Anda di halaman 1dari 4

Perjuangan Seorang Ibu

Dikisahkan di sebuah perkampungan ada seorang ibu bernama Ayu. Dia adalah
seorang janda yang berumur kurang lebih 45 tahun. Suaminya bernama Vandi, namun dia
telah meninggal karena kecelakaan. Ibu Ayu mempunyai dua anak perempuan, anak
pertamanya bernama Ratna. Ratna adalah seorang pelajar, berumur 17 tahun yang bercita-cita
menjadi dokter. Ratna juga merupakan anak yang sangat taat dan patuh kepada orang tua, dia
sangat rajin membantu ibunya. Anak keduanya bernama Indah, dia berumur 15 tahun. Indah
sangat berbeda dengan kakaknya. Dia tidak pernah mau mendengar nasehat ibunya, dia juga
seorang anak yang kejam. Ibu Ayu adalah orang yang sabar, pekerjaannya hanya berkebun.
Kebun yang ia miliki pun tidak terlalu luas.

Pada suatu pagi, ibu Ayu dan anak-anaknya sudah bangun. Ibu Ayu mau pergi bekerja
ke kebun, dan anak-anaknya pun mau pergi sekolah. Indah lalu bertanya kepada Ibunya, “
Ibu, nasinya dimana dan lauknya apa buk?” sang ibunya menjawab, “nak bolehkah pagi ini
kamu minum yang banyak supaya tidak terasa lapar?, karena beras sudah habis, jadi ibu tidak
bisa masak”. Indah menjawab, “tidak bisalah buk, gimana aku bisa belajar kalau tidak
makan?”. Ibu Ayu hanya terdiam mendengar kata-kata dari Indah. Air matanya pun menetes.
Setelah itu, Ratna datang menghampiri ibunya sambil berkata, “sudahlah bu, jangan
menangis lagi”, Sesudah itu Ratna dan Indah berangkat ke sekolah tanpa menggunakan
kendaraan. Ibu Ayu berkata dalam hati, “aku harus mencari beras buat makan siang nanti”.
Namun ia tidak punya uang sama sekali, karena belum panen.

Ibu Ayu menuju ke pasar untuk berhutang beras. Di saat ibu Ayu sampai di pasar, dia
menanyakan kepada semua penjual namun tidak ada satupun yang memberikannya hutang
beras. Salah seorang pedagang berkata. “apakah kamu tidak punya rasa malu datang ke pasar
tanpa membawa uang sepeser pun?” Sudah, pergilah sana. Saya tidak mau menerima dan
memberi hutang kepada siapapun. Ibu Ayu pun beranjak pergi. Ibu Ayu tidak mendapatkan
apa-apa karena tidak ada yang mau memberinya hutang. Sambil berjalan dia menangis, dan
berkata dalam hati, “ya Allah, kemana lagi aku harus mencari makan untuk anak-anakku?”.

Hari pun sudah siang. Ibu Ayu memutuskan untuk pergi ke kebun untuk mencari ubi
untuk dibawa pulang. Dia membawa pulang ubi dan merebusnya untuk dimakan. Tidak lama,
anak-anaknya pun pulang dari sekolah. Tanpa basa basi, Indah pun langsung memanggil
ibunya dan berkata, “Bu, uang spp Indah kan belum dibayar, tadi guru memanggilku dan
mengatakan untuk segera melunasinya”. Ibunya pun menjawab, “ia nak, ibu ingat kok. Kamu
yang sabar ya. Nanti pasti ibu bayar”. Dengan suara lantang pun Indah menjawab ibunya,
“Kenapa ibu selalu memintaku bersabar? Apa aku harus bersabar dalam segala hal ? Hidup
kita ini serba kekurangan, makan saja kita tidak pernah cukup. Makan siang ini saja hanya
dengan ubi? Aku capek, Bu hidup seperti ini terus”.

Keesokan harinya, Ibu Ayu pergi ke kebun untuk mempersiapkan barang untuk panen
kacang panjangnya. Ratna ikut menemani ibunya, karena hari minggu. Sambil memetik
kacang panjang, Ratna bertanya kepada ibunya dengan wajah yang sedih, “Bu, apakah kita
yang berasal dari keluarga miskin bisa mencapai cita-cita nantinya?”. Ibunya menjawab,
“Insya Allah, nak. Dengan izin Allah kamu pasti bisa. Kamu terus berusaha belajar yang
tekun dan giat untuk mencapai kesuksesan nantinya”.

Hari pun udah siang, Ratna dan ibunya belum pulang dari kebun. Indah di rumah
sudah sangat kelaparan, namun tidak ada makanan apapun di rumah. Ibu Ayu dan Ratna di
kebun pun sudah selesai memetik kacang panjang, dan langsung membawanya ke pasar
untuk menjual kepada para pedagang sayur. Harga kacang panjang yang dijualnya pun tidak
terlalu mahal, sehingga uang yang didapatkan pun tidak banyak.

Matahari mulai terbenam, Ibu Ayu dan Ratna pun bergegas pulang menuju rumah.
Mereka pulang dengan hati dan wajah yang senang, karena sudah bisa makan. Sesampainya
di rumah, Indah bertanya kepada ibunya, “Bu, kenapa lama sekali kalian pulang dari kebun?
Aku sudah kelaparan dari tadi. Di rumah pun tidak ada makanan apapun. Kau mau aku mati
kelaparan ya ?”. Ibu Ayu pun menjawab, “Maafkan ibu nak, tadi ibu dan kakakmu panen
kacang panjang di kebun, kemudian setelah itu kami membawanya ke pasar. Makanya kami
pulangnya telat”. “Oh, jadi ibu sudah punya uang dong ya. Sini uangnya untuk bayar SPP ku,
jawab Indah”. Ibu Ayu pun memberikan uang yang didapat dari hasil penjualan kacang
panjang tadi untuk Indah membayar SPP. Uang yang tersisa hanya sedikit saja.

Satu tahun kemudian, Ratna sudah lulus SMA dan ia sangat ingin untuk melanjutkan
kuliah. Indah pun sudah lulus SMP, dan melanjutkan sekolahnya ke SMA. Di saat anak-
anaknya ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kondisi sang ibunya
sudah mulai melemah. Ibu Ayu sudah mulai sakit-sakitan. Kondisi tubuhnya tidak sekuat
dulu, karena usianya yang sudah tua. Ratna sangat mengerti kondisi ibunya. Meskipun ia
ingin melanjutkan kuliah, namun Ratna tidak tega menyusahkan ibunya. Ratna pun terpaksa
bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) untuk mendapatkan biaya kuliah.
Keluarganya tidak tahu bahwa Ratna telah bekerja.

Keesokan paginya, Ratna pergi untuk mendaftar kuliah di sebuah perguruan tinggi.
Hari pun sudah siang, Ratna pulang ke rumah. Ratna bertemu dengan ibunya, ia sangat
terkejut melihat ibunya. Ibu nya pun langsung bertanya, “nak, kamu daftar kuliah uang dari
mana?”. “Aku bekerja sebagai ART bu,” jawab Ratna dengan nada sedih. Ibu Ayu pun ikut
merasa sedih, karena anaknya harus bekerja untuk bisa melanjutkan kuliah.

Setelah itu, ibu Ayu pergi ke kebun untuk mengerjakan sesuatu yang bisa
menghasilkan uang. Ia tidak tega melihat anaknya harus bekerja. Meskipun dalam kondisi
sakit, ibu Ayu tidak mengeluh dan sangat optimis untuk bisa mendapatkan uang untuk
kebutuhan anak-anaknya. Saat berada di kebun, ia terus membersihkan ladang dan menanam
sayuran. Keringatnya terus meneters, tubuhnya pun gemetar, namun ia tidak pedulikan itu. Ia
sabar dan terus berdoa kepada Allah. Semoga usahanya tidak akan sia-sia.

Lima tahun kemudian, umur ibu Ayu semakin tua. Sakit yang dideritanya semakin
parah. Namun keringat yang menetes dan usahanya tidak pernah sia-sia. Ratna kini telah
menjadi seorang sarjana. Indah pun telah selesai sekolah. Namun Indah tidak mau
melanjutkan kuliah, karena tidak adanya biaya. Meskipun demikian, sifat Indah telah
berubah. Ia yang dulunya keras dan kasar, kini sudah berubah menjadi lebih baik. Indah
berubah menjadi anak yang lembut dan penyayang. Ia sangat menyanyangi ibunya. Selama
ini ia telah melihat bagaimana perjuangan dan kasih sayang ibunya terhadap dirinya dan
kakaknya Ratna. Hal itulah yang meluluhkan hatinya yang dulunya keras dan tidak peduli
apapun. Kini, Ratna pun berniat untuk membahagiakan ibunya.

Setelah menjadi sarjana dan memiliki ijazah. Ratna pamit pergi ke kota untuk mencari
pekerjaan. Tentunya tidak mudah dan cepat untuk mendapatkan pekerjaan. Namun, Ratna
optimis dan berani untuk terus berusaha menggapai impiannya. Selama Ratna berada di kota,
ibu Ayu tinggal bersama Indah di rumah. Indah harus menjaga ibunya yang sakit parah. Hari
demi hari pun dilewati Ratna untuk mencari pekerjaan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun ia belum memperoleh hasilnya. Ratna tidak mau menyerah, dia tidak mau pulang
dengan kehidupan yang sama. Malam pun tiba, Ratna teringat ibunya di kampung. “Apakah
ibu baik-baik saja?”. Ratna sedih dengan kehidupan mereka. Dalam hati Ratna berkata, “aku
harus mengubah nasih keluargaku”.

Matahari sudah mulai terbit. Ratna tidak mungkin berdiam diri tanpa berusaha terus
melamar kerja. Tidak lama kemudian, Ratna berangkat menuju sebuah rumah sakit. Ratna
pun langsung memberikan surat lamaran kepada pihak rumah sakit. Ratna sangat berharap
untuk diterima. Dia terus berdoa agar bisa diterima di rumah sakit tersebut. Alhamdulillah,
tidak lama kemudian Ratna pun diminta untuk masuk ke ruangan dan menjumpai pihak
rumah sakit. Dia sangat bahagia dan bersyukur karena ternyata dia sudah diterima bekerja di
rumah sakit tersebut.

Ratna pun kini menjadi seorang dokter. Hari-hari dilalui Ratna dengan kehidupan
yang lebih baik. Kini, sudah hampir setahun Ratna berada di kota. Dia sudah sangat sibuk
dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter, sehingga dia sudah jarang menelepon ibunya
dan adiknya di kampung. Setiap hari, dia selalu mengobati pasien-pasien yang datang
berobat. Sampai pada suatu ketika, ada seorang nenek tua yang datang berobat. Tiba-tiba
hatinya pun tergerak dan ia teringat ibunya yang sakit di kampung. Dalam hatinya ia berfikir,
“Ibu ku sudah lama sakit, namun setelah aku menjadi dokter malah bukan ibuku yang aku
obati terlebih dahulu. Sedangkan aku sibuk mengobati pasien-pasien lain disini”.

Setelah pulang bekerja, Ratna pun langsung bergegas untuk pulang ke kampung
halamannya. Dia pulang dengan membawa mobil mewahnya yang merupakan hasil dari jerih
payahnya selama ini. Ratna pun pulang dengan seragam putih yang sangat dibanggakannya.

Tibanya di kampung, Ratna merasa ada yang berbeda dengan suasana kampungnya
yang sangat sepi. Kemudian Ratna terkejut melihat orang-orang sangat ramai berkumpul di
rumahnya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah yang terjadi ? Tanpa berpikir panjang,
Ratna pun masuk dan menghampiri adiknya Indah. Indah sangat terkejut melihat kakaknya
pulang. Setelah setahun lamanya, Indah tidak pernah mendapat kabar dari kakaknya itu.
Padahal ketika kakaknya berangkat, dia mengatakan bahwa hanya akan pergi satu bulan.
Namun, kenyataannya setahun tanpa ada kabar di kota.
“Indah, kenapa kamu menangis? Kemana Ibu? Kenapa sangat rame orang di rumah
kita?”, tanya Ratna. Indah tidak menjawab pertanyaan dari kakaknya. Ratna pun berlari
menuju kamar ibunya, dan dia sangat terkejut melihat ibunya yang terbaring. Ternyata ,
ibunya telah meninggal dunia. Seketika, Ratna menangis dan sangat menyesali akan
keputusannya selama ini untuk bekerja di kota. Meninggalkan ibunya yang sakit parah, dan
tidak pernah menanyakan kabar ibunya. Ratna pun terus menangis dan mencium ibunya.
“maafkan aku ibu, aku telah melupakan semua jasa dan pengorbananmu selama ini, aku
merasa menjadi anak yang sangat durhaka”.

Proses pemakaman pun telah dilakukan. Ratna dan Indah mengantarkan ibunya ke di
tempat peristirahatan terakhirya. Penyesalan terus menghantuinya sepanjang hidupnya.

Ibu Ayu adalah seorang ibu yang sangat menyanyangi keluarganya. Dia terus
berusaha dan berkorban demi keluarganya. Bahkan sampai akhir hayatnya.

Anda mungkin juga menyukai