OLEH : KELOMPOK 1
Bermain adalah bagian integral dari masa kanak-kanak, media yang unik
untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa, ketrampilan komunikasi,
perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan pengambilan keputusan, dan
perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth, 2001). Bermain juga dikatakan
sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan hubungan interpersonal, eksperimen
dalam peran orang dewasa, dan memahami perasaannya sendiri. Bermain adalah
bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah dikembangkan manusia.
Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan bermain sebagai suatu situasi dimana ego
dapat bertransaksi dengan pengalaman dengan menciptakan situasi model dan juga
dapat menguasai realitas melalui percobaan dan perencanaan.
B. Tujuan
TINJAUAN TEORI
f) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai
orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya
yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan
ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
e) Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya,
pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main
harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama,
yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan
mainnya.
b. Reaksi Hospitalisasi
1. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan
2. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik
3. Reaksi nyeri bisa digambarkan dengan verbal dan non verbal
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “Cepat sembuh
dengan banyak minum”. Kegiatan ini terdiri dari 3 sesi yaitu : pada sesi pertama
tentang pemaparan cerita mengunakan boneka tangan yang menceritakan tentang
pentingnya mengkonsumsi banyak air bagi penderita DHF. Pada sesi kedua, ANAK
diajak untuk menghabiskan air mineral yang disediakan oleh kelompok. Pada sesi
ketiga, anak diajak untuk melipat kertas yang sudah disediakan. Pemilihan bentuk
lipatan pada sesi ketiga ini tidak dibatasi. Kemudian hasil kreasi lipatan yang telah
selesai, diberikan tali untuk digantung ditempat tiap tidur anak.
C. Sasaran
a. Kelompok usia sekolah (> 5 tahun sampai 10 tahun)
b. Kriteria anak:
1. Anak usia sekolah (> 5 tahun sampai 10 tahun)
2. Anak dengan DHF
3. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas
Waktu yang dipilih untuk memberikan permainan ini pada anak, yaitu pada
saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan dan tidur, misalnya
pada pagi hari sekitar pukul 10.00 atau pada sore hari sekitar pukul 15.00. Durasi atau
lamanya bermain adalah sekitar 15 menit untuk menghindari anak merasa bosan
dengan permainan tersebut.
E. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Leader : Silvana Lumentut
3. Co Leader : Dita Palayuk
4. Fasilitator :
- Jein Latengke
- Jumardi
- Geby Uro
- Putri labung
- Serlina
- Serlina Saba Yunus
- Yuliana Mangalik
- Deice Yudistir Barau
- Zeresy Dhea Crisna
- Desiensi
- Ella Ondoan
- Vicha Trivena
F. Pembagian Tugas
1. Leader : Silvana Lumentut
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Co Leader : Dita Palayuk
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator : Deice Yudistira Barau, Ella ondoan, Putri labung, Jein Latengke,
Geby febrianti Uro, Vicha Trivena, Desiensi, Yuliana, Serlina, Serlina Saba
Yunus, Zeresy Dhea Crisna dan Jumardi.
Peran Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
G. Susunan Kegiatan
1 2 menit Pembukaan :
- Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
- Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
- Memperkenalkan anak Mendengarkan dan
satu persatu dan anak saling berkenalan
saling berkenalan
- Kontrak waktu dengan Mendengarkan
anak Mendengarkan
- Mempersilahkan Leader
2 10 Kegiatan bermain :
menit - Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
- Menanyakan pada anak, Menjawab pertanyaan
anak mau `bermain atau
tidak
- Membagikan permainan Menerima permainan
- Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi
anak Bermain
- Fasilitator mengobservasi
anak Mengungkapkan
- Menanyakan perasaan perasaan
anak
3 3 Penutup :
menit - Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
- Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
Mendengarkan
- Menyampaikan hasil
permainan Senang
- Memberikan hadiah pada
anak yang cepat
menyelesaikan gambarnya
dan bagus Senang
- Membagikan
souvenir/kenang-kenangan
pada semua anak yang
bermain Mengungkapkan
- Menanyakan perasaan perasaan
anak Mendengarkan
Menjawab salam
- Co-leader menutup acara
- Mengucapkan salam
H. Evaluasi
a. Evaluasi struktur yang diharapkan :
1. Alat-alat yang digunakan lengkap
2. kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
b. Evaluasi proses yang diharapkan
1. Terapi dapat berjalan dengan lancar
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
c. Evaluasi hasil yang diharapkan
1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
origami, kemudian digantung
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang
4. Anak tidak takut lagi dengan perawat
5. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain
G. Hambatan
Hambatan yang mungkin ditemui dalam permainan ini, antara lain :
Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
Anak merasa bosan dengan permainan yang diberikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi
poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor
keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus
melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail and Laraia, Michele. (1998). Principles and practice of psychiatric nursing.
St. Louis: Mosby.
Internet. http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00 p.m.
Internet. http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain.
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.
Internet. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-bermain/
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, Donna L. (2003). Clinical Manual of Pediatric Nursing. USA: Mosby.