Siang dengan panasnya terik matahari tak mampu mencegah Ibu tua itu
untuk tetap bekerja. Dia terus bekerja tanpa menghiraukan panas teriknya
matahari siang demi mendapatkan nafkah. Dari jauh terlihat sosok wanita tua
renta sedang membersihkan kandang domba milik tetangga sebelah. Setelah
suaminya meninggal dunia dialah yang harus bekerja setiap hari mencari nafkah
untuk menghidupi keluarganya. Meskipun sudah hampir berusia tujuh puluh tahun
namun semangat Ibu itu tak pernah padam.
Ya, dialah Ibu Yasmin. Ibu Yasmin tinggal di sebuah desa terpencil. Ibu
Yasmin memiliki dua orang anak yang cantik jelita. Seorang anaknya bekerja di
sebuah perusahaan ternama di kotaku. Sekalipun demikian dia tak pernah
memberikan seperser pun hasil kerjanya kepada adik dan Ibunya. Gadis itu
bernama Anti. Berbeda dengan adiknya yang kira-kira berumur tujuh belas tahun.
Setiap hari dia membantu sang Ibu untuk melakukan perkerjaan yang bisa
dikerjakannya dan tentunya menghasilkan upah untuk mencukupi biaya makan
mereka sehari-hari. Dia sayang terhadap Ibunya sehingga kemana pun Ibunya
pergi ia pasti mengikutinya. Mengingat usia Ibunya yang sudah tidak muda lagi
dia tidak membiarkan Ibunya pergi sendirian untuk melakukan pekerjaan apapun.
Tina adalah sosok gadis yang cantik jelita. Selain parasnya yang sangat ayu dia
juga memiliki watak yang baik. Banyak pemuda yang terpaut akan kecantikannya,
namun Tina tidak merespon salah satu pun dari mereka.
Anti berlalu dari hadapan mereka. Setelah merampas upah hasil kerja
mereka. Beginilah sikap Anti terhadap adik dan Ibunya. Setiap hari setelah pulang
kerja Anti mengambil upah yang telah mereka dapatkan. Padahal mereka sudah
menyiapkan itu untuk membeli kebutuhan mereka setiap hari di dapur. Sikap Anti
membuat Ibunya menangis. Setiap hari sang Ibu selalu berdoa agar diberikan
petunjuk untuk menghadapi anaknya yang sangat angkuh itu. Tak terasa ternyata
air mata Ibu Yasmin menetes. Dia menangis terisak mengingat sikap putrinya
terhadapnya. Andai saja Tina tidak menemaninya mungkin dia akan sangat sedih.
“Ibu kenapa? maafin sikap kak Anti ya bu. Tina janji akan selalu ada menemani
Ibu di sini. Ibu jangan sedih lagi. Ada Tina di sini. Tina sayang Ibu.” ucap Tina.
Anti tidak pernah mempedulikan perasaan sang Ibu. Seakan–akan tidak
mempunyai seorang Ibu. Pagi itu seakan tidak bersahabat, cuaca mendung. Anti
yang sementara mencicipi makanannya terlihat buru–buru. Jarum jam
menunjukkan angka 1. Itu tandanya Anti harus lebih mempercepat kegiatannya
pagi itu. Belum sempat dia berangkat meninggalkan rumah tiba–tiba dia kembali
lagi. Ternyata dia lupa membawa berkas–berkas yang telah dikerjakan dan
disediakannya semalam. Dengan suara keras sambil berteriak memanggil Ibunya.
“Ibu! Ibu!” dengan nada kesal. “Mana sih Ibu.” Dia kembali memanggil
Ibunya dengan suara yang lebih keras lagi. “Ibu!! Ibu!!” Seketika ke luarlah Ibu
Yasmin dari dalam rumah.”ada apa nak? belum berangkat kerja?” ucap Ibunya.
“gimana sih Ibu ini. Dari tadi aku teriak–teriak manggil nggak nyahut juga. Ada
berkas di mejaku tolong Ibu ambil. Cepatan Anti lagi buru–buru nanti nggak
dapat angkot.” “Ini nak, berkasnya. Hati–hati di jalan ya nak!!! “Masih banyak
bawel lagi sini berkas ku.” merampas berkas dari tangan sang Ibu lalu beranjak
pergi. Pak Toni yang melihat dan mendengar semuanya merasa sangat kasihan.
Dia tidak pernah membayangkan akan nasib Ibu Yasmin. Beruntunglah Ibu
Yasmin masih memiliki seorang anak yang baik hati yang senantiasa
menemaninya. Tina yang bekerja di ladang pak Toni tak pernah merasa lelah
mengerjakan tugasnya. Dia membantu Ibunya mengerjakan pekerjaan di ladang
pak Toni. Kadang–kadang pak Toni membiarkan mereka mengambil ranting–
ranting kayu yang ada di kebun milik pak Toni itu. Bahkan kadang–kadang pula
dia memberikan upah tambahan untuk mereka karena telah membantu.
“Itulah kewajiban kita sebagai manusia, kita harus saling membantu orang lain
ketika mengalami musibah. Kita hidup di dunia tentunya membutuhkan orang
lain.”
“Iya pak. Maafkan saya atas semua kesalahan yang pernah saya perbuat terhadap
Bapak baik itu yang saya lakukan dengan sengaja maupun tidak. Saya malu ketika
bertemu Bapak. Apalagi setelah Bapak menolong saya. Selama ini saya sudah
keterlaluan kepada Bapak. Maukah Bapak memaafkan semua kesalahan saya?”
“Bapak sudah memaafkanmu nak. Beristirahatlah, semoga lekas sembuh. Bapak
tinggal sebentar, saya masih punya urusan.”
“Baiklah pak, sekali lagi terima kasih atas bantuannya.”
Orang-orang yang turut mambantu Anti ke luar dari ruangan itu. Tak lupa juga
Anti mengucapkan terima kasih kepada mereka.
Setiap hari Tina menjaga Kakaknya. Anti tidak mengizinkan Ibunya untuk
berjaga. Hari itu terlihat senyum bahagia dari wajah mereka. Anti mengganggu
Tina ketika sedang tertidur. Kadang-kadang jika ada tamu yang datang menjenguk
Anti, dia selalu mengganggu Tina karena kebetulan yang datang menjenguk
adalah laki-laki yang sudah lama mengagumi Tina.
“Mau datang jenguk yang pasien atau yang nungguin nih.” Anti berkata seraya
merayu adiknya. Tina yang duduk di sampingnya menjadi tersipu malu, wajah
manisnya berubah menjadi merah bak kepiting yang baru saja direbus. Begitulah
kehidupan mereka sehari-hari selama berada di rumah sakit. Tak ada lagi tangis
yang terlihat dari raut wajah mereka. Sang Ibu yang melihat merasakan bahagia
yang sangat mendalam. Tak pernah terpikirkan bahwa kisah perjalanan hidup
mereka akan seperti ini. Keesokan harinya Anti memutuskan untuk ke luar dari
puskesmas untuk menghirup udara segar di desanya. Mereka pulang dengan rasa
bahagia. Dalam perjalanan tak sedetik pun Anti melepaskan Ibunya. Dia selalu
memeluknya. Kadang-kadang ketika Anti melihat Ibunya kelelahan dia mencoba
merayu Ibunya untuk beristirahat sekalipun Ibunya mengatakan bahwa dia tidak
lelah. Meskipun demikian Ibu Yasmin tetap menuruti anaknya untuk beristirahat
di sebuah warung untuk menikmati makan siang yang disajikan. Anti menyuapi
Ibunya ketika makan. Orang-orang yang melihatnya turut bahagia dengan
berubahnya Anti maka mereka tidak akan melihat Ibu Yasmin lagi tertatih-tatih
untuk mencari biaya hidup mereka.
Anti yang dulunya pemalas kini menjadi tekun. Setiap pagi dia bangun
untuk menyiapkan sarapan sebelum berangkat ke tempat pak Toni untuk bekerja.
Perusahaan yang dia tempati bekerja dulu sudah bangkrut sehingga tak ada pilihan
lain untuk tetap bekerja di ladang pak Toni. Anti pergi bekerja bersama dengan
Tina. Ibu Yasmin ingin ikut tetapi kedua anaknya melarangnya untuk bekerja.
Sebelum berangkat Tina dan Anti berpamitan kepada Ibunya sambil berkata. “Ibu
jaga kesehatan ya. Jangan lupa makan siang. Obatnya ada di meja. Kami
berangkat kerja dulu. Setelah pulang nanti Anti bawain buah-buahan. Ibu nggak
usah kerja apa–apa.”
“iya nak. Hati–hati ya kerjanya. Jangan berantem lagi. Ibu sayang kalian.”
Anti dan Tina bergantian menyalami Ibunya. Mereka pergi dengan hati gembira.
Tak berapa lama kemudian mereka kembali ke rumah dengan membawa buah–
buahan. Anti ingin membahagiakan dan menepati janjinya kepada Ibunya. Setiap
harinya mereka selalu tertawa bersama. Mereka menjalani hari berikutnya dan
seterusnya dengan penuh sukacita dan damai.