Anda di halaman 1dari 7

CERPEN

Tema: Kehidupan

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

NAMA: INRI MELANI S.SIAGIAN


KELAS: XI MIPA 10
TUGAS BAHASA INDONESIA
DETIK-DETIK KEPERGIAN OPPUNGKU
Tepat dihari selasa, tanggal 22 Desember 2020 aku sedang membantu ibuku memasak
sarapan didapur. Tak lama kemudian telepon ibuku berbunyi, lalu ibuku berkata “Tolong
ambilkan telepon ibu dikamar nak.” Lalu Aku bergegas ke kamar untuk mengambil telepon
ibuku. Kemudian ibuku menjawab telepon tersebut. Aku tak tahu siapa yang menelepon dan apa
yang mereka bahas. Sambil menunggu ibuku yang bertelepon, aku melanjutkan masakan ibuku.
Tiba-tiba ibu memanggilku “Nak pergi ke ATM sebentar, oppung minta transfer uang. Ada
keperluan dikampung katanya.” “Iya buk.” Jawabku.

Kemudian akupun bersiap-siap dan bergegas pergi ke ATM untuk mentransfer uang ke
rekening oppungku. Sesampainya di ATM ternyata nomor rekening yang dikirim oppungku
adalah nomor rekening yang salah, aku langsung menelepon ibuku.

Saya: “ Buk, nomor rekeningnya ini salah, ada beberapa angka yang kurang.”

Ibu: “ Yasudah pulang dulu sini jangan dicoba lagi nanti kartunya gak bias keluar.”

Saya: “Iya buk.”

Kemudian aku pun kembali kerumah untuk melihat nomor rekening yang sebenarnya.
Sesampainya dirumah ternyata ibuku sudah mencatat nomor rekening yang benar. Dan akupun
kembali ke ATM lagi.

Lusanya, pada tanggal 24 Desember 2020 kami mendapat kabar dari tulangku bahwa
oppungku sedang mengalami sakit. Kami tak tahu apa penyakit oppungku, dan apakah sakitnya
cuma sakit biasa atau parah. Setelah mendengar kabar itu seketika ibuku bersedih dan berkata
padaku

Ibu: “Nak susun baju-bajumu, kita ke kampung tanggal 26.”

Saya: “Iya buk.”

Dengan perasaan sedih, aku pergi ke kamar ku untuk menyusun baju dan keperluan lainnya.
Pikirin buruk dan rasa khawatir telah memenuhi otak dan pikiranku. Ya Tuhan.. Aku takut
oppungku kenapa-kenapa. Lalu aku pergi ke kamar ibuku untuk membantu menyusun barang-
barang lainnya. Aku menghampiri ibuku dan berkata

Saya: “Ada yang perlu dibantu buk?”

Ibu: “Tidak ada, barang-barangmu sudah disusun?”

Saya: “Udah semua buk, tapi aku gak tau bajunya udah cukup atau kurang. Kita dikampung
berapa hari buk?”

Ibu: “Ibu kurang tahu, kita kesana hanya untuk menjenguk dan merawat oppung. Bawa aja
bajumu untuk 3 hari, mungkin tanggal 29 kita pulang dari kampung.”

Saya: “Iya buk.”

Keesokan harinya, setelah bangun tidur aku langsung membereskan kamar dan membersihkan
rumah. Sembari membereskan rumah ibuku berkata

Ibu: “Nanti kita pergi ke Petisah ya sekalian membeli bolu meranti untuk dibawa ke kampung.”

Saya: “Oke buk, jam berapa perginya buk?”

Ibu: “Setelah siap beresin rumah kita mandi trus langsung pergi.”

Saya: “Oke buk”

Aku membersihkan rumah dengan rasa semangat, ntah mengapa aku sangat suka jalan-
jalan walaupun ibu tak membeli barang untukku hehehe.. Tetapi dibalik semangat ku ini, aku
sangat sedih karena aku tahu oppungku yang sedang berada dikampung saat ini mengalami sakit,
aku terus berdoa dan selalu membawa oppungku didalam doa agar oppungku cepat pulih. Bukan
hanya itu, aku juga bersedih setiap kali aku melihat ibuku duduk dan menangis. Ingin rasanya
aku memberikan semangat namun segan rasanya. Setelah membersihkan rumah aku langsung
bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Sesudah itu, aku dan ibuku pergi untuk membeli
barang yang ingin dibeli untuk oppungku.

Sesampainya di Petisah ibuku berkata

Ibu: “Kita cari baju oppung dulu ya baru kita makan”


Aku: “Oke buk.”

Jangan heran, aku dan ibuku memang begitu setiap kali pergi jalan-jalan harus wajib
makan juga hehehe.. Setelah membeli baju untuk oppungku, aku dan ibuku pergi mencari
makan. Sesudah makan kami langsung pergi ke toko kue, nama tokonya adalah “Meranti”. Bolu
meranti ini sangat terkenal di kota Medan, dan letaknya tidak jauh dari Petisah yang kami
kunjungi tadi. Setelah sampai di toko kue, aku dan ibuku langsung masuk. Tampak dari luar
toko, didalam sangat banyak pembeli. Seketika aku berpikir kue didalam sudah habis diborong
pembeli. Dan benar dugaanku, kuenya sudah habis terjual, padahal saat itu harinya belum sore.

Saya: “Buk kuenya udah habis gimana ini?”

Ibu: “Mau gimana lagi, besok pagi kita harus cepat kesini biar gak habis duluan kuenya. Besok
kita naik mobil aja sama abang biar sorenya langsung diantar ke Terminal Bus.”

Saya: “Oke buk.”

Kami pun langsung keluar dari toko kue tersebut dan menunggu angkutan umum. Esok
hari pun telah tiba, tepat tanggal 26 Desember 2020. Dimana aku dan ibuku akan pulang ke
kampung untuk melihat oppungku. Pagi itu aku dan abangku sedang mempersiapkan semua
barang-barang yang ingin dibawa dan memasukkannya ke dalam mobil. Dan ibuku sedang
memastikan tidak ada barang yg tertinggal. Sambil memanaskan mobil, aku bersiap-siap untuk
mengunci semua pintu dan memastikan tidak ada satupun kabel listrik yang tersambung agar
tidak terjadi korsleting. Setelah itu kami masuk ke dalam mobil, sebelum berangkat tidak lupa
untuk berdoa agar setiap perjalanan yang kami tempuh diberkati oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kemudian kami pun berangkat. Tempat yang akan kami kunjungi terlebih dahulu adalah toko
kue yang semalam kami kunjungi, sesampainya disana kami pun turun dari mobil dan masuk ke
dalam toko. Sangat bersyukur karena stok kuenya masih banyak walaupun pembeli sudah
lumayan ramai disitu. Sambil berjalan keluar toko ibuku berkata

Ibu: “Untung aja masih ada kuenya, padahal pembeli lagi rame.”

Abang: “Emang semalam tokonya juga rame?”

Saya: “Rame kalii, kuenya langsung habis semua. Yasudah sekarang kita mau kemana lagi?”
Ibu: “Keliling-keliling aja dulu kita, sambil menunggu sore datang.”

Abang: “Tapi gak mungkin kita diluar berjam-jam.”

Saya: “Iya bener juga.”

Ibu: “Iya juga ya, yaudah kita pulang aja sekarang sekalian istirahat sebentar. Masih ada waktu
berapa jam lagi.”

Kemudian kami pun kembali kerumah untuk beristirahat, sampai dirumah kami tidak
mengeluarkan barang-barang yang ada dimobil supaya nanti tidak buru-buru saat mau berangkat.
Kami pun tidur dikamar masing-masing. Tak disangka ternyata aku ketiduran, untung saja ibu
membangunkanku jika tidak mungkin aku sudah ditinggal hehehe. Kami pun langsung pergi ke
terminal bus bersama abangku yang selalu sabar mengantar kami kemana-mana. Ditengah
perjalanan tiba-tiba ibuku berkata

Ibu: “Semoga tiket busnya gak habis.”

Abang: “Kenapa gak dari semalam dipesan tiketnya?”

Ibu: “Itulah gak kepikiran kami kesitu.”

Sampai diterminal aku dan ibuku langsung ke dalam untuk membeli tiket, syukurnya
tiket bus nya masih ada. Kemudian aku membantu abangku mengeluarkan barang-barang kami
dari mobil dan memasukkannya kedalam bagasi bus. Tetapi kami tidak langsung berangkat, kami
harus menunggu waktu yang sudah ditentukan di tiket bus tersebut. Sambil menunggu waktu
kami makan dulu agar tidak kelaparan dibus. Waktu pun telah tiba, kami langsung bergegas
masuk ke dalam bus dan bersalaman dengan abangku. Abangku tidak ikut ke kampung karena
dia punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Lalu aku dan ibuku masuk kedalam bus.

Sepanjang perjalanan kami tertidur didalam bus karena harinya juga sudah malam, oiya
kampung ibuku sangat jauh dari kota Medan. Harus melewati Balige dulu, kemudian melewati
Danau Toba. Setelah berjam-jam tidur aku pun terbangun, tidak terasa ternyata jam sudah
menunjukkan pukul 04:00 WIB tanggal 27 Desember 2020. Tidak terasa juga ternyata kami
sudah berada dikampung ibuku dan sebentar lagi kami akan sampai dirumah tanteku. Akhirnya
kami sampai juga dirumah tanteku, kami berhenti dirumah tanteku karena oppungku dirawat
dirumah tanteku. Rumah tanteku sangat berdekatan dengan rumah oppungku. Kami merawat
oppungku selama berhari-hari, saat itu aku sedang libur sekolah jadi aku tak perlu khawatir
dengan sekolahku. Awalnya aku dan ibuku berniat pulang pada tanggal 29 Desember tapi
ternyata ibuku belum puas merawat oppungku yang sedang sakit. Pada hari Jumat, 1 Januari
2021 pukul 00:00 WIB semua keluarga berkumpul dirumah tanteku untuk melakukan kegiatan
Ibadah tahun baru. Tidak terasa sudah tahun baru ternyata hehehe.. Ada rasa senang dan rasa
duka yang ku alami, senang bisa berkumpul bersama keluarga besar dan sedih karena oppungku
tidak ikut ibadah. Dia hanya bisa terbaring ditempat tidur dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Setelah melakukan berbagai kegiatan akhirnya malam pun tiba, awalnya aku sedang bermain
dengan kakak saudara dan adik-adik kecil yang ada disitu.

Kami bermain dikamar tempat aku dan kakak saudara ku tidur, tiba-tiba terdengar suara
berisik dari luar kamar. Aku bingung dan langsung keluar kamar, ternyata semua orang sedang
panik, aku tak tahu apa yang membuat mereka semua panik dan berjalan kesana-kemari. Aku
melihat orang-orang yang ada disitu satu per satu, ada yang sedang buru-buru ke apotek, ada
yang sedang menangis, ada yang sedang buru-buru membuat minuman yang dicampur dengan
banyak gula, ada yang sedang buru-buru mencari oksigen. Aku tak tahan melihatnya, ingin sekali
aku bertanya kepada mereka semua apa yang sedang terjadi disini. Tetapi aku tidak bisa
membuka mulutku, dan akhirnya aku masuk kedalam kamar oppungku dan mencari tahu apa
sebenarnya yang terjadi. Aku terkejut dan lemas ketika masuk kedalam kamar oppungku,
ternyata oppungku sedang dalam keadaan kritis, badannya dingin, oksigen sudah mau habis,
gulanya turun drastis. Aku mendekati oppungku dan memegang erat tangannya, air mata pun
mulai menetes dari mataku, aku tak bisa berkata-kata lagi, pikiran buruk memenuhi otakku,
bagaimana jika aku kehilangan oppung yang selama ini kusayangi? Aku jarang bertemu
dengannya, untuk apa aku ke kampung jika tidak ada dirinya? Dia yang mengajariku sopan
santun, dia yang mengajariku lagu-lagu rohani, dia yang mengajarkanku segala hal.

Tiba-tiba bapa uda ku memanggil kami yang bukan orang dewasa ini agar masuk ke kamar lain
untuk melakukan doa bersama. Kami berdoa bersama anak-anak kecil yang saat itu sedang
ketakutaan. Setelah berdoa kami menemani adik-adik kami agar mereka tidur semua supaya
mereka tidak melihat kejadian yang membuat mereka takut. Setelah beberapa menit akhirnya
mereka tidur juga, tetapi tiba-tiba ada suara jeritan dari luar kamar. Kami semua pun tersentak,
adik-adik kecil yang tadinya sudah tertidur pulas kini terbangun. Kami langsung keluar dari
kamar dan ternyata oppung yang kami cintai telah dipanggil Tuhan. Aku langsung menangis
tiada henti dan memeluk adik-adik kecilku. Tepat di malam hari tanggal 1 Januari 2021
oppungku telah tiada, hancur hatiku mendengar kabar ini. Aku sudah lelah menangis, aku tak
mau adik-adik kecilku ini ikut bersedih juga. Lalu aku mengajak mereka untuk tidur dikamar,
ibuku juga menyuruhku untuk tidur dan jangan ikut campur dengan kejadian ini.

Esok harinya aku bangun dan keluar kamar, aku melihat rumah sedang sepi dan tak ada orang
termasuk oppungku. Yang ada hanya aku, kakak saudara, dan adik-adik yang masih tertidur.
Ternyata oppungku sudah dibawa ke rumahnya dan rencananya acara adat ini akan dilakukan
dirumah oppungku. Tiga hari kami melaksanakan acara meninggalnya oppungku, hari ketiga
adalah hari terakhir acara oppungku. Setelah acara selesai oppungku dibawa ke pemakaman,
letak pemakamannya tak jauh dari rumah oppungku. Jenazah oppungku akan dikubur disebelah
makam oppung laki-laki ku. Oppungku yang meninggal ini adalah orang tua dari ibuku, oppung
perempuanku ini sudah lama ditinggalkan oleh oppung laki-laki ku. Dan sekarang aku sudah
tidak punya oppung lagi, berat rasanya tapi mau gimana pun ciptaan Tuhan akan kembali ke
Tuhan bukan?

Anda mungkin juga menyukai