Dody Ardiansyah (10001424)
Samuel Siagian (07001247)
Eri Nikewaty (10001423)
Risna Doloksaribu (10001442)
Hasiana Marpaung (10001431)
Mastiur (10001428)
Feri Antariksa (10001426)
Adapun sasaran utama dalam terapi ini adalah anak-anak yang dirawat di
ruang III RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan diagnosa medis yang berbeda-beda.
Kami mengambil tingkat populasi anak usia usia prasekolah (>3 tahun sampai 6
tahun) dan usia sekolah (6-12 tahun) untuk melakukan terapi bermain mewarnai
gambar, setelah itu pasien diminta menyebutkan gambar yang dia warnai untuk
meningkatkan motorik halus anak.
Alasan kelompok kami mengadakan terapi kelompok bermain pada anak usia
pra sekolah dan sekolah karena lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak
bermain. Selain itu alasan kelompok kami mengadakan terapi bermain mewarnai
gambar pada usia prasekolah dan sekolah adalah untuk mengembangkan motorik
halus, intelektual, keterampilan kognitif dan pasien dapat bercerita tentang gambar
yang diwarnai terkait dengan kemampuan berbahasa. Selain itu pada usia ini
merupakan usia awal dalam berimajinasi serta sudah lebih kooperatif untuk diajak
bermain.
B. Tujuan
C. Fungsi Permainan
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensori-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensori-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensori-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekloah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksploitasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan,
kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal
mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut, pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara dan belajar tentang
nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan
keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan
ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainnya
akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkuannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
serta belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya.
Misalnya, merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan
membereskan alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung jawab terhadap tindakan yang dimilikinya. Sesuai dengan
kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah
media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan
memberikan nasehat. Oleh karena itu, penting peran orangtua untuk mengawasi
anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti
baik-buruk atau benar-salah.
D. Jenis-jenis Permainan
Ada beberapa jenis permaian, baik ditinjau dari isi permain, karakter sosial dan
kelompok usia anak. Dibawa ini akan dibahas secara rinci satu per satu:
c. Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan keterampilan
anak, khusus motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain dan
anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering melakukan
latihan, anak akan semakin terampil.
e. Unoccopied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat modar-madir, tersenyum, tertawa,
jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di
sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permaina tertentu, dan
situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakannya sebagai alat
permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut.
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran
sebagai orang lain melaluipermainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian
meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya dan
sebagainyayang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan
terjadi percakapan diantara mereka tentang peran orang yang mereka tiru.
Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak
tersebut bersifat pasif, tetap ada proses pengamatan terhadap permainan yang
sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainanm
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya,
tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.
Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Assosiative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Comtoh permainan jenis ini adalah
bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkan anggotannya untuk bertindak dalam permainan sesuai
dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada
permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, atura main harus
dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu
memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.
E. Syarat Bermain
Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan
bermain yang baik untuk anak, yaitu:
1. Perhatikan faktor usia anak
Sesuaikan mainan/aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu
sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-gerakan
tertentu. Juga sesuaikan dengan kondisinya, yaitu sejauh mana anak
mampu memahami permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas
bermain dan jika kelewat gampang ia cepat bosan. Untuk itu pilihlah
mainan yang dapat merangsang kreativitas anak.
3. Lama bermain
Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun sebaiknya
bermain tak terlalu lama agar anak tidak mengabaikan tugas-tugas lainnya
seperti makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena
rentang perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar,
buatlah komitmen lebih dulu. Misal, boleh bermain selama 1 jam, setelah
itu makan atau mandi. Namun kita harus konsisten dengan aturan itu agar
anak tidak bingung. Bagi anak yang sakit, jika ia butuh banyak istirahat,
jangan dipaksa.
5. Dampingi anak
Penting diingat, mainan bukan pengganti orangtua, melainkan sarana
untuk mendekatkan hubungan orang tua dengan anak jadi selalu dampingi
anak kala bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain sendiri tanpa
mengenal tujuan dari permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu
mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini juga untuk mengatasi segala
persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti sulitnya berkonsentrasi
terhadap suat kegiatan. Situasi ini juga dapat memacu pertumbuhan harga
diri anak dengan memberikan penghargaan pada setiap hasil kegiatan atau
penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orangtua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera
pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah
mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu
harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang
dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali
mainan tradisional yang dibuat sendiri berasal dari benda-benda disekitar
kehidupan anak, akan tetapi merangsang anak untuk kreatif. Alat
permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan
mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi
alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang
lain.
I. Topik
Melatih Kognitif anak dengan mewarnai gambar dapat meningkatkan
perkembangan intelektual anak terutama dalam mengenal warna dan
meningkatkan perkembangan motorik halus anak melalui terapi bermain
memindahkan kelereng ke dalam botol.
Jenis Permainan : Mewarnai dan menggambar + mewarnai
Terapis : 1 orang mahasiswa
Sasaran : 2 orang klien
Waktu : 1x30 menit
Tempat : ruang III rawat anak RSUD Dr. Pirngadi Medan Lt III
III. Organisasi
A. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 15 Januari 2013
Waktu : 16.00 WIB s/d Selesai.
Perkenalan : 5 menit
Permainan : 20 Menit
Terminasi : 5 Menit
B. Tim Terapis
a. Leader : Irmasari Pasaribu., S.Kep.
Tugas
- Membuka kegiatan terapi bermain
- Memperkenalkan asal institusi dan memperkenalkan tim perawat
- Memberikan kesempatan untuk peserta memperkenalkan diri
- Menjelaskan topik dan tujuan permainan
- Mengarahkan dan memimpin jalannya permainan
- Memonitor perkembangan kelompok untuk mencapai tujuan
- Memberikan kenyamanan setiap anggota dalam melaksanakan
kegiatan terapi
- Memiliki kemampuan untuk bersikap asertif, sehingga kelompok
dapat mencapai tujuan yang disampaikan
- Menetralisir keadaan jika terjadi masalah
-
b. Co Leader : Samuel Siagian., S.Kep
Tugas:
- Menyampaikan informasi kepada leader, observer dan fasilitator.
- Mengingatkan leader tentang waktu pelaksanaan dan mengingatkan
prosedur pelaksanaan kegiatan yang tertinggal.
- Menjelaskan tata cara permainan
- Membagi kelompok bermain
- Membagikan hadiah
c. Fasilitator : - Dodi Adriansyah - Hasiana Marpaung
- Risna Doloksaribu - Ery Nikewaty
- Orissa Lisca
Tugas
- Mempersiapkan tempat bermain
- Mempersiapkan dan menyediakan alat dan media permainan
- Menyiapkan hadiah untuk peserta
- Memfasilitasi kebutuhan saat permainan berlangsung
- Memberi motivasi dan dukungan pada setiap anak
- Memotivasi anggota kelompok yang kurang aktif
- Memotivasi agar anggota kelompok merespon sesuai dengan
perilaku anggota yang lain.
d. Observer: - Feri Antariksa - Mastiur Pulungan
- Rahmayani - Zannati Hasibuan
- Robby Darwis - Nurtajidah
Tugas
- Menjelaskan kriteria penilaian permainan
- Mengawasi dan mengamati keamanan jalannya terapi bermain sesuai
rencana
- Mencatat perilaku dan aktivitas klien baik verbal maupun non verbal
- Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi
- Menentukan pemenang
- Mengumumkan pemenang
D. Setting Tempat
Tempat : Ruang III rawat anak RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Lt. III.
Bentuk Setting:
P E S E R T A
LEADER
CO
LEADER
FASILITA
TOR
TOR
FASILITA
FASILITA
TOR
OBSERVER OBSERVER
b. Fase Kerja
Terapis menjelaskan aturan bermain:
- Permainan terdiri dari 1: Lomba mewarnai dilakukan oleh Johannes
umur 5 tahun dan menggambar sekaligus mewarnai dilakukan oleh
Riska umur 11 tahun.
- Klien bekerja sendiri tanpa bantuan orangtua
- Sebelum memulai permainan klien diminta untuk menyebutkan
nama panggilan
- Co leader menjelaskan tata cara permainan
- Fasilitator membagikan 1 lembar kertas gambar dan pensil
berwarna.
- Wktu untuk mewarni gambar tersebut adalah 15-20 menit.
- Permainan dimulai setelah ada aba-aba dari co. Leader
- Jika gambar telah selesai diwarnai, co leader mengumpulkan
gambar yang telah diwarnai dan menyerahkan pada observer untuuk
dinilai
- Bila anak dapat mewarnai dengan cepat sesuai waktu yang
ditentukan dan hasil warna sesuai dengan gambar yang
sesungguhnya dan akan diberikan hadiah dan dialah pemenangnya.
- Pemenang dibagi menjadi 2, yaitu juara I dan Juara II.
- Jika ada peserta yang ingin keluar harus menunjukkan tangan dan
memberitahukan fasilitator.
- Jika ada peserta yang drop out, fasilitator menanyakan alasan, kalau
mungkin dimotivasi dan kembali dalam kegiatan
- Fasilitator menyiapkan peralatan bermain.
- Fasilitator memberikan motivasi kepada anak untuk mewarnai
gambar.
- Observer mengamati jalannya kegiatan dan respon selama terapi
bermain berlangsung.
c. Fase Terminasi
1) Evaluasi respon subyektif
- Leader mempersilahkan klien untuk menyebutkan nama dan
hobi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti permainan
2) Evaluasi respon obyektif
Observer mengobservasi perilaku perserta selama kegiatan terkait
dengan tujuan.
3) Tindak lanjut
- Leader menganjurkan kepada masing-masing anak untuk
menebak gambar yang telah diwarnai dan warna apa yang
dipakai untuk mewarnai.
- Leader menjelaskan dengan singkat bentuk gambar dan warna
gambar yang seharusnya.
- Observer akan mengumumkan pemenang ( Juara I, dan Juara II).
- Leader membagikan hadiah.
- Leader akan memberi pujian pada klien atas hasil gambar yang
telah diwarnai.
- Leader menutup permainan
- Fasilitator mengumpulkan alat
BAB IV
EVALUASI PROGRAM BERMAIN PADA ANAK
A. Evaluasi Input
- Tim berjumlah 13 orang. Terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 5
Fasilitator dan 6 observer.
- Lingkungan tenang
- Peralatan: kertas gambar, pensil warna/krayon dan meja belajar.
B. Evaluasi Proses
- Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
- Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
- Maksimal 25% klien yang keluar.
C. Evaluasi Output
- Minimal 75% mampu memperkenalkan dirinya dengan
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan yang disukai dan
hobinya.
- Minimal 75% mampu menyelesaikan warna gambarnya.
- Minimal 75% mampu mengikuti peraturan perminan.
DAFTAR PUSTAKA