Anda di halaman 1dari 3

Nama : Silviani Anastasya. T.

Manalu
Kelas : XI-B
Tugas Cerpen Bahasa Indonesia

Penyesalan yang tak berujung

Di sebuah desa, tinggalah seorang gadis nan cantik jelita, ekaputri namanya
ia kerap dipanggil putri dan ia tinggal bersama ibunya. Namun, tidak seperti
parasnya yang cantik, ia memiliki sifat yang sangat buruk. Ia berhati dengki
dan gemar memamerkan barang, padahal ia bukan dari keluarga yang kaya.
Suatu hari saat putri sedang duduk di sawah tempat ibunya bekerja, ia melihat
vania, anak dari pemilik sawah tersebut sedang berjalan bersama temannya
dengan menggunakan pakaian yang sangat cantik. Vania dan
teman-temannya menghampiri putri dengan niat mengajak putri berjalan jalan,
namun dengan wajah sinis ia menolak ajakan mereka. Hari berganti malam,
putri dan ibunya sudah pulang ke rumah. Saat putri dan ibunya sedang makan
malam, putri meminta sejumlah uang pada ibunya untuk membeli baju karena
ia tak ingin kalah dari vania, namun sang ibu tidak memiliki uang dan meminta
putri untuk bersabar. Putri yang tak sabar pun kesal dan menggebrak meja
lalu berkata "Saya menyesal lahir di keluarga ini". Perkataan itu membuat
sang ibu sungguh sakit hati, ia tak menyangka anak yang ia lahirkan dan
besarkan dengan susah payah berkata demikian. Hari demi hari berlalu, putri
menjalani hari dengan tidak memperdulikan sang ibu meski sang ibu sudah
berusaha membujuk putri. Hingga suatu hari, ayu, salah satu teman putri
menemui putri. Ia mengajak putri untuk pergi ke kota, "Kalau kamu ke kota,
hidup kamu akan jauh lebih enak put." Bujuk ayu. Putri tampak ragu, walau ia
sering bertengkar dengan sang ibu namun ia tidak yakin jika harus pergi jauh
dari ibunya. "Nanti disana, kamu aku kasih kerjaan, pekerjaannya mudah
kok." Timpal Ayu, putri yang mendengar hal tersebut pun tertarik dan akhirnya
menyetujui perihal tersebut. Dua minggu setelah percakapan tersebut,
akhirnya ayu menjemput putri dan hendak ke kota bersama. Saat sedang
berkemas, putri dihampiri oleh ibunya, "nduk kamu yakin kah dengan
keputusanmu untuk ke kota? kok perasaan ibu nda enak ya." Ucap sang ibu.
Alih-alih menenangkan sang ibu, putri justru kesal dan memarahi sang ibu,
"sudahlah, ibu ga usah ikut campur, ini pilihanku." Marah putri. Akhirnya
dengan hati yang berat dan gelisah, ibunya melepaskan kepergian putri,
"hati-hati nduk, ibu sayang sama kamu, kamu jaga diri ya nduk disana,
sehat-sehat terus nduk, jangan lupa pulang." Nasihat sang ibu.Tak
memperdulikan nasehat sang ibu, putri akhirnya pergi tanpa berkata sepatah
kata pun. Setibanya di kota, ayu membawa putri ke salah satu klub malam
yang juga merupakan tempat karaoke. Putri yang bingung pun bertanya
kepada ayu, namun ayu hanya menyuruh putri diam dan mengikuti ayu.
Ternyata, pekerjaan yang dimaksud oleh ayu adalah menjadi pemandu
karaoke. Putri yang tak ingin pekerjaan seperti itu pun akhirnya menarik ayu
keluar. Mereka pun akhirnya cekcok di luar klub malam tersebut, ayu berkata
bahwa tidak ada lagi pekerjaan lain yang mau menerima putri yang hanya
lulusan SMA. Putri tetap menolak, namun ayu membujuk putri, "sudah tidak
ada cara lain putri, kamu juga tidak bisa pulang ke kampung, tidak ada uang."
Ucap ayu. Di sisi lain, sang ibu yang sedang bebersih rumah dikagetkan
dengan vas bunga yang jatuh. Perasaan ibunya menjadi tidak enak namun
sang ibu berusaha untuk biasa saja. Putri yang mendengar perkataan ayu
akhirnya berpikir seribu kali, memang tak ada cara lain. Akhirnya ia
menyetujui pekerjaan tersebut. Hari berlalu begitu cepat, tak terasa sebulan
lamanya putri bekerja di klub itu. Semua berjalan semestinya, hingga suatu
saat hal yang tak diinginkan pun terjadi. Saat sedang memandu salah
seorang pelanggan, putri mengalami hal yang membuatnya takut dan tak
ingin lagi bekerja di sana. Pelanggan yang ia pandu tersebut mencolek tubuh
putri, putri tampak risih dan mulai menjauhkan dirinya dari pelanggan
tersebut. Namun tak disangka, pelanggan itu justru semakin mendekat dan
ingin melecehkan putri. Beruntung sebelum hal yang lebih jauh terjadi, putri
berhasil meloloskan diri dari pelanggan tersebut dan berlari menuju ruangan
dimana ayu biasa berada. Putri melaporkan kejadian tadi dan berharap ayu
memberikan pelajaran terhadap pelanggan tersebut. Namun, alih-alih
membela putri, ayu justru menormalisasikan hal tersebut, “udahlah put, itu hal
biasa kok di dunia kerja ini, santai aja tidak perlu takut.” ucap ayu. Putri tak
habis pikir dengan sikap ayu, putri yang tak terima akhirnya cekcok dengan
ayu. Lelah bertengkar dengan ayu yang tak berujung, akhirnya putri pulang ke
kost-an tempat dimana ia dan ayu tinggal selama di kota. Putri segera
mengemas semua barangnya sambil bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia
terus mengingat kejadian yang tadi menimpanya yang membuatnya sangat
malu. Selepas berkemas, putri akhirnya memutuskan untuk pulang ke
kampung, ia menyesali pilihannya yang lebih mementingkan egonya dan pergi
ke kota. Di perjalanan pulang, ia terus menangis sembari memikirkan
keadaan sang ibu di kampung, ia ingin cepat-cepat sampai dan menemui
ibunya. Perjalanan yang cukup jauh ditempuhnya menggunakan bis, Ia
sampai di kampung pada sore hari. Saat ia sudah berada di kampungnya,
semua orang melihat ia dengan sinis dan hal tersebut membuat putri
kebingungan. Namun ia tak memperdulikan hal tersebut, ia hanya ingin
cepat-cepat sampai ke rumah dan bertemu ibunya. Sesampainya di rumah, ia
melihat keadaan rumah yang kosong tak berpenghuni. Ia berpikir bahwa sang
ibu masih bekerja di sawah, ia pun membersihkan rumah yang tampak tak
terurus sembari menunggu sang ibu. Malam telah berlalu, ibunya tak kunjung
pulang dan putri sudah tertidur karena lelah menunggu. Pagi harinya, ia
merasa janggal karena tak ada jejak ibunya. Ia akhirnya keluar dan bertanya
pada tetangga, “bu, lihat ibu saya nda? sepertinya tadi malam ibu nda
pulang.” tanya putri. Bukannya menjawab pertanyaan putri, tetangganya justru
mengajak putri ke suatu tempat yang putri pun tak tahu kemana.
Sesampainya di tempat yang dituju, putri terkejut melihatnya. Bagaimana
tidak, ternyata kuburan merupakan tempat tujuan mereka. Putri kebingungan,
tetangganya membawa ia ke suatu kuburan yang terlihat masih baru. “mama
kamu sekarang tinggal di sini put” ucap tetangganya. Putri terkejut setengah
mati, ia merasa ini hanyalah candaan, “ibu jangan bercanda bu, ibu saya pasti
lagi kerja di sawah kan?.” Tanya putri memastikan. Namun tetangganya
menggeleng, ia masih tak percaya sampai akhirnya ia membaca nisan yang
tertancap pada kuburan tersebut. Benar, itu adalah ibunya. Bagai disambar
petir, putri langsung menangis sejadi-jadinya di sana. Ia mengacak-acak
kuburan ibunya, “bu, ibu pasti bercanda kan, bangun bu” “Bu, putri pulang bu,
katanya ibu pengen putri pulang, sekarang putri pulang bu” “Bu, putri minta
maaf bu, putri kangen sama ibu” “Ibu tolong bu, jangan tinggalkan putri bu,
putri tau putri salah” Seperti itulah kata-kata yang putri keluarkan sambil
menangis. Setelah lelah menangis, putri pun akhirnya diajak pulang oleh
tetangganya. Sesampainya di rumah, putri melihat secarik kertas yang
nampak agak berdebu di kamar ibunya. Dibukanya kertas tersebut lalu
dibacanya isi dalam kertas tersebut. “Anakku, putri. Ibu sayang sekali sama
kamu. Ibu kangen sama kamu nak, kalau kamu baca surat ini, ibu minta maaf
ya? satu hal yang harus kamu tau nak, ibu tidak pernah menyesal sudah
melahirkan dan membesarkan kamu nak, ibu justru bangga nak. Tidak banyak
yang ingin ibu sampaikan nak, tapi kamu harus selalu bahagia ya, ibu akan
selalu menjaga kamu dari atas nak…” membaca surat tersebut membuat hati
putri semakin runtuh. Ada penyesalan yang teramat sangat di dalam dirinya,
ia ingin meminta maaf kepada ibunya. Namun tidak bisa, ibunya sudah pergi
ke tempat yang jauh. Putri hanya bisa terus menangis dan menyesali segala
perbuatannya, penyesalan yang tak akan pernah habis dan tak berujung.

Anda mungkin juga menyukai