Sama seperti biasanya, sesudah terbangun, mandi dan pergi ke sekolah, Kyra pergi kesekolah
dengan senyumannya yang khas pagi ini. “ Ra , kamu kenapa pagi ini senyum terus , ada
kabar gembira ya?” ucap Dendi teman akrabnya Kyra. “Iya dong bagaimana nggak senang,
kamu bayangin aja hari ini karya tulisku yang sudah berbulan-bulan akhirnya selesai juga,
hahaha” balas Kyra . Kyra memang adalah salah satu murid dengan prestasi yang cukup
membanggakan, dan kemampuan menulisnya juga bias terbilang bagus untuk remaja
seusianya, sembari menunggu gurunya masuk Dendi pun membaca karya tulis Kyra yang
“Wahh Ra, Cerita mu ini sangat menyentuhku, darimana kau belajar semua ini,
hahaha” kata Dendi sambil tertawa. “Ah kamu ini seperti baru mengenalku saja, aku ini kan
memang hobinya membuat cerita , dan suatu saat bakalan jadi penulis professional
kok ,hahaha” Ucap Kyra. Bel masuk pun telah berbunyi dan Kyra dan Dendi pun belajar
seperti biasanya, ya seperti biasa , Mereka selalu menjadi perhatian para guru karena mereka
selalu dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru.. Tak terasa waktu belajar sudah habis,
sekarang saatnya kedua teman akrab itu harus berpisah. Kyra yang baru pulang dari sekolah
pun dikejutkan dengan beberapa lelaki bertubuh besar dan lumayan kekar membawa barang-
barang dari rumah mereka menuju ke mobilnya. “Ehh, kalian siapa seenaknya mengambil
barang-barang dari rumahku ini?” Ucap Kyra ke orang-orang itu. Akhirnya dijelaskan bahwa
ayah Kyra mempunyai hutang yang sudah melebihi batas dan mereka adalah orang-orang dari
Kyra sekarang terpaksa harus putus sekolah karena sekarang ia tidak mempunyai
biaya lagi, Ayahnya sekarang kabur tidak tahu kemana bersama keempat kakaknya, Ia
sekarang tinggal bersama Ibu nya disuatu ruko . Ibu-nya seorang wanita berusia 55tahun yang
sekarang berprofesi sebagai penjual kue keliling dengan menggunakan sepeda warisan
kakeknya. Kyra hanya bisa menduga-duga kemana saja uang yang ayahnya hasilkan dari tiga
buah toko kue yang lumayan besar dulu. Setiap malam Kyra membantu ibunya membuat
adonan-adonan kue untuk dijual pada paginya, Ibu-nya sudah beberapa kali mengatakan
padanya agar tidur tepat pada waktunya, tetapi Kyra tidak tega melihat Ibu-nya setiap hari
seorang diri membuat kue-kue itu sampai larut malam. Dan setiap pagi Kyra selalu ikut
bersama ibunya pergi berkeliling Kota demi Kota untuk mencari pembeli.
Tiga Bulan pun telah berlalu, Suatu pagi ia bertemu dengan Dendi kawan terbaikknya
dulu. “ Eh Ra, apa kabar kamu sekarang? Sungguh sepi sekolah tanpa dirimu ra , haha. Masih
hobi kah menulis cerita,Ra? Ucap Dendi sambil tertawa. “ Den , Den . Kabar baik den , kamu
sekarang terlihat beda ya hahaha, Iya aku masih suka menulis , Bagaimana kamu sekarang
disekolah, Den?” Balas Kyra . “Yah gitu Ra, Eh Ra ngomong-ngomong kamu ingat tidak
dengan cerita yang pernah kamu tulis dulu? Yang katanya berbulan-bulan buat nyelesainnya ,
kemarin aku ceritain ke adik dan kakakku mereka bilang kenapa tidak coba kirim ke tempat-
tempat percetakkan saja? Kata mereka sih hahaha” balas Dendi. “ Ah Den, Kamu seperti
tidak tahu saja mengirim barang seperti itu kan perlu uang , dan kalau-pun pergi ketempatnya
setidaknya butuh 2 jam naik bus dan itu-pun harus memakan biaya juga” Ucap Kyra. Melihat
kondisi Kyra yang sekarang Dendi pun tak bisa berkata apa-apa. “Ra , Aku pulang dulu ya.
Ada tugas yang harus diselesaikan nih, Sukses buat kamu ya Ra”Ucap Dendi. Kyra pun terus
Esok hari-nya ketika Ibu Kyra berencana untuk menghidangkan secangkir kopi
kepada Kyra yang terlihat lelah karena telah membantu Ibu-nya membuat adonan, tapi secara
tidak sengaja ia terpeleset dan jatuh , sialnya lagi kopi tersebut tumpah dan mengenai
beberapa karya tulis Kyra . “Maaf-in ibu ya nak, Ibu benar-benar tidak sengaja.”Ucap Ibu-
nya merasa bersalah. Kyra tidak tahu harus merasa sedih atau biasa saja, tetapi ia coba untuk
tetap bersabar. “ Tidak apa-apa bu, masih kebaca kok, nanti Kyra tulis ulang lagi saja.” Ucap
Kyra. Ia memang tidak sampai hati untuk mengatakan perkataan yang cukup kasar kepada
ibunya, karena ia sadar betapa besar jasa Ibu-nya dari dulu, Ia pernah secara tidak sengaja
menjatuhkan beberapa tumpukkan buah dulu pada saat ayahnya masih mempunyai usaha,
tetapi Ibu-nya yang mengaku bahwa ia yang telah menjatuhkannya, agar tidak menerima
hukuman dari sang Ayah. Mereka pun berangkat mengelilingi kota seperti biasanya. Tapi
ketika mereka mencoba untuk menyebrangi jalanan, Tiba2 datang sebuah sepeda motor
dengan kecepatan cukup tinggi dan menyenggol sepeda mereka, tidak ada yang membantu
dan pengendara pun meninggalkan mereka karena hari masih terlalu pagi.
Sepeda mereka rusak , Kue-kue bertaburan di jalanan, Kyra hanya mengalami sedikit
luka-luka , sedangkan ibunya mengalami luka yang cukup serius pada pergelangan kakinya .
mereka terpaksa pulang dengan membawa kue-kue tersebut dan mendorong sepeda mereka.
“Bu , aku akan pergi memperbaiki sepeda ini , Ibu tetap dirumah saja ya” Ucap Kyra dengan
muka yang cukup bersedih. “Tidak nak, uang hasil penjualan kue kita akan kita pakai untuk
biaya kamu pergi ke tempat percetakan disana,Ibu percaya karya mu ini pasti diterima dan
Ibu dengar ada pertemuan para Penulis disana, Kamu bisa bertemu dengan beberapa penulis
yang cukup terkenal minggu ini” Balas Ibunya . terjadi beberapa perdebatan antara Kyra dan
Ibu-nya.
Malam hari telah tiba. Kyra terus memikirkan kondisi Ibu-nya , terutama perkataan Ibu-nya
tadi pagi. Ia tidak menyangka Ibu-nya telah merencanakan ini semua untuknya. Ia hanya
telah tertidur lelap, kerap kali ia meneteskan air matanya karena merasa bersalah dulu pernah
meluapkan amarah-amarahnya ketika masih lebih kecil. Ia membayangkan itu semua hingga
tertidur.
“Kyra, malam ini kamu harus pergi ke tempat pak Nota ya, Kamu akan dibawa ke kampung
sebelah dan esok paginya kamu pasti dibimbing untuk naik bus mana saja agar sampai ke
tempat percetakan. Ini uangnya nak, Ibu sudah tabung dari kemarin, Jangan nakal ya nak.”
Ucap Ibu Kyra. Tak berkata apa-apa Kyra hanya merasa terharu bercampur sedih melihat
dirinya harus meninggalkan ibunya seorang diri malam ini. Ia hanya mengangguk-anggukan
Malam hari pun telah tiba, Kyra pergi dengan membawa tas dan beberapa uang yang
diberi ibunya. Tetapi Ia lupa untuk memasukkan karya-karyanya kedalam tas itu. Esok pagi
nya pada saat di bus ia baru menyadari itu semua. Dalam pikirannya ini sudah terlambat, ia
membayangkan betapa sedih Ibu-nya jika ia mengetahui ini. Tiba-tiba terdengar suara yang
cukup keras dari depan busnya. Segerombolan penumpang pun turun melihat apa yang
terjadi. Alangkah terkejutnya Kyra melihat ibunya tergeletak ditanah sembari memegang
karya tulis milikknya. Ibu-nya ternyata tertabrak bus tepat didepan bus yang ditumpangi
Kyra. Kondisi Ibu-nya cukup memprihatikan. Ia masih sedikit sadar tetapi kelihatannya ia
kesakitan pada pergelangan kaki nya, ia mencoba berbicara pada Kyra “Nak , ini karya
tulismu. Kamu dapat melanjutkan perjalanan-mu , Ibu tunggu hasilnya ya Nak” Sambil
menyodorkan beberapa lembar kertas-kertas yang penuh tulisan Kyra, dan Ibunya pun
pingsan. Kyra tak sempat berkata apa-apa , hanya menangis sambil merangkul Ibu-nya.
Tetapi ia sadar ia harus melanjutkan perjalanannya, ini membuatnya bertambah semangat dan
optimis bahwa karya-karyanya akan diterima. Ternyata Ibu Kyra menyadari terlebih dahulu
bahwa karya-karya Kyra masih berada diatas meja, dan ia terus mengayuh sepeda dari larut
malam hingga pagi untuk menuju ke tempat percetakan itu. Ibu nya sekarang dirawat di
rumah sakit.
Esok harinya ,Pagi-pagi sekali Kyra mendapat kabar dari pihak percetakan untuk pergi ke
tempat percetakan yang tidak begitu jauh dari rumah sakit Ibunya dirawat. Sesampainya
disana, ia mendapat kejutan dari pihak percetakan bahwa karya tulisnya akan diterbitkan
beberapa bulan mendatang, dan Ia mendapat sejumlah uang sebagai awal dari karya nya
tersebut. Kyra hanya merasa sangat senang karena Ibu-nya pasti bangga jika mendengar
kabar ini. Ia pun bergegas menuju rumah sakit ibunya dirawat. Sesampainya disana ia melihat
beberapa orang suster dan seorang dokter keluar dari ruangan Ibu-nya dirawat sambil
menundukkan kepala, ia pun mempercepat langkah kakinya dan melihat apa yang terjadi
dengan Ibu-nya. Ternyata, Ibunya sudah tiada. Dokter mengatakan bahwa ada masalah yang
cukup serius pada kedua kakinya, dan ia terlihat sangat lemah mungkin karena kebanyakan
aktivitas yang membuat Dirinya terlalu capek. Kyra terus meneteskan air matanya dihadapan
Ibu-nya, tidak tahu harus berbuat apa. Ia terus memikirkan apa yang akan terjadi jika Ibu-nya
melihatnya berhasil sekarang, dan pengorbanan apa saja yang telah Ibu-nya lakukan hari-hari