu korban banjir. “walah, begitu rupanya. Anna, mandiri itu bisa dimulai kapan
saja, masih belum terlambat, kamu bisa mulai dari mengurus keperluan sendiri, contohnya jika
tali sepatu terlepas segera ikat sendiri ya, nanti bisa jatuh” Canda Asti. Anna memeluk Asti dan
berjanji akan mandiri seperti Asti.

Pesan : Mandiri merupakan salah satu senajata untuk bertahan hidup.


“AMEL SERING RINDU”
(Oleh Fransiska Julan)

Sabtu itu ayahnya berjanji akan menemani Amel membeli pensil warna. Namun karna
sebuah kecelakaan Ayahnya berpulang lebih dulu kepada Tuhan, Amel menjadi pemurung. Kata
Amel dia awalnya tidak percaya dan susah untuk menangisi kepergian bapak, namun setelah
melihat ibunya menangis tanpa henti rasanya ingin sesak dihati ibunya pindah ke padanya.

“Aku sedih liat ibu menangis terus sepanjang malam, tapi bukankah Ayah sudah disebelah
Kanan Allah di surga? kenapa ibu masih mengkhawatirkan Ayah?” Tanya Amel padaku yang
hampir membuat ku menangis.

“Dia begitu karna rindu Amel. Manusia kadang menangis karna rindu”. Jawabku.

“Aku juga rindu ayah bu, aku tidak menangis. Aku masih kesal pada ayah”.

“Kenapa begitu Amel?”

“Ayah pergi, padahal berjanji membelikan ku pensil warna. Jadi jika aku rindu Ayah, aku
akan menggambar ayah, tapi tidak ku warnai”. Jelasnya padaku sambil matanya berkaca-kaca.
Aku menjelaskan padanya semua hal yang kupahami tentang ditinggal pergi, toh tak ada manusia
yang benar-benar siap ditinggal seseorang selamanya dalam dunia ini. “Amel, salah satu cara
menyampaikan kekesalan adalah dengan doa. Mungkin rindu yang mendalam telah mengubah
nya menjadi rasa kesal hingga Amel lupa dengan rasa Ikhlas”. Amel merenungi perkataanku, dia
pun pulang kerumah.

Esoknya dia datang padaku,sambil membawa lukisan ayahnya yang telah dia warnai. “Ibu
guru, ini lukisan Ayah, yang sudah ku warnai”. Aku merasa heran. “Terimakasih Amel, boleh
ibu tau alasanya kamu mewarnai lukisan ayahmu?”. Dengan sedikit senyuman Amel berkata.
“Amel ikhlas bu jika ayah tak sempat membelikan Amel pewarna, Amel sendiri yang akan
mewarnai lukisan ayah, sama seperti Amel akan mewarnai hidup Ibu Amel. Amel akan selalu
mendoakan ayah diwarnai kebahagiaan bersama Allah disurga”.Tak terasa air mataku menetes
dan memeluk Amel.

Pesan : Doa adalah kalimat yang terucap untuk Tuhan dan akan mendamaikan hatimu.

Anda mungkin juga menyukai